Anda di halaman 1dari 11

ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol.

6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)


KAJIAN HUKUM PERDATA TERHADAP PENGGUNAAN PERJANJIAN


TIDAK TERTULIS DALAM KEGIATAN BISNIS

I Wayan Agus Vijayantera


Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email : agus.vije@gmail.com / agus.vije@unmas.ac.id

Abstrak
Perjanjian tidak tertulis merupakan perjanjian yang sering digunakan dalam
transaksi bisnis pada kalangan masyarakat tradisional. Keberadaan perjanjian
tidak tertulis lebih lemah jika dibandingkan dengan perjanjian tertulis
khususnya dalam pembuktian ketika terjadi sengketa. Berdasarkan hal
tersebut, adapun tujuan penulisan adalah untuk menganalisis keberadaan
perjanjian tidak tertulis ditinjau dalam hukum perdata, serta menganalisis
keunggulan dan kelemahan pembentukan dan pelaksanaan perjanjian tidak
tertulis. Pada pembahasan, perjanjian tidak tertulis merupakan perjanjian yang
sah dalam perspektif hukum perdata selama tidak bertentangan dengan Pasal
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Keberadaan perjanjian tidak
tertulis didasarkan pula pada adanya asas kebebasan berkontrak yang
memberikan kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjiannya.
Perjanjian tidak tertulis memiliki keunggulan berupa efisien waktu yang
digunakan untuk mencapai kesepakatan serta penggunaan rasa kepercayaan
dalam pembentukan dan pelaksanaan perjanjian, sedangkan kelemahannya
terletak pada pembuktian perjanjian ketika terjadi sengketa.

Kata Kunci : hukum perdata, perjanjian tidak tertulis, bisnis.

Abstract
An unwritten agreement is an agreement that is often used in business transactions
among traditional communities. The existence of an unwritten agreement is weaker
when compared to a written agreement, especially in the evidence when a dispute
occurs. Based on this, the purpose of writing is to analyze the existence of unwritten
agreements reviewed in civil law, and analyze the strengths and weaknesses of the
formation and implementation of unwritten agreements. In the discussion, an
unwritten agreement is a valid agreement in the perspective of civil law as long as it
does not conflict with Article 1320 of the Civil Code. The existence of an unwritten
agreement is also based on the principle of freedom of contract which gives the parties
the freedom to determine the form of the agreement. An unwritten agreement has the
advantage of being time efficient to reach an agreement and the use of a sense of trust in
the formation and implementation of the agreement, while the weakness lies in proving
the agreement when a dispute occurs.

Keywords: civil law, unwritten agreement, business.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 115


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

Pendahuluan Kegiatan bisnis ini dibutuhkan bagi


Manusia dalam kebutuhannya pelaku bisnis dengan tujuan utama
tidak dapat terlepas dalam yakni memperoleh pemasukan yang
pergaulan dalam kelompok bersifat menguntungkan.
hidupnya. Sifat manusia yang tidak Proses terciptanya kegiatan
mampu terpisah dengan lingkungan bisnis jika dilihat dalam hukum
pergaulan kelompoknya dipaparkan perdata, biasanya selalu terdapat
oleh Aristoteles dalam perjanjian yang menjadi dasar
pandangannya bahwa “manusia terlaksananya kegiatan bisnis
adalah zoon politicon, yaitu bahwa tersebut baik dengan menggunakan
manusia sebagai makhluk sosial bentuk perjanjian tertulis, maupun
selalu berusaha untuk hidup perjanjian tidak tertulis yang
berkelompok, dan bermasyarakat.”1 dikenal pula dengan perjanjian
Hal ini menunjukkan bahwa lisan. Melihat pada keberadaan
manusia pada dasarnya tidak ada perjanjian tidak tertulis sebagai
yang mampu untuk hidup sendiri. dasar terbentuknya dan
Orang dalam kesehariannya terlaksananya kegiatan bisnis,
terikat dengan pihak lain. Melalui banyak kegiatan bisnis yang
perikatan itulah kebutuhannya menggunakan bentuk perjanjian
relatif mudah dipenuhi ketimbang tidak tertulis ini.
dilaksanakan secara sendirian. Perjanjian tidak tertulis pada
Interaksi antar anggota kelompok faktanya lebih cenderung terlihat
merupakan pola hidup manusia lemah terutama dalam
yang bercorak sebagai zoon politicon. pembuktiannya ketika terjadi
Lewat interaksi sebagai cara sengketa. Berdasarkan hal tersebut
memenuhi kebutuhan hidup, sudah maka menarik untuk melakukan
tidak mungkin terhindarkan, baik penelitian dengan judul “Kajian
dalam rangka memperoleh Hukum Perdata Terhadap
kebutuhan sandang, pangan, Penggunaan Perjanjian Tidak
ataupun papan, dan tidak terkecuali Tertulis Dalam Kegiatan Bisnis”
urusan regenerasi sebagai tuntutan dengan maksud menganalisis
alaminya.2 sahnya keberadaan perjanjian tidak
Setiap orang dalam memenuhi tertulis jika dilihat dalam perspektif
kebutuhan hidupnya dikatakan hukum khususnya hukum perdata,
bahwa membutuhkan interaksi serta memahami keunggulan dan
antara orang yang satu dengan kelemahan dari perjanjian tidak
orang lainnya. Contoh bentuk tertulisnganalisis perjanjian tidak
interaksi tersebut yakni dengan tertulis jika dilihat dalam asas-asas
melakukan kegiatan bisnis seperti hukum perjanjian.
melakukan kegiatan jual beli, sewa
menyewa, dan lain sebagainya. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah
1 Muhamad Sadi Is, 2017, Pengantar diuraikan dalam latar belakang,
Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, h. 79. adapun yang menjadi rumusan
2 H. Moch Isnaeni, 2016, Perjanjian Jual
masalah yakni sebagai berikut :
Beli, Refika Aditama, Bandung, h. 1.
(Selanjutnya Disebut H. Moch Isnaeni I)

