Anda di halaman 1dari 8

RESUME

BULAN NOVEMBER 2017

Peresume : Ade Bahtiar Rifai

LP3I BC PURWOKERTO
2017
Ikan mas dan gurame merupakan ikan kebanggaan masyarakat Indonesia. Bahkan, keduanya
merupakan ikan konsumsi yang terkenal di Asia Tenggara. Di setiap menu di hampir semua
restoran tradisional di Indonesia, pasti ada dan bahkan di beberapa daerah, merupakan makanan
favorit.
Tetapi, ikan yang lezat ini ternyata merupakan wabah bagi kota-kota di Amerika. Bahkan, Kota
Chicago harus mengeluarkan uang hampir US$18 miliar untuk mencegah ikan yang dinamai
Asian carp ini agar tak masuk ke Danau Michigan. Alasannya, ikan-ikan ini ternyata jauh lebih
perkasa daripada ikan-ikan lokal di Amerika.
Fakta ini mengejutkan karena bagaimana bisa ikan yang lezat dan favorit bagi banyak orang
justru merupakan bencana bagi sungaisungai di Amerika? Ternyata, Asian carp ini merupakan
ikan yang paling cepat berbiak, agresif, dan sangat adaptif dengan
lingkungan yang baru.
Hal ini tidak disadari oleh orang-orang Amerika tiga dekade lalu. Awalnya, ikan jenis Asian
carp ini dimanfaatkan untuk mengendalikan ganggang liar. Tetapi, malah justru menjajah
sungai-sungai di Amerika. Akibatnya, ikan lokal yang sebelumnya dengan nyaman hidup dan
mencari makan di sungai tersebut kalah cepat dalam berkembang biak. Ikan dari Asia ini justru
dengan cepat menguasai sungai. Parahnya, ikan Asian carp malah memangsa ikan-ikan lokal.
Sungai-sungai besar yang memiliki ragam potensi dan penghuni tersebut dapat dipakai untuk
menggambarkan komunitas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Komunitas ini memiliki
banyak sekali ragam orang yang memiliki berbagai potensi dan memiliki kemampuan untuk
bersaing dan hidup bersama di dalam satu wilayah.
MEA memiliki total populasi sebanyak 622 juta jiwa - terbesar ketiga setelah Cina dan India.
Komunitas ini memiliki total nilai perdagangan sebesar US$1 triliun. Angka ini menandakan
MEA sebagai sebuah pasar besar yang mampu menarik minat investor ASEAN maupun
investor luar ASEAN untuk mau berinvestasi di kawasan ASEAN.
Dengan pasar besar, jumlah tenaga kerja yang besar, serta didorong oleh investasi dalam dan
luar ASEAN yang besar, menyebabkan negara-negara yang berada di kawasan ini menjadi
daya tarik sendiri bagi para pengusaha untuk berekspansi ke negara-negara tersebut. Indonesia
sendiri merupakan pasar terbesar ASEAN dan memiliki potensi pertumbuhan yang besar
karena disertai dengan sumber daya dan stabilitas perekonomian yang baik. Indonesia menjadi
salah satu destinasi para pekerja kawasan ASEAN untuk mencari peruntungan. Layaknya
sungai-sungai di Amerika yang kedatangan ikan-ikan asing, demikianlah Indonesia kedatangan
pekerja-pekerja ASEAN yang lebih berkualitas. Mereka bisa jadi sangat mengerti pelayanan
serta memiliki keahlian yang memadai, baik di bidang manufaktur, ritel, teknologi, dan bidang
lain.
Namun, itu semua tidak ada artinya jika kita tidak dapat menjual nilai diri kita kepada banyak
pemangku kepentingan. Kemampuan menjual nilai diri ini kita sebut sebagai konsep "Selling
Yourself". Selling Yoursef adalah kemampuan untuk meningkatkan merek kita menjadi merek
yang berbobot, dikenal sebagai orang yang produktif, kreatif, dan berjiwa wirausaha. Selain
itu, harus dapat berani bertindak, berani gagal, dan berani berbeda. Ibarat sebuah merek produk,
kita adalah sebuah merek juga yang perlu dijual dengan konsep pemasaran mutakhir, serta
kemampuan selling yoursef ke komunitas dan mampu mengelola merek tersebut sehingga
dapat meningkatkan nilai merek.
