Anatomi Telinga
Telingah luar terdiri dari :
Telingah Tengah
Telingah tengah berbentuk kubus dengan
Pars Flaksida
Terdiri dari 2 lapis yaitu pada bagian luarnya lanjutal epitel kulit liang telinga sedangkan bagian
dalamnya dilapisi oleh sel kubus bersilian
Pars tensa
Mempunyai satu lapisan ditengahnya yang terdiri dari serat kolagen dan sedkit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam
Banyangan Penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo , dari
umbo bermula reflek cahaya cone of light kearah bawah jam 7 untuk timpani kiri dan jam 5 untuk
membrane timpani kanan:
Reflek Cone of light : Cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Dimembran timpani ini
terdapat 2 serabut sirkuler dan radier . Serabut ini lah yang menyebabkan Timbulnya cahaya yang
berbrntuk kerucut
Mmbran Timpani terdapat 4 kuadran : dengan Menarik garis dari Posesus Longus maleus dengan garis
yang tegak lurus pada garis itu di umbo
1.
2.
3.
4.
Anterior- Superior
Anterior- Inferior
Posterior- Superior
Posteritor Inferior
Bila melakukan meringotomi atau parasitesi Dibuat insisi dibagian Kuadran Posterior Inferior Karena
pada bagian ini tidak terdapat tulang pendengaran
Dildalam telingan tengah terdapat tulang tulang pendengaran : Maleus melekat pada inkus , Inkus
melekat pada stapes : Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea,
Hubungan antara tulang tulang pendengaran adalah merupakan persedian
Pada pars Flaskida terdapat daerah yang disebut atik :ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu
lubang yang menghubungkan antara telingah tengah dengan atrum mastoid
Tuba Estacius: menghunbungkan Nasofaring dengan telinga tengah
Ujung atau Puncak koklea disebut Hilecotrema Menghubungkan Prelimfe skala timpani dengan skala
vestibuli
Skala Vestibuli dengan Skala timpani berisi PreLimfe
Skala Media Berisi endolimfe
Dasar skala Vestibuli disebut Membran Reisnnner sedangkan Dasar skala media adalah membrane
basalis , Pada membrane ini terdapat organo corti
Pada Membran Basal melekat sel Rambut terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar dan kanalis
corti yang mebentuk organ corti
Fisiologi Pendegaran
Getaran suara Ditangkap oleh daun telingaLiang TelingaMembran Timpani bergentarGentaran
diteruskan ke Tulang- Tulang pendengaran Stapes Menggerakkan Tingkap lonjong ( Foramen Ovale )
yang juga menggerakkan Prelimfe dalam Skala Vestibuli Getaran Diteruskan ke Membrane Reisner
yang mendorong endolimfe dan membrane basal kea rah bawah Prelimfe Dalam skala Timpani akan
bergerak sihingga Tinggkap bundar ( Foramen Rotundum ) terdorong kearah luar Skala Media menjadi
cembung mendesak endolimfe dan mendorong membrane basal ke bawah dan meggerakan prelimfe
pada skala timpani Berubahnya Membran basal ;Ujung sel rambut menjadi lurus Rasangan Fisik
Diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dengan natrium memjadi aliran listrik dan dialirkan oleh
cabang cabang N VIII Otak Area ( 39 -40 )
Audiologi
Audiologi Ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan
Hablitasi dan rehablitasi
Audiologi dasar
Audiologi Khusus
Audoologi Dasar Ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara
pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan
1. Tes Pelana
2. Tes Berbisik
3. Audiometer Nada murni
Audiologi KHusus
Test Rinne ialah test untuk membandingkan Hantaran melalui udara dan hantaran melalui
Tulang pada telingah yang di periksa
Test Waber Ialah test Unutuk membandingkan Hantaran tulang pendegaran Telinga kiri dan
dengan Telinga kanan
Test Schwaback ialah Membandingkan Hantaran tulang yang diperiksan dengan Pemeriksa
dengan Pendegaran Normal
Pada Umumya Pelana Yang sering dipakai 512. 1024, 2048 Jika Memakai 1 pelana di gunakan 512
Tes Rinne
+
+
Tes Waber
Tidak ada Lateralisasi
Laterlisasi Ke sisi sakit
Leteralisasi sisi sehat
Tes Schwabach
Sama dng Pemeriksa
Memajang
Memedek
Diagnosis
Normal
Tuli konduktif
Tuli sensonural
Test Berbisik :
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.Hal ini dilakukan
pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6: 6/6
Frekwensi : Nada Murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana,
Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam HerZ
Bunyi : suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai ferkwesi 20 herz-18,000 Herz
Intesiatas Bunyi dinyatakan dalan bentuk decibel Terbagi atas
Db hl ( hearing level, )
Db sl ( Sensation level )
Db SPl ( Sound Pressure level)
Abang dengar adalah Bunyi nada murni yang terlemah pada frekwensi tertentu yang masih dapat
didengar oleh telinga seseorang
Nilai Nol audiometric; yaitu Intesitas nada murni yang terkecil pada suatu Frekwensi tertentu yang
masih dapat didegar oleh telinga rata rata orang dewasa muda yaitu 18-30 tahun
Standar yang Dipakai Menggunakan ISO( Internasional Standar Oraganisasi ) Dan Asa ( Amenican
Standar Asosiation)
Notasi audiogram
Untuk Pemeiksaan audiogram dipakai
Grafik AC yaitu dibuat dengan garsi lurus penuh , Intesitas yang diperiksa antara (125 -8000 hz)
dan
Grafik BC dibuat garis garis terputus putus ( intesitas yang diperiksa 250 hz -4000 hz)
Untuk telinga kiri dipakai warna Biru dan telinga kanan warna merah
