Anda di halaman 1dari 48

Telingah

Anatomi Telinga
Telingah luar terdiri dari :

Daun teingah dari tulang rawan elastin dan kulit,


Liang telinga Terdiri dari 1/3 bagian luar dibentuk oleh rangka tulang rawan
2/3 nya bibentuk oleh Tulang
Pada 1/3 bagian kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen ( Modifikasi kelenjar
keringat = kelenjar seromenosa) dan rambut
Pada 2/3 bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen

Telingah Tengah
Telingah tengah berbentuk kubus dengan

Batas Luar : membrane timpani


Batas Dalam : Berturut dari atas ke bawah : kanalis semi sirkularis Horizontal, Kanalis
Fasialis,Oval Window ,Round window, Dan Promontorium
Batas Depan : Tuba estucius
Batas belakang : Aditus ad antrum , Kanali Facialis pars Verticalis
Batas atas :Tegmen Timpani
Baras Bawah : Vena Jugularis ( Bulbus Jugularis)

Membran Timpani Terbagi atas

Pars Flaksida ( Membran Shrapnell)


Pars Tensa ( Memberan Propria)

Pars Flaksida

Terdiri dari 2 lapis yaitu pada bagian luarnya lanjutal epitel kulit liang telinga sedangkan bagian
dalamnya dilapisi oleh sel kubus bersilian

Pars tensa

Mempunyai satu lapisan ditengahnya yang terdiri dari serat kolagen dan sedkit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam

Banyangan Penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo , dari
umbo bermula reflek cahaya cone of light kearah bawah jam 7 untuk timpani kiri dan jam 5 untuk
membrane timpani kanan:
Reflek Cone of light : Cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Dimembran timpani ini
terdapat 2 serabut sirkuler dan radier . Serabut ini lah yang menyebabkan Timbulnya cahaya yang
berbrntuk kerucut

Mmbran Timpani terdapat 4 kuadran : dengan Menarik garis dari Posesus Longus maleus dengan garis
yang tegak lurus pada garis itu di umbo
1.
2.
3.
4.

Anterior- Superior
Anterior- Inferior
Posterior- Superior
Posteritor Inferior

Bila melakukan meringotomi atau parasitesi Dibuat insisi dibagian Kuadran Posterior Inferior Karena
pada bagian ini tidak terdapat tulang pendengaran
Dildalam telingan tengah terdapat tulang tulang pendengaran : Maleus melekat pada inkus , Inkus
melekat pada stapes : Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea,
Hubungan antara tulang tulang pendengaran adalah merupakan persedian
Pada pars Flaskida terdapat daerah yang disebut atik :ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu
lubang yang menghubungkan antara telingah tengah dengan atrum mastoid
Tuba Estacius: menghunbungkan Nasofaring dengan telinga tengah

Telianga Dalam terdiri dari

Koklea ( Rumah simput )


Vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis

Ujung atau Puncak koklea disebut Hilecotrema Menghubungkan Prelimfe skala timpani dengan skala
vestibuli
Skala Vestibuli dengan Skala timpani berisi PreLimfe
Skala Media Berisi endolimfe
Dasar skala Vestibuli disebut Membran Reisnnner sedangkan Dasar skala media adalah membrane
basalis , Pada membrane ini terdapat organo corti
Pada Membran Basal melekat sel Rambut terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar dan kanalis
corti yang mebentuk organ corti

Fisiologi Pendegaran
Getaran suara Ditangkap oleh daun telingaLiang TelingaMembran Timpani bergentarGentaran
diteruskan ke Tulang- Tulang pendengaran Stapes Menggerakkan Tingkap lonjong ( Foramen Ovale )
yang juga menggerakkan Prelimfe dalam Skala Vestibuli Getaran Diteruskan ke Membrane Reisner
yang mendorong endolimfe dan membrane basal kea rah bawah Prelimfe Dalam skala Timpani akan
bergerak sihingga Tinggkap bundar ( Foramen Rotundum ) terdorong kearah luar Skala Media menjadi
cembung mendesak endolimfe dan mendorong membrane basal ke bawah dan meggerakan prelimfe
pada skala timpani Berubahnya Membran basal ;Ujung sel rambut menjadi lurus Rasangan Fisik

Diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dengan natrium memjadi aliran listrik dan dialirkan oleh
cabang cabang N VIII Otak Area ( 39 -40 )

Audiologi
Audiologi Ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan
Hablitasi dan rehablitasi

Hablitasi : Usaha untuk memberikan Fungsi yang seharusnya di miliki


Rehablitasu :Usaha Untuk mengembalikan Fungsi yang perna di miliki

Audiologi Medik terbagi atas

Audiologi dasar
Audiologi Khusus

Audoologi Dasar Ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara
pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan
1. Tes Pelana
2. Tes Berbisik
3. Audiometer Nada murni
Audiologi KHusus

Untuk membedakan Tuli SarafKoklea dengan Retro Koklea


Audiometri Obyektif
Test Tuli Untuk tuli an organic
Audiologi anak
Audiologi Industri

Cara Pemeriksaan Pendengaran


Test Pelana adalah tes ini Merupakan test kuantitatif terbagi atas

Test Rinne ialah test untuk membandingkan Hantaran melalui udara dan hantaran melalui
Tulang pada telingah yang di periksa
Test Waber Ialah test Unutuk membandingkan Hantaran tulang pendegaran Telinga kiri dan
dengan Telinga kanan
Test Schwaback ialah Membandingkan Hantaran tulang yang diperiksan dengan Pemeriksa
dengan Pendegaran Normal

Pada Umumya Pelana Yang sering dipakai 512. 1024, 2048 Jika Memakai 1 pelana di gunakan 512
Tes Rinne
+
+

Tes Waber
Tidak ada Lateralisasi
Laterlisasi Ke sisi sakit
Leteralisasi sisi sehat

Tes Schwabach
Sama dng Pemeriksa
Memajang
Memedek

Diagnosis
Normal
Tuli konduktif
Tuli sensonural

Test Berbisik :
Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.Hal ini dilakukan
pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6: 6/6

Audiometri Nada Murni


NadaMurni : Merupakan Bunyi yang hanya mempunyai satu Frekwensi dinyatakan dalam jumlah
getaran Per detik
Bising : Merupakan bunyi yang memiliki banyak Frekwensi terdiri dari

Narro band : Spectrum Terbatas


White Noise : Spectrum Luas

Frekwensi : Nada Murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana,
Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam HerZ
Bunyi : suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai ferkwesi 20 herz-18,000 Herz
Intesiatas Bunyi dinyatakan dalan bentuk decibel Terbagi atas

Db hl ( hearing level, )
Db sl ( Sensation level )
Db SPl ( Sound Pressure level)

Abang dengar adalah Bunyi nada murni yang terlemah pada frekwensi tertentu yang masih dapat
didengar oleh telinga seseorang
Nilai Nol audiometric; yaitu Intesitas nada murni yang terkecil pada suatu Frekwensi tertentu yang
masih dapat didegar oleh telinga rata rata orang dewasa muda yaitu 18-30 tahun
Standar yang Dipakai Menggunakan ISO( Internasional Standar Oraganisasi ) Dan Asa ( Amenican
Standar Asosiation)

0 db ISO = -10 bd ASA


10 db ISO = 0 db ASA

Notasi audiogram
Untuk Pemeiksaan audiogram dipakai

Grafik AC yaitu dibuat dengan garsi lurus penuh , Intesitas yang diperiksa antara (125 -8000 hz)
dan
Grafik BC dibuat garis garis terputus putus ( intesitas yang diperiksa 250 hz -4000 hz)
Untuk telinga kiri dipakai warna Biru dan telinga kanan warna merah

Pada Interpretasi Audiogram Dapat diperhatikan atau ditulis


1. Telinga yang mana
2. Apa jenis Ketuliaannya

3. Bagaimana Derajat ketuliannya


Jenis Ketulian terbagi atas
1. Tuli konduktif
2. Tuli sensoneural
3. Tuli Campur
Derajat Ketulian dihitung dengan Menggunakan indeks Fletchter
Ambang Dengar :
AD 500 + AD 1000 Hz + AD 2000 HZ
3
Derajat Ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran Udara saja ( AC )
Derajat ketulian

00-25 db
26-40 db
41-60 db
61-90 db
>90 db

: Normal
: Ringan
: Sedang
: Berat
: Sangat berat

Dari Pemeriksaan audiogram disebut ada GAP. Apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau
sama denga 10 db menimal pada 2 frekwensi yang berdekatan
Pemeriksaan dengan menggunakan Masking : apabila telingah yang Diperiksa mempunyai perbedaan
yang mecolok dengan telinga yang lain Dengan Cara memberikan Bising

NB :Narro Bandnoise Masking Audiumetri Nada murni


WN : Masking pada Audiometi tutur

Normal
Tuli Sensoneural
Tuli Konduktif
Tuli Campur

AC BC sama atau kurang dari


25 db
AC- BC lebih dari 25 db
AC lebih dari 25 db tetapi BC
Normal atau kurang dari 25 db
AC Lebih Besar dari BC
BC lebih dari 25 gap

AC BC Berimpit , Tidak ada gap


AC- BC Berimpit Tidak ada gap
AC BC ada Gap
AC BC ada Gap

Tuli Koklea dan tuli Retro koklea


Untuk membedakan Tulu koklea dan Retro koklea dibutuhkan pemeriksaan auidometri khsus

Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay
1. Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas abang
dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1
db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db
2. Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea,
saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali
Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut

Tes SISI ( Short sensitivity Index )


Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)
Test kelelahan ( Tone Decay )
Audiometri tutur
Audiometri bekesay

Tes SISI ( Short increment sensitivity Index )


Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan memakai fenomena rekuitmen cara
pemeriksaan: Menentkan abang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian diberi 20 db
diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3
kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan +
Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness)
Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada ferkwensi yg sama pada kedua telinga, sampai
kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans tercapai
terdapat recuitmen positif
Test Kelelahan ( Tone Decay)
Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus menerus . Jadi kalau telinga yang diperiksa
dirangsang terus menerus terjadi kelelahan .Tanda pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang
diperiksa
Ada 2 cara
1. TTD = Treshold tone decay
2. STAT= Supra threshold Adaptasi tes
TTD Cara Gerhart memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan
ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan
negative , jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan +

Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan
dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya
Penambahan

0-5

= Normal

10-15 = Ringan
20-25 = Sedang
>30

= Berat

STAT
Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger
Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100
db Sl
Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan
secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan +

Audiometri tutur

Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata,
Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST)
Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder
Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH
Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi

Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score

90 100 % berari Pendengaran Normal


75 90 % Tuli Ringan
60 75 % Tuli sedang
50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan
< 50 % Tuli Berat

Audiometri Bekessy

Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu


Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol
Ditemukan grafik seperti gigi gergaji
Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar
Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar
Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil
Normal
Tuli Saraf Koklea
Tuli f Retro koklea

Nada Terputus dan terus menerus Berimpit


Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekwensi
1000 hz dan grafi kotinue makin kecil
Nada Terputus dan terus menerus berpisah

Audiometri Obyektif
Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu

Audiometri Impedans
Electro kokleo grafi
Envoke rensponse Audiometri

1. Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane timpani dengan tekanan


tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna
a. Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani Misalnya ada cairan ,
gangguan rangkaian tulang pendegaran , Kekakuan pada membrane Timpani dan membrane
timpani sangat Lutur
b. Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau Tertutup )
c. Refleks stapedius Pada telinga Normal Reflek satapedius muncul pada Rangsangan 70
80 db
Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex Stapedius Menurun sedangkan pada Lesi Retrokolea
ambang rangsang itu naik
2. Elektrokokleografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang gelombang yang khas dari evoke elctro
potensial koklea
Caranya Dengan Elektroda jarum , Membran timpani ditusuk sampai ke Promontorium
kemudian dilihat grafiknya
3. Envoke Rensponce Audiometri
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang
gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang
Gelombang I
: Datang Dari koklea
Gelombang II
: Datang dari Nucleus Koklearis
Gelombang III
: Datang dari Nucleus oliva superior
Gelombang IV
: Datang dari leminiscus lateralis
Gelombang V
: Datang Dari Folikulus Inferior

Pemeriksaan Tuli Anorganik :


Pemeriksaan ini di perlukan untuk memeriksa seseorang yang pura pura tuli ( menginkan asuransi )
1. Cara Stenger memberikan 2 nada suara yang bersamaan pada ke 2 teliga, Kemudian pada sisi
yang sehat nada di jauhkan
2. Dengan Audiometri nada murni secara berulang dalam satu minggu , Hasil audiogram berbeda
3. Dengan Impedans

Audiologi Anak
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)

Cara memeriksanya dengan beberapa cara


1. Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak
2. Free field test- Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak sedang bermain kemudian
diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya
3. Screening Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan Frekwensi
500 hz, 1000 hz, 2000 hz

Gangguan Pendengaran Pada Bayi dan AnaK


Penyebab gangguan Pendengaran dibedakan Pada masa Prenatal , Massa Perinatal dan Post natal
Massa Pre Natal

Genitik
Non Genetik seperti gangguan / kelainan pada massa kehamilan, Kelainan strutur anatomi,
Kekurangan giizi
Infeksi Pada massa Kehamilan trimester I baik itu Infeksi dari Bakteri maupun Virus . Misalnya
Tosoplasmosis , Rubella, Cytomegalo Virus, Herpes dan spilis
Obat obatan yang berpotensi mengganggu Proses organogenesis dan merusak sel sel rambut
koklea seperti salisilat , kina, neomisin, thalidomide, barbiturate

Massa Peri Natal

Prematuritas < 37 minggu


Berat badan lahir rendah < 2500 gram
Tindakan Dengan Alat pada proses Kelahiran ( Extraksi Vakum , Forsep )
Asfiksia dan Anoksia otak ( Nilai Apgar kurang dari 5 pada 5 menit pertama )
Hiperbilirubenemia ( >20 mg/100 ml )

Massa Post natal

Infeksi Bakteri atau virus Misalnya Rubella, campak, Parotis, Meningitis, Encefalitis
Perdarahan Pada Telinga tengah
Trauma Temporal

Joint Comite on Infant Hearing menetapkan pedoman resiko tinggi terhadap ketulian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Riwayat keluar dengan ganngguan pendengaran bawaan


Riwayat Infeksi Prenatal ( Infeksi TORCHS)
Kelainan anatomi telinga
Lahir Prematur < 37 minggu
Berat badan Rendah < 1500 gram
Persalinan dengan Tindakan
HiperBilirubinemia
Asfiksia ( Apgar renda 0-3 )

Pemerisaan Brain Evoked Response Audiometi merupakan tes yang obyeketif pada Bayi
yang baru lahir
Seseorang bayi mampu berkomunikasi pada usia 18 bulan, pada saat itu merupakan priode
kritis untuk mengetahui adanya gannguan pendengaran
Proses untuk Habilitasi paling bagus bagi tuna rungu sebelum umur 3 tahun

Free Filed test

Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukuo tenang( Bising lingkungan tidakm melebihi
60 desibel )Idealnya ruangan kedap suara ( Sound Prof room)
Sebagai sumber bunyi yang sederhana digunakan tepukan tangan , tambur , bola plastic ,
remasan kertas minyak , Bel, Trompel karet
Sumber bunyi tersebut harus dikalibrasi frekwensi dan intesitasnya
Bila tersedia dipakai Baby reactometer,Neometer , Viene tone ( Frekwensi 3000 HZ ) dengan
pilihan intesitas 70,80,90, `100
Dinilai kemampuan anak memberikan respon terhadap sumber bunyi tersebut

Behavioral Obeservation 0-6 bulan

Pafa pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau
reflex yang terjado pada bayi
Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi , pemeriksaan diulangi sekali lagi
Kalau tetap tidak berhasil dilakukan pemeiksaan ketiga , pemeriksaan tersebut dilakukan 1
minggu kemudian
Bila tetap tidak memberikan respon, Dilakukan pemeriksaan audiologi lanjutan yang lebih
lengkap

Condisioned TEST ( 2- 4 Tahun )

Sebelum melakukan pemeriksaan, anak dilatih ( conditioning) melakukan suatu aktifitas


permainan
Misalnya memasukkan kelereng pada kotak tepat pada saat dia mendengar stimuli bunyi ,
setelah anak terbiasa , dilakukan pemeriksaan sebenarnya dengan mengunakan sumber bunyi
yang diketahui frekwensinya dan intensitasnya

Audiometri nada murni

Pemerikasaan dilakukan pada anak yang berusia lebih dari 4 tahunyang kooperatif
Sebagi sumber suara dilakukan nada murni Puretone bunyi yang hanya memiliki 1 frekwensi
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan kedap suara
Dapat dinilai hantaran udara dan hantaran tulang dengan memasang bone fibrator pada daerah
mastoid
Frekwensi yg diperiksa 125, 250, 500,1000, 2000,4000, 8000 Hz
Intesitas bunyi 10-100 db
Berdasarkan audiogram yang dihasilkan, diperoleh informasi tentang jenis dan derajat ketulian

BERA ( Brain Evoked Renspon Audiometri )

BERA Merupakan pemeriksaan audiologi dan neurologi sangat besar manfaatnya


Mempunyai nilai obyektifitas yang tinggi bila dibangdingkan dengan pemeriksaan audiologi
konvensional
Pemakaiian muda dan tidak invasive
Test BERA dapat juga dilakukan pada anak atau bayi yang tidak kooperatifv
Reaksi yang timbul sepanjang jaras jaras saraf pendengaran dapat diteksi berdasarkan waktu
yang dibutuhkan
Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang
gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang
Gelombang I
: Datang Dari koklea
Gelombang II
: Datang dari Nucleus Koklearis
Gelombang III
: Datang dari Nucleus oliva superior
Gelombang IV
: Datang dari leminiscus lateralis
Gelombang V
: Datang Dari Folikulus Inferior

Hablitasi

Setelah diketahui seseorang anak memderita ketulian , Upaya hablitasi pendengaran harus
dilakukan sedini mungkin
Pada anak dengan tuli saraf berat harus segera memakai alat bantu pendengaran
Diperlukan Penilaaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog anak,
Dirujuk Untuk proses hablitasi di SLB B atau SLB C tuna rungu dengan Retardasi Mental
Pendidikan Khusus dimulai pada usia 2 tahun pada SLB B yang memilki Unit taman latihan dan
obeservasi
Proses Hablitasi Penderita Tuna Rungu memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr,
SpTHT, Audiologist, Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu, dan keluarga penderita

Implan Koklea

Adalah suatu perangkap elektronik yang mempunyai kemampuan memperbaiki fungsi


pendengaran , sehingga akan meningkatkan komonikasi pederitapada tuli saraf berat dan total
bilateral
Generasi Implan koklea yang paling mutahir saat ini adalah memiliki 22 saluran chanel

Indikasi Pemasangan Implan koklea

Tuli saraf bilateral atau Total Bilateral


Untuk anak dengan tuli saraf berat sejak lahir ( tili Pralingual ) . implant koklea sebaiknya
dipasang pada usia 2 tahun

Mekaniseme Kerja Implan koklea


Impuls suara- mikrofon dan diteruskan Speech Processor melakukan seleksi informasi suara yang
sesuai menjadi kode suara yang akan disampaikan Transmiter , Kode Suara akan dipancarkan

menembus kulit menuju receiver atau stimulator, Pada bagian ini kode suara diubah menjadi sinyal
sinyal listrik sinyal sinyal listrik Elektroda elekteroda yang sesuai didalam koklea , sehinga terjadi
stimulasi serabut saraf