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 116


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

1. Perjanjian yang dibuat selanjutnya menciptakan hubungan


dalam bentuk tidak tertulis perikatan dengan akibat hukum
ditinjau dalam hukum yang muncul dalam pelaksanaan
perdata perjanjian tersebut. Definisi
2. Keunggulan dan perikatan merujuk dalam
kelemahan terhadap pandangan Subekti bahwa
pembentukan dan perikatan merupakan “suatu
pelaksanaan perjanjian perhubungan hukum antara dua
tidak tertulis orang atau dua pihak, berdasarkan
mana pihak yang satu berhak
Perjanjian yang dibuat dalam menuntut sesuatu hal dari pihak
bentuk tidak tertulis ditinjau yang lain, dan pihak yang lain
dalam hukum perdata berkewajiban memenuhi tuntutan
Perjanjian dalam hemat kata tersebut”.3
dapat dimaknai sebagai suatu janji Hak dan kewajiban para pihak
yang diucapkan dan dilaksanakan dalam hubungan hukum perikatan
oleh pihak yang berjanji kepada tersebut sebagaimana dijabarkan
pihak yang menerima janji. bentuk-bentuk perikatan dalam
Perjanjian jika dilihat definisinya Pasal 1234 Kitab Undang-Undang
dalam peraturan perundang- Hukum Perdata yang menyatakan
undangan ditemukan dalam Pasal “tiap-tiap perikatan adalah untuk
1313 Kitab Undang-Undang Hukum memberikan sesuatu, untuk berbuat
Perdata yang menyatakan bahwa : sesuatu, atau untuk tidak berbuat
“suatu perjanjian adalah suatu sesuatu.” Perbuatan-perbuatan
perbuatan dengan mana satu orang dalam perikatan tersebut dikaitkan
atau lebih mengikatkan dirinya dengan perjanjian merupakan suatu
terhadap satu orang lain atau lebih”. kewajiban bagi salah satu pihak
Perjanjian dalam Pasal 1313 serta sebagai hak bagi pihak lainnya
Kitab Undang-Undang Hukum yang menerima sesuatu tersebut
Perdata tersebut terdapat unsur sebagaimana yang didasarkan pada
perikatan sebagaimana dalam kata perjanjian para pihak.
“mengikatkan dirinya terhadap satu Meninjau kembali mengenai
orang lain atau lebih.” Perjanjian definisi perjanjian sebagaimana
pada dasarnya merupakan dasar yang telah disebutkan dalam Pasal
menciptakan suatu perikatan 1313 Kitab Undang-Undang Hukum
sebagaimana telah dinyatakan Perdata, dalam pandangan
secara jelas dalam Pasal 1233 Kitab beberapa ahli hukum mengenai
Undang-Undang Hukum Perdata definisi perjanjian, dimulai dari
yakni “Tiap-tiap perikatan pandangan Subekti bahwa
dilahirkan baik karena persetujuan, perjanjian merupakan “suatu
baik karena undang-undang.” peristiwa di mana seorang berjanji
Perikatan yang dilahirkan kepada seorang lain atau di mana
karena persetujuan / perjanjian, dua orang itu saling berjanji untuk
maka timbulnya suatu perikatan
didahului dengan adanya perjanjian
3 Subekti, 2010, Hukum Perjanjian,
yang dibuat oleh para pihak yang
Cetakan kesepuluh, Intermasa, Jakarta, h. 1.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 117