Pertanyaannya, akankah pekerja-pekerja asing ini menjadi seperti ikan mas dan gurame yang
justru membuat ikan-ikan lokal tak berdaya ataukah justru kita adalah ikan mas dan gurame di
negara kita sendiri?
Apa Itu Masyarakat Ekonomi ASEAN?
Kita tahu bahwa Cina dan India menjadi kiblat baru dari ekonomi dunia setelah negara-negara
Barat. Cina dan India merupakan negara yang paling banyak diminati oleh para investor karena
memiliki pasar yang besar, memiliki banyak insentif pajak, kemudahan investasi, dan tenaga
kerja murah, serta hukum yang pasti.
Pemimpin ASEAN menyadari hal ini. Sebab itu, dalam pertemuan ASEAN ke-24 di Bangkok
pada Juli 1991, Perdana Menteri Thailand Anand Panyarachun mengusulkan adanya ASEAN
Free Trade Area (AFTA). Tujuannya, agar dapat meningkatkan kerja sama ekonomi dan
meningkatkan investasi ke negara-negara ASEAN yang sekarang bersaing dengan Cina dan
India.
Ide tersebut kemudian diterima dan dimatangkan dalam ASEAN Summit yang ke-4 di
Singapura pada 1992. Sejak saat itu, secara berkala, tarif impor ke negara-negara ASEAN
mulai diturunkan dan ditargetkan pada tahun 2008, semua barang impor digratiskan.
AFTA merupakan cikal bakal MEA yang pada 2016 resmi diberlakukan. Dalam perjanjian
MEA ini, tidak saja tentang produk, juga tercantum di dalamnya tentang pergerakan bebas
pasar tenaga kerja dari negara anggota ASEAN yang ingin bekerja di ASEAN. Artinya, tidak
boleh lagi ada larangan pekerja asing untuk dapat mencari kerja di Indonesia, demikian
sebaliknya, orang Indonesia dapat mencari kerja di ASEAN.
Pekerja ASEAN dapat masuk dan mencari kerja dengan bebas di semua negara anggota
ASEAN. Hal ini merupakan ancaman sekaligus tantangan bagi pasar tenaga kerja Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, jumlah tenaga kerja yang kurang terdidik di Indonesia masih tinggi,
yakni mereka yang berpendidikan di bawah SD dan SMP mencapai 68,27 persen atau
74.873.270 jiwa dari jumlah penduduk yang bekerja sekitar 110.808.154 jiwa. Sekitar 80
persen pengangguran Indonesia hanya lulusan SMP dan SD.
Jika dibandingkan dengan pengangguran negara tetangga, 80 persen pengangguran Singapura
dan Malaysia adalah lulusan perguruan tinggi dan SMA. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa
saja tenaga kerja negara tetangga mengambil alih lapangan kerja di Indonesia.
Apa yang dibahas di dalam buku ini? Dalam buku ini, kita akan menemukan strategi yang
mampu digunakan untuk menjual berbagai potensi di dalam diri kita untuk dijadikan sebuah
pembeda yang mampu membuat kita menjadi manusia yang kompetitif dan mampu lebih
adaptif di dalam era persaingan MEA ini dan menjadi pemenangnya.

WHY
Bagian ini kita akan membahas berbagai perubahan yang terjadi, mulai dari tumbuhnya industri
kreatif sampai cara pelanggan yang cerdas dan makin kreatif. Banyaknya pasar tenaga kerja
yang kreatif dan cerdas tersebut mengubah gaya pengembangan sumber daya manusia menjadi
pengembangan Human Capital. Manusia sekarang dianggap modal perusahaan yang tidak
terhingga pentingnya selain modal berupa uang untuk produksi.

WHAT
Di bagian ini, kita akan menerangkan apa itu Selling Yourself sebagai bagian dari
pengembangan diri yang mampu mendorong kita menjadi orang yang lebih mampu beradaptasi
dan lebih agresif dengan konteks positioning, dfferentiation, dan branding. Kunci dari
memenangi persaingan adalah memiliki diferensiasi yang kuat dan unik yang mampu
memperkuat diri kita di kancah persaingan pasar bebas ASEAN serta mental juara yang
berfokus kepada keberanian untuk bertindak, berani gagal, dan berani berbeda.

