Anda di halaman 1dari 118

LATEST NEWS 

  About

  Privacy Policy

  Disclaimer

  Contact

 GADGET

 REVIEWS

 LIFESTYLE



Tuesday, 29 January 2013
MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG HAJI

Kata Pengantar

    Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hikmah, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga Makalah Pendidikan Agama ini dapat diselesaikan tanpa ada suatu
halangan apapun. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mandapatkan syafaatnya di akhir zaman nanti. Amiin…

Makalah ini disusun dan diuraikan sedemikian rupa dilandasi dengan pengetahuan dan bimbingan
dari Dosen mata Pelajaran. Selain itu juga makalah ini disusun dengan menggunakan berbagai
macam buku acuan atau buku referensi yang diambil dari berbagai sumber.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah penyusun harapkan, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin…

Gumawang,    September 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL         i


KATA PENGANTAR         ii
DAFTAR ISI         iii
PENDAHULUAN         1
A.    Latar Belakang Masalah        1
B.    Tujuan Masalah         1
ISI (PEMBAHASAN)         2
A.    Pengertian Haji         2
B.    Syarat Wajib Haji         2
C.    Rukun Haji         2
D.    Wajib Haji         4
E.    Sunah Haji         4
F.    Larangan Haji         5
G.    Beberapa jenis Denda (Dam)         6
H.    Perbedaan Haji dan Umrah         7
STUDY KASUS        8
PENUTUP         9
DAFTAR PUSTAKA         10

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Haji adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Menunaikan
ibadah haji adalah ritual tahunan yang delaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material,
fisik dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan kegiatan di beberapa tempat di Arab
Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai muslim haji (bulan Dzulhijah), ibadah haji berbeda
dengan umrah, karena umrah dapat dilakukan sewaktu-waktu, dan ibadah haji kegiatan intinya
dimulai pada tanggal 8 Dzulhijah ketika umat Islam bermalam di mana wukuf (berdiam diri) di
padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah dan berakhir setelah melempar jumrah pada tanggal 10
Dzulhijah.
B.    Tujuan Masalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang ibadah haji secara umum.
Terutama berkaitan dengan hal-hal yang umum dilakukan dalam melakukan ibadah haji.

PEMBAHASAN

HAJI

A.    Pengertian Haji

    Haji menurut bahasa adalah menyengaja sesuatu (hajj). Haji menurut istilah adalah sengaja
mengunjungi ka’bah untuk melakukan amal ibadah dengan syarat tertentu. Haji diwajibkan
dikerjakan dengan segera {orang yang telah mencukupi syarat-syarat yang akan datang tetapi
masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakannya di tahun itu) maka ia berdosa dengan melalaikannya
itu}.

B.    Syarat Wajib Haji


1.    Islam
Tidak wajib bahkan tidak sah haji bagi orang kafir.
2.    Berakal
Tidak wajib bagi haji atas orang gila dan orang bodoh.
3.    Baligh
Sampai umur 15 tahun atau baligh dengan tanda-tanda lain, tidak wajib haji bagi kanak-kanak.
4.    Merdeka
Tidak wajib haji atas orang yang tidak kuasa.
C.    Rukun Haji
1.    Ihram
Berniat mulai mengerjakan haji atau umrah.
2.    Hadir di Padang Arafah
Pada waktu yang ditentukan yaitu mulai tergelincir matahari (waktu Dzhur) tanggal 9 bulan haji
sampai terbit fajar tanggal 10 bulan haji, artinya orang yang sedang mengerjakan haji itu wajib
berada di Padang Arafah pada waktu tersebut.
3.    Thawaf
Berkeliling Ka’bah
•    Syarat thawaf :
a.    Menutupi aurat
b.    Suci dari hadas dan najis
c.    Ka’bah hendaklah disebelah kiri orang yang thawaf
d.    Permulaan thawaf itu hendaklah dari hajar aswan.
e.    Thawaf itu hendaklah tujuh kali
f.    Thawaf itu hendaklah di dalam masjid, karena rasululloh s.a.w melakukan tawaf dalam masjid.