Program Rehablitasi Pasca pemasangan implant

Program rehabilitasi dimulai dengan mengatifkan speech Prosesor 4- 6 mimggu setelah pasca
beda
Latihan pendengaran dan terapi wicara yang membutuhkan waktu 6 bulan
Proses Rehabiltasi memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT,
Audiologist,speec patologis, Anli Terapi wicara , Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu,
Evaluasi Pasca Bedah , perangkap elektronik ini harus dipereksa dan di kalibrasi berkala , (
Mapping )
Evaluasi pasca bedah ini dilakukan setiap 6 bulan untuk anak berumur < 6 tahun dan 12 bulan
untuk anak berusia >6 tahun

Presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural Frekwensi tinggi terjadi pada usia lanjut ,semetrik kiri dan kanan
Etiologi

Umumnya Presbikusis merupakan suatu Proses degenerasi


Diduga ada hunbungan dengan Faktor factor herediter
Metabolisme
Pola makan
Gaya hidup

Patologi

Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N VIII


Pada koklea terjadi perubahan yang mencolok yaitu atrofi dan degenerasi sel sel rambut
penujang pada organ corti
Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskuler
Terdapat Pula Perubahan berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel sel gangkion dan saraf

Sensorik
Neural
Metabolik
Mekanik

Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, Jumlah sel Rambut dan sel sel
penujang berkurang
Sel sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang
Atrofi stria Vaskuler , Potensial microponic menurun, Fungsi sel dan
keseimbangan biokimia/bioelectric koklea berkurang
Terjadi perubahan gerakan mekanik pada Duktus koklearis, Atrofi pada
ligamentum spiralis , Membrane basalis lebih kaku

Gejala klinik

Berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif , semetrik pada kedua telinga
Tinitus Nada Tinggi
Coctail Parti Deafness
Intesitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telingah hal ini disebabkanTerjadi factor
kelelahan saraf

Dianosis

Otoskopi ; tampak membrane timpanis suram, Mobilitasnya berkurang


Tes Plana ditemukan tuli sensoneural
Pada Pemeriksaan audiometric nada Murni menunjukkan suatu saraf nada tinggi. Bilateral,
semetrik
Pada tahap awal terjadinya penurunann yang tajam ( sloping ) setelah frekwensi 2000 hz, ini
terjadi pada tipe sensorik dan neural
Sedangkan garis ambang dengar jenis metabolic dan mekanik gambaran audiogram nya lebih
mendatar dan tahap berikutnya mengalami penurunan secara berangsur angsur
Pada Pemeriksaan audiometric tutur menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara. terjadi
pada jenis Neural dan koklea

Penatalaksanaan

Rehablitasi
Pemasangan alat bantu dengar
Latihan Membaca Ujaran ( speec Reading )
Latihan Mendengar ( auditori Training )
Terapi Wicara ( Speech terapi )

Tuli mendadak * Sudeen Deafness


Tuli mendadak adalah Tuli yang terjadi secara tiba tba , jenis ketulian nya adalah sensoneural , Peyebab
tidak dapat langsung diketahui biasanya terjadi pada satu telinga.
Etologi

Iskemia Koklea
Inveksi Virus ( Parotis , campak, Influensa tipe b)
Trauman kepala
Trauma Bising yang keras
Perubahan tekanan atmosfir
Obat Otoksin
Neuroma akustika

Iskemia koklea merupakan peyebab utama tuli mendadak, Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena

arteri auditiva interna

spasme , Trombosis , atau perdarahan


, Pembuluh darah ini
merupakan end arteri , sehingga apabila terjadi gagguan pada pembuluh darah ini maka koklea sangat
muda mengalami kerusakan

Gejala

Timbul tuli secara mendadak , kadang kadang bersifat sementara atau berulang dalam
serangan tetapi biasanya menetap
Pada Infeksi Virus Trdapat Tuli mendadak biasanya pada satu telinga dapat disertai dengan
Tinitus dan Vertigo

Penatalaksanaan
1. Bed res total ,istirahat fisik dan mental selama 2 minggu
2. Pemberian Vasodilatansia yang cukup kuat
o 3 x900 mg ( 3 amp selama 4 hari)
o 3 x 600 mg ( 2 mg selama 4 hari)
o 3x 300 mg ( 1 amp selama 6 hari )
o Disertai pemeberian Obat oral Compalamin tab 3x2 setiap hari
3. Prednison 4x 10 mg tapering off tiap tiga hari
4. Vitamin C forte 100 mg 2x1 tablet/hari
5. Neurobion 3x1 tab /hari
6. Diet rendah garam dan rendah kolesterol
7. Inhalasi oksigen 2 liter/menit

Tuli akibat Bising

Ialah Tuli yang diakibatkan oleh terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang
cukup lama dan biasanya disebabkan oleh bising lingkungan kerja
Secara umum bising merupakan bunyi yang tidak diinginkan
Secara audiologi bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai Frekwensi
Bising yang intesitasnya 85 desibel dapat merusak reseptor pendengaran corti di telinga dalam
Yang sering mengalami kerusakan alat corti untuk reseptor yang berfrekwensi 3000-6000 hz

Gejala

Kurang Pendengaran
Tinitus
Coctail party deafness ( kesulitan mendengar serta memahami Pembicaraan di tempat
keramaiian )
Bila sudah cukup berat , maka akan terjadi sukar menangkap Percakapan dengan kekerasan
biasa , Bila sudah lebih berat maka percakapan yang keraspun sukar dimengeri
Pada pemeriksaan audiologist terdapat Recuiment suatu fenomena pada Tuli saraf koklea
Pada pemeriksaan audiometric nada murni ditemukan Ketulian pada Frekwensi 3000-6000 hz

Penatalaksanaan

Hindari Lingkungan Bising


Gunakan tutup telinga dan pelindung kepala
Untuk percakapan biasa dapat di coba pemasangan alat bantu dengar (Hearing aid)

Apabila pendegaran semakin memburuk, sehiingga memakai ABD tidak dapat berkomunikasi
dengan adekuat maka Dilakukan Psikoterapi untuk menerima keaddanya
Latihan pendegaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dan
Dibantu dengan Membaca Ucapan bibir, Bahasa Isarat, mimic dan anggota gerak

Tuli Akibat Ototoksi


Tuli yang diakibatkan oleh pemebrian obat-obatan yang bersifat ototoksi pada telinga
Etiologi;

Golongan aminoglikosida,

Streptomisin ,
Gentamisin ,
Neomisin,
kanamisin,
tobramisin
Netil Misin

Tuli bersifat bilateral bernada Tinggi sesuai dengan kehilangan sel sel rambut pada putaran
basal koklea.

Eritromisin
Pemberian eritromisin intravena dapat menyebabkan

Kurang Pendengaran
Tinitus yang Meniup
Perna dilaporkan dapat menyebabkan tuli sensoneural bernada tinggi bilateral

Loop Diuretik
Furosemid, Bumitanide , Ethycyrinic acid

dapat menunjukan Potensi ototoksisitas , apabila


diberikan pada penderita secara intera vena , Biasanya gannguan pendengaran yang terjadi ringan,
tetapi pada kasus kasus tertentu dapat menyebabkan tuli permanen

Obat Anti InFlamasi

Salsilat termasuk Aspirin dapat menybabkan Tuli sensoneural frekwensi tinggi dan disertai
dengan tinius
Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang

Obat Anti Malaria

Kina dan Kloroquin dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tinnitus


Tepai bila obat dihentikan maka pendengaran akan puli dan tinnitus menghilang

Obat Anti Tumor

Cis Platinum dapat Menyebabkan ototoksitas adala tuli subyektif , Tinitus dan otalgia , dapat
juga disertai dengan gangguan keseimbangan . Tuli biasanya bilateral dengan Frekwesnsi 6 khz
dan 8 Khz, Kemudian terkena frekwensi dibawahnya
Biasa terjadi penurunan speech discrimination score
Tinitus Biasanya samar samar
Bila tuli ringan pada peghetian obat dapat pulih kembali , Bila tulinya berat biasaanya menetap

Obat tetesTelinga topical

Obat golongan aminoglikosida seperti, Neomicin dan polimicin b


Terjadinya ketulian oleh karena obat tersebut menembus membrane tingkap bundar ( Ronw
window Membran )

Kelainan Telingah luar


Kelainan Konggenital pada Telinga

Atresia liang telinga dan Milrotia


Fisula Periaurcular
Lob Ear

Atresia liang Telinga,

Penyebab nya belum diketahui dengan pasti


Diduga oleh Faktor genetic, , Intoksikasi bahan kimia pada proses organogenesis , pada
kehamilan trimester Pertama
Inveksi Virus yang terjadi pada Trimester pertama kehamilan
Pada Atereksia Unilateral sebaiknya di operasi setelah berumur 15-17 tahun
Pada Atersia bilateral , sebaikanya diberikan alat bantu dengar , baru dioperasi setelah berusia 5
7 tahun
Operasi yang dilakukan adalah beda mikro dilakukan 5-6 jam

Fistula priaurikuler

terjadi ketika pembentukan daun telinga pada massa Embrio


Kelainan ini terjadi gannguan pada emberional pada arkus Brachialis 1 dan 2
Fistel dapat ditemukan depan tragus atau sekitarnya dan sering terinfeksi
Muara Fistel berbentuk bundar atau lonjong , Berukuran seujung Pensil
Dari muara Fistel sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea
Biasanya pasien dating berobat dengan Obtruksi dan infeksi pada fistel , Sihingga terjadi
Pioderma dan selulitis fasial
Dengan Memasukkan metilen Blue pada Fistel dapat diduga panjang Fistel , cara ini dipakai pada
waktu melakukan operasi

