(Otology)
- Adinda Nadia Hermas
- Rizki Fajar Muttaqin
- Nabila Haptriani
- Maisara Sulvana
- Maifren Setia Rhoyes
Telinga
Luar
Anatomi Telinga
Bagian Luar
Pemeriksaan Fisik
Telinga
DAUN TELINGA
INSPEKSI :
- Ukuran dan bentuk aurikula
- Adanya pembengkakan
- Nilai adanya ulkus
- Nilai adanya jaringan parut
- Nilai adanya sinus dan fistula
PALPASI :
- Suhu
- Nyeri tekan
- Nyeri saat digerakkan
KELAINAN DAUN TELINGA
PSEUDOKISTA
FISTULA KELOID
Meatus Akustikus Eksternus
- Ukuran Meatus : Penyempitan / melebar
Exocytosis
FURUNKEL
Jaringan
Granulasi
Atresia
Serumen Prop Korpus Alineus
MEMBRAN TIMPANI:
- Bentuk
- Warna
- Keutuhan
- Mobilitas
KELAINAN
MEMBRAN TIMPANI
PERFORASI HIPEREMIS
1. Cerebellar
2. Vestibularis
3. Ocular
4. Proprioceptip
Uji Romberg
untuk investigasi sebab dari hilangnya koordinasi motoric
(ataxia)
Cara pemeriksaan :
Berdiri, lengan dilipat di dada, mata ditutup, dan dapat dipertajam ( Sharp
Romberg) dengan memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan
dilipat didada, mata tertutup. Amati selama 30 detik,catat adanya
goyangan dan jatuh pada orang normal dpat berdiri lebih dari 30 detik
Hasil :
negatiif : dpt mmprtahankan posisi
positif : gagal menjaga mata tetap tertutup, hilang
keseimbangan kaki brgerak atau pasien terjatuh. problem
w/ concous proprioception
Interpretasi :
positif vestivular or cerebellar impairment
2. Uji berjalan ( Stepping Test)/ Fukuda Test
u/ menilai fungsi labyrinth mllui reflex
vestibulospinal
Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat
berubah melebihi jaraj 1 meter dan badan
berputar lebih dri 30 o brrti sdh trdpt ggn
keseimbangan
Pemeriksaan fungsi
cerebellum
• Past pointing test
dilakukan dengan merentangkan tangan
d angkat tinggi, kemudian telunjuk
mnyentuh telunjuk yang lain dgn mata
menutup. Test jari hidung, dilakukan dalam
posisi duduk pasien diminta menunjuk
hidung dengan jari dalam keadaan terbuka
dan tertutup
Postugra
fi
• Merupakan pemeriksaan keseimbangan yg dpt menilai scr objektif dn
kuantitatif kmampuan keseimbangan postural seseorang.
• Untuk mndpt gambaran yg benar ttg ggn keseibangan karena ggn
vestibular, maka input visual diganggu dgn menutup mata
• Input proprioceptip dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yg
tidak stabil
• Px dilakukan dgn alat yg tdd alas sbg dasar tumpuan ( force platform),
computer graficoder, busa dgn tebal 10 cm
Posturografi
• Teknik periksa :
- pasien dimnta brdiri tenang dg tumit sejajar di atas alat
memandang ke satu titik dimuka
- Kmudian dilakukan perekaman pada empat kondisi,
masing” selama 60 detik
- Berdiri di atas alas dgn mata terbuka memandang 1 titik
tertentu.
- Berdiri d atas alas dg mata tertutup
- Beridiri d atas busa 10 cm dgn mata terbuka,
memandang titik trtentu
- Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dg mata tertutup
- Bila trdpt ayunan tubuh ggn keseimbangan
Nistagmu
s
• Gerak bola mata kian kemari yg tdd 2 fase, lambat dan cepat
• Fase lambat rx sistem vestibular thdp rangsangan
• Fase cepat rx kompensasinya
• Parameter yang akurat u/ mnentukan aktivitas sistem vestibular.