•    Jenis-jenis thawaf


a.    Thawaf  “Qudum”
Thawaf ketika baru sampai, sebagai sembahyang tahitul masjid.
b.    Thawaf  “Ifadah”
Thawaf rukun haji yang disertai dengan  Sa’i.
c.    Thawaf  “Wada”
Thawaf ketika akan meninggalkan Makkah.
d.    Thawaf  “Tahalul”
Penghalalan barang yang haram karena ihram.

4.    Sa’i
Berlari-lari kecil diantara dua bukit Shafa dan Marwah.
Syarat Sa’i
1.    Hendaklah dimulai dari bukit Shafa dan disudahi di bukit Marwah.
2.    Hendaklah Sa’I itu 7 kali.
3.    Waktu Sa’I hendaklah sesudah thawaf.

5.    Mencukur atau menggunting rambut


6.    Menertibkan rukun-rukun
Mendahulukan yang dahulu diantara rukun-rukun tersebut.
D.    Wajib Haji
1.    Ihram dari Miqot
Tempat yang ditentukan dan masa tertentu.
2.    Berhenti di “Muzdalifah) sesudah tengah malam.
3.    Melontar jumrah aqodah pada hari Raya Haji.
4.    Melontar tiga jumrah (11, 12, 13 bulan haji) tiap-tiap jumrah dilontarkan dengan tujuh batu kecil,
waktu melontar ialah sesudah tergelincir matahari pada setiap hari.

Syarat-syarat melontar jumrah


-    Melontar dengan tujuh batu, dilontarkan satu-persatu
-    Menertibkan tiga jumrah itu, berarti hendaklah dimulai dari jumrah yang pertama (yang dekat
masjid Khifa) kemudian yang ditengah dan sesudah itu yang akhir (jumrah “Aqabah”).
-    Yang dilontarkan hendaklah batu lain dari batu tidak sah.

Orang yang berhalangan tidak melontar, maka orang tersebut hendaklah mencari wakilnya, walau
dengan jalan mengupah. Orang yang tidak melontar atau dua hari, harus digantinya di hari lain asal
masih dalam masa yang ditentukan untuk melontar yaitu tanggal 10 sampai 13.

5.    Bermalam di Mina


6.    Thawaf  Wada’
7.    Menjauhkan diri dari segala hal yang dilakukan atau diharamkan.

E.    Sunah Haji


1.    Pertama diantaranya adalah Sunat haji “Ifrad”
Cara mengerjakan haji dan umrah ada 3 cara, yaitu :
a.    Ifrad
Ihram untuk haji saja, terus diselesaikannya pekerjaan haji, kemudian ia ihram untuk umrah, berarti
dikerjakan satu persatu.
b.    Tamattu
Mendahulukan umrah dari pada haji dalam waktu haji. Caranya dia ihram mendahulukan umrah
diselesaikan semua urusan umrah, kemudian ia ihram lagi dari Makkah untuk haji.
c.    Qiran
Dikerjakan besama-sama (serentak). Caranya bahwa seseorang melakukan ihram untuk keduanya
pada waktu ihram haji dan mengerjakan sekalian urusan haji. Urusan umrah dengan sendirinya
termasuk dalam pekerjaan ibadah haji.

2.    Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki, terkecuali perempuan. Membaca
ralbiyah disunatkan selama dalam ihram sampai melontar ‘aqobah pada hari raya .
3.    Membaca do’a sesudah membaca talbiyah.
4.    Membaca zikir sewaktu tawaf.
5.    Sembahyang di rakaat sesudah thawaf.
6.    Masuk ke Ka’bah (rumah suci).