Dapat juga Dengan Fistuligrafi dengan mengunakan zat kontras dan kemudian dilakukan
pemeriksaan radiologi
Jika terbentuk abses berulang atau pembentukan secret yang kronik maka dilakukan
pengangkatan Fistel secara Keseluruan

Lob Ear

Telingah berbentuk seperti kelelawar


Secara Fisiologi tidak mengganggu pendengaran

Kelainan Daun Telinga

Hematoma
Perikondritis
Pseudokista

Hematoma

Disebabkan oleh Trauma


Terdapat Penumpukan Bekuan darah pada daerah Tulang rawan dan Perikondrium
Bila hematoma tidak dikeluarkan terjadi organisasi dari hematoma
Cara Mengeluarakan bekuan darah ialah Insisi secara steril
Komplikasi yang terjadi apabila tindakan tidak steril ialah perikonditis

Pseuodo kista

Terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium
Pasien tidak mersakan nyeri dating ke dokter
Sebagai Terapi dilakukan pungsi secara steril
kemudian dilakukan balut tekan dengan GIPS selama seminggu , supaya perikondrium melekat
pada tulang rawan
Bila Punsi tidak steril maka dapat menyebabkan Perikondritis dan berlajut menjadi teliga lisut
(Cauliflower ear)

Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga terjadi karena

Trauma
Pasca operasi telinga seperti Mastoiditis
Sebagai komplikasi pada Pseudo kista

Komplikasi : Telinga lisut atau Clauflower ear

Kelainan Liang Telinga


Serumen Obturan
Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebacea dan kelenjar serumen yang terdapat dikulit sepertiga
luar liang telinga, Konsitensi nya biasanya lunak

Memeiliki Efek Proteksi sebab membantu membawa kotoran yang ada di liang telinga
Secara Fisologi serumen itu akan keluar dengan sendiri pada saat menguyah dan setelah sampai
diliang teligah luar maka akan menguap oleh panas
Apabila terjadi penumpukan dalam liang telinga maka dapat menyebabkan ganngguan
Pendengaran
Bila Cerumen bercampur dengan Air dalam liang telinga , Maka serumen Akan mengembang
sehingga menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu di Liang telinga
Serumen cair dapat dikeluarkan dengan kapas yang dililit pada pelilit kapas
Apabila padat maka diberikan Karbon Gliseril 10 % selama 3 hari sampai cerumen melunak
Lalu dilakukan Irigasi Liang telinga dengan air Hangat, suhunya sesuai dengan suhu tubuh

Benda Asing Diliang Telianga

Benda Asing dapat Berupa jenis seranggan misanya Nyamuk , semut


Benda asing lainnya yang sering ditemukan pada anak anak yaitu Kacang Ijo atau karet
Penghapus
Benda asing yang sering ditemukan Pada Orang dewasa yaitu Patahan korek api
Dapat Terjadi Edema Pada Liang telinga karena Trauma , sehingga akan Menyulitkan untuk
mengeluarkannya lagi
Benda Organik akan Mengembung bila diiamkan terperangkap lama
Binatang harus dimatikan terlebih dengan menggunakan rivanol selama 10 menit, Kemudian
benda asing Tersebut dirigasi dengan air bersi Untuk mengeluarkannya
Bemdah asing yang besar dapat dikait dengan pengait serumen dan yang keci l bias diambil
dengan cunam

Otitis eksterna Sirkum skripta

Merpukan Peradangan pada daera 1/3 bagian luar dari liang telinga
Oleh karena kulit 1/3 bagian luar dari liang telianga mengandung adnesa, kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen , maka ditempat itu dapat terjadi infeksi

Etiologi

Staplilococus albus,
Stapilococus auereus

Gejala

Rasa Nyeri yanga hebat tidak sesuai dengan besar bisul


Hal ini terjadi karena kulit pada liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya
Rasa nyeri timbul spontan , pada waktu membuka mulut ( sendi temporo mandibula)
Selain terdapat juga gangguan pendengaran apabila ferunkel besar meyumbat liang telinga

Terapi

Bila sudah terbentuk abses maka di aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nana
Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti Polimicin atau bacitracina
Antiseptic ( asam asetat 2-5 % dalam Alkohol 2 % )
Obat siptomati seperti analgetic

Otitis Eksterna Diffuss

Radang pada mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam


Tampak kulit liang telinga hiperemis , edema dengan batas tidak jelas
serta tidak terdapat ferunkel

Etiologi

Pseuodomonas
Stapilococus albus
Escheria coli

Gejala

Gejala nya sama dengan Otitis Eksterna sirkum skripta


Kadang kadang terdapat secret berbau , secret ini tidak mengandung lendir ( musim ) seperti
secret yang keluar dari kavum timfani PADA OMA

Terapi

Masukan Tampon pada yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapa kontak baik
antara obat dan kulit yang meradang ,
Dapat Diberikan Antibiotik sistemik

Otomikosis
Infeksi jamur pada Liang telinga dipermuda oleh kelembapan yang tinggi didaera tersebut
Etiologi

Aspergilus
Candida Albicans

Gejalala berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan

Hiprtrofi Adenoid
Adenoid adalah Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada diding Posterior Naso Faring Dan termasuk
cicin Waldayer ,Ukuran Terbesar Ditemukan Pada anak Berumur 3 tahun dan menghilang sama sekali
pada Umur 14 Tahun
Akibat Terjadi Sumbatan Koana Pasien Bernapas Melalui Mulut Sehingga Terjadi
1. Fasies Adenoid Yaitu Tampak hidung kecil, Gigi incisivus kedepan ( Prominen), arkus Faring
Tinggi dan Pasien Tampak seperti orang bodoh
2. Faringitis dan Bronkitis
3. Gangguan Ventilasi dan Dranase sinus Paranasal sehingga dapat Terjadi Sinusitis Kronik

Diagnosis Ditegakkan Berdasarkan gejala klinik

Pada Rinos kopi anterior : Dengan Melihat Tertahannya gerak Platum mole Pada Waktu Fonasi
Pada Rinoskopi Posterior : Sukar Dilakukan pada anak anak
Kadang Dilakukan Pemeriksaan dengan jari untuk meraba daerah naso faring dengan jari . Tetapi
cara ni dapat menyebabkan Pasien Muntah
Dilakukan Pemeriksaan Radiologi Yaitu Foto Tengkorak lateral

Tosilo Faringitis
Radang akut Orofaring dapat Berupa Faringitis atau Tonsilitis akut , Peyakit ini sering ditemukan dan
dapat menyerang semua umur

Etiologi

Streptococus Varidans
Sterptococus Pyogenes
Adenovirus
Echo Virus

Virus Influensa
Herpes

Patologi
Mula Mula Terjadi Infiltrasi pada lapisan epitel Epitel Mengalami Pengikisan Maka Jaringan Limfoid
superficialis mengadakan reaksi Terdaapat bendungan radang dengan Infiltrasi Leukosit PMN-
Proses ini secara klinis Tampak Kriptus Tonsil yang berisi Denritus- Denritus Merupakan Kumpulan
Bakteri , Leukosit, Dan epitel yang terlepas .
Suatu tonsillitis akut dengan Dedritus yang jelas Disebut Tonsilitis Folikularis,
Bila bercak bercak dedritus itu berdekatan menjadi satu disebut Tosilitis Lakunaris
Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih Lebar sehingga terbentuk membrane semu ( Pseudo
Membran )

Diangnosis Banding

angina Plaut Vincent ,


Tosilitis difteri ,
Scarlet Fever
Angina agranulositosis

Gejala Klinik

Deman Mencapai 40 derajat c


Rasa lesu
Rasa nyeri pada persedian
Tidak ada nafsu makan ( anoreksia )
Rasa Nyeri di Telingah ( Otalgia ) Karena Refred Pain dari N IX

Pemeriksaan :

Tampak Mukosa Faring mengalami Hiperemis


Tonsil Meradang
Terlihat detritus berbentuk folikel , Lakuna tau Membran
Kelenjar Sub mandibula Membengkak dan Nyeri tekan

Terapi

Antibiotik atau sulfonamide


Analgetik/antipiretik
Obat Kumur atau obat isap yang mengandung Disinfectan

Tonsilitis Membranosa
Penyajit yang termasuk dalam golongan Tosilofaringitis Membranosa ialah
A.
B.
C.
D.

Tonsilitis Defteri
Tonsilitis Septik
Angina Plaut Vincent
Penyakit Kelainan darah sepperti Leukemia akut , anemia Pernisiosa , Neutropenia maligna
serta Infeksi mononukleusis
E. Proses specific : TBC dan Lues
F. Infeksi Jamur : Monoliasis , aktinomikosis dan blastomikosis
G. Infeksi Virus seperti Morbili, Pertusis dan skarlatina

Tosilitis Defteri
Merupakan suatu Penyakit radang tonsil yang disebabkan oleh Coryne bacterium Diphteriae ( Gram
Positif ) , Kuman ini umunya terdapat disaluran napas bagian atas yaitu Hidung , faring dan laring

Gejalah dan tanda


Penyakit ini ditandai dengan adanya membrane semu ditonsil dan disekitarya serta pengelepasan
eksotoksin yang dapat menibulkan gejala umum dan local
Gambaran klinik terbagi Menjadi 3 golongan

Gejala umum
Gejala Lokal
Gejala akibat eksotosin

Gejala umum :

Suhu sub Febrin


Nyeri kepala
Anoreksia
Badan lemah dan Nadi Lambat

Gejala Lokal

Tampak Tonsil meradang disertai bercak Putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu
membetuk membran semu
Membran ini meluas Ke Platum Mole ,Uvula , Nasofaring ,Laring dan bahkan meluas sampai ke
Trakea.
Membran semu ini melekat erat dan mudah berdarah
Bila Infeksi tak terbendung maka Kelenjar limfe akan membengkak ( Bull Neck )