00-25 db
26-40 db
41-60 db
61-90 db
>90 db
: Normal
: Ringan
: Sedang
: Berat
: Sangat berat
Dari Pemeriksaan audiogram disebut ada GAP. Apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau
sama denga 10 db menimal pada 2 frekwensi yang berdekatan
Pemeriksaan dengan menggunakan Masking : apabila telingah yang Diperiksa mempunyai perbedaan
yang mecolok dengan telinga yang lain Dengan Cara memberikan Bising
Normal
Tuli Sensoneural
Tuli Konduktif
Tuli Campur
Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay
1. Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas abang
dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1
db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db
2. Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea,
saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali
Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut
Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan
dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya
Penambahan
0-5
= Normal
10-15 = Ringan
20-25 = Sedang
>30
= Berat
STAT
Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger
Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100
db Sl
Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan
secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +
Audiometri tutur
Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,
Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST)
Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder
Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH
Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
Audiometri Bekessy
Audiometri Obyektif
Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu
Audiometri Impedans
Electro kokleo grafi
Envoke rensponse Audiometri
Audiologi Anak
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)
Genitik
Non Genetik seperti gangguan / kelainan pada massa kehamilan, Kelainan strutur anatomi,
Kekurangan giizi
Infeksi Pada massa Kehamilan trimester I baik itu Infeksi dari Bakteri maupun Virus . Misalnya
Tosoplasmosis , Rubella, Cytomegalo Virus, Herpes dan spilis
Obat obatan yang berpotensi mengganggu Proses organogenesis dan merusak sel sel rambut
koklea seperti salisilat , kina, neomisin, thalidomide, barbiturate
Infeksi Bakteri atau virus Misalnya Rubella, campak, Parotis, Meningitis, Encefalitis
Perdarahan Pada Telinga tengah
Trauma Temporal
Joint Comite on Infant Hearing menetapkan pedoman resiko tinggi terhadap ketulian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pemerisaan Brain Evoked Response Audiometi merupakan tes yang obyeketif pada Bayi
yang baru lahir
Seseorang bayi mampu berkomunikasi pada usia 18 bulan, pada saat itu merupakan priode
kritis untuk mengetahui adanya gannguan pendengaran
Proses untuk Habilitasi paling bagus bagi tuna rungu sebelum umur 3 tahun
Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukuo tenang( Bising lingkungan tidakm melebihi
60 desibel )Idealnya ruangan kedap suara ( Sound Prof room)
Sebagai sumber bunyi yang sederhana digunakan tepukan tangan , tambur , bola plastic ,
remasan kertas minyak , Bel, Trompel karet
Sumber bunyi tersebut harus dikalibrasi frekwensi dan intesitasnya
Bila tersedia dipakai Baby reactometer,Neometer , Viene tone ( Frekwensi 3000 HZ ) dengan
pilihan intesitas 70,80,90, `100
Dinilai kemampuan anak memberikan respon terhadap sumber bunyi tersebut
Pafa pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau
reflex yang terjado pada bayi
Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi , pemeriksaan diulangi sekali lagi
Kalau tetap tidak berhasil dilakukan pemeiksaan ketiga , pemeriksaan tersebut dilakukan 1
minggu kemudian
Bila tetap tidak memberikan respon, Dilakukan pemeriksaan audiologi lanjutan yang lebih
lengkap
Pemerikasaan dilakukan pada anak yang berusia lebih dari 4 tahunyang kooperatif
Sebagi sumber suara dilakukan nada murni Puretone bunyi yang hanya memiliki 1 frekwensi
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan kedap suara
Dapat dinilai hantaran udara dan hantaran tulang dengan memasang bone fibrator pada daerah
mastoid
Frekwensi yg diperiksa 125, 250, 500,1000, 2000,4000, 8000 Hz
Intesitas bunyi 10-100 db
Berdasarkan audiogram yang dihasilkan, diperoleh informasi tentang jenis dan derajat ketulian
Hablitasi
Setelah diketahui seseorang anak memderita ketulian , Upaya hablitasi pendengaran harus
dilakukan sedini mungkin
Pada anak dengan tuli saraf berat harus segera memakai alat bantu pendengaran
Diperlukan Penilaaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog anak,
Dirujuk Untuk proses hablitasi di SLB B atau SLB C tuna rungu dengan Retardasi Mental
Pendidikan Khusus dimulai pada usia 2 tahun pada SLB B yang memilki Unit taman latihan dan
obeservasi
Proses Hablitasi Penderita Tuna Rungu memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr,
SpTHT, Audiologist, Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu, dan keluarga penderita
Implan Koklea
menembus kulit menuju receiver atau stimulator, Pada bagian ini kode suara diubah menjadi sinyal
sinyal listrik sinyal sinyal listrik Elektroda elekteroda yang sesuai didalam koklea , sehinga terjadi