HOW
Terakhir, kami akan membahas teknik pengembangan diri yang berujung pada diferensiasi atau
pembeda yang kuat disertai contoh dan kiat praktis yang terjadi di sektor UKM, karyawan
perusahaan, profesional, talent, dan PNS. Harapannya, para pembaca dapat mendapatkan
gambaran yang tajam tentang penerapan Selling Yourself'di dalam aktivitas sehari-hari.Q yV
wal tahun 2016 ini, kita sudah memasuki era baru di perekonomian Indonesia saat
Indonesia menjadi bagian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mengapa MEA menjadi
sebuah hal yang penting di ASEAN? Para pengamat ekonomi memprediksikan, dalam 20 tahun
terakhir, terjadi pergeseran pusat perekonomian global menuju Asia. Tren ini diperkirakan akan
terus berkelanjutan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pergeseran pusat perekonomian ini disebabkan oleh dominasi dua kekuatan ekonomi global
baru, yakni Cina dan India - ditambah dua ekonomi besar di Asia Timur, Jepang dan Korea
Selatan. MEA diinisiasi oleh ASEAN untuk mempersatukan ekonomi negara-negara di
AsiaTenggara dan mengimbangi dua kekuatan baru di perekonomian global saat ini.
Jika kita hubungkan dengan kondisi saat ini, Cina dan India dalam beberapa dekade ke depan
akan menjadi dua kekuatan ekonomi yang cukup besar dan diperhitungkan oleh perekonomian
global. Pertumbuhan dari kedua raksasa ekonomi baru ini tentunya berimbas secara langsung
terhadap perekonomian ASEAN. Bukan mustahil jika masa keemasan perdagangan yang
terjadi di masa lampau akan terulang lagi dalam beberapa dekade ke depan dengan ASEAN
akan menjadi mitra perdagangan utama bagi kedua raksasa ekonomi ini.
Lantas, bagaimana caranya supaya inisiatif MEA ini dapat berhasil? Negara-negara ASEAN
memiliki kesenjangan perekonomian dan pembangunan yang cukup tinggi. Contohnya,
Singapura memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebesar 52 ribu USD pada tahun
2012. Bandingkan dengan Myanmar yang hanya memiliki PDB per kapita sebesar 868 USD,
lebih dari 60 kali lipat dibandingkan dengan Singapura. Kesenjangan perekonomian dan
pembangunan ini menjadi sebuah tantangan bagi ASEAN untuk mengembangkan potensi-
potensi yang ada, terutama di negara-negara yang perekonomiannya masih berkembang,
seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam.
Sementara itu, jika kita lihat dari peta persaingan ekonomi global, peningkatan daya saing
antarperekonomian di Asia Timur antara Cina, Jepang, dan Korea Selatan menciptakan
kompetisi yang ketat di antara tiga negara produsen ini. Implikasinya, kita lihat di
perusahaanperusahaan manufaktur, mereka berlomba-lomba mening katkan produktivitas,
mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Salah satu cara untuk mencapainya adalah dengan
menurunkan biaya produksi.
Seiring dengan pertumbuhan perekonomian dunia dan perkembangan teknologi di berbagai
bidang, tidak mustahil bagi perusahaanperusahaan ini mempertimbangkan untuk berekspansi
dan mungkin saja memindahkan kegiatan operasinya ke negara-negara lain yang memiliki
keunggulan kompetitif dari segi biaya. Pembebasan batasanbatasan perdagangan antarnegara
ASEAN diharapkan dapat meningkatkan daya saing negara-negara ASEAN dengan
negaranegara industri di Asia Timur.
Negara-negara ASEAN tentunya akan lebih diuntungkan secara kolektif dengan adanya MEA
karena negara-negara ASEAN dapat saling bekerja sama dan menjaga hubungan
perekonomian yang harmonis, baik dengan sesama negara-negara ASEAN maupun dengan
negaranegara di luar ASEAN.
Usaha dari satu negara ASEAN tidak akan begitu bermakna dan berdampak besar terhadap
raksasa ekonomi global baru. Justru dengan kekuatan ekonomi kolektif, ASEAN dapat menjadi
sebuah kekuatan ekonomi yang diperhitungkan oleh dunia. Akan tetapi, di skala perekonomian
yang besar melalui MEA, ASEAN tidak boleh kehilangan fleksibilitas dalam kebijakan
perekonomiannya dan tetap responsif terhadap guncangan-guncangan ekonomi yang mungkin
terjadi. Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN secara geografis.