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

melaksanakan sesuatu hal”.4 perdagangan buah apel antara


Menurut Setiawan, perlu kiranya penjual dan pembeli yang terjadi di
diadakan perbaikan mengenai pasar tradisional dimana setelah
definisi perjanjian tersebut yaitu : melalui proses tawar menawar,
a. Perbuatan harus diartikan tercipta kesepakatan mengenai
sebagai perbuatan hukum, harga apel beserta pelaksanaan
yaitu perbuatan yang bertujuan penyerahan apel oleh penjual
untuk menimbulkan akibat kepada pembeli serta pembayaran
hukum; sejumlah uang oleh pembeli kepada
b. Menambahkan perkataan “atau penjual. Pada proses perdagangan
saling mengikatkan dirinya” buah apel tersebut tidak
dalam Pasal 1313 BW; menggunakan perjanjian tertulis.
c. Sehingga perumusannya Harga yang disepakati tidak
menjadi, “perjanjian adalah dituangkan dalam perjanjian secara
perbuatan hukum, dimana satu tertulis melainkan cukup dengan
orang atau lebih mengikatkan ucapan saja, serta pelaksanaan
dirinya atau saling mengikatkan penyerahan dan pembayaran buah
dirinya terhadap satu orang atau apel tidak menggunakan perjanjian
lebih.”5 secara tertulis sebagai dasar
Perjanjian selanjutnya jika hukumnya.
dilihat dari segi bentuknya Perjanjian dalam bentuk tidak
dibedakan menjadi dua macam, tertulis atau perjanjian lisan pada
yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian umumnya cenderung dianggap
tertulis adalah suatu perjanjian yang sebagai perjanjian yang lemah
buat oleh para pihak dalam bentuk mengingat perjanjian lisan lebih
tulisan, sedangkan perjanjian lisan susah untuk dibuktikan karena
adalah suatu perjanjian yang dibuat mudah untuk disangkal oleh pihak
oleh para pihak dalam wujud lisan yang berjanji jika dibandingkan
(cukup kesepakatan para pihak).6 dengan perjanjian tertulis yang
Lebih spesifik kepada klausulnya tertulis dengan jelas dan
perjanjian lisan, biasanya perjanjian disertai tanda tangan para pihak
lisan banyak digunakan dalam sebagai tanda terjadinya
kegiatan bisnis. Perjanjian lisan kesepakatan, walaupun pada
pada umumnya diterapkan hanya faktanya perjanjian tertulis juga bisa
dengan menggunakan suatu ucapan diingkari oleh para pihak seperti
oleh para pihak. Penggunaan misalnya salah satu pihak tidak
perjanjian lisan juga biasanya mengakui atau menyangkal telah
dilakukan tanpa disadari oleh para menandatangani suatu perjanjian
pelaku bisnis, contohnya dalam ataupun salah satu pihak merasa
dirinya dalam keadaan terpaksa
4 Agus
Yudha Hernoko, 2008, Hukum atau khilaf menandatangani
Perjanjian Azas Proporsionalitas dalam
perjanjian.
Kontrak Komersial, LaksBang Mediatama,
Yogyakarta, h. 14. Perjanjian tidak tertulis atau
5 Ibid. perjanjian lisan meskipun dianggap
6 Salim, HS, 2016, Pengantar Hukum
lebih lemah kedudukannya
Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika, Jakarta, dibandingkan dengan perjanjian
h. 166.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 118