stimulasi serabut saraf
Program rehabilitasi dimulai dengan mengatifkan speech Prosesor 4- 6 mimggu setelah pasca
beda
Latihan pendengaran dan terapi wicara yang membutuhkan waktu 6 bulan
Proses Rehabiltasi memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT,
Audiologist,speec patologis, Anli Terapi wicara , Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu,
Evaluasi Pasca Bedah , perangkap elektronik ini harus dipereksa dan di kalibrasi berkala , (
Mapping )
Evaluasi pasca bedah ini dilakukan setiap 6 bulan untuk anak berumur < 6 tahun dan 12 bulan
untuk anak berusia >6 tahun
Presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural Frekwensi tinggi terjadi pada usia lanjut ,semetrik kiri dan kanan
Etiologi
Patologi
Sensorik
Neural
Metabolik
Mekanik
Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, Jumlah sel Rambut dan sel sel
penujang berkurang
Sel sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang
Atrofi stria Vaskuler , Potensial microponic menurun, Fungsi sel dan
keseimbangan biokimia/bioelectric koklea berkurang
Terjadi perubahan gerakan mekanik pada Duktus koklearis, Atrofi pada
ligamentum spiralis , Membrane basalis lebih kaku
Gejala klinik
Berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif , semetrik pada kedua telinga
Tinitus Nada Tinggi
Coctail Parti Deafness
Intesitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telingah hal ini disebabkanTerjadi factor
kelelahan saraf
Dianosis
Penatalaksanaan
Rehablitasi
Pemasangan alat bantu dengar
Latihan Membaca Ujaran ( speec Reading )
Latihan Mendengar ( auditori Training )
Terapi Wicara ( Speech terapi )
Iskemia Koklea
Inveksi Virus ( Parotis , campak, Influensa tipe b)
Trauman kepala
Trauma Bising yang keras
Perubahan tekanan atmosfir
Obat Otoksin
Neuroma akustika
Iskemia koklea merupakan peyebab utama tuli mendadak, Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
Gejala
Timbul tuli secara mendadak , kadang kadang bersifat sementara atau berulang dalam
serangan tetapi biasanya menetap
Pada Infeksi Virus Trdapat Tuli mendadak biasanya pada satu telinga dapat disertai dengan
Tinitus dan Vertigo
Penatalaksanaan
1. Bed res total ,istirahat fisik dan mental selama 2 minggu
2. Pemberian Vasodilatansia yang cukup kuat
o 3 x900 mg ( 3 amp selama 4 hari)
o 3 x 600 mg ( 2 mg selama 4 hari)
o 3x 300 mg ( 1 amp selama 6 hari )
o Disertai pemeberian Obat oral Compalamin tab 3x2 setiap hari
3. Prednison 4x 10 mg tapering off tiap tiga hari
4. Vitamin C forte 100 mg 2x1 tablet/hari
5. Neurobion 3x1 tab /hari
6. Diet rendah garam dan rendah kolesterol
7. Inhalasi oksigen 2 liter/menit
Ialah Tuli yang diakibatkan oleh terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang
cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja
Secara umum bising merupakan bunyi yang tidak diinginkan
Secara audiologi bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai Frekwensi
Bising yang intesitasnya 85 desibel dapat merusak reseptor pendengaran corti di telinga dalam
Yang sering mengalami kerusakan alat corti untuk reseptor yang berfrekwensi 3000-6000 hz
Gejala
Kurang Pendengaran
Tinitus
Coctail party deafness ( kesulitan mendengar serta memahami Pembicaraan di tempat
keramaiian )
Bila sudah cukup berat , maka akan terjadi sukar menangkap Percakapan dengan kekerasan
biasa , Bila sudah lebih berat maka percakapan yang keraspun sukar dimengeri
Pada pemeriksaan audiologist terdapat Recuiment suatu fenomena pada Tuli saraf koklea
Pada pemeriksaan audiometric nada murni ditemukan Ketulian pada Frekwensi 3000-6000 hz
Penatalaksanaan
Apabila pendegaran semakin memburuk, sehiingga memakai ABD tidak dapat berkomunikasi
dengan adekuat maka Dilakukan Psikoterapi untuk menerima keaddanya
Latihan pendegaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dan
Dibantu dengan Membaca Ucapan bibir, Bahasa Isarat, mimic dan anggota gerak
Golongan aminoglikosida,
Streptomisin ,
Gentamisin ,
Neomisin,
kanamisin,
tobramisin
Netil Misin
Tuli bersifat bilateral bernada Tinggi sesuai dengan kehilangan sel sel rambut pada putaran
basal koklea.
Eritromisin
Pemberian eritromisin intravena dapat menyebabkan
Kurang Pendengaran
Tinitus yang Meniup
Perna dilaporkan dapat menyebabkan tuli sensoneural bernada tinggi bilateral
Loop Diuretik
Furosemid, Bumitanide , Ethycyrinic acid
Salsilat termasuk Aspirin dapat menybabkan Tuli sensoneural frekwensi tinggi dan disertai
dengan tinius
Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang
Cis Platinum dapat Menyebabkan ototoksitas adala tuli subyektif , Tinitus dan otalgia , dapat
juga disertai dengan gangguan keseimbangan . Tuli biasanya bilateral dengan Frekwesnsi 6 khz
dan 8 Khz, Kemudian terkena frekwensi dibawahnya
Biasa terjadi penurunan speech discrimination score
Tinitus Biasanya samar samar
Bila tuli ringan pada peghetian obat dapat pulih kembali , Bila tulinya berat biasaanya menetap
Fistula priaurikuler
Dapat juga Dengan Fistuligrafi dengan mengunakan zat kontras dan kemudian dilakukan
pemeriksaan radiologi
Jika terbentuk abses berulang atau pembentukan secret yang kronik maka dilakukan