Gejala akibat Eksotoksin

Miocarditis dan dapat Mengakibatkan Decompensasi cordis


Dapat Mengenai Saraf Kranial Khususnya bagian motorik

Dapat Mengenai ginjal sehingga meyebabkan albuminuria

Terapi

Berikan ADS segera tanpa menunggu hasil Kultur dosis nya 20.000 10.000 unit tergantung
umur , berat dan lamanya penyakit
Antibiotik : Eritromisin atau gol penisilin
Koritikosteroid
Simptomatik

Komplikasi

Laringitis Difteri
Miokarditis
Kelumpuhan otot Platum mole , Otot mata , ( Terutama otot untuk akomodasi ), Otot faring dan
laring
Albuminuria sebagai komplikasi ke ginjal

Tonsilitis septic
Merupakan Peradangan Tonsil yang disebabkan oleh Bakteri streptococcus Hemoliticus yang
terdapat dalam susu sapi ,

Gejala

Demam tinggi 39 -40 derajat c


Nyeri ketika menelan
Nyeri kepala hebat dan kadang kadang Mual - muntah
Nyeri di seluruh tubuh dan tubuh terasa lemah

Pemeriksaan

Mukosa faring dan tonsil Hiperemis


Terdapat bercak putih keabuan
Tampak Edema sampai sekitar Uvulae
Mulut Berbau ( Foetor ex ore )

Komplikasi

Pembesaran kelenjar Limfe submandibula


Otitis Media
Laringitis

Angina Plaut Vincent


Merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh hygiene mulut kurang baik , dan terdapatnya def
Vitamin C, Kuman Spirilium dan basil fusiform
Gejala

Demam Tinggi sampai 39 derajat c


Nyeri dimulut , Gigi dan Nyeri Kepala
Badan lemah
Gusi mudah berdarah dan Hipersalifasi
Dan kadang kadang terdapat gangguan percernaan

Pemeriksaan

Tampak Membran Putih keabuan di Tonsil , Uvula , Diniding faring ,gusi, serta Prosesus
alveolaris
Mukosa Mulut dan Faring Hiperemi
Foetor Ex ore
Kelenjar Submandibula Membesar

Terapi

Perbaiki Higine Mulut


Antibiotik
Vit C dan Vit B com

Tonsilitis Kronik
Merupakan lanjutan dari Penyakit Tonsilitis akut dan Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut
tetapi kadang- kadang kuman berubah menjadi golongan gram negative
Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah

Rasangan menahun ( Rokok , Makanan, Pengaruh cuaca )


Pengobatan Tonsilitis akut yang Tidak adekuat
Higene Mulut yang Buruk

Patologi
Pada Radang Kronik terdapat 2 bentuk

Hipertofi Tonsil

Atrofi Tonsil

Proses radang Berulang -Maka Epitel Mukosa Terkikis jaringan Limfoid juga terkikis Sehingga
Proses Penyembuhan jaringan Limfoid diganti Menjadi jaringan Parut Jaringan parut ini sesuai dengan
sifatnya akan mengalami pengerutan
Kelompok Jaringan Limfoid Mengerut sehingga Ruang antara kelompok melebarHal ini secara klinik
tampak pelebaran kriptus kriptus akan di isi Detritus Proses berjalan terus sehingga menembus
kapsul dan akhirnya Timbul Perlengketan dengan jaringan disekitar Fossa tonsilaris Pada anak anak
disertai Pembesaran kelenjar Limfe Submandibula
Gejala dan tanda

Pasien Mengeluh ada sesuatu yang menghalagi di tenggorokan


Tenggorokan dirasakan kering
Pernapasan Berbau
Pada Pemiriksaan tonsil : Membesar dan Tidak Rata , Kriptus Melebar dan Terisi Detritus

Komplikasi
Komplikasi Didaerah Sekitarnya

Rinitis Kronik
Sinusitis
Otitis Media

Komplikasi Didaerah organ jauh dari tonsil

Endokarditis
Atritiss
Miositis
Nefritis
Iridoskilitis
Dermatitis
Pruritis
Urtikaria dan Furonkolosis

Indikasi Tonsiloktomi atu adenoiktomi


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Sumbatan Hidung yang menetap oleh adeoid


Sumbatan Rongga Mulut oleh Tonsil yang membesar
Cor pulmonal
Peritonsil yang berulang
Pembesaran kelenjar Limfe Leher yang Berulang
Kecurigaan tumor Tonsil
Sidrom sleep apnea
Tonsil sebagai Fokal Infeksi dari organ Penting lainnya

Faringitis Kronik

Faktor Predisposisi proses radang Kronik ini

Rinitis Kronik
Sinusitis
Iritasi kronik yang dialami oleh Perokok atau Peminum alcohol
Inhalasi uap yang merasang mukosa faring
Infeksi yang Menyebabkan Faringitis Kronik
Daerah yang Berdebu
Orang yang bernapas Melalui Mulut karena hidung Tersebut oleh salah satu factor peyebab
penyakit

Faringitis Kronik Terbagi atas 2 bentuk

Faringitis Kronik Hiperplastik


Faringitis Kronik Atrofi

Faringitis Kronik HiperPlastik


Pada dasarnya Faringitis Kronik HiperPlastik terjadi perubahan mukosa dinding Posterior faring ,
Tampak mukosa menebal serta hipertrofi kelenjar limfe dibawahnya dan dibelakang arkus faring
posterior ( lateral band ) , Dengan demikian tampak Mukosa dinding Posterior tidak rata yang disebut
granuler
Gejala

Pasien Mengeluh gatal pada Tenggorokan


Kering atau berlendir yang sukar di keluarkan
Kadang Kadang disertai dengan Batuk

Terapi :

Penyakit Kronik dihidung atau sinus paranasal yang menyebabkan Faringitis Diobati
Melakukan Penggosokan Memakai Zat kaustik Misalnya Nitras Argetin dan Albotil
Dapat juga dilakukan juga dengan electro kauter
Pengobatan simptomatik berupa obat kumur dan antirusif atau expektoransia

Faringitis Kronik atrofi ( SIKA )

Faringitis Kronik atrofi sering timbul bersama dengan Renitis atrofi . Pada Renitis atrofi : udara
pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapan sehingga menimbulkan Rasangan serta infeksi pada
faring
Gejala

Pasien Mengeluh Tenggorokan kering


Mulut berbau
Pada Pemeriksaa tampak mukosa faring terdapat lender yang melekat
Dan bila lendir itu di angkat maka tampak Mukosa kering

Terapi

Obat Kumur
Penjagaan Higene Mulut
Obat Simptomati

Faringtis Spesifik
1. Faringitis Leutika
2. Faringitis TBC

Faringitis Leutika
Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Troponema palidum dan dapat menimbulkan infeksi
didaerah faring .
Stadium Primer

Kelainan terdapat pada lidah, tonsil dan dinding Posterior faring , Kelainan ini berupa bercak
keputihan pada tempat tersebut
Bila infeksi terus berlangsung maka Timbul ulkus
Ulkus pada Daerah faring bersifat sama dengan Ulkus pada genetalia
Ulkus tidak Nyeri
Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan

Stadium Sekunder

Stadium ini jarang di temukan


Terdapat eritema pada dinding Posterior Faring yang menjalar ke laring

Stadium Tersier

Terdapatnya Guma
Tonnsil dan Platum Mole merupakan tempat predileksi untuk tumbunya gumma

Bila didapatkan Guma di dinding Post faring akibatnya dapat mengenai Vet Servicalis dan bila
pecah maka dapat menyebabkan kematian
Bila guma sembuh maka bekas guma akan terbentuk jaringan parut

Diagosis
Diagnosis dengan pemeriksaan serologik

Terapi
Obat pilihan utama ialah Penisilin

Faringitis Tubercoosa

Merupakan Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Micobacterium Tb yang besifat basil
tahan asam dapat meyerang Platum Mole , Tonsil , Platum durum , dasar lidah dan epiglostis
Biasanya Infeksi daerah faring merupakan Proses sekunder dari TBC paru Kecuali kuman tahan
asam jenis bovinum
Pada jenis BOvinum Merupakan Jenis TBC yang Primer

Peryebaran Infeksi

Eksogen
Endogen

Bentuk dan tempart lesi

1 sisi Tonsil dan kedua sisi tonsil apabila Penyebaran Hematogen


Dinding Faaring Posterior
Arkus faring anterior
Dinding lateral Hipofaring
Platum mole
Platu durum
Kelenjar regional leher Membengkak

Gejala

Anoreksia
Nyeri tenggorokan yang hebat dibanding Peradangan yang timbul
Nyeri Pada waktu Menelan
Tidak jarang mengalami Regurgitasi
Nyeri Telingah dan adenopati servical

Diagnosis

BTA
Foto Thoras
Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan

Terapi :
Terapi Sesuai dengan TBC paru

Abses Leher dalam


Abses Leher dalam terbagi atas

Abses Peritonsil
Abses Retro faring
Abses Parafaring
Angina LUdovici

Abses Peri tonsil


Etiologi

Poses ini terjadi sebagai Komolikasi dari Tonsilitis akut


Biasaya kuman peyebabnya sama dengan Kuman Pada Tonsil .
Dapat ditemukan Kuman aerob dan anaerob

Patologi

Daerah superior dan lateral Fossa Tonsilaris Merupakan jaringan Ikat longgar Maka infiltarsi
supurasi ke Ruang Pontensial Peritonsil tersering menempati daerah ini. Sehingga Platum Mole
Membekak
Pada stadium Infiltrasi selain pembekakan Juga terjadi Tampak mukosa Hiperemi
Bila Proses Berjalan terus maka daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning kuningan
Tonsil terdorong ketengah , depan, bawah
Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral
Peradangan berlangsung terus akan meyebabkan iritasi M. Peterigoid Interna sehingga timbul
Trismus
Abses dapat Pecah Mungkin dapat Menyebabkan aspirasi ke paru

Gejala

Odinofagia ( Nyeri Menelan ) yang lebih hebat biasanya pada satu sisi saja
Nyer Teligah ( Otalgia )
Muntah ( Regurgitasi )
Mulut berbau ( Foetor ex Ore
Hipersalifasi
Rinolalia (Suara sangau)

Trismus
Pembekakan kelenjar sub mandibula dan nyeri tekan

Pemeriksaan

Kadang Kadang sukar memeriksa Faring karena Trismus


Palatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan
Tonsil bengkak Hiperemis terdorong ketengah , depan, bawah
Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral

Terapi

Pada Stadium Infiltrasi diberikan antibiotic dosis tinggi


Obat Simptomatik ( Analgetik /antiperetik )
Kumur kumur dengan cairan hangat
Kompres Dingin pada Leher
Bila Ditemukan Abses maka Dilakukan Pungsi pada daerah anbses , Kemudian insisi untuk
megeluarkan nana
Tempat Insisi yaitu Paling menonjol dan lunak atau pada garis pertengahan yaitu garis yang
mehubungkan dasar uvulae dengan graham atas terakhir pada sisi yang sakit
Bila Terjadi trismus ..Untuk mengatasi nyeri disutikan analgesia local yaitu xilocain atau novicain
1 % di gaglion sfenopalatinum
Pasien dianjurkan Operasi tonsilektomi
OPerasi Tonsilektomi bersama sama dengan dranase abses disebut Tonsilektomi a chaud
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 3- 4 hari disebut Tonsilektomi a tiede
Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 4 6 Minggu disebut Tonsilektomi a Froid
Pada Umumnya Tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi nya tenang yaitu 2 3minggu setelah
dranase abses

Komplikasi

Abses Pecah Menyebabkan aspirasi paru


Penjalaran ke Para faring sehingga terjadi Abses Parafaring , Pada Penjalaran selanjutnya Masuk
kedalam mediastnum sehingga terjadi Mediastinitis
Penjalaran di daerah intra cranial dapat meyebabkan Trombus sinus cavenosus , Menigitis, dan
abses otak

Abses Retro Faring

Etiologi

Penyakit ini sering ditemukan pada anak Usia 3 bulan sampai 5 tahun
Hal ini terjadi karena Pada usia tersebut masih berisi Jaringan Limfoid masing masing 2 5 buah
pada sisi kanan dan kiri
Kelenjar ini menampung aliran limfe dari Hidung , Sinus pranasal, Nasofaring, Faring , Tuba
estachius dan Teligah tengah
Pada Usia diatas 6 tahun kelenjar Limfe ini Mengalami atrofi

Infeksi saluran napas atas menyebabkan Limfedenitis retrofaring


Trauma Diding belakang Faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis berupa
adenoiktomi
Tuberculosis Vet Servicalis ( Cold Abses)

Gejala

Disfagia
Odinofagia
Anak Rewel dan sering Menangis dan Tidak mau makan dan minum
Sesak napas Karena sumbatan jalan napas Terutama di Hipofaring
Proses berlanjut terus akan Mengenai laring maka dapat Menimbulkan stridor
Sumbatan akibat Abses dapat Mengganggu resonansi suara

Pemeriksaan

Pada diding belakang Faring tampak Benjolan yang teraba lunak

Diagnosis

Diagnosis ditegakakan dengan riwayat ISPA atau Riwayat Trauma


Foto Rongent Jaringan lunak leher lateral

Adenoiditis
Tumor
Aneurisma aurta

DD

Terapi

Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Insisi Abses dengan menggunakan laringoskopi langsung dalam posisi Trendelnburg, Pus segera
diisap agar tidak terjadi aspirasi
Pasien drawat inap sampai tanda infesi reda

Komplikasi

Penjalaran ke ruang parafari, ruang Vaskuler vicera


Mediastinitis
Obstruksi jalan napas menyebabkan asfiksia
Bila Pecah spontan maka akan menyebabkan Pnemonia aspirasi

Abses Parafaring
Etiologi

Ruang oarafaring mengalami infeksi melalui

Langsung : akibat Tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia, Jarum
suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot ( m . Konstiktor Faring sup)
yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris
Proses Supurasi kelejar limfe Leher bagian dalam, gigi , tonsil , faring , Hidung, sinus paranasal ,
Mastoid dan Vet Servicalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadi abses parafaring
Penjalaran infeksi dari Ruang peritosil, Retrofaring atau submandibula

Gejala klinik

Demam Tinggi
Trismus atau Indurasi
Pembengkakan di sekitar angulus mandibulae
Pembengkakan Dinding Lateral faring sehingga menonjol kea rah Medial

Komplikasi

Proses Peradangan dapat melauli Hematogen , Limfogen atau PerKontinuitatum


Penjalaran Ke atas dapat mengakibatkan peradangan Intrakranial
Kebawah Menyelusuri selubung karotis dapat menyebabkan Mediatinitis
Abses Juga dapat merusak dinding Pembuluh darah Terutama Pembuluh darah karotis
Jika mengenai Pembuluh darah karotis maka akan terjadi Ruptur mengakibatkan Perdarahan
Bila terjadi preflibitis dan endo fliibitis Dapat Timbul Trobombo Flibitis dan Septikemia

Terapi

Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Evakuasi abses dengan cara explorasi dalam anestesi umum Caranya insisi dari luar dan intra
oral
Insisi Dari Luar dilakukan 2 jari dibawah dan sejajar Mandibula , secara tumpul dieksplorasi
dilanjutkan dari batas anterior M, Stenocledomastoideus kea rah atas belakang menyusuri
bagian medial Mandibula dan M, Ptrogoedeus Intena mencapai ruang parangfaring.
Bila ada nana di selubung karotis maka insisi dilakukan secara Vertikal dari Pertengahan Insisi
Horisontal ke bawah didepan M, Stenocledomastoideus Cara Mosher
Insisi Intraoral dilakukan Pada dinding lateral Faring dengan Memakai Klem arteri , eksplorasi
Dilakukan denga menembus M Konstritor faring sup Kedalam Ruang parafaring anterior

Angina Ludovici

Etiologi

Angina Ludovici ialah selulitis ruang suprahioid, Ruang ini terdiri dari Ruang sub lingual, Sub
Mentalis dan sub maxilla yang disebut juga ruang sub mandibula
Ruang sub Ligual di pisahkan dari ruang submentalis dan sub masilla oleh otot Milohioid
Infeksi yang terbatas hanya pada satu atau lebih ruang submandibula atau bila terbentuk abses
disebut Pseudo agina lidovici

Infeksi gigi
Peradangan supuratif Kelenjar Limfe servical didalam ruang sub mandibula

Gejala

Terdapat nyeri tenggorokan dan leher


Dasar Mulut membengkak dan mendorong lidah keatas belakang sehingga Menimbulkan sesak
napas
Pembengkakan pada daerah sub mandibula yang tampak hyperemis dan keras pada perabaan

Terapi

Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral
Eksplorasi dengan tujuan Mengurangi Dekompresi dan evakuasi pus atau jaringan nekrotikan
Insisi Dilakukan secara Horizontal setinggi os Hioid ( 3 4 Jari dibawah mandibula )
Perlu Pengobatan terhadap penyebab infeksi gigi , untuk mencegah kekambuhan

Komplikasi

Sumbatan jalan napas akibat Lidah terdorong keatas belakang


Mediatinitis
Sepsis

Kelainan Laring

Kelainan Konggenital
Peradangan Laring
Nodul Pita suara
Keratosis Laring

Kelainan Konggenital Terbagi


1.
2.
3.
4.
5.

Laringomalasia
Stnosis Subglotik
Selaput Dilaring ( Laringeal Web )
Kista Konggenital
Hemangioma

Laringomalasi :

Merupakan kelainan paling sering ditemukan


Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah sehingga pada waktu inspirasi epiglottis tertarik
kebawah dan menutup rima glottis
Dengan demikian Jika pasien Bernapas , napas Berbunyi stridor

Stridor merupakan gejala awal dan dapat menetap dan Mungkin Pula hilang timbul ini
disebabkan lemahn ya kerangka laring
Tanda sumbatan jalan napas dengan terlihatnya retraksi pada daerah supra sterna ,
epigastrium, Intercostal , dan supra clavicular
Bila sumbatan makin berat maka dilakukan Intubasi endotrakeal

Stenosi Subglotik
Kelainan ini disebabkan

Penebalan jaringan sub mukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis
Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumennya yang lebih kecil
Bentuk tulang rawan krikoid Normal dengan ukuran yang lebih kecil
Penggeseran cicin trakea yang pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid

Gejala

Stridor
retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan sup clavicular
Pada stadium yang lebih berat ditemukan sianosis dan apnea

Laringitis Akut
Radang akit laring pada umumnya merupakan kelanjutan rinofaringitis ( common cold ) . Pada anak
laryngitis akut ini dapagt menyebabkan Sumbatan jalan napas sedangkan pada orang dewasa tidak
secepar pada anak
Etiologi

Sebagai penyebab radang lalah bakteri yang menyebabkan Peradangan Lokal


Virus yang menyebabkan Peradangan sistemik

Gejala

Demam
Malaise
Suara parau sampai afoni
Nyeri ketika menelan dan berbicara
Serta gejala sumbatan laring

Pemeriksaan

Terapi

Pada Pemeriksaan Tampak Mukosa laring hiperemis dan membengkak terutama diatas dan
bawah pita suara .
Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung dan sinus paranasal

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2- 3 hari


Menghirup udara lembab
Menghidari dari iristasi pada faring dan laring Misalnya Merokok Dan Minum air es
Antibiotik apabila peradangan berasal dari paru
Bila ada sumbatan laring maka dipasang Pipa Endotrakea atau Trakeostomi

Laringitis Kronik
Peradangan kronik pada Laring yang disebabkan oleh

Sinusitis kronik,
Deviasi septum yang berat
Polip hidung
Bronkhitis
Penggunaan suara secara Berlebihan ( Berteriak teriak atau Bicara Keras ) Vocal abuse

Pemeriksaan

Tampak Mukosa Hiperemis dan menebal serta Permukaan Tidak rata


Kadang kadang pada Pem Patologi terdapat melaplasia skuamosa

Gejala

Suara Parau yang menetap


Rasa Tersangkut di leher
Pasien sering mendehem tanpa mengluarkan secret karena Mukosa Yg Menebal

Terapi

Mengobati Peradangan Dihidung , Faring serta Bronkus yang mungkin peyebab Laringitis
Vocal Rest

Laringitis Kronik Spesifik terbagi

Laringitis TBC
Laringtis Leutika

Larigitis TBC
Gambaran Klinik Terbagi atas 4 stadium
1. Stadium Infiltrasi
2. Stadium Ulserasi
3. Stadium Perikondritis

4. Stadium Fibro tuberkulosis


Stadium InfiltraSi

Mukosa Laring Posterior mengalami Pembengkakan dan Hiperemis


Kadang kadang Pita suara terkena juga
Pada stadium ini Mukosa Laring berwarna pucat
Kemudian Didaerah sub mukosa terbentuk Tuberkel sehingga Mukosa tidak rata tampak bintik
bintik berwarna kebiruan
Tuberkel Membesar serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu sehingga mukosa diatas
nya meregang
Bila Tuberkel Pecah maka timbul Ulkus

Stadium Ulserasi

Terjadi Ulkus dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan serta dirasakan nyeri oleh Pasien

Stadium Perikondritis

Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring


Yang Paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglottis
Pada stadium ini Terbentuk skuester
Pada stadium ini keadaan pasien Memburuk dan dapat meninggal dunia
Bila Pasien beratahan maka Proses pun Berlanjut dan masuk pada stadium Terakhir yaitu
Stadium Fibrotuberculosis

Stadium Fibrotuberculosis

Pada stadium ini terbentuk Fibrotuberkulosis pada dinding Posteior , Pita suara dan sub glotik

Gejala Klinik

Rasa kering , Panas dan tertekan diaderah laring


Suara Parau dirasakan Berminggu minggu sedangkan Pada Stadium lanjut dapat menyebabkan
afoni
Hemoptisis
Odinofagia berat
Keadaan umum Memburuk pada stadium lanjut
Pada Pemeriksaan Paru ( secara klinik dan Radiologik ) Terdapat proses aktif (Biasaya pada
stadium Eksudasi , Pembentukan Kaverna

DD
1. Laringitis leutika
2. Karsinoma faring

3. Aktinomikosis
4. Lupus Vulgaris laring
Terapi

Obat OAT
Vocal Rest

Laringitis Leutika
Gambaran klinik

Apabila Guma Pecah maka timbul ulkus


Ulkus ni mempunyai sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi dengan dasar yg keras
Ulkus ini Tidak menyebabkan nyeri dan menjalar dengan cepat

Gejala Klinik

Suara Parau
Batuk Kronik
Disfagia timbul bila ada gumma dekat Introitus Osepagus

Diagnosis Ditegakkan

Pemeriksaan laringoskop
Pemeriksaan serologik

Komplikasi

Stenosi laring karena terbentuk jaringan parut

Terapi

Pinisilin dosis tinggi


Pengangkatan skuester
Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan Trakeostomi

Nodul Pita suara


Kelainan ini biasanya disebabkan oleh Penyalahgunaan pita suara dalam waktu lama seperti pada guru ,
Penyanyi dan sebagainya. Kelainan ini juga disebut singer Node
Gejala klinik

Suara parau disertai dengan batuk

Pemeriksaan

Terdapat Nodul pada pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil lagi

Nodul berwarna keputihan


Nodul tersebut sering berada pada sepertiga anterior atau bagian tengah Pita suara ,
Nodul tersebut Bisa Unilateral atau Bilateral pada pita suara
Bila Bilateral maka nodulnya semetrik

Terapi

Bedah Mikro laring

Diagnosis

Pemeriksaan Laringoskopi Derek dan Inderek

Keratosis Laring

Pada Keratosis laring sebagian mukosa laring mengalami Pertandukan, sehingga tampak daerah
putih yang disebut Leukopakia
Tempat yang paling sering mengalami pertandukan adalah Pita suara dan fossa Intearitenoid
Etiologi Tidak diketahui dengan jelas

Gejala

Suara parau
Ada yang Mengganjal di Tenggorokan
Stridor atau sesak napas Tidak ditemukan pada penyakit ini

Terapi

Pengangkatan daerah keratosis dengan bedah Mikro laring

Penanggulangan Sumbatan Laring


Sumbatan laring dapat disebabkan
1.
2.
3.
4.
5.

Radang akut dan Kronik


Benda asing
Trauma
Tumor
Kelumpuhan N rekuren bilateral

Gejala Dan tanda sumbatan Laring


1. Serak ( disfoni )
2. Sesak napas ( dispnea)
3. Stridor

4. Cekungan pada Waktu inspirasi di Suprasternal , Supra Klavicula, sela iga , Dan Epigastrium
5. Gelisah
6. Sianosis karena Hipoksia
Jackson Membagi sumbatan laring menjadi 4 stadium
1. Adanya Cekungan di supra sterna dan stridor ini tampak tenang
2. Cekungan pada supra sterna makin dalam ditambah lagi Cekungan di epigastrium pasien sudah
mulai gelisah
3. Cekungan selain di Supra strenal , epigastrium juga terdapat di Infraclavicula dan sela sela iga ,
pasien sangat gelisa dan dispnea
4. Cekungan cekungan diatas bertambah jelas , pasien sangat gelisa, ketakutan dan sianosis Jika
Proses Berjalan terus maka penderita akan kehabisan tenaga , Pusat pernapasan Paralitik karena
Hiperkapnea. Pada Keadaan seperti ini Penderita tampak tenang dan tertidur . akhirnya
penderita meninggal karena Asfiksia

Intubasi EndoTrakea
Indikasi Intubasi endotrakea
1.
2.
3.
4.

Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas


Membantu Ventilasi
Memudahkan Mengisap Sekret dari traktus Trakeobrokial
Mencegah aspires

Teknik Intubasi

Posisi Pasien leher sedikit Fleksi dan kepala Ekstensi


Laringoskop dengan spatel bengkok di pegang dengan tangan kiri
Dimasukan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong ke Kiri
Spatel diarahkan Melalui pangkal Lidah ke Velekula
Lalu Laringoskop diangkat Keatas sehingga pita suara dapat terlihat
Dengan tangan kanan Pipa Dimasukan melalui mulut terus melalui celah antara kedua Pita
suara
Lalu disutikan Udara Untuk Mengembangkan Balon pada Pipa

Trakeostomi
Trakeostomi merupakan Tindakan Membuat Lubang pada bagian depan Trakea untuk Bernapas
Indikasi Trakeostomi

Mengatasi obtruksi laring


Mengurangi Ruang rugi( Dead air space ) di saluran napas bagian atas

Mempermuda pengisapan secret dari Brokus pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan
secret secara fisiologi
Untuk memasang respirator ( alat bantu Pernapasan )
Untuk mengambil benda asing dari sub glotik

Teknik Trakeostomi
1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
2. Dengan posisi seperti ini Leher tegak lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat
permukaan leher
3. Kulit leher dibersikan dengan antiseptic dan ditutupi kain steril
4. Obat anestesikum ( Novakain ) disutikan diantara Krikoid dan Fossa supra sterna
5. Dilakukan sayatan Horisontal pada pertengahan jarak antara Kartilago krikoid dengan fossa
supra sterna
6. Kira kira 2 jari dibawah kartilago krikoid orang dewasa
7. Dengan Gunting panjang yang Tumpul , Kulit dan jaringan dibawahnya di pisahkan lapis demi
lapis dan ditari ke lateral ,Tampak Trakea
8. Bebaskan Ismus , ismus diklem dan dipotong tengahnya , lalu diikat Tepinya
9. Lakukan aspirasi
10. Buat stoma dengan Memotong cincin trakea ke tiga
11. Memasang kanul dan kanul difiksasi dengan tali di leher
12. Luka Operasi ditutup
Perawatan pasca Trakeotomi

Scret dapat menyumbat sehigga dapat terjadi asfiksia oleh sebab itu secret di trakea harus
diisap keluar
Dan Kanul dalam dicuci sekurang kurang ya 2 kali sehari lalu dimasukkan lagi kedalam kanul luar
Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu yang lama maka kanul luar harus dibersikan 2 kali
seminggu

Krikotirotomi
Krikotomi merupakan tindakan penyelamatan yang lebih muda dan lebih cepat dapat dilakukan pada
penderita dalam keadaan gawat napas dan darurat dengan cara membelah Membran Krikotiroid
Teknik Krikotirotomi
1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital
2. Indetifikasi Puncak Tulang rawan tiroid ( adam apple) dan diFisasi dengan tangan kiri
3. Dengan Telunjuk tangan kanan tulang rawan tiroid diraba kebawah sampai ditemukan Kartilago
Krikoid, Membran Krikoid terletak diantara ke dua tulang rawan ini
4. Dibuat sayatan Horisontal pada Kulit
5. Bagian bawah kartilago Tiroid terlihat Tusukan Pisau dengan arah kebawah
6. Masukkan Kanul Yang tersedia

Parasat Heimlich

Prasat Heilmlich merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyubat laring secara
total atau benda yang berukuran besar yang terletak di Hipofaring
Pada Parasat Heimlich dilakukan Tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga diagframa
terdorong keatas - Udara ini akan mecari jalan keluar melalui bronkus ,trakea - dan
akhirnya mendorong sumbatan laring keluar

Broskopi
Jenis Bronskopi terbagi atas
1. Bronskopi kaku
2. Bronskopi serat optik

Bronskopi kaku

Pipa yang dari metal dengan lampu.Terdapat 2 macam, yang di letakkan di distal ( pada ujung
bronkoskop ) atau Proksimal
Lampu Proksimal terletak pada gagang bronkoskop Dan diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke
distal Bronksokop ( tepi Haslinger)
Dengan Kemjuan teknologi sekarang dibuat lampu terang 150-450 waat yang berisi halogen
yang disalurkan dengan serat optic kebagian distal Bronkoskop

Bronkoskopi serat optic

Merupakan gabungan serat optic ( gelas) yang menyalurkan cahaya nya ke ujung distal
bronkoskop
Bronkoskop ini lentur sehingga dapatdi masukkan kedalam lubang bronkus

Mamfaat Bronkuskopi serat optik

Mamfaaat Bronkoskopi serat Optik Rasa nyeri yang menimal dapat dilakukan dengan analgesia
saja ( Tampa anestesi umum )

Karena Lentur nya dapa dimasukkan ke cabang cabang bronkus malahan sampai ke sub
segmen untuk mencari tumor ganas

Mamfaat Bronkoskopi Kaku

Pada anak anak karena Trakea dan Glotis masih sempit


Pada Perdarahan massif
Mengisap secret dari Trakean dan Bronkus
Untuk Mengeluarkan Bronkolit
Untuk mengeksterpasi adenoma bronkus
Untuk mengeluarkan benda asing dari trakea dan bronkus terutama pada anak anak
Trakea sempit seperti pada stiriktur trakea tau penekanan dari luar atau tumor intra lumen
Fotografi pada Trakea da bronkus Utama serta orifisiumnya dengan memakai taleskop

Indikasi Bronkoskopi
Sebagai Penentuan Diangnosis
1.
2.
3.
4.

Hemoptisis
Batuk kronik
Wheezing
Kelainan Radiologi seperti pada Phenemonia yang Menetap atau berulang , Atlektasis, Abses
paru dan tumor Bronkus

5. Kelainan estra- torakal berupa


a. Pembesaran getah bening dileher dan aksial sebagai metastasis tumor ganas
b. Eritema Nodusom
c. Clubbing Fingger dan osteoatropati Pulmoner Hipertrofi
d. Sumbatan vena cava superior
e. Perubahan suara karena kelumpuhan saraf reekuren yang Disebabkan Penekanan pada
Pembesaran Kelenjar getah bening
f. Karsinoma Osefagus yg Metastasis Ke Bronkus
g. Tumor ganas Tyroid yang Mempengaruhi Tractus trakea bronkiale
Sebagai Terapi
1. Mengeluarkan Benda asing pada saluran Trakeo Bronkiale
2. Mengisap secret yang ada dalam bronkus
3. Penyubatan bronkus oleh secret yang kental Dengan cara melakukan pencucian dengan hasil
yang memuaskan
4. Menyeprotkan obtab ke Lumen Bronkus pada kasus Bronkestasis setelah secretnya dikeleuarkan
5. Melebarkan bronkus ( Businase)
6. Mengeluarkan Tumor jinak ( Endo trakea )
Kontraidikasi relative

Kasus dengan Progosis Buruk


Pasien dengan lemah dan tua
Hipertensi pulmonom

Keadan dengan kardiou pulmonom yang buruk


Aenurima aorta Tidak boleh mnggunakan bronkoskopi kaku karena aneurimanya bias peca
Trauma atau ankilosing vertebrae servicalis ( aman Menggunaka serat optic)
Trismus ( aman Menggunaka serat optic) Melalui hidung

Kontra indikasi Absolut

Penyakit perdarahan dapat menyebabkan hematoma interlumen atau perdahan yang sulit
diatasi
Hipoksia
Hiperkapnea
Aritmia jantung
Infark miokar akut
Dekompensasi cordis
Radang akit saluran Pernapasan (Laringo trakeo Bronkitis akut)

Penyakit Dan Kelainan Esofagus


Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus
Atresia Esofagus dan Fistula Trakeo esophagus Terbagi menjadi 5 kalisfikasi ( Adkins)
1.
2.
3.
4.
5.

Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian distal (terbanyak )


Atresia Esofagus terisolasi
Fistula Trakeo esophagus terisolasi
Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal
Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Proksimal dan Distal

Gejala

Pengumpulan secret dimulut dan dapat terjadi aspirasi berulang


Pada saat anak diberi minum Timbul gejala tersedak batuk , regurgitasi, gawat napas , sianosis
Atresia Esofagus terisolasi dan Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian
Proksimal biasanya tidak di temukan udara di lambung
Atresia Esofagus dengan Fistula Trakeo esophagus dibagian Distal ditemukan udara dalam
lambung sehingga perut kembung

Terapi :

Dilakukan foto thoras untuk melihat anomaly jantung atau arkus aourta yg terletak disebela
kanan
Pada atresia esophagus dilakukan anastomosis sedangkan Fistula Trakeo esophagus dilakukan
penutupan fistel

Divertikulum esophagus
Divertikulum esophagus dibagi menurut lokasinya
1. Divertikulum faringio-esopagus ( Divertikulum zenker) Terletak pada Perbatasan Faring dengan
Esofagus
2. Divertikulum Parabronkhial Terletak Disekitar Bifurkasi Trakea
3. Divertikulum Epifrenik Terletah didaera sepertiga bawah esophagus biasanya diatas diagfragma
Etilogi

Divertikulum Faringo esophagus disebabkam gangguan motilitas dari esophagus . kelainan


konggenital, atau kelemahan yang didapat pada dinding oto tHipofaring atau esophagus
Divertikulum Prabrokial disebabkan oleh kelaunan konggenital atau TBC kelenjar limfe
mediastinum
Divertikulum Epifrenik , Peyebabnya beelum dapat ditentukan , tetapi diduga akibat kelemahan
dinding otot secara Konggenital

True Divertikulum terdapat seluruh lapisan dinding espfagus ditemukan sedangn pada False
Diverticulum hanya Lapisan muksa dan sub mukosa ditemukan
Diverticulum Menurut cara terbntuknya terbagi atas

Diverticulum Desakan merupakan suatu divertikulum palsu akibat terdapatnya defec pada Otot
antara serat oblik otot Konstiritor inferior faring dengan serat Tranfersa dari otot krikofaring ,
Akibat desakan pada waktu menelan, Mukosa terdorong keluar membentuk kantong yang
makin lama makin membesar sehingga terbentuknya divertikulum.
Diverticulum tarikan merupakan suatu diverticulum asli berasal dari proses Peradangan yang
berdekatan dengan esophagus dimana terbentuk kontraktur jaringan ikat pada dinding
esophagus yang kemudian menarik dinding esophagus kea rah luar

Gejala
1.
2.
3.
4.
5.

Terdapat Retensi makanan


Disfagia yang hebat Bila sudah membentuk Kantong yang luas
Regurgitasi Dapat terjadi segera setelah makan dan minum
Pada Diverticulum Parabrokial dapat menyebabkan nyeri pada dearah sub sternal
Divertikulum Epfrenik dapat menyebabkan rasat terbakar didada, , Nyeri pd Epigastrium serta
anoreksia sehingga terjadi penurunan Berat badan

Diagnosis
1. Foto Rontgen Lateral mengunakan Kontral barium
2. Foto Rontgen PA untuk mengetahui adakah tanda tanda aspirasi
Penatalksaan
Jika divertikulum tidak menimbulkan gejaka maka diwajibkan mengosongkan kantong dengan cara
minum dengan air pada Posisi Terlentang atau Miring. Jika sudah menggangu atau menibulkan gejala
yang berat maka dilakukan Divertikulektomi

Akalasia
Akalasia ialah Suatu Kelainan esophagus dimana tidak mempunyai bagian distal esophagus utuk
relaksasi dan berkurangnya peristaltic esophagus karena diuga inkordinasi neuromuskuler .akibatnya
bagian proksimal pada tempat penyempitan akan melebar disebut Mega esofagus
Etiologi

Disfungsi neuro muskuler dengan lesi primer Mungkin terletak dinding esofagus. N, Vagus,
Batang Otak
Secara histology di temukan kelainan ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion Plexus
auroback sepajang Thoracal esophagus hal ini diduga sebagai peyebab gangguan peristaltic
Gangguan emosi dan trauma Psikis dapat meyebabkan bagian distal esophagus mengalami
Kontraksi

Gejala
1.
2.
3.
4.

Disfagia
REgurfitasi
Nyeri didaerah Sub sternal
Pada stadium lanjut dapat menyebabka Rasa nyeri pada daerah epigastrium dab rasa nyeri ni
menyurupai serangan angina pectoris
5. Penurunan Berat badan
Diagnosis
Pemeriksaan Radiologik

Pada Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras ditemukan Tampak dilatasi 2/3
bagian distal esophagus serta penyempitan dibagian distal esophagus menyurupai ekor tikus(
Mouse Tail Apperance)

Pemirikasan Esofaguskopi

Tampak Pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang Menyempit


Mukosa esophagus berwarna pucat , edema, kadang kadang terdapat tanda esofagitis akibat
retensi makanan

Pemeriksaan Manometrik

Tekanan istirahat badan esophagus meningkat ..Tidak terdapat pergerakan peristaltic sepajang
esophagus sebagai proses menelan
Tekana spinter esophagus bagian bawah normal atau meningkat .tidak terjadi relaksasi spinter
pada waktu proses menelan

Terapi

Diet tinggi kalori

Psikoterapi
Medikametosa yaitu Prefarat Nitrit antikolinergik dan penghambat adrenergic, Kalsium
anagonis
Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator
Operasi esopago kardiomiotomi ( Operasi Heller)

Varises Esofagus
Varises Esofagus dibagi menjadi 2 bagian
1. Varises esophagus dengan Hipertensi portal
2. Varises esophagus tampa Hipertensi portal

Anda mungkin juga menyukai