Indonesia memiliki keunikan tersendiri di ASEAN. Populasi kita mewakili 40% dari populasi
ASEAN dan kontribusi kita terhadap PDB ASEAN mencapai 40%. Bahkan, kita adalah satu-
satunya negara di ASEAN yang menjadi bagian dari kelompok elite G20, perhimpunan 20
negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Ya, memang benar, diukur dari besarnya
ekonomi, kita masuk ke dalam top 20
perekenomian terbesar, tapi kita harus ingat bahwa penduduk kita juga banyak. Apabila kita
hitung PDB per kapita, terlihat jelas bahwa perekonomian kita bahkan tidak dapat menyaingi
negara-negara tetangga kita, seperti Singapura dan Malaysia.
Menghadapi MEA dengan arus barang dan jasa, investasi, penanaman modal, serta tenaga kerja
akan mengalir secara bebas antarnegara ASEAN, Indonesia harus memiliki sebuah ketahanan
ekonomi dan meningkatkan daya saing di dalam ASEAN sendiri. Jika, kita lihat peta
perekonomian antarnegara di ASEAN, Singapura dan Brunei Darussalam memiliki PDB per
kapita tertinggi yang didukung oleh sektor layanan dan khususnya untuk Brunei Darussalam,
sektor migas.
Posisi kita berada setelah Malaysia dan Thailand, kemudian diikuti oleh Filipina dan Vietnam.
Apabila kita lihat lebih dalam lagi, sudah jelas bahwa kompetitor utama kita di ASEAN adalah
Filipina dan Vietnam. Tiga negara ini (termasuk Indonesia) bersaing untuk memosisikan diri
sebagai negara yang berbasis ekonomi-produksi (penghasil berbagai jenis barang dalam skala
besar), lalu terjadi pergeseran dari yang semula mengandalkan hasil kekayaan alamnya sebagai
tonggak ekonomi menjadi ekonomi yang berbasis produksi. Di masa mendatang, Malaysia dan
Thailand juga akan menjadi kompetitor utama kita, terutama di sektor agraria serta otomotif
dan Thailand menjadi market leader di industri tersebut.
Jadi, bagaimana cara Indonesia menghadapi MEA? Mari kita tinjau lebih lanjut. Inisiasi MEA
akan membuka cakrawala baru bagi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi regional yang
meningkat dengan cepat akan berimbas langsung pada perekonomian Indonesia. MEA juga
akan membuka kesempatan dan peluang bagi banyak orang di Indonesia dalam berbagai
bidang. Tenaga kerja kita masih relatif muda secara umur, ditambah dengan pertumbuhan
middleclass yang sangat cepat akan berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Di kalangan pelaku usaha kecil menengah (UKM), MEA juga akan membuka peluang-
peluang baru, karena market menjadi lebih luas karena tidak lagi dibatasi oleh batasan
perekonomian per negara, meningkatkan daya saing UKM di tingkat ASEAN, seperti
memberikan keringanan pajak untuk jenis usaha tertentu, edukasi terhadap standar
internasional (terutama ASEAN), aturan-aturan kepabeanan, dukungan secara informasi
teknologi, dan mungkin juga dukungan secara inansial untuk ekspansi bisnis kepada pelaku
usaha yang dianggap sudah matang dan siap bersaing di ASEAN.
Memang, tidak dapat kita mung kiri dengan membuka ke ran per ekonomian bebas di ASEAN
akan membawa dam pak yang positif maupun ne gatif. Sebagian dari kita mungkin skeptis akan
liberali sasi per ekonomian regional MEA, ba nyak dari kita mulai mencari cara untuk memper
tahankan diri dan me nganggap ini se bagai an ca m an di Indonesia. Akan tetapi, bel ajar dari
Cina, dalam bahasa Mandarin, kata "krisis" ditulis dalam dua karakter, yakni wei ji, yang
artinya 'ancaman', 'bahaya' {wei) dan 'peluang' ji). Marilah kita mengambil kacamata yang
melihat MEA' sebagai sebuah peluang bagi kita untuk mencapai level yang lebih tinggi lagi.
