Anda di halaman 1dari 91

Telinga

(Otology)
- Adinda Nadia Hermas
- Rizki Fajar Muttaqin
- Nabila Haptriani
- Maisara Sulvana
- Maifren Setia Rhoyes
Telinga
Luar
Anatomi Telinga
Bagian Luar
Pemeriksaan Fisik
Telinga
DAUN TELINGA
INSPEKSI :
- Ukuran dan bentuk aurikula
- Adanya pembengkakan
- Nilai adanya ulkus
- Nilai adanya jaringan parut
- Nilai adanya sinus dan fistula

PALPASI :
- Suhu
- Nyeri tekan
- Nyeri saat digerakkan
KELAINAN DAUN TELINGA

PSEUDOKISTA

FISTULA KELOID
Meatus Akustikus Eksternus
- Ukuran Meatus : Penyempitan / melebar

- Ukuran Lumen : Serumen, debris, sekret,


granulasi, polip, benda asing

- Adanya pembengkakan Meatus Akustikus


Eksternus
Kelainan Meatus Akustikus Eksternus

Exocytosis

FURUNKEL
Jaringan
Granulasi

Atresia
Serumen Prop Korpus Alineus
MEMBRAN TIMPANI:
- Bentuk
- Warna
- Keutuhan
- Mobilitas
KELAINAN
MEMBRAN TIMPANI

PERFORASI HIPEREMIS

BULA ATELEKTASIS BULGING


Telinga
Tengah
Anatomi Telinga Bagian
Tengah
Fisiologi Telinga Bagian
Tengah
Kelainan Telinga Bagian
Tengah
Telinga
Dalam
Pemeriksaan Vestibular
• Telinga bagian dalam terletak di dalam bagian petrous dari tulang
temporal, dimana terdapat ruang atau rongga yang disebut os labirin
• Ruang antara dinding luar bony labirinthdan membran dalam
terdapat cairan yg disebut perilymph.
• Membranous labyrint mengandung cairan  endolimph
Membranous
Bony Labirint
labyrinth part
• Vestibulum • Utricle dan Saccule
• Canalis • Semicircular duct
Semicircularis • Cochlear duct
• Cochlea
Anatomi
Telinga Bagian
Dalam
• Utricle dan Sacule  mengandung
macula (sel resptor keseimbangan) tdd
hair cell n supporting cell dan cabang n.
vestibularis
• Di atas hair cell trdpt struktur microvilli 
streocillia dan kinocilium
• Reseptor sensorik di utricle dan saccule
mendeteksi posisi kepala.
• Streocillia dan kinocillium tertanam
dalam membran Otolich
• Otolich membrane  Otolith dan Gelatin
layer (kupula)
• Pada gelatin layer mengandung banyak
kristal kalsium carbonate (otolith)
• Canalis semisircularis 
anterior, posterior, lateral
• Anterior dan posterior  more
vertical
• Lateral  horizontal plane
• Di dlm canalis semisircularis
part membranous ( semisircular
duct) yg terhubung dgn utricle
• Semisircular duct  reserptor
untuk deteksi pergeraka rotasi
kepala
• Pd ujung semisircular duct 
area yang melebar ( ampulla)
KOKL
EA
Koklea adalah organ pendengaran
berbentuk menyerupai rumah siput
dengan dua dan satu setengah putaran
pada aksis memiliki panjang lebih kurang
3,5 centimeter. Sentral aksis disebut
sebagai modiolus dengan tinggi lebih
kurang 5 milimeter, berisi berkas saraf
dan suplai arteri dari arteri vertebralis
Struktur duktus koklea dan ruang periotik
sangat kompleks membentuk suatu
sistem dengan tiga ruangan yaitu skala
vestibuli, skala media dan skala timpani.
Skala vestibuli dan skala tympani berisi
cairan perilim sedangkan skala media
berisi endolimf. Skala vestibuli dan skala
media dipisahkan oleh membran reissner,
skala media dan skala timpani dipisahkan
oleh membran basilar.
Pemeriksaan
Keseimbangan
4 Komponen keseimbangan :