• Parameter penting dlm tes kalori
Test
Kalori
• 2 cara cara kobrak
tes kalori bitermal ( Hallpike test)
Test
Kobrak
• Pasien telentang dgn fleksi 30 o ,
atau duduk dg kepala ekstensi 60o
• Dgunakan spuit 5 atau 10 ml,
ujung jarum d smbung dgn kateter
• Perangsangan di lakukan dgn
mengalirkan air es (0o C), sbnyak 5
ml slm 20 dtik
• Nilai d hitung dgn mengukur lama
nystagmus, d hitung sejak air d
alirkan smpai nystagmus brhenti
• Normal : 120-150 detik
• < 120 detik paresis kanal
Hallpike
Test
• Dipakai 2 macam air dingin dn panas
• Suhu air dingin 30o C, sdgkn panas 40o C
• Volume air di alirkan ke dlm liang telinga
msing”250 ml, dlm 40 detik
• Catat lama nystagmus muncul
• Stelah telinga kiri diperiksa air dingin, diperiksa
telinga kanan dgn air dingin juga
• Kmudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telinga kanan
• Pada tiap” selesai pemeriksaan (telinga kiri atau
kanan atau air dingin atau air panas) pasien di
istirahatkan slm 5 menit (u/ hilangkan pusing)
• Dlm rumus di hitung selisih nystagmus kiri dan
kanan. Bila selisih kurang dri 40 detik maka yg
mmpunyai nystagmus lebih kecil mngalami paresis
kanal
Pemeriksaan Audiometri
1. Audiometri Nada
Murni
Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometri.
Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi
tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat
ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi
tulang (BC) bila dihubungkan dengan garis maka didapatkan audiogram.
Telinga manusia paling sensitif terhadap bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang
besar nilai nol audiometriknya kira-kira 0,0002 dyne/cm2
Standar yang dipakai yaitu ISO (International Standard Organization) dan ASA
(American Standard Association)
Cara lain ialah tiap 5 detik dinaikan 1 dB sampai 20 kali lalu dihitung berapa kali
pasien dapat membedakan perbedaan itu. Bila 20 kali maka 100%, bila 10 kali maka
50 %, positif bila skor 70-100%
b. Tes
ABLB
Pada tes ABLB diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada
kedua telinga mencapai presepsi yang sama, yang disebut balans negatif. Bila
balans tercapai terdapat rekrutmen positif.
Penambahan :
0 – 5 dB : normal
10 – 15 dB : ringan (tidak khas)
20 – 25 dB : sedang (tidak khas)
>30 dB : berat (khas ada kelelahan)
- STAT = Supra Threshold Adaptation Test
cara pemeriksaan ini prinsipnya ialah pemeriksaan pada 3 frekuensi 500 Hz, 1000 Hz
dan 2000 Hz pada 110 dB SPL. SPL ialah intensitas yang ada secara fisika 110 dB SPL =
100 dB SL (pada frekuensi 500 dan 2000 Hz).
Artinya nada murni pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz pada 110 dB SPL, diberikan
terus menerus selama 60 detik dan dapat mendengar berarti tidak ada kelelahan, bila
kyrang dari 60 detik maka ada kelelahan.
d. Audiometri
Tutur
Pada tes ini dipakai kata-kata yang disusun dalam suku kata.
Monosilabus = satu suku kata
Bisilabus = sua suku kata
Kata-kata ini disusun dalam daftar yang disebut : Ponetically balance word LBT
pasien diminta untuk mengulangi kata yang didengar.
Pada tuli preseptif koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S,R,N,C,H,CH.
Pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi.
Apabila kata yang betul : speech discrimination score :
90 – 100 % = normal
75 – 90 % = tuli ringan
60 – 75 % = tuli sedang
50 – 60 % = kesukaran mengikuti pembicaran sehari-hari
<50 % = tuli berat
e. Audiometri Bekessy
Prinsip pemeriksaan ini ialah dengan nada yang terputus dan nada yang terus
menerus. Bila ada suara masuk, maka pasien memencet tombol.