Indonesia bisa!
Dalam mendukung single market di MEA, tentunya tidak terlepas dari ketenagakerjaan.
Ketenagakerjaan dalam MEA menjadi sebuah topik yang cukup hangat diperbincangkan oleh
berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, pelaku usaha, hingga para tenaga kerja itu sendiri.
Kebijaksanaan dalam pengaturan ketenagakerjaan sangat sensitif untuk disusun karena akan
berimbas langsung terhadap perekonomian negara.
Pada tahun 2030, jumlah penduduk ASEAN diperkirakan mencapai 700 juta orang walaupun
pertumbuhan penduduk diprediksi terus menurun dari tahun 2010-2030. Dengan jumlah
penduduk yang cukup besar dan tenaga kerja aktif yang terus bertambah, tantangan utama di
depan mata adalah menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan pelatihan-pelatihan
ketenagakerjaan baik secara formal maupun informal, untuk menciptakan tenaga kerja yang
dapat bersaing di MEA maupun di luar ASEAN.
Sektor pendidikan merupakan lini depan dalam pengembangan keterampilan ketenagakerjaan.
Pendidikan, baik secara formal maupun informal, merupakan sarana untuk mengembangkan
potensi-potensi seseorang menjadi sebuah tenaga kerja yang terampil dan dapat berkontribusi
kepada perekonomian. Melalui pendidikan pula, inovasi muncul dan menghasilkan berbagai
solusi terhadap permasalahan yang ada. Negara yang memiliki ekonomi yang kuat harus
mempunyai tenaga kerja yang terampil (skilledworkers) yang dapat berkontribusi lebih besar
terhadap perekonomian.
Selain pendidikan, peran pemerintah Indonesia juga penting untuk mempersiapkan tenaga
kerja Indonesia yang andal, yang memiliki daya saing yang tinggi dengan negara ASEAN
lainnya. Perlu kita ingat bahwa arus perpindahan tenaga kerja antar-ASEAN masih dibatasi
oleh regulasi sertifikasi. Sertifikasi tenaga kerja ini dilakukan dengan tujuan menyetarakan
kualitas ketenagakerjaan di ASEAN seperti yang dituangkan dalam Mutual Recognition
Arrangement (MRA).
tugas kita semua untuk meningkatkan kompetensi dengan menciptakan diferensiasi tenaga
kerja Indonesia, apa yang menjadi keunggulan kompetitif kita dibandingkan dengan tenaga
kerja negara ASEAN lainnya? Di samping itu, perubahan mental juga harus kita lakukan, yakni
bahwa kita mampu bersaing dengan tenaga kerja negara lainnya.
Pembebasan arus ketenagakerjaan di dalam ASEAN akan memberikan keuntungan bagi negara
eksportir tenaga kerja (seperti Indonesia saat ini) dan importir tenaga kerja. Biasanya, cukup
jelas bahwa penduduk dari negara eksportir tenaga kerja mencari pekerjaan yang lebih
menguntungkan bagi mereka (di negara lain) dan berkontribusi kepada perekonomian negara
asalnya. Di sisi tenaga kerjanya, mereka mendapatkan peluang kerja yang lebih baik,
peningkatan kemampuan yang mungkin tidak didapatkan di negara asalnya.
Bagi negara importir tenaga kerja, arus masuk ketenagakerjaan akan menjaga keseimbangan
perekonomian dari sisi supply dan demand tenaga kerja, baik skilled maupun unskilled.
Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini, Indonesia masih masuk ke dalam kategori pengekspor
tenaga kerja yang sebagian besar bekerja di sektor informal ke berbagai negara lain seperti
ASEAN hingga ke Timur Tengah.
Dalam rangka menyambut MEA, Indonesia harus mengekspor tenaga terja terampil yang
memadai dan dibutuhkan oleh negara-negara ASEAN lainnya. Jadi, marilah kita
memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan diri menjadi tenaga kerja yang terampil
(skilled)
untuk bersaing dengan tenaga kerja dari negara ASEAN lainnya. Ingat, kata kuncinya, jadilah
tenaga kerja yang produktif, kreatif, dan entrepreneurial (atau intrapreneurial)!

Anda mungkin juga menyukai