1. Cerebellar
2. Vestibularis
3. Ocular
4. Proprioceptip
Uji Romberg
 untuk investigasi sebab dari hilangnya koordinasi motoric
(ataxia)
Cara pemeriksaan :
Berdiri, lengan dilipat di dada, mata ditutup, dan dapat dipertajam ( Sharp
Romberg) dengan memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan
dilipat didada, mata tertutup. Amati selama 30 detik,catat adanya
goyangan dan jatuh pada orang normal dpat berdiri lebih dari 30 detik
Hasil :
negatiif : dpt mmprtahankan posisi
positif : gagal menjaga mata tetap tertutup, hilang
keseimbangan kaki brgerak atau pasien terjatuh.  problem
w/ concous proprioception
Interpretasi :
positif  vestivular or cerebellar impairment
2. Uji berjalan ( Stepping Test)/ Fukuda Test
 u/ menilai fungsi labyrinth mllui reflex
vestibulospinal
Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat
berubah melebihi jaraj 1 meter dan badan
berputar lebih dri 30 o brrti sdh trdpt ggn
keseimbangan
Pemeriksaan fungsi
cerebellum
• Past pointing test
dilakukan dengan merentangkan tangan
d angkat tinggi, kemudian telunjuk
mnyentuh telunjuk yang lain dgn mata
menutup. Test jari hidung, dilakukan dalam
posisi duduk pasien diminta menunjuk
hidung dengan jari dalam keadaan terbuka
dan tertutup
Postugra
fi
• Merupakan pemeriksaan keseimbangan yg dpt menilai scr objektif dn
kuantitatif kmampuan keseimbangan postural seseorang.
• Untuk mndpt gambaran yg benar ttg ggn keseibangan karena ggn
vestibular, maka input visual diganggu dgn menutup mata
• Input proprioceptip dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yg
tidak stabil
• Px dilakukan dgn alat yg tdd alas sbg dasar tumpuan ( force platform),
computer graficoder, busa dgn tebal 10 cm
Posturografi
• Teknik periksa :
- pasien dimnta brdiri tenang dg tumit sejajar di atas alat
memandang ke satu titik dimuka
- Kmudian dilakukan perekaman pada empat kondisi,
masing” selama 60 detik
- Berdiri di atas alas dgn mata terbuka memandang 1 titik
tertentu.
- Berdiri d atas alas dg mata tertutup
- Beridiri d atas busa 10 cm dgn mata terbuka,
memandang titik trtentu
- Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dg mata tertutup
- Bila trdpt ayunan tubuh  ggn keseimbangan
Nistagmu
s
• Gerak bola mata kian kemari yg tdd 2 fase, lambat dan cepat
• Fase lambat  rx sistem vestibular thdp rangsangan
• Fase cepat  rx kompensasinya
• Parameter yang akurat u/ mnentukan aktivitas sistem vestibular.
• Parameter penting dlm tes kalori
Test
Kalori
• 2 cara  cara kobrak
tes kalori bitermal ( Hallpike test)
Test
Kobrak
• Pasien telentang dgn fleksi 30 o ,
atau duduk dg kepala ekstensi 60o
• Dgunakan spuit 5 atau 10 ml,
ujung jarum d smbung dgn kateter
• Perangsangan di lakukan dgn
mengalirkan air es (0o C), sbnyak 5
ml slm 20 dtik
• Nilai d hitung dgn mengukur lama
nystagmus, d hitung sejak air d
alirkan smpai nystagmus brhenti
• Normal : 120-150 detik
• < 120 detik paresis kanal
Hallpike
Test
• Dipakai 2 macam air dingin dn panas
• Suhu air dingin 30o C, sdgkn panas 40o C
• Volume air di alirkan ke dlm liang telinga
msing”250 ml, dlm 40 detik
• Catat lama nystagmus muncul
• Stelah telinga kiri diperiksa air dingin, diperiksa
telinga kanan dgn air dingin juga
• Kmudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu
telinga kanan
• Pada tiap” selesai pemeriksaan (telinga kiri atau
kanan atau air dingin atau air panas) pasien di
istirahatkan slm 5 menit (u/ hilangkan pusing)
• Dlm rumus di hitung selisih nystagmus kiri dan
kanan. Bila selisih kurang dri 40 detik  maka yg
mmpunyai nystagmus lebih kecil mngalami paresis
kanal
Pemeriksaan Audiometri
1. Audiometri Nada
Murni
Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometri.