F.    Larangan Haji


1.    Dilarang bagi laki-laki yang sedang dalam ihram memakai pakaian yang berjahit, baik jahitan
atau sulaman boleh juga memakai kain tersebut kalau karena hajat yang sangat. Seperti sangat
dingin atau panas.
2.    Terlarang juga terhadap laki-laki yang sedang dalam ihram menutup kepak, melinkan karena
hajat.
3.    Terlarang atas perempuan menutup muka dan dua telapak tangan, kecuali kalau karena hajat
yang sangat.
4.    Terlarang pula memakai harum-haruman pada waktu ihram, baik laki-laki ataupun perempauan,
baik dibadan atau dipaian.
5.    Terlarang juga menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain, begitu juga menyelesaikan
rambut dengan minyak.
6.    Terlarang memotong kuku.
7.    Dilarang me’aqdkan nikah ( kawin, mengawinkan atau menjadi wakil dala aqad perkawinan ).
8.    Dilarang bersetubuh.
9.    Terlarang memburu dan membunuh binatang daratan yang liar dan lalal dimakan.

G.    Beberapa Jenis Denda (Dam)


1.    Dam Taamattu dan Qiran
Orang yang mengerjakan haji dan umrah dengan cara tamattu dan qiran ia wajib membayar denda,
yaitu :
-    menyembelih seekor kambing yang sah untuk kurban.
-    Kalau tidak sanggup menymbelih kambing hendaklah ia berpuasa sepuluh hari, 3 hari wajib
dipuasakan sewaktu ihram paling lama sampai hari raya haji dan 7 hari lagi wajib dipuasakan
sesudah ia kembali ke negerinya.

2.    Dam karena mengerjakan salah satu dari larangan yang berikut :
-    Bercukur atau menghilangkan 3 helai rambut atau lebih.
-    Memotong kuku
-    Memakai pakaian yang berjahit
-    Berminyak rambut
-    Memakai minyak harum (wangi) baik pada badan atau pakaian.
-    Bersetubuh
Denda kesalahan tersebut adalah memilih 3 perkara; menyembelih kambing yang sah untuk kurban,
puasa 3 hari atau berpuasa 3 gantang (9,3 liter) makanan kepada eman orang miskin.

3.    Dam karena bersetubuh


Denda wajib diatur sebagai berikut; mula-mula menyembelih unta, kalau tidak sanggup unta maka
dia wajib memotong sapi, kalau tidak sanggup menyembelih sapi maka ia wajib menyembelih 7 ekor
kambing, kalau tidak dapat kambing hendaklah dihitung harga unta dan dibelikan makanan harga
unta dan dibelikan makanan untuk fakir miskin, kalau tidak dapat makanan hendaklah ia berpuasa
dan tiap seperempat gantang harga unta ia wajib puasa 1 hari.
4.    Dam membunuh buruan (binatang liar). Dendanya yaitu bersedekah sesuai dengan harga dari
binatang yang terbunuh.
5.    Dam karena terhambat. Dendanya hendaknya ia wajib memotong kambing dan mencukut
kepalanya.

H.    Perbedaan Haji dan Umrah


1.    Ibadah Haji hanya dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan yakni syawal, zulqaidah, dan
10 hari pada bulan Zulhijah. Sedangkan umrah dilaksanakan kapan saja.
2.    Ibadah Umrah tidak perlu melakukan wukuf di Arofah, sedangkan pada ibadah haji wukuf di
Arofah adalah wajib untuk dilaksanakan.
3.    Dalam ibadah Haji, menyembelih binatang kurban dalah hal yang dilarang sedangkan pada
ibadah Umrah hal tersebut boleh dilakukan.

STUDY KASUS

1.    Bermimpi Basah saat Ihram ?


Bagi orang yang mimpi dan keluar sperma. Wajib mandi dan tidak sah baginya shalat dan thawaf,
membaca Al-Qur’an tidak boleh sebelum dia mandi wajib.
Ketika sedang Ihram hendaklah dia mandi dan seandainya ada beberapa rambut yang rontok tidak
mengapa, karena yang dilarang adalah menghilangkan rambut dan sengaja. Dan boleh mengganti
pakaian Ihramnya jika kotor, karena menurut hadits Shahih bahwa Nabi s.a.w mandi ketika beliau
sedang Ihram, juga para sahabat. Wallahu ‘alam.