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

tertulis, bukan berarti perjanjian perdata, perjanjian tidak tertulis


lisan tidak diakui sebagai perjanjian dapat berdasar maupun dianalisis
yang sah. Perjanjian baik itu pada asas hukum perdata seperti
perjanjian tertulis maupun tidak berikut:
tertulis jika merujuk kepada Pasal A. Asas Kebebasan Berkontrak
1320 Kitab Undang-Undang Hukum Asas kebebasan berkontrak
Perdata, harus memenuhi 4 (empat) merupakan salah satu dasar
syarat dalam menentukan perjanjian keberadaan perjanjian tidak tertulis.
tersebut sah atau tidak sah. 4 Salah satu pilar hukum perjanjian
(empat) syarat tersebut antara lain: yakni asas kebebasan berkontrak
1. Sepakat mereka yang yang secara universal dikenal oleh
mengikatkan dirinya; sistem hukum negara manapun,
2. Kecakapan untuk sebagai prinsip andalan yang
membuat suatu mampu menjamin keleluasaan dan
perikatan; ketinggian intensitas kegiatan pasar.
3. Suatu hal tertentu; Kebebasan berkontrak yang
4. Suatu sebab yang halal. berintikan keleluasaan dalam
Pada syarat-syarat tersebut, menentukan bentuk, jenis, dan isi
secara teoritis syarat pertama dan perjanjian serasa tak akan lekang
syarat kedua mengenai kesepakatan oleh tantangan zaman dan enggan
dan kecakapan tergolong sebagai lapuk akibat derasnya kemajuan.
syarat subyektif, sedangkan syarat Prinsip ini memang merupakan
ketiga dan syarat keempat salah satu bias sinar Hak Asasi
mengenai suatu hal dan suatu sebab Manusia yang selalu menjunjung
yang halal tergolong sebagai syarat tinggi harkat kehendak individu
obyektif. Akibat hukum apabila sebagai makhluk sosial.7
syarat subyektif tidak terpenuhi Kebebasan berkontrak adalah
maka mengakibatkan perjanjian asas yang esensial, baik bagi
tersebut dapat dibatalkan, individu dalam mengembangkan
sedangkan apabila syarat obyektif diri baik di dalam kehidupan
yang tidak terpenuhi maka pribadi maupun kehidupan sosial
mengakibatkan perjanjian tersebut kemasyarakatan, sehingga beberapa
batal demi hukum. Hal ini berlaku pakar menegaskan kebebasan
pula pada bentuk perjanjian tidak berkontrak merupakan bagian dari
tertulis, mengingat keempat syarat hak asasi manusia yang harus
sah perjanjian tersebut tidak dihormati.8 Kebebasan berkontrak
disyaratkan secara tertulis. Selama dalam hubungannya dengan
bentuk perjanjian tidak tertulis telah membentuk perjanjian, orang tidak
memenuhi serta tidak melanggar dapat dipaksa untuk memberikan
keempat syarat tersebut, maka
7
H. Moch. Isnaeni, 2013,
perjanjian tersebut sah secara
Perkembangan Hukum Perdata Di Indonesia,
hukum.
Laksbang Grafiika, Yogyakarta, h. 15.
Keberadaan perjanjian tidak (Selanjutnya Disebut H. Moch Isnaeni II)
tertulis juga tidak terlepas pada 8 Aries Harianto, 2016, Hukum

asas-asas hukum perdata. Melihat Ketenagakerjaan; Makna Kesusilaan dalam


pada beberapa asas-asas hukum Perjanjian Kerja, Laksbang Pressindo,
Yogyakarta, h. 198.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 119