Nada murni merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,


dinyatakan dalam jumlah getaran per detik

Ambang dengar ialah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi
tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat
ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi
tulang (BC) bila dihubungkan dengan garis maka didapatkan audiogram.
Telinga manusia paling sensitif terhadap bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang
besar nilai nol audiometriknya kira-kira 0,0002 dyne/cm2

Standar yang dipakai yaitu ISO (International Standard Organization) dan ASA
(American Standard Association)

Derajat ketulian ISO :


0 – 25 dB : normal
>25 – 40 dB : tuli ringan
>40 – 55 dB : tuli sedang
>55 – 70 dB : tuli sedang berat
>70 – 90 dB : tuli berat
>90 dB : tuli sangat berat
Pada pemeriksaan audiometri, kadang-kadang perlu diberi masking, suara
masking diberikan berupa suara seperti angin (bising) pada head phone
telingan yang tidak di periksa agar telinga yang tidak diperiksa tidak dapat
mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang di periksa.

Pemeriksaan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai


pendengaran yang mencolok bedanya dari yang satu lagi.
Audiometr
i
2. Audiometri
Khusus
Untuk mempelajari audiometri khusus diperlukan pemahaman istilah rekrutmen
dan kelelahan

Rekrutmen ialah suatu fenomena terjadi peningkatan sensitifitas pendengaran


yang berlebihan diatas ambang dengar. Keadaan ini khas pada tuli koklea

Kelelahan merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli


retrokoklea
a. TES
SISI
Tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan koklea.

Cara pemeriksaannya ialah dengan menentukan ambang dengar pasien terlebih


dahulu, lalu diberi ransangan 20 dB diatas ambang ransang, setelah itu diberikan
tambahan 5 dB lalu turunkan 4 dB, 3 dB, 2 dB terakhir 1 dB, Bila pasien dapat
membedakannya berarti tes SISI positif

Cara lain ialah tiap 5 detik dinaikan 1 dB sampai 20 kali lalu dihitung berapa kali
pasien dapat membedakan perbedaan itu. Bila 20 kali maka 100%, bila 10 kali maka
50 %, positif bila skor 70-100%
b. Tes
ABLB
Pada tes ABLB diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama pada
kedua telinga mencapai presepsi yang sama, yang disebut balans negatif. Bila
balans tercapai terdapat rekrutmen positif.

Pada rekrutmen, fungsi koklea lebih sensitif.


c. Tes
Kelelahan
Ada 2 cara
- TTD = threshold tone decay
Cara pemeriksaannya dengan melakukan ransangan terus menerus pada telinga
yang diperiksa dengan intensitas yang sesuai dengan ambang dengar. Intensitas
bunyi ditambah 5 dB dalam 60 detik dihitung berapa penambahan intensitasnya.

Penambahan :
0 – 5 dB : normal
10 – 15 dB : ringan (tidak khas)
20 – 25 dB : sedang (tidak khas)
>30 dB : berat (khas ada kelelahan)
- STAT = Supra Threshold Adaptation Test
cara pemeriksaan ini prinsipnya ialah pemeriksaan pada 3 frekuensi 500 Hz, 1000 Hz
dan 2000 Hz pada 110 dB SPL. SPL ialah intensitas yang ada secara fisika 110 dB SPL =
100 dB SL (pada frekuensi 500 dan 2000 Hz).