pengangkatan Fistel secara Keseluruan
Lob Ear
Hematoma
Perikondritis
Pseudokista
Hematoma
Pseuodo kista
Terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium
Pasien tidak mersakan nyeri dating ke dokter
Sebagai Terapi dilakukan pungsi secara steril
kemudian dilakukan balut tekan dengan GIPS selama seminggu , supaya perikondrium melekat
pada tulang rawan
Bila Punsi tidak steril maka dapat menyebabkan Perikondritis dan berlajut menjadi teliga lisut
(Cauliflower ear)
Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga terjadi karena
Trauma
Pasca operasi telinga seperti Mastoiditis
Sebagai komplikasi pada Pseudo kista
Memeiliki Efek Proteksi sebab membantu membawa kotoran yang ada di liang telinga
Secara Fisologi serumen itu akan keluar dengan sendiri pada saat menguyah dan setelah sampai
diliang teligah luar maka akan menguap oleh panas
Apabila terjadi penumpukan dalam liang telinga maka dapat menyebabkan ganngguan
Pendengaran
Bila Cerumen bercampur dengan Air dalam liang telinga , Maka serumen Akan mengembang
sehingga menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu di Liang telinga
Serumen cair dapat dikeluarkan dengan kapas yang dililit pada pelilit kapas
Apabila padat maka diberikan Karbon Gliseril 10 % selama 3 hari sampai cerumen melunak
Lalu dilakukan Irigasi Liang telinga dengan air Hangat, suhunya sesuai dengan suhu tubuh
Merpukan Peradangan pada daera 1/3 bagian luar dari liang telinga
Oleh karena kulit 1/3 bagian luar dari liang telianga mengandung adnesa, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen , maka ditempat itu dapat terjadi infeksi
Etiologi
Staplilococus albus,
Stapilococus auereus
Gejala
Terapi
Bila sudah terbentuk abses maka di aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nana
Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti Polimicin atau bacitracina
Antiseptic ( asam asetat 2-5 % dalam Alkohol 2 % )
Obat siptomati seperti analgetic
Etiologi
Pseuodomonas
Stapilococus albus
Escheria coli
Gejala
Terapi
Masukan Tampon pada yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapa kontak baik
antara obat dan kulit yang meradang ,
Dapat Diberikan Antibiotik sistemik
Otomikosis
Infeksi jamur pada Liang telinga dipermuda oleh kelembapan yang tinggi didaera tersebut
Etiologi
Aspergilus
Candida Albicans
Gejalala berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan
Hiprtrofi Adenoid
Adenoid adalah Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada diding Posterior Naso Faring Dan termasuk
cicin Waldayer ,Ukuran Terbesar Ditemukan Pada anak Berumur 3 tahun dan menghilang sama sekali
pada Umur 14 Tahun
Akibat Terjadi Sumbatan Koana Pasien Bernapas Melalui Mulut Sehingga Terjadi
1. Fasies Adenoid Yaitu Tampak hidung kecil, Gigi incisivus kedepan ( Prominen), arkus Faring
Tinggi dan Pasien Tampak seperti orang bodoh
2. Faringitis dan Bronkitis
3. Gangguan Ventilasi dan Dranase sinus Paranasal sehingga dapat Terjadi Sinusitis Kronik
Pada Rinos kopi anterior : Dengan Melihat Tertahannya gerak Platum mole Pada Waktu Fonasi
Pada Rinoskopi Posterior : Sukar Dilakukan pada anak anak
Kadang Dilakukan Pemeriksaan dengan jari untuk meraba daerah naso faring dengan jari . Tetapi
cara ni dapat menyebabkan Pasien Muntah
Dilakukan Pemeriksaan Radiologi Yaitu Foto Tengkorak lateral
Tosilo Faringitis
Radang akut Orofaring dapat Berupa Faringitis atau Tonsilitis akut , Peyakit ini sering ditemukan dan
dapat menyerang semua umur
Etiologi
Streptococus Varidans
Sterptococus Pyogenes
Adenovirus
Echo Virus
Virus Influensa
Herpes
Patologi
Mula Mula Terjadi Infiltrasi pada lapisan epitel Epitel Mengalami Pengikisan Maka Jaringan Limfoid
superficialis mengadakan reaksi Terdaapat bendungan radang dengan Infiltrasi Leukosit PMN-
Proses ini secara klinis Tampak Kriptus Tonsil yang berisi Denritus- Denritus Merupakan Kumpulan
Bakteri , Leukosit, Dan epitel yang terlepas .
Suatu tonsillitis akut dengan Dedritus yang jelas Disebut Tonsilitis Folikularis,
Bila bercak bercak dedritus itu berdekatan menjadi satu disebut Tosilitis Lakunaris
Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih Lebar sehingga terbentuk membrane semu ( Pseudo
Membran )
Diangnosis Banding
Gejala Klinik
Pemeriksaan :
Terapi
Tonsilitis Membranosa
Penyajit yang termasuk dalam golongan Tosilofaringitis Membranosa ialah
A.
B.
C.
D.
Tonsilitis Defteri
Tonsilitis Septik
Angina Plaut Vincent
Penyakit Kelainan darah sepperti Leukemia akut , anemia Pernisiosa , Neutropenia maligna
serta Infeksi mononukleusis
E. Proses specific : TBC dan Lues
F. Infeksi Jamur : Monoliasis , aktinomikosis dan blastomikosis
G. Infeksi Virus seperti Morbili, Pertusis dan skarlatina
Tosilitis Defteri
Merupakan suatu Penyakit radang tonsil yang disebabkan oleh Coryne bacterium Diphteriae ( Gram
Positif ) , Kuman ini umunya terdapat disaluran napas bagian atas yaitu Hidung , faring dan laring
Gejala umum
Gejala Lokal
Gejala akibat eksotosin
Gejala umum :
Gejala Lokal
Tampak Tonsil meradang disertai bercak Putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membetuk membran semu
Membran ini meluas Ke Platum Mole ,Uvula , Nasofaring ,Laring dan bahkan meluas sampai ke
Trakea.