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

sepakatnya. Sepakat yang diberikan pihak menyatakan kesepakatannya


dengan paksa adalah contradictio dalam suatu perjanjian tertulis.
interminis. Adanya paksaan Kebebasan berkontrak
menunjukkan tidak adanya sepakat merupakan asas yang memberikan
yang mugkin dilakukan oleh pihak kebebasan bagi para pihak agar
lain. Kesepakatan memberkan tidak terjadi intervensi dari salah
pilihan kepada para pihak, untuk satu pihak dalam membuat
setuju atau tidak setuju perjanjian. Kebebasan yang
mengikatkan diri pada perjanjian diberikan bukan berarti tanpa
dengan akibat hukumnya.9 adanya suatu batasan, karena
Berkenaan dengan ruang apabila tidak dibatasi maka akan
lingkup asas kebebasan berkontrak, melanggar hak, kepentingan,
menurut Sutan Remi Sjahdeini asas maupun Hak Asasi Manusia dari
kebebasan berkontrak menurut pihak yang diajak untuk membuat
hukum perjanjian Indonesia perjanjian. Merujuk pada ketentuan
meliputi ruang lingkup : Pasal 1337 dan Pasal 1339 Kitab
a. Kebebasan untuk membuat atau Undang-Undang Hukum Perdata,
tidak membuat perjanjian. batasan pada suatu kebebasan
b. Kebebasan untuk memilih pihak berkontrak adalah tidak
dengan siapa ia ingin membuat bertentangan dengan Undang-
perjanjian. Undang, kesusilaan, ketertiban
c. Kebebasan untuk menentukan umum, kepatutan, serta kebiasaan.
atau memilih kausa dari B. Asas facta sunt servanda
perjanjian yang akan dibuatnya. Asas ini berkenaan dengan
d. Kebebasan untuk menentukan daya mengikatnya sebuah
objek perjanjian. perjanjian yang telah dibentuk dan
e. Kebebasan untuk menentukan disepakati oleh para pihak.
bentuk suatu perjanjian. Pengaturan prinsip facta sunt
f. Kebebasan untuk menerima servanda dalam perundang-
atau menyimpangi ketentuan undangan terletak pada Pasal 1338
undang-undang yang bersifat ayat (1) Kitab Undang-Undang
opsional (aanvullend, optional).10 Hukum Perdata yang menyatakan
Asas kebebasan berkontrak “semua perjanjian yang dibuat
sebagaimana dalam huruf e, secara sah berlaku sebagai undang-
kebebasan berkontrak memberikan undang bagi mereka yang
kebebasan kepada para pihak dalam membuatnya”.
membentuk perjanjian baik itu Pada ketentuan Pasal 1338 ayat
perjanjian tertulis maupun (1) Kitab Undang-Undang Hukum
perjanjian tidak tertulis. Hal ini Perdata tersebut, keberadaan asas
menunjukkan tidak adanya facta sunt servanda dibuktikan pada
keharusan atau mewajibkan para keberlakuan suatu perjanjian yang
dibuat para pihak yakni berlaku
sebagai Undang-Undang.
9 Tuti Rastuti, 2016, Aspek Hukum Keberlakuan perjanjian sebagai
Perjanjian Asuransi, Medpress Digital, undang-undang ini berakibat bahwa
Yogyakarta, h. 44. perjanjian merupakan dasar hukum
10 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit., h. 110.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 120


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

bagi para pihak. Mengikatnya suatu Melihat kembali pada


perjanjian juga berlaku pada ketentuan Pasal 1338 ayat (3) Kitab
perjanjian tidak tertulis. Perjanjian Undang-Undang Hukum Perdata,
tidak tertulis juga mengikat sebagai serta dengan dikaitkan pula pada
undang-undang bagi para pihak pembagian itikad baik sebagaimana
yang membuat, selama perjanjian disebutkan Wirjono Prodjodikoro,
tidak tertulis tersebut merupakan itikad baik dalam Undang-Undang
perjanjian yang sah sebagaimana hanya ditekankan pada pelaksanaan
dalam Pasal 1320 Kitab Undang- suatu perjanjian saja. Jika melihat
Undang Hukum Perdata. tahapan perjanjian dimulai dari
Mengikatnya suatu perjanjian proses pembuatan suatu perjanjian
sebagaimana dalam asas pacta sunt hingga pengakhiran suatu
servanda dititikberatkan pada perjanjian, membutuhkan adanya
pelaksanaan perjanjian, dimana itikad baik sehingga perjanjian
pelaksanaan perjanjian tersebut agar dapat dilaksanakan dengan baik,
tidak menyimpang pada klausul serta dapat menciptakan hubungan
perjanjian yang telah disepakati baik meskipun perjanjian tersebut
baik itu tertulis atau tidak tertulis. telah berakhir. Oleh karena itu, asas
C. Asas itikad baik itikad baik seharusnya tidak hanya
Asas itikad baik merupakan ditekankan pada pelaksanaan
salah satu asas yang sangat perjanjian saja, melainkan pula
berperan penting terutama dalam ditekankan dalam mendukung asas
pelaksanaan perjanjian tidak konsensualisme terkait pembentukan
tertulis. Berbicara mengenai asas suatu kesepakatan, serta dalam
itikad baik, asas ini tercantum pengakhiran suatu perjanjian.
dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Mengingat kembali pada
Undang-Undang Hukum Perdata keberadaan perjanjian tidak tertulis
yang menyatakan bahwa “suatu jika dihubungkan dengan asas
perjanjian harus dilaksanakan itikad baik ini, pada dasarnya
dengan itikad baik”. Berdasarkan perjanjian tidak tertulis segala
pada ketentuan tersebut, klausul yang disepakati hanya
dihubungkan pula dengan secara lisan. Kesepakatan secara
pandangan Wirjono Prodjodikoro lisan ini tentu mudah untuk
yang membagi itikad baik menjadi diingkari oleh salah satu pihak
dua macam yakni : sehingga memicu permasalahan
1. Itikad baik pada waktu mulai yang mengakibatkan tidak dapat
berlakunya suatu hubungan terlaksananya hak dan kewajiban
hukum sebagaimana mestinya. Oleh karena
2. Itikad baik pada waktu itu, asas itikad baik sangat
pelaksanaan hak-hak dan dibutuhkan dalam pelaksanaan
kewajiban-kewajiban yang perjanjian terutama pada perjanjian
termaktub dalam hubungan tidak tertulis sehingga pelaksanaan
hukum itu.11 perjanjian sebagaimana yang telah
disepakati walaupun kesepakatan
11 Osgar S Matompo dan Moh. Nafri
tersebut hanya secara lisan, namun
Harun, 2017, Pengantar Hukum Perdata, dapat terlaksana dengan baik.
Setara Press, Malang, h. 119.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 121