Artinya nada murni pada frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz pada 110 dB SPL, diberikan
terus menerus selama 60 detik dan dapat mendengar berarti tidak ada kelelahan, bila
kyrang dari 60 detik maka ada kelelahan.
d. Audiometri
Tutur
Pada tes ini dipakai kata-kata yang disusun dalam suku kata.
Monosilabus = satu suku kata
Bisilabus = sua suku kata

Kata-kata ini disusun dalam daftar yang disebut : Ponetically balance word LBT
pasien diminta untuk mengulangi kata yang didengar.
Pada tuli preseptif koklea, pasien sulit untuk membedakan bunyi S,R,N,C,H,CH.
Pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi.
Apabila kata yang betul : speech discrimination score :
90 – 100 % = normal
75 – 90 % = tuli ringan
60 – 75 % = tuli sedang
50 – 60 % = kesukaran mengikuti pembicaran sehari-hari
<50 % = tuli berat
e. Audiometri Bekessy
Prinsip pemeriksaan ini ialah dengan nada yang terputus dan nada yang terus
menerus. Bila ada suara masuk, maka pasien memencet tombol.
Akan didapatkan grafik seperti gigi gergaji, garis yang menarik ialah periode suara
yang dapat didengar, sedangkan garis yang turun ialah suara yang tidak terdengar.

Pada telinga normal, amplitudo 10 dB


Pada rekrutmen amplitudo lebih kecil
3. Audiometri
Objektif
a. Audiometri Impedans
Pada pemeriksaan ini diperiksan keleturan membran timpani dengan tekanan
tertentu pada meatus akustikus eksterna.
1. Timpanometri yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan dalam kavum
timpani, lima jenis timpanometri yaitu :
• Tipe A (normal)
• Tipe A0 (diskontinuitaas tulang-tulang pendengaran)
• Tipe As (kekuatan rangkaian tulang pendengaran)
• Tipe B (cairan di dalam telingan tengah)
• Tipe C (gangguan fungsi tuba Eustachius)
2. Fungsi tuba Eustachius, untuk mengetahui tuba Eustachius terbuka
atau tertutup.

3. Refleks stapedius. Pada telinga normal, refleks stapedius muncul


pada ransangan 80 – 110 dB di atas ambang dengar. Pada lesi di koklea,
ambang ransang refleks stapedius menurun, sedangkan pada lesi di
retrokoklea, ambang ransang naik.
b.
Elektrokokleografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari
evoke electropotential cochlea. Caranya ialah dengan elekrode jarum, membran
timpani ditusuk sampai promontorium, kemudian dilihat grafiknya.
Pemeriksaan ini cukup invansif sehingga saat ini sudah jarang dilakukan.
c. Evoked Response
Audiometry
Dikenal sebagai pemeriksaan BERA
Prinsip pemeriksaan BERA adalah menilai perubahan potensial listrik di otak
setelah pemberian rangsang sensoris berupa bunyi.
Pemeriksaan BERA sangat bermanfaat terutama pada saat keadaat tidak dapat
dilakukan pemeriksaan biasa.

Cara melakukan pemeriksaan BERA menggunakan tiga buah elektroda yang


diletakan di verteks atau dahi di belakang kedua telinga atau pada kedua lobulus
aurikular yang dihubungkan dengan preamplifier,
Penilaian BERA :
1. Masa laten absolut gelombang I, III, V
2. Beda masing-masing masa laten absolut (interwave latency I-V, I-III, III-V)
3. Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri. (interaural latency)
4. Beda masa laten pada penurunan intensitas bunyi (latensy intensity function)
5. Rasio amplitudo gelombang V/I, yaitu rasio antara nilai puncak gelombang V ke
puncak gelombang I, ya.ng akan meningkat dengan menurunnya intensitas
e. Otoacoustic Emission /
OAE
Pemeriksaan OAE dilakukan dengan cara memasukan sumbat telinga (probe) ke
dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon dan pengeras
suara yang berfungsi memberikan stimulus suara .