Membran semu ini melekat erat dan mudah berdarah
Bila Infeksi tak terbendung maka Kelenjar limfe akan membengkak ( Bull Neck )
Terapi
Berikan ADS segera tanpa menunggu hasil Kultur dosis nya 20.000 10.000 unit tergantung
umur , berat dan lamanya penyakit
Antibiotik : Eritromisin atau gol penisilin
Koritikosteroid
Simptomatik
Komplikasi
Laringitis Difteri
Miokarditis
Kelumpuhan otot Platum mole , Otot mata , ( Terutama otot untuk akomodasi ), Otot faring dan
laring
Albuminuria sebagai komplikasi ke ginjal
Tonsilitis septic
Merupakan Peradangan Tonsil yang disebabkan oleh Bakteri streptococcus Hemoliticus yang
terdapat dalam susu sapi ,
Gejala
Pemeriksaan
Komplikasi
Pemeriksaan
Tampak Membran Putih keabuan di Tonsil , Uvula , Diniding faring ,gusi, serta Prosesus
alveolaris
Mukosa Mulut dan Faring Hiperemi
Foetor Ex ore
Kelenjar Submandibula Membesar
Terapi
Tonsilitis Kronik
Merupakan lanjutan dari Penyakit Tonsilitis akut dan Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut
tetapi kadang- kadang kuman berubah menjadi golongan gram negative
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah
Patologi
Pada Radang Kronik terdapat 2 bentuk
Hipertofi Tonsil
Atrofi Tonsil
Proses radang Berulang -Maka Epitel Mukosa Terkikis jaringan Limfoid juga terkikis Sehingga
Proses Penyembuhan jaringan Limfoid diganti Menjadi jaringan Parut Jaringan parut ini sesuai dengan
sifatnya akan mengalami pengerutan
Kelompok Jaringan Limfoid Mengerut sehingga Ruang antara kelompok melebarHal ini secara klinik
tampak pelebaran kriptus kriptus akan di isi Detritus Proses berjalan terus sehingga menembus
kapsul dan akhirnya Timbul Perlengketan dengan jaringan disekitar Fossa tonsilaris Pada anak anak
disertai Pembesaran kelenjar Limfe Submandibula
Gejala dan tanda
Komplikasi
Komplikasi Didaerah Sekitarnya
Rinitis Kronik
Sinusitis
Otitis Media
Endokarditis
Atritiss
Miositis
Nefritis
Iridoskilitis
Dermatitis
Pruritis
Urtikaria dan Furonkolosis
Faringitis Kronik
Rinitis Kronik
Sinusitis
Iritasi kronik yang dialami oleh Perokok atau Peminum alcohol
Inhalasi uap yang merasang mukosa faring
Infeksi yang Menyebabkan Faringitis Kronik
Daerah yang Berdebu
Orang yang bernapas Melalui Mulut karena hidung Tersebut oleh salah satu factor peyebab
penyakit
Terapi :
Penyakit Kronik dihidung atau sinus paranasal yang menyebabkan Faringitis Diobati
Melakukan Penggosokan Memakai Zat kaustik Misalnya Nitras Argetin dan Albotil
Dapat juga dilakukan juga dengan electro kauter
Pengobatan simptomatik berupa obat kumur dan antirusif atau expektoransia
Faringitis Kronik atrofi sering timbul bersama dengan Renitis atrofi . Pada Renitis atrofi : udara
pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapan sehingga menimbulkan Rasangan serta infeksi pada
faring
Gejala
Terapi
Obat Kumur
Penjagaan Higene Mulut
Obat Simptomati
Faringtis Spesifik
1. Faringitis Leutika
2. Faringitis TBC
Faringitis Leutika
Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Troponema palidum dan dapat menimbulkan infeksi
didaerah faring .
Stadium Primer
Kelainan terdapat pada lidah, tonsil dan dinding Posterior faring , Kelainan ini berupa bercak
keputihan pada tempat tersebut
Bila infeksi terus berlangsung maka Timbul ulkus
Ulkus pada Daerah faring bersifat sama dengan Ulkus pada genetalia
Ulkus tidak Nyeri
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
Stadium Sekunder
Stadium Tersier
Terdapatnya Guma
Tonnsil dan Platum Mole merupakan tempat predileksi untuk tumbunya gumma
Bila didapatkan Guma di dinding Post faring akibatnya dapat mengenai Vet Servicalis dan bila
pecah maka dapat menyebabkan kematian
Bila guma sembuh maka bekas guma akan terbentuk jaringan parut
Diagosis
Diagnosis dengan pemeriksaan serologik
Terapi
Obat pilihan utama ialah Penisilin
Faringitis Tubercoosa
Merupakan Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Micobacterium Tb yang besifat basil
tahan asam dapat meyerang Platum Mole , Tonsil , Platum durum , dasar lidah dan epiglostis
Biasanya Infeksi daerah faring merupakan Proses sekunder dari TBC paru Kecuali kuman tahan
asam jenis bovinum
Pada jenis BOvinum Merupakan Jenis TBC yang Primer
Peryebaran Infeksi
Eksogen
Endogen
Gejala
Anoreksia
Nyeri tenggorokan yang hebat dibanding Peradangan yang timbul
Nyeri Pada waktu Menelan
Tidak jarang mengalami Regurgitasi
Nyeri Telingah dan adenopati servical
Diagnosis
BTA
Foto Thoras
Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan
Terapi :
Terapi Sesuai dengan TBC paru
Abses Peritonsil
Abses Retro faring
Abses Parafaring
Angina LUdovici
Patologi
Daerah superior dan lateral Fossa Tonsilaris Merupakan jaringan Ikat longgar Maka infiltarsi
supurasi ke Ruang Pontensial Peritonsil tersering menempati daerah ini. Sehingga Platum Mole
Membekak
Pada stadium Infiltrasi selain pembekakan Juga terjadi Tampak mukosa Hiperemi
Bila Proses Berjalan terus maka daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning kuningan
Tonsil terdorong ketengah , depan, bawah
Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral
Peradangan berlangsung terus akan meyebabkan iritasi M. Peterigoid Interna sehingga timbul