Akan didapatkan grafik seperti gigi gergaji, garis yang menarik ialah periode suara
yang dapat didengar, sedangkan garis yang turun ialah suara yang tidak terdengar.
percakapan biasa
• 40
berbisik
•0 ambang pendengaran (0,0002 dyne/cm2)
Bunyi dan Noise (Bising)
• Kombinasi konduktif+sensorieural
Tuli campuran • Infeksi telinga tengah+komplikasi
• 2 penyakit : radang telinga tengah+tumor n.VIII
Gejala Gangguan
Pendengaran
* Anda sulit mengikuti pembicaraan pada saat dua orang atau lebih bicara pada saat
yang sama
* Anda harus berkonsentrasi penuh untuk mengikuti dengan baik pembicaraan yang
sedang berlangsung
* Orang mengeluh pada Anda karena suara televisi atau radio yang terlalu Anda
keraskan
..con’t
* Anda merasa bahwa banyak lawan bicara Anda kelihatannya
berbicara tidak jelas atau hanya bergumam
* Anda sering meminta lawan bicara Anda untuk mengulang
ucapan yang dikatakannya
* Anda sering salah menjawab atau salah paham atas lawan
bicara Anda
* Anda sering mengalami kesulitan untuk memahami
pembicaraan dengan wanita dan anak-anak, karena mereka
berbicara dengan frekuensi yang lebih tinggi.
• The National Institute on Deafness and Other Communications
Disorders (2010) : kemungkinan mengalami gangguan pendengaran,
bila ditemukan tiga atau lebih dari gejala-gejala di atas.
Pemeriksaan
Pendengaran
1. Tes Berbisik
2. Tes Penala (garpu tala)
a. Tes Rinne
b. Tes Weber
c. Tes Schwabach
d. Tes Bing
1. Tes
Berbisik
• Merupakan tes semikuantitatif
• Tujuan : menentukan derajat ketulian secara kasar
• Syarat Pemeriksaan:
• Ruangan tes
• Pemeriksa
• Penderita
Ruangan Tes
• Cara pemeriksaan:
• Penala digetarkan
Gagang penala (umumnya 512 Hz) yang bergetar
ditempelkan di tengah dahi atau vertex dan pasien diminta
melaporkan apakah suara terdengar di telinga kiri, kanan
atau keduanya.
• Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala :
ubun-ubun, glabella, dagu, pertengahan gigi seri
paling sensitif)
• Interpretasi :
• Tak ada lateralisasi normal
• Lateralisasi ke telinga yang sakit telinga tsb tuli konduktif
• Lateralisasi ke telinga yang sehat telinga yang sakit tuli saraf (tuli sensori
neural)
c. Tes
Schwabach
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
• Cara pemeriksaan :
• Penala digetarkan
• Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus op
• Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada proc.mastoideus
pemeriksa
• Bila masih terdengar kesan: pendengaran op memendek
• Bila pemeriksa juga tidak mendengar ulangi tes kembali.
• Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus pemeriksa
terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada op
Interpretasi :
• Normal : hantaran tulang pasien dan pemeriksa hampir sama.
• Tes schwabach memanjang : hantaran tulang pasien lebih lama
dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus gangguan
pendengaran konduktif.
• Tes schwabach memendek : jika telinga pemeriksa masih dapat
mendengar penala setelah pasien tidak lagi mendengarnya,
misalnya pada kasus gangguan pendengaran sensorineural .
d. Tes Bing (Tes
Oklusi)
• Tes bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai
efek oklusi, dimana penala terdengar lebih keras bila
telinga normal ditutup.
• Cara pemeriksaan :
• Tragus telinga yang diperiksa ditekan (ditutup) sehingga
terdapat tuli konduktif kira2 30 Db.
• Penala digetarkan, diletakkan di tengah kepala seperti pada
tes weber
• Interpretasi:
• Lateralisasi ke telinga yang ditutup telinga normal atau tuli
saraf
• Tidak ada lateralisasi ke telinga yang ditutup (yang diperiksa)
telinga tersebut tuli konduktif
Kesimpulan Tes
Penala
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Interpretasi