Mikrofon berfungsi menangkap suara yang dihasilkan koklea setelah pemberian


stimulus.
Probe dihubungkan dengan komputer untuk mencatat respon yang timbul dari
koklea.
Pemeriksaan Pendengaran dengan Penala
Skala desibel untuk bunyi yang sering didengar

• 160 pesawat jet dengan afterburner


nyeri
• 120
kereta api bawah tanah
konser musik rock

• 80 lalu lintas padat

percakapan biasa
• 40
berbisik
•0 ambang pendengaran (0,0002 dyne/cm2)
Bunyi dan Noise (Bising)

Bunyi  frekuensi 20-20.000 siklus per detik


(cps,Hertz) frekuensi nada murni yang dapat ditangkap
oleh telinga normal

Ambang kepekaan manusia beragam, namun paling


sensitif = 1000-4000 Hz

Nada bunyi percakapan rata-rata:


• Pria = 120 Hz
• Wanita = 250 Hz

Nada murni hanya satu frekuensi : garputala, piano

Bising (noise) dibedakan antara:


• Beberapa frekuensi tapi spektrum terbatas (Narrow
band)
• Terdiri dari banyak frekuensi (white noise)
Gangguan pendengaran
(Tuli)
• Gangguan hantaran suara :telinga luar, telinga
Tuli Konduktif tengah
• Cerumen proops, udem,dll

Tuli • Kelainan di koklea,n.VIII,atau pusat


pendengaran
sensorineural

• Kombinasi konduktif+sensorieural
Tuli campuran • Infeksi telinga tengah+komplikasi
• 2 penyakit : radang telinga tengah+tumor n.VIII
Gejala Gangguan
Pendengaran
* Anda sulit mengikuti pembicaraan pada saat dua orang atau lebih bicara pada saat
yang sama

* Anda mengalami masalah melakukan pembicaraan di telepon

* Anda harus berkonsentrasi penuh untuk mengikuti dengan baik pembicaraan yang
sedang berlangsung

* Anda sulit mendengar saat berada dalam lingkungan yang bising

* Orang mengeluh pada Anda karena suara televisi atau radio yang terlalu Anda
keraskan
..con’t
* Anda merasa bahwa banyak lawan bicara Anda kelihatannya
berbicara tidak jelas atau hanya bergumam
* Anda sering meminta lawan bicara Anda untuk mengulang
ucapan yang dikatakannya
* Anda sering salah menjawab atau salah paham atas lawan
bicara Anda
* Anda sering mengalami kesulitan untuk memahami
pembicaraan dengan wanita dan anak-anak, karena mereka
berbicara dengan frekuensi yang lebih tinggi.
• The National Institute on Deafness and Other Communications
Disorders (2010) : kemungkinan mengalami gangguan pendengaran,
bila ditemukan tiga atau lebih dari gejala-gejala di atas.
Pemeriksaan
Pendengaran
1. Tes Berbisik
2. Tes Penala (garpu tala)
a. Tes Rinne
b. Tes Weber
c. Tes Schwabach
d. Tes Bing
1. Tes
Berbisik
• Merupakan tes semikuantitatif
• Tujuan : menentukan derajat ketulian secara kasar
• Syarat Pemeriksaan:
• Ruangan tes
• Pemeriksa
• Penderita
Ruangan Tes

• 1. ruangan harus sunyi


• 2. tidak terjadi echo atau gema
• 3. Jarak minimal 6 meter
Pemeriks
a

1. Pemeriksa membisikkan kata menggunakan


cadangan paru-paru setelah fase ekspirasi
2. Pemeriksa membisikkan satu / dua suku kata
yang sudah dikenal oleh pasien
Penderita

1. Pasien tidak boleh melihat gerakan bibir pemeriksa


2. Telinga pasien yang diperiksa dihadapkan ke
pemeriksa
3. Telinga pasien yang tidak diperiksa ditutup
4. Pasien mengulangi kata dengan keras kata yang
diucapkan oleh pemeriksa
Teknik
Pemeriksaan
1. Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri tetap ditempat, sedangkan pemeriksa yang berpindah
tempat
2. Mulai jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata (umumnya 5 kata)
3. Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m dibisikkan kata lain dalam jumlah
yang sama, bila didengar semua-mundur lagi, sampai pada jarak dimana penderita mendengar
80% kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran
telinga yang di tes
4. Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya, tajam pendengaran 3
m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan mendengar semya kata yang dibisikkan
(100%) dan bila pemeriksa mundur kejarak 4 m maka penderita hanya mendengar ≤ 80% kata yang
dibisikkan.
Hasil
Tes