Trismus
Abses dapat Pecah Mungkin dapat Menyebabkan aspirasi ke paru
Gejala
Odinofagia ( Nyeri Menelan ) yang lebih hebat biasanya pada satu sisi saja
Nyer Teligah ( Otalgia )
Muntah ( Regurgitasi )
Mulut berbau ( Foetor ex Ore
Hipersalifasi
Rinolalia (Suara sangau)
Trismus
Pembekakan kelenjar sub mandibula dan nyeri tekan
Pemeriksaan
Terapi
Komplikasi
Etiologi
Penyakit ini sering ditemukan pada anak Usia 3 bulan sampai 5 tahun
Hal ini terjadi karena Pada usia tersebut masih berisi Jaringan Limfoid masing masing 2 5 buah
pada sisi kanan dan kiri
Kelenjar ini menampung aliran limfe dari Hidung , Sinus pranasal, Nasofaring, Faring , Tuba
estachius dan Teligah tengah
Pada Usia diatas 6 tahun kelenjar Limfe ini Mengalami atrofi
Gejala
Disfagia
Odinofagia
Anak Rewel dan sering Menangis dan Tidak mau makan dan minum
Sesak napas Karena sumbatan jalan napas Terutama di Hipofaring
Proses berlanjut terus akan Mengenai laring maka dapat Menimbulkan stridor
Sumbatan akibat Abses dapat Mengganggu resonansi suara
Pemeriksaan
Diagnosis
Adenoiditis
Tumor
Aneurisma aurta
DD
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Insisi Abses dengan menggunakan laringoskopi langsung dalam posisi Trendelnburg, Pus segera
diisap agar tidak terjadi aspirasi
Pasien drawat inap sampai tanda infesi reda
Komplikasi
Abses Parafaring
Etiologi
Langsung : akibat Tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia, Jarum
suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot ( m . Konstiktor Faring sup)
yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris
Proses Supurasi kelejar limfe Leher bagian dalam, gigi , tonsil , faring , Hidung, sinus paranasal ,
Mastoid dan Vet Servicalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadi abses parafaring
Penjalaran infeksi dari Ruang peritosil, Retrofaring atau submandibula
Gejala klinik
Demam Tinggi
Trismus atau Indurasi
Pembengkakan di sekitar angulus mandibulae
Pembengkakan Dinding Lateral faring sehingga menonjol kea rah Medial
Komplikasi
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Evakuasi abses dengan cara explorasi dalam anestesi umum Caranya insisi dari luar dan intra
oral
Insisi Dari Luar dilakukan 2 jari dibawah dan sejajar Mandibula , secara tumpul dieksplorasi
dilanjutkan dari batas anterior M, Stenocledomastoideus kea rah atas belakang menyusuri
bagian medial Mandibula dan M, Ptrogoedeus Intena mencapai ruang parangfaring.
Bila ada nana di selubung karotis maka insisi dilakukan secara Vertikal dari Pertengahan Insisi
Horisontal ke bawah didepan M, Stenocledomastoideus Cara Mosher
Insisi Intraoral dilakukan Pada dinding lateral Faring dengan Memakai Klem arteri , eksplorasi
Dilakukan denga menembus M Konstritor faring sup Kedalam Ruang parafaring anterior
Angina Ludovici
Etiologi
Angina Ludovici ialah selulitis ruang suprahioid, Ruang ini terdiri dari Ruang sub lingual, Sub
Mentalis dan sub maxilla yang disebut juga ruang sub mandibula
Ruang sub Ligual di pisahkan dari ruang submentalis dan sub masilla oleh otot Milohioid
Infeksi yang terbatas hanya pada satu atau lebih ruang submandibula atau bila terbentuk abses
disebut Pseudo agina lidovici
Infeksi gigi
Peradangan supuratif Kelenjar Limfe servical didalam ruang sub mandibula
Gejala
Terapi
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Eksplorasi dengan tujuan Mengurangi Dekompresi dan evakuasi pus atau jaringan nekrotikan
Insisi Dilakukan secara Horizontal setinggi os Hioid ( 3 4 Jari dibawah mandibula )
Perlu Pengobatan terhadap penyebab infeksi gigi , untuk mencegah kekambuhan
Komplikasi
Kelainan Laring
Kelainan Konggenital
Peradangan Laring
Nodul Pita suara
Keratosis Laring
Laringomalasia
Stnosis Subglotik
Selaput Dilaring ( Laringeal Web )
Kista Konggenital
Hemangioma
Laringomalasi :
Stridor merupakan gejala awal dan dapat menetap dan Mungkin Pula hilang timbul ini
disebabkan lemahn ya kerangka laring
Tanda sumbatan jalan napas dengan terlihatnya retraksi pada daerah supra sterna ,
epigastrium, Intercostal , dan supra clavicular
Bila sumbatan makin berat maka dilakukan Intubasi endotrakeal
Stenosi Subglotik
Kelainan ini disebabkan
Penebalan jaringan sub mukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis
Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumennya yang lebih kecil
Bentuk tulang rawan krikoid Normal dengan ukuran yang lebih kecil
Penggeseran cicin trakea yang pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid
Gejala
Stridor
retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan sup clavicular
Pada stadium yang lebih berat ditemukan sianosis dan apnea
Laringitis Akut
Radang akit laring pada umumnya merupakan kelanjutan rinofaringitis ( common cold ) . Pada anak
laryngitis akut ini dapagt menyebabkan Sumbatan jalan napas sedangkan pada orang dewasa tidak
secepar pada anak
Etiologi
Gejala
Demam
Malaise
Suara parau sampai afoni
Nyeri ketika menelan dan berbicara
Serta gejala sumbatan laring
Pemeriksaan
Terapi
Pada Pemeriksaan Tampak Mukosa laring hiperemis dan membengkak terutama diatas dan
bawah pita suara .
Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung dan sinus paranasal
Laringitis Kronik
Peradangan kronik pada Laring yang disebabkan oleh
Sinusitis kronik,
Deviasi septum yang berat
Polip hidung
Bronkhitis
Penggunaan suara secara Berlebihan ( Berteriak teriak atau Bicara Keras ) Vocal abuse
Pemeriksaan
Gejala
Terapi
Mengobati Peradangan Dihidung , Faring serta Bronkus yang mungkin peyebab Laringitis
Vocal Rest
Laringitis TBC
Laringtis Leutika
Larigitis TBC
Gambaran Klinik Terbagi atas 4 stadium
1. Stadium Infiltrasi
2. Stadium Ulserasi
3. Stadium Perikondritis
Stadium Ulserasi
Terjadi Ulkus dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan serta dirasakan nyeri oleh Pasien
Stadium Perikondritis
Stadium Fibrotuberculosis
Pada stadium ini terbentuk Fibrotuberkulosis pada dinding Posteior , Pita suara dan sub glotik
Gejala Klinik
DD
1. Laringitis leutika
2. Karsinoma faring
3. Aktinomikosis
4. Lupus Vulgaris laring
Terapi
Obat OAT
Vocal Rest
Laringitis Leutika
Gambaran klinik
Gejala Klinik
Suara Parau
Batuk Kronik
Disfagia timbul bila ada gumma dekat Introitus Osepagus
Diagnosis Ditegakkan
Pemeriksaan laringoskop
Pemeriksaan serologik
Komplikasi
Terapi
Pemeriksaan
Terdapat Nodul pada pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil lagi
Terapi
Diagnosis
Keratosis Laring
Pada Keratosis laring sebagian mukosa laring mengalami Pertandukan, sehingga tampak daerah
putih yang disebut Leukopakia
Tempat yang paling sering mengalami pertandukan adalah Pita suara dan fossa Intearitenoid
Etiologi Tidak diketahui dengan jelas
Gejala
Suara parau
Ada yang Mengganjal di Tenggorokan
Stridor atau sesak napas Tidak ditemukan pada penyakit ini
Terapi
4. Cekungan pada Waktu inspirasi di Suprasternal , Supra Klavicula, sela iga , Dan Epigastrium
5. Gelisah
6. Sianosis karena Hipoksia
Jackson Membagi sumbatan laring menjadi 4 stadium
1. Adanya Cekungan di supra sterna dan stridor ini tampak tenang
2. Cekungan pada supra sterna makin dalam ditambah lagi Cekungan di epigastrium pasien sudah
mulai gelisah
3. Cekungan selain di Supra strenal , epigastrium juga terdapat di Infraclavicula dan sela sela iga ,
pasien sangat gelisa dan dispnea
4. Cekungan cekungan diatas bertambah jelas , pasien sangat gelisa, ketakutan dan sianosis Jika
Proses Berjalan terus maka penderita akan kehabisan tenaga , Pusat pernapasan Paralitik karena
Hiperkapnea. Pada Keadaan seperti ini Penderita tampak tenang dan tertidur . akhirnya
penderita meninggal karena Asfiksia
Intubasi EndoTrakea
Indikasi Intubasi endotrakea
1.
2.
3.
4.
Teknik Intubasi
Trakeostomi
Trakeostomi merupakan Tindakan Membuat Lubang pada bagian depan Trakea untuk Bernapas
Indikasi Trakeostomi
Mempermuda pengisapan secret dari Brokus pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan
secret secara fisiologi
Untuk memasang respirator ( alat bantu Pernapasan )
Untuk mengambil benda asing dari sub glotik
Teknik Trakeostomi
1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
2. Dengan posisi seperti ini Leher tegak lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat
permukaan leher
3. Kulit leher dibersikan dengan antiseptic dan ditutupi kain steril
4. Obat anestesikum ( Novakain ) disutikan diantara Krikoid dan Fossa supra sterna
5. Dilakukan sayatan Horisontal pada pertengahan jarak antara Kartilago krikoid dengan fossa
supra sterna
6. Kira kira 2 jari dibawah kartilago krikoid orang dewasa
7. Dengan Gunting panjang yang Tumpul , Kulit dan jaringan dibawahnya di pisahkan lapis demi
lapis dan ditari ke lateral ,Tampak Trakea
8. Bebaskan Ismus , ismus diklem dan dipotong tengahnya , lalu diikat Tepinya
9. Lakukan aspirasi
10. Buat stoma dengan Memotong cincin trakea ke tiga
11. Memasang kanul dan kanul difiksasi dengan tali di leher
12. Luka Operasi ditutup
Perawatan pasca Trakeotomi
Scret dapat menyumbat sehigga dapat terjadi asfiksia oleh sebab itu secret di trakea harus
diisap keluar
Dan Kanul dalam dicuci sekurang kurang ya 2 kali sehari lalu dimasukkan lagi kedalam kanul luar
Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu yang lama maka kanul luar harus dibersikan 2 kali
seminggu
Krikotirotomi
Krikotomi merupakan tindakan penyelamatan yang lebih muda dan lebih cepat dapat dilakukan pada
penderita dalam keadaan gawat napas dan darurat dengan cara membelah Membran Krikotiroid
Teknik Krikotirotomi
1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
2. Indetifikasi Puncak Tulang rawan tiroid ( adam apple) dan diFisasi dengan tangan kiri
3. Dengan Telunjuk tangan kanan tulang rawan tiroid diraba kebawah sampai ditemukan Kartilago
Krikoid, Membran Krikoid terletak diantara ke dua tulang rawan ini
4. Dibuat sayatan Horisontal pada Kulit
5. Bagian bawah kartilago Tiroid terlihat Tusukan Pisau dengan arah kebawah
6. Masukkan Kanul Yang tersedia
Parasat Heimlich
Prasat Heilmlich merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyubat laring secara
total atau benda yang berukuran besar yang terletak di Hipofaring
Pada Parasat Heimlich dilakukan Tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga diagframa
terdorong keatas - Udara ini akan mecari jalan keluar melalui bronkus ,trakea - dan
akhirnya mendorong sumbatan laring keluar
Broskopi
Jenis Bronskopi terbagi atas
1. Bronskopi kaku
2. Bronskopi serat optik
Bronskopi kaku
Pipa yang dari metal dengan lampu.Terdapat 2 macam, yang di letakkan di distal ( pada ujung
bronkoskop ) atau Proksimal
Lampu Proksimal terletak pada gagang bronkoskop Dan diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke
distal Bronksokop ( tepi Haslinger)
Dengan Kemjuan teknologi sekarang dibuat lampu terang 150-450 waat yang berisi halogen
yang disalurkan dengan serat optic kebagian distal Bronkoskop
Merupakan gabungan serat optic ( gelas) yang menyalurkan cahaya nya ke ujung distal
bronkoskop
Bronkoskop ini lentur sehingga dapatdi masukkan kedalam lubang bronkus
Mamfaaat Bronkoskopi serat Optik Rasa nyeri yang menimal dapat dilakukan dengan analgesia
saja ( Tampa anestesi umum )
Karena Lentur nya dapa dimasukkan ke cabang cabang bronkus malahan sampai ke sub
segmen untuk mencari tumor ganas
Indikasi Bronkoskopi
Sebagai Penentuan Diangnosis
1.