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

D. Asas konsensualisme Perjanjian tidak tertulis atau


Asas konsensualisme dikenal pula dengan istilah lainnya
menentukan bahwa suatu perjanjian yakni perjanjian lisan, dalam
yang dibuat antara dua atau lebih kegiatan dan kebiasaan bisnis,
orang telah mengikat sehingga telah perjanjian tidak tertulis sering
melahirkan kewajiban bagi salah digunakan. Perjanjian tidak tertulis
satu atau lebih pihak dalam jika dibandingkan dengan
perjanjian tersebut, segera setelah perjanjian tertulis, dalam hal
orang-orang tersebut mencapai memberikan rasa aman serta
kesepakatan atau konsensus.12 membuktikan kesepakatan tentu
Penekanan asas konsensualisme perjanjian tertulis lebih unggul jika
terletak pada kesepakatan dibandingkan dengan perjanjian
sebagaimana dalam pasal 1321 tidak tertulis. Apabila
Kitab Undang-Undang Hukum membandingkan penggunaan
Perdata. Kesepakatan dalam asas perjanjian tertulis dan peranjian
konsensualisme menentukan sah tidak tertulis, justru perjanjian tidak
perjanjian dalam syarat subyektif. tertulis lebih sering digunakan baik
Mengacu pada Kitab Undang- secara sadar maupun tanpa disadari
Undang Hukum Perdata pada Pasal terutama bagi kalangan masyarakat
1321, kesepakatan tidak tradisional dalam melakukan
diperkenankan adanya unsur : kegiatan bisnis.
a. Kekhilafan; Perjanjian tidak tertulis sebagai
b. Paksaan; perjanjian yang dipilih dalam
c. Penipuan. melakukan suatu kegiatan bisnis
Asas konsensualisme ini jika mengingat perjanjian tidak tertulis
dihubungkan dengan perjanjian lebih mudah atau tidak
tidak tertulis, pada dasarnya membutuhkan waktu yang lama
perjanjian tidak tertulis segala dalam menciptakan kesepakatan.
klausul yang disepakati tersebut Jika dibandingkan dengan
hanya secara lisan atau ucapan saja, perjanjian tertulis, proses mencapai
sehingga bisa saja terjadi kekhilafan, kesepakatan pada perjanjian tertulis
paksaan, maupun penipuan. Oleh membutuhkan waktu yang sangat
karena itu, keberadaan asas lama yakni dimulai dari para pihak
konsensualisme ini untuk mencegah melaksanakan suatu negosiasi,
agar para pihak dalam membentuk kemudian konsep-konsep
suatu kesepakatan tidak kesepakatan dari negosiasi tersebut
diperkenankan adanya kekhilafan, dituangkan dalam suatu perjanjian
paksaan, maupun penipuan. tertulis. Menulis suatu perjanjian
pula membutuhkan waktu yang
Keunggulan dan kelemahan cukup. Konsep kesepakatan yang
terhadap pembentukan dan telah dibuat secara tertulis tersebut
pelaksanaan perjanjian tidak kemudian diperiksa kembali oleh
tertulis para pihak sebelum ditandatangani.
Apabila ada hal yang masih kurang
12 Gunawan Widjaja, 2007, Memahami
sesuai dalam konsep kesepakatan
Prinsip Keterbukaan Dalam Hukum Perdata, tertulis tersebut, selanjutnya
Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 263.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 122