Fungsi pendengaran suara bisik


Normal 6m
Tuli ringan 4m-≤6m
Tuli sedang 1-≤4m
Tuli berat ≤1m
Tuli total Bila berteriak didepan
telinga, penderita tetap
tidak mendengar
2. Tes Penala (Garpu
Tala)
• Dasar fisiologi pemeriksaan:
• Telinga dalam (koklea) terletak pada kavitas bertulang di dalam os temporalis
(labyrinth tulang)  getaran di seluruh tulang tengkorak dapat menyebabkan
getaran pada cairan koklea

• Masking phenomenon adanya bunyi akan menurunkan kemampuan


seseorang mendengar bunyi lain  masa refrakter relatif dan absolut
reseptor dan serat n.auditorik  berkaitan dengan nada
a. Tes Rinne

• Merupakan tes kualitatif


• Tujuan: membandingkan hantaran
melalui udara dan hantaran melalui
tulang
• Cara pemeriksaan:
• Penala digetarkan
• Dasar penala diletakan pada prosesus
mastoideus telinga yang akan diperiksa
• Jika op tidak mendengar bunyi lagi, penala di
pindahkan ke depan liang telinga, ± 2,5 cm
dari liang telinga
• Interpretasi :

 Normal : Rinne Positif


 Tuli Konduktif : Rinne Negatif
 Tuli Sensorineural : Rinne Positif
b. Tes Weber
Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga
kiri dengan telinga kanan

• Cara pemeriksaan:
• Penala digetarkan
Gagang penala (umumnya 512 Hz) yang bergetar
ditempelkan di tengah dahi atau vertex dan pasien diminta
melaporkan apakah suara terdengar di telinga kiri, kanan
atau keduanya.
• Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala :
ubun-ubun, glabella, dagu, pertengahan gigi seri
paling sensitif)
• Interpretasi :
• Tak ada lateralisasi  normal
• Lateralisasi ke telinga yang sakit  telinga tsb tuli konduktif
• Lateralisasi ke telinga yang sehat  telinga yang sakit tuli saraf (tuli sensori
neural)
c. Tes
Schwabach
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
• Cara pemeriksaan :
• Penala digetarkan
• Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus op
• Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada proc.mastoideus
pemeriksa
• Bila masih terdengar kesan: pendengaran op memendek
• Bila pemeriksa juga tidak mendengar  ulangi tes kembali.
• Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus pemeriksa
terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada op
Interpretasi :
• Normal : hantaran tulang pasien dan pemeriksa hampir sama.
• Tes schwabach memanjang : hantaran tulang pasien lebih lama
dibandingkan pemeriksa, misalnya pada kasus gangguan
pendengaran konduktif.
• Tes schwabach memendek : jika telinga pemeriksa masih dapat
mendengar penala setelah pasien tidak lagi mendengarnya,
misalnya pada kasus gangguan pendengaran sensorineural .
d. Tes Bing (Tes
Oklusi)
• Tes bing adalah aplikasi dari apa yang disebut sebagai
efek oklusi, dimana penala terdengar lebih keras bila
telinga normal ditutup.

• Cara pemeriksaan :
• Tragus telinga yang diperiksa ditekan (ditutup) sehingga
terdapat tuli konduktif kira2 30 Db.
• Penala digetarkan, diletakkan di tengah kepala seperti pada
tes weber
• Interpretasi:
• Lateralisasi ke telinga yang ditutup  telinga normal atau tuli
saraf
• Tidak ada lateralisasi ke telinga yang ditutup (yang diperiksa)
 telinga tersebut tuli konduktif
Kesimpulan Tes
Penala
Tes Rinne Tes Weber Tes Schwabach Interpretasi

Positif Lateralisasi Sama dengan Normal


tidak ada pemeriksa

Negatif Lateralisasi ke Memanjang Tuli Konduktif


telinga yang
sakit

Positif Lateralisasi ke Memendek Tuli


telinga yang sensorineural
sehat
SELAMAT BELAJAR!
SEMOGA SUKSES...

Anda mungkin juga menyukai