2.
3.
4.
Hemoptisis
Batuk kronik
Wheezing
Kelainan Radiologi seperti pada Phenemonia yang Menetap atau berulang , Atlektasis, Abses
paru dan tumor Bronkus
Penyakit perdarahan dapat menyebabkan hematoma interlumen atau perdahan yang sulit
diatasi
Hipoksia
Hiperkapnea
Aritmia jantung
Infark miokar akut
Dekompensasi cordis
Radang akit saluran Pernapasan (Laringo trakeo Bronkitis akut)
Gejala
Terapi :
Dilakukan foto thoras untuk melihat anomaly jantung atau arkus aourta yg terletak disebela
kanan
Pada atresia esophagus dilakukan anastomosis sedangkan Fistula Trakeo esophagus dilakukan
penutupan fistel
Divertikulum esophagus
Divertikulum esophagus dibagi menurut lokasinya
1. Divertikulum faringio-esopagus ( Divertikulum zenker) Terletak pada Perbatasan Faring dengan
Esofagus
2. Divertikulum Parabronkhial Terletak Disekitar Bifurkasi Trakea
3. Divertikulum Epifrenik Terletah didaera sepertiga bawah esophagus biasanya diatas diagfragma
Etilogi
True Divertikulum terdapat seluruh lapisan dinding espfagus ditemukan sedangn pada False
Diverticulum hanya Lapisan muksa dan sub mukosa ditemukan
Diverticulum Menurut cara terbntuknya terbagi atas
Diverticulum Desakan merupakan suatu divertikulum palsu akibat terdapatnya defec pada Otot
antara serat oblik otot Konstiritor inferior faring dengan serat Tranfersa dari otot krikofaring ,
Akibat desakan pada waktu menelan, Mukosa terdorong keluar membentuk kantong yang
makin lama makin membesar sehingga terbentuknya divertikulum.
Diverticulum tarikan merupakan suatu diverticulum asli berasal dari proses Peradangan yang
berdekatan dengan esophagus dimana terbentuk kontraktur jaringan ikat pada dinding
esophagus yang kemudian menarik dinding esophagus kea rah luar
Gejala
1.
2.
3.
4.
5.
Diagnosis
1. Foto Rontgen Lateral mengunakan Kontral barium
2. Foto Rontgen PA untuk mengetahui adakah tanda tanda aspirasi
Penatalksaan
Jika divertikulum tidak menimbulkan gejaka maka diwajibkan mengosongkan kantong dengan cara
minum dengan air pada Posisi Terlentang atau Miring. Jika sudah menggangu atau menibulkan gejala
yang berat maka dilakukan Divertikulektomi
Akalasia
Akalasia ialah Suatu Kelainan esophagus dimana tidak mempunyai bagian distal esophagus utuk
relaksasi dan berkurangnya peristaltic esophagus karena diuga inkordinasi neuromuskuler .akibatnya
bagian proksimal pada tempat penyempitan akan melebar disebut Mega esofagus
Etiologi
Disfungsi neuro muskuler dengan lesi primer Mungkin terletak dinding esofagus. N, Vagus,
Batang Otak
Secara histology di temukan kelainan ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion Plexus
auroback sepajang Thoracal esophagus hal ini diduga sebagai peyebab gangguan peristaltic
Gangguan emosi dan trauma Psikis dapat meyebabkan bagian distal esophagus mengalami
Kontraksi
Gejala
1.
2.
3.
4.
Disfagia
REgurfitasi
Nyeri didaerah Sub sternal
Pada stadium lanjut dapat menyebabka Rasa nyeri pada daerah epigastrium dab rasa nyeri ni
menyurupai serangan angina pectoris
5. Penurunan Berat badan
Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik
Pada Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras ditemukan Tampak dilatasi 2/3
bagian distal esophagus serta penyempitan dibagian distal esophagus menyurupai ekor tikus(
Mouse Tail Apperance)
Pemirikasan Esofaguskopi
Pemeriksaan Manometrik
Tekanan istirahat badan esophagus meningkat ..Tidak terdapat pergerakan peristaltic sepajang
esophagus sebagai proses menelan
Tekana spinter esophagus bagian bawah normal atau meningkat .tidak terjadi relaksasi spinter
pada waktu proses menelan
Terapi
Psikoterapi
Medikametosa yaitu Prefarat Nitrit antikolinergik dan penghambat adrenergic, Kalsium
anagonis
Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator
Operasi esopago kardiomiotomi ( Operasi Heller)
Varises Esofagus
Varises Esofagus dibagi menjadi 2 bagian
1. Varises esophagus dengan Hipertensi portal
2. Varises esophagus tampa Hipertensi portal