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

perjanjian tersebut diperbaiki dengan itikad yang baik pula dapat


kembali hingga perjanjian tersebut mengakibatkan hilangnya rasa
sesuai dengan maksud para pihak. kepercayaan terutama dalam
Memperbaiki perjanjian juga melaksanakan suatu perjanjian.
membutuhkan waktu yang cukup, Pada pelaksanaan perjanjian
hingga setelah perjanjian tersebut baik itu perjanjian tertulis maupun
selesai diperbaiki, selanjutnya perjanjian tidak tertulis, dapat
perjanjian tersebut ditandatangani terjadi upaya penambahan atau
oleh para pihak. Hal ini berbeda jika pengurangan klausul perjanjian
dibandingkan dengan perjanjian yang dikenal pula dengan istilah
tidak tertulis. Pada perjanjian tidak addendum. Addendum pada suatu
tertulis, hanya cukup dengan perjanjian tentu membutuhkan
negosiasi secara lisan saja dengan kesepakatan antara para pihak yang
dasar kepercayaan dalam mencapai terikat pada perjanjian tersebut.
kesepakatan. Apabila telah tercapai Salah satu keunggulan perjanjian
kesepakatan, para pihak dapat tidak tertulis ini pula yakni pada
melaksanakan secara langsung proses addendum tidak
segala hal yang telah disepakati membutuhkan waktu lama jika
tersebut. dibandingkan dengan perjanjian
Berdasarkan pada tertulis. Hal ini karena sebagaimana
perbandingan perjanjian tertulis dan yang telah dipahami bahwa
perjanjian tidak tertulis dalam kepercayaan merupakan dasar
proses mencapai kesepakatan, utama dalam membentuk maupun
perjanjian tidak tertulis lebih efisien melaksanakan perjanjian tidak
waktunya dalam mencapai tertulis.
kesepakatan jika dibandingkan Penggunaan perjanjian tidak
dengan perjanjian tertulis. tertulis jika dibandingkan dengan
Perjanjian tidak tertulis lebih perjanjian tertulis, peluang
mengutamakan kepercayaan dalam terjadinya sengketa pada perjanjian
pembentukan dan pelaksanaan tidak tertulis lebih tinggi
perjanjiannya, sedangkan perjanjian dibandingkan dengan perjanjian
tertulis lebih mengutamakan kehati- tertulis. Hal ini tentunya disebabkan
hatian dalam pembentukan dan karena segala klausul yang
pelaksanaan perjanjiannya. disepakati dalam perjanjian tidak
Pada kegiatan bisnis, rasa tertulis hanya berupa hal-hal yang
kepercayaan sangat dibutuhkan diucapkan secara lisan saja oleh
dalam menciptakan hubungan yang para pihak. Klausul perjanjian yang
baik. Rasa kepercayaan yang tinggi hanya diucapkan secara lisan saja
tentunya pula harus disertai dengan atau tanpa adanya suatu tulisan
itikad yang baik. Itikad baik sangat lebih mudah untuk diingkari atau
berpengaruh terhadap kepercayaan tidak diakui oleh salah satu pihak.
mengingat itikad baik berkaitan Bahkan apabila sengketa tersebut
dengan niat serta perbuatan dalam berlanjut hingga pada proses
melakukan sesuatu dengan baik, litigasi, pembuktian dari klausul-
sehingga ketika seseorang dalam klausul perjanjian tidak tertulis
menjalin hubungan tidak disertai lebih sulit dibuktikan jika