Study Kasus Tentang Haji

1.    Masalah memba’dalkan Haji pada orang lain?


Sebagaimana yang telah dimaklumi bahwa Haji ba’dal adalah boleh. Kebohannya itu tentulah
dengan syarat yang telah ditentukan oleh syara.
Dan kalau ia melakukan Haji untuk dua orang ataupun lebih pada satu musim haji, maka hajinya
batal.

2.    Seseorang Haji dalam keadaan hutang, apakah hajinya diterima ? dan apakah orang yang haji
atas nama istrinya yang meninggal diterima untuk istrinya?
Orang yang sedang Haji dan ia memiliki utang maka hajinya diterima, dan orang yang berhaji untuk
istrinya yang meninggal diterima jika niatnya untuknya dan mengatakan ketika niat ihram “Labbaika
An-Zaujaty Fulanah” kalaupun tidak menyebut namanya tidak mengapa, niatnya telah mencukupi.

PENUTUP

    Adapun Islam telah mengatur beberapa aturan guna mengungatkan rasa persatuan dan
menanamkan semangat suka bekerja bersama-sama untuk kepentingan bersama. Diantaranya
dengan menunaikan ibadah haji. Semua itu dilakukan untuk mengungatkan rasa persatuan antara
beberapa golongan yang berdekatan, dan ibadah haji pun harus dilaksanakan berdasarkan syarat-
syarat sesuai dengan dalam makalah.
Dan demikianlah Makalah Pendidikan Agama Tentang “ Haji “ dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

•    Rasjid, H. Sulaiman. 1945. Fiqh Islam. Jakarta : Attahiriyah.


•    Internet.

Posted by Merko Polo at 1/29/2013 03:09:00 pm   


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook

No comments:
← Newer PostOlder Post ⇒Home

TRANSLATE
POPULAR POST

 Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan


Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan Di Indonesia terdapat 3 jenis persebaran Fauna, persebaran fauna di batasi oleh
garis wallace dan ga...
 MAKALAH PKN TENTANG SENGKETA INTERNASIONAL
BAB I PENDAHULUAN 1.1    LATAR BELAKANG Di era modern ini banyak sekali negara yang melakukan hubungan
dengan negara lain untuk memenuhi ke...


CIRI-CIRI DAN SIFAT VIRUS
RINGKASAN MATERI             Virus berasal dari bahsa latin yang berarti racun dan virus dapat menyebabkan penyakit baik
pada tumbu...
 Makalah Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al Kitab kepada hamba-Nya,
dan Dia tidak mengadakan ...
 MAKALAH PKN TENTANG SISTEM POLITIK DI INDONESIA
KATA PENGANTAR     Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunianya makalah kami dapat
kami selesaikan. Penulisan ma...
LABELS
 Makalah Bahasa Indonesia (2)
 Makalah Ekonomi (2)
 Makalah PAI (7)
 Makalah PKN (4)
BLOG ARCHIVE

 ►  2014 (2)
 ▼  2013 (105)
o ►  May (6)
o ►  April (13)
o ►  March (12)
o ►  February (29)
o ▼  January (45)
 MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG HAJI
 MAKALAH ILMU JIWA TENTANG METODE MENGAJAR
 MAKALAH TENTANG PENJELASAN AHKLAK SURAT AL-HUJURAA...
 MAKALAH ILMU TASAWUF AL-GHOZALI DAN AJARANNYA TENT...
 MAKALAH TENTANG ADMINISTRASI DAN SUPERPISI PENDIDI...
 MAKALAH ILMU USAHA TANI TENTANG TANAH DALAM PERTAN...
 MAKALAH PKN TENTANG MENGHARGAI KEPUTUSAN MAHKAMAH ...
 MAKALAH PKN TENTANG SENGKETA INTERNASIONAL
 MAKALAH TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN
 SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
 SEJARAH TMII (TAMAN MINI INDONESIA INDAH)
 SEJARAH LUBANG BUAYA
 Sejarah Tugu Monas (Monumen Nasional)
 MAKALAH TENTANