Anda di halaman 1dari 34

PELAYANAN KESEHATAN

TATA CARA MENYUSUI YANG BAIK DAN BENAR

Dosen Pengampuh : Prinawati S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
YESSI
2019.C.11A.1071

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERODI S1 SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Tata Cara Menyusui Yang Baik dan Benar.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami . Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 cara menyusui yang baik dan benar..................................................

2.2 Cara Menyusui yang Benar...............................................................

2.3 Masalah Menyusui Pada Ibu.............................................................

2.4 Masalah Menyusui Pada Bayi...........................................................

2.5 Ibu Menyusui dengan Penyakit.........................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

...............................................................Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artin


kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil
menyusui atau menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu
memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang
dikemukakan oleh ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya antara lain tidak
memproduksi cukup ASI, bayinya tidak mau menghisap. Disamping itu cara
menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan gangguan pada
putting susu ibu (Marmi, 2012).
Berdasarkan penilaian yang sumbernya dari berbagai survey yang
telah dilakukan, antara lain SDKI 1991 sebanyak 52,5% bayi mendapatkan
ASI eksklusif, tahun 1994 sebanyak 47,3% dan tahun 1997 pencapaian ASI
eksklusif sampai dengan 4 bulan adalah 52%. Pencapaian tersebut menurut
kriteria WHO masuk dalam kategori tidak mencukupi (Novita, 2011).
Masalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman
ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih
membuang kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain
itu, kebiasaan memberikan makanan secara dini pada sebagian masyarakat
juga menjadi pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Hal
ini mendorong ibu untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan
menggantinya dengan susu formula karena memberikan susu formula
dianggap elit dan menjadikannya sebuah gengsi. Misalnya, bayinya
mengkonsumsi susu formula merek tertentu dan mahal atau alasan
lain.Masyarakat saat ini menginginkan budaya instan atau yang praktis dan
tidak membebani, dengan kata lain penampilan atau keindahan tubuh menjadi
indikator gaya hidup (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Hal ini sangat berpengaruh jika dikaitkan dengan keharusan ibu
menyusui anaknya. Banyak upaya yang dilakukan tenaga kesehatan untuk
membimbing menyusui karena ibu belum mengetahui manfaat ASI (Air Susu
Ibu) bagi dirinya dan bagaimana mereka bisa berhasil dalam menyusui di
kemudian hari (Riksani, 2012).Setelah melahirkan ibu akan mengalami
kehilangan berat badan selama hamil sekitar 5-6 kg akibat pengeluaran bayi,
plasenta, air ketuban dan darah. Pada saat ini terjadi penurunan berat badan
sebanyak 2-3 kg melalui diuresis, pengeluaran lokia dan involusi uteri. Tetapi
ada sebagian ibu yang masih mengalami kelebihan berat badan sekitar 1,4-2
kg. Penelitian menunjukkan setelah melahirkan, ibu akan mengalami
perubahan atau penurunan berat badan antara 5-11 kg disebabkan
proseskelahiran dan memberikan bayinya ASI eksklusif (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat, 2012).
Peningkatan berat badan ibu selama hamil disimpan dalam bentuk
lemak sebagai cadangan makanan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
janin dan untuk sumber energi di awal masa menyusui. Ibu hamil perlu
disadarkan agar tidak memakai kehamilan sebagai alasan untuk makan
berlebihan karena ibu hamil yang berat badannya meningkat berlebihan akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk tetap gemuk setelah melahirkan serta
membuat ibu mudah terkena penyakit yaitu tekanan darah tinggi, diabetes dan
penyakit kardiovaskuler (Bobak et al, 2004).
Menyusui juga mampu menurunkan berat badan ibu seperti semula
secara bertahap (Dewi, 2011). Pada saat menyusui berat badan normal seorang
ibu dapat berkurang sekitar 1-2 pons (0,5 kg) selama satu bulan (Dowshen,
2002). Meskipun demikian angka menyusui di Indonesia baru mencapai 32%
dan bayi yang di lahirkan di fasilitas kesehatan cenderung di beri susu formula
(SDKI, 2007).
Tidak semua ibu mau menyusui bayinya karena berbagai alasan
misalnya; takut gemuk, sibuk, takut payudara kendor dan sebagainya.
Sebaliknya, menyusui mempunyai manfaat penting bagi ibu termasuk
menurunkan berat badan. Penurunan berat badan pada ibu menyusui menjadi
sangat penting jika ibu yang bersangkutan selalu memperhatikan penampilan
atau citra tubuhnya sehingga ingin kembali ke berat badansebelum hamil,
karena hal tersebut akan berpengaruh pada pikiran ibu selama menyusui.
Sedangkan salah satu hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah
ketenangan jiwa dan pikiran ibu selama menyusui. Jika kondisi pikiran ibu
tidak tenang, maka volume atau produksi ASI akan menurun.Berdasarkan
wawancara terhadap 5 orang ibu yang menyusui eksklusif di Kelurahan
Bendosari Sawit Boyolali, mengatakan bahwa mayoritas berat badan mereka
bertambah setelah persalinan. Dengan demikian pada ibu postpartum beresiko
terkena hipertensi, obesitas dan penyakit lainnya.Berdasarkan studi
pendahuluan terhadap 5 orang responden tersebut, menunjukkan bahwa 3
orang responden belum mengetahui pengaruh menyusui bagi ibu sedangkan 2
orang responden mempunyai pengetahuan yang cukup baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?

2. Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?

1.3 Tujuan

1. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.

2. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 cara menyusui yang baik dan benar

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam- garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian
ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol
sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan
dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan
makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai
tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization
/ Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam
bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan
sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku
lagi.

2.2 Cara Menyusui yang Benar

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

1. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi (DepKes RI, 2005)


Ibu duduk atau berbaring dengan santai
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.

2. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara.

3. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu

4. Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan
leher dan lengan bayi.

5. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.

b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu (DepKes RI, 2005)

1. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang
dibawah (bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk
dan jari tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)

2.

Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.

3. Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan


lidah ke bawah

4. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara


menekan bahu belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
5. Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-
hadapan dengan hidung bayi.
6. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit- langit mulut
bayi.

7. Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,


sehingga puting susu berada diantarapertemuan langit- langit yang
keras (palatum durum) dan langit- langit lunak (palatum molle).
8. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang
terletak dibawah kalang payudara.
9. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

10. Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan


hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal
itu tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
11. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus
bayi
12. Cara Menyendawakan Bayi

a) Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-
lahan diusap punggung belakang sampai bersendawa.

b) Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap.


Udara akan keluar dengan sendirinya.
b. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)

c. Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya

1. duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar


punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung.

2. Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan


aerola sekitarnya.

3. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung


siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.

4. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan


satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala
bayi menghadap ke payudara.

5. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

6. Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola.

7. Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi


sebelum menyusui

8. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau


disangga lagi.

9. Ibu menatap bayi saat menyusui

10. Pasca Menyusui

a) Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan


ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi
ditekan ke bawah.
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan
kering dengan sendirinya.
11. Menyendawakan bayi dengan :

a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu


kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan, atau

b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian


punggungnya di tepuk perlahan- lahan.
12. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan (on demand)
d. Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)

1) Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui


bayi dilakukan setiap saat bayi membutuhkan.

2) Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.

3) Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama


5-7 menit.

e. Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)

1. Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu

2. Dagu bayi menempel pada payudara ibu

3. Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara
(payudara bagian bawah).
4. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi

5. Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka

6. Sebagian besar areola tidak tampak

7. Bayi menghisap dalam dan perlahan

8. Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

9. Terkadang terdengar suara bayi menelan

10. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet


2.3 Masalah Menyusui Pada Ibu
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering
terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement
(payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh
darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan
nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi,
keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh
karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga
tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks
oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung,
ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian
berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih
datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai
seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri
sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang
dianjurkan antara lain sebagai berikut :
a. menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan
memungkinkan.

b. Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).

c. Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi


kebutuhan bayi.

d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.

e. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting


ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah
dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah
bening dalam payudar
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara
bengkakadalah sebagai berikut :
a. Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah
dengan lap bersih atu dengan daun pepaya basah
b. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.

c. Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan


atau pompa dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d. Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai
bendungan teratasi.

e. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada


payudara, dankompres hangat untuk memudahkan bayi mengisap
(menangkap) puting susu.
f. Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan
pengurang sakit.

g. Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak,


bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
h. Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks

i. Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh


dan memperbanyak minum.
j. Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek,
usahakan tetap memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung
dengan masker.
1. Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun
demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat
kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu
terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai
pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
A, Puting Susu Datar

Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting,
puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika
menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit
ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

B. Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)

Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke


dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang
menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu.
Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau
sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk
atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah
berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat
dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan
pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

2. Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)

Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa
sebab sebagai berikut:
1) Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk
kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya
mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus
hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu
diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
2) Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat
mengiritasi puting susu
3) Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga
menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya
pada putingnya saja.
4) Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).

Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan


tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu
bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah
bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion,
cream, dan obat- obat yang dapat mengiritasi.
b. Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi,
tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari
kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.

c. Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang


tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan
cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit
dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri, sebaiknya
dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan
memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).

3. Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)

Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana


terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan
jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat
terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan
kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas
sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.

Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada


beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
a) Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan
dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang
mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
b) Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan
payudara.
c) Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih
terasa penuh.

Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut
menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak
pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat
sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan
kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak
pada payudara.
4. Abses Payudara

Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini


disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan
menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap,
benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak
lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera
diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan
tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian
antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk
menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat
disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang
sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
5. Air Susu Kurang

Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak
ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau
makanan tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak menyusu,
tinja bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak membesar selama
kehamilan atau asi tidak keluar pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang
dari rata-rata 500 gram perbulan, berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum
kembali, mengompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat
bau berwarna kuning. pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi
ASI cukup lancar.

Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama
dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara
menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan
untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka
akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini
dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan
di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan
usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi
sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

2.4 Masalah Menyusui Pada Bayi


Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung
puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing,
bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek(lingual frenulum), bayi
yang memerlukan perawatan.
1. Bayi Sering Menangis

Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan
buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang
paling sering karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut :

 Bayi merasa tidak aman

 Bayi merasa sakit

 Bayi basah (seperti mengompol)

 Bayi kurang gizi

Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak boleh cemas
karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki posisimenyusui, periksa pakai
bayi( apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama).
2. Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)

Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian


susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme
menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu padabotol.
Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan
lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor
pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan
ketebalan karet dot.
Tanda bayibingung puting antara lain:

a. Bayi menolak menyusu.

b. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.

c. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.

a. Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur


Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil
mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena
itu, harus segera dilatih untuk menyusu.

Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk,


disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-pendek, rangsang
dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat
menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut :

1. bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya


diberi cairan infus selama 24-28 jam lalu diberikan asi
menggunakan pipa nasogastrik.
2. Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi
dari sendok 2 kali sehari, namun masih menerima makanan lewat
pipa, namu lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan
asi ditingkatkan.
3. Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui
langsung dari payudara namun perlu kesabaran.
4. Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua
kebutuhn dari payudara.
3. Bayi dengan Ikterus

Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI.
Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang
disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:

a. Segeralah menyusuibayi setelah lahir.

b. Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.

Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan
mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan
mekonium,bilirubin dap at dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi
tidak kuning.
a. Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayidengan
bibir sumbingpallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum
(langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat
menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus
tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan
otot rahang dan lidah. Memperbaiki perkembangan bicara mengurangi
resiko terjadinya otitis media.
Anjuran menyusuiuntuk bayi palatoskisis pada keadaan ini dengan cara:

a. Posisi bayiduduk

b. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.

c. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.

d. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing


pada bibir dan langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan
sendok, pipet, dan dot panjang.
4. Bayi Kembar

Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah


dengan posisi memegang bola (football position). Susuilah bayi
sesering mungkin Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu
secara bergantian dan kemampuan mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu
bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan
kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras
dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya
mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi
Anda.
5. Bayi Sakit

Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan


mendapatkanmakanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah
memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada
bayi sakit denganmuntah- muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat
dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan
ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan,
posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena
regurgitasi.
a. Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)

Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung
lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga
membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk
“mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan
baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu,
ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat
“menangkap”putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi
dipertahankan agar tidak berubah-ubah.
6. Bayi yang Memerlukan Perawatan

Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih
menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak
terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara
penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

1.4 Ibu Menyusui dengan Penyakit

1. Ibu dengan Penyakit HIV

Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health


Assembly) mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secara
eksklusif selama 6 bulan pertama dalam kehidupannya untuk mendapat
kantingkat pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan yang optimal.
Setelahitu, bayi juga harus mendapatkanmakanan pendamping yang bergizi dan
jugaaman selain ASI yang diberikan sampai usia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi
dikaitkan dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat
lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu
lain atau makanan lain.
Ibu dengan HIV positif dihadapkan pada dua pilihan sulit, menyusui belum
mengerti tehnik menyusuinya sehingga ternjadi MTCT (Mother-to-Child
Transmission), tidak menyusui dan tidak AFASS sehingga bayi menjadi kurang
gizi, diare, atau pneumonia. Konseling pemberian makan bayi pada ibu HIV
dapat membantu ibu HIV menentukan pilihan yang terbaik untuk bayinya.

Tabel Perkiraan angka mutlak MTCT HIV dengan waktu transmisi, tanpa
intervensi

Tingkat penularan HIV (%)


waktu penularan TidakMenyusui Menyusui 6 bulan menyusui
18-24 bln
HIV
Selama kehamilan 50 – 10 5 – 10 5 - 10
Selama persalinan 10 – 15 10 – 15 10 - 15
Selama menyusui 0 5 – 10 15 – 20
Keseluruhan 15 – 25 20 – 35 30 – 45

2. Ibu dengan Penyakit Hepatitis B

Bayi dengan ibu hepatitis B boleh diberikan ASI. Hal ini berdasarkan
penelitian yang dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok
pertama ibu pembawa virus hepatitis B memberikan ASI sedangkan kelompok
kedua memberikan susu formula. Hasilnya adalah ASI tidak terbukti dalam
meningkatkan resiko penularan hepatitis B.
Mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi dan juga
penularan disarankan untuk memberikan vaksinasi yaitu vaksin hepatitis B yang
pertama kalinya setelah lahir setelah itu dilanjutkan dengan pemberian yang ke
dua dan yang ke tiga sesuai dengan jadwal.
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan
ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B
kepada bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
3. Bayi dengan Ibu Penyakit Tuberculosis (TBC)
Menurut WHO, TBC tidak termasuk dalam penghalang ibu untuk
menyusui. Ibu justru disarankan melanjutkan pengobatan hingga sembuh,
sehingga tidak menulari bayinya,” kata konselor ASI, Danar Kusumawardhani
dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) pada seminar tentang persiapan
menyusui bersama New Parent Academy, Minggu (23/3/2014).
Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi bakteri
penyebab TBC. Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua minggu
akan menyebabkan pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri pada
lingkungan sekitar, termasuk anaknya yang masih menyusu.
Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan.
Pasalnya, konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit
sehingga tidak menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui
biasanya mendapat pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin
B6), sebanyak 10-25 miligram per hari.
Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan
obat untuk pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu
khawatir melanjutkan pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan

Pemberian Asi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun
bayinya.Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu
dan anak.Dalam pelaksanaannya proses menyusui tidak selalu lancar karena
terdapat masalah- masalah dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi.

Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement),


Kelainan Puting Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet
(Cracked Nipple), Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara
(Mastitis), Abses Payudara, Air Susu Kurang.

Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung
Puting (Nipple Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan
Ikterus, Bayi dengan Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan
Lidah Pendek (Lingual Frenulum), Bayi yang Memerlukan Perawatan.

3.2 Saran
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-
masalah yang terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena
dengan demikian kita dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu
dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan dapat dilakukannya sendiri
maupun dengan bantuan dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

http://abnusclassb.blogspot.co.id/2014/12/kelompok-10-masalah-dalam-
pemberian-asi.html

Anda mungkin juga menyukai