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 123


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

dibandingkan dengan perjanjian b. Kelemahan perjanjian tidak


tertulis. Pembuktian adanya tertulis :
perjanjian tidak tertulis serta segala 1. Klausul perjanjian mudah
klausul yang disepakati hanya diingkari atau tidak
bergantung pada pengakuan dari diakui karena tidak
para pihak yang membuat dan dinyatakan secara
melaksanakan perjanjian tersebut. tertulis.
Berbeda dengan perjanjian tertulis 2. Kurang aman ketika
yang menggunakan perjanjian yang digunakan sebagai
telah dibuat dalam bentuk tertulis pembuktian dalam
untuk menguatkan pengakuan dari proses litigasi karena
pihak yang bersengketa. hanya bergantung pada
Berdasarkan pada segala hal pengakuan dari para
yang telah dijabarkan tersebut, pihak yang membuat dan
maka dapat disimpulkan bahwa melaksanakan perjanjian.
perjanjian tidak tertulis atau Berdasarkan pada kelemahan-
perjanjian lisan memiliki kelemahan perjanjian tidak tertulis
keunggulan dan kelemahan. tersebut, adapun upaya yang dapat
Adapun keunggulan dan dilakukan untuk menutupi
kelemahan perjanjian tidak tertulis kelemahan perjanjian tidak tertulis
antara lain : yakni dengan cara menyiapkan
a. Keunggulan perjanjian tidak saksi minimal 2 (dua) orang untuk
tertulis : menyaksikan kesepakatan para
1. Tidak membutuhkan pihak dalam membentuk perjanjian
waktu yang panjang tidak tertulis. Segala transaksi yang
dalam mencapai terjadi dalam perjanjian tidak
kesepakatan tertulis juga sebaiknya disertai
2. Pembentukan dan dengan kwitansi atau nota
pelaksanaan perjanjian pembayaran maupun tanda terima
didasarkan pada demi menghindari terjadinya
kepercayaan masing- sengketa di kemudian hari.
masing pihak.
3. Penambahan atau Kesimpulan
pengurangan klausul Perjanjian tidak tertulis
perjanjian dapat merupakan perjanjian yang sah
dilakukan secara cepat. sebagaimana dalam kajian hukum
4. Mempererat rasa perdata selama dibuat tidak
kepercayaan dalam bertentangan dengan Pasal 1320
interaksi serta kegiatan Kitab Undang-Undang Hukum
bisnis. Perdata. Keberadaan perjanjian
5. Adanya rasa kepercayaan tidak tertulis melekat pada prinsip
mampu menciptakan kebebasan para pihak yang
hubungan yang baik membentuk dan melaksanakan
bahkan setelah perjanjian sebagaimana dalam asas
berakhirnya perjanjian kebebasan berkontrak serta
didukung pula pelaksanaannya

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 124


ISSN : 2356-4164 (Cetak) Vol. 6 No 1, Februari 2020 ISSN : 2407-4276 (Online)

pada asas-asas hukum perjanjian Kerja, Laksbang Pressindo,


lainnya. Yogyakarta.
Perjanjian tidak tertulis
memiliki keunggulan dan Hernoko, Agus Yudha, 2008, Hukum
kelemahan. Keunggulan perjanjian Perjanjian Azas Proporsionalitas
tertulis lebih kepada efisien waktu dalam Kontrak Komersial,
dalam membentuk dan LaksBang Mediatama,
melaksanakan perjanjian serta Yogyakarta.
adanya kepercayaan dalam Is, Muhamad Sadi, 2017, Pengantar
membentuk dan melaksanakan Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta.
perjanjian. Kelemahan perjanjian Isnaeni, H. Moch., 2013,
tidak tertulis terletak pada resiko Perkembangan Hukum Perdata
terjadinya sengketa yakni terkait Di Indonesia, Laksbang
pembuktian segala hal yang telah Grafiika, Yogyakarta.
disepakati. _______, 2016, Perjanjian Jual Beli,
Refika Aditama, Bandung.
Saran Matompo, Osgar S dan Moh. Nafri
Penggunaan perjanjian tidak Harun, 2017, Pengantar Hukum
tertulis pada prakteknya sebaiknya Perdata, Setara Press, Malang.
dengan cara menyiapkan saksi Rastuti, Tuti, 2016, Aspek Hukum
minimal 2 (dua) orang dalam proses Perjanjian Asuransi, Medpress
pembentukan perjanjian serta selalu Digital, Yogyakarta.
mempersiapkan nota pembayaran, Salim, HS, 2016, Pengantar Hukum
kwitansi, maupun tanda terima Perdata Tertulis (BW), Sinar
dalam setiap transaksi yang terjadi Grafika, Jakarta.
dalam pelaksanaan perjanjian. Subekti, 2010, Hukum Perjanjian,
Cetakan kesepuluh, Intermasa,
Daftar Pustaka Jakarta.
Harianto, Aries, 2016, Hukum Widjaja, Gunawan, 2007, Memahami
Ketenagakerjaan; Makna Prinsip Keterbukaan Dalam
Kesusilaan dalam Perjanjian Hukum Perdata, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Jurnal Komunikasi Hukum (JKH) Universitas Pendidikan Ganesha 125

Anda mungkin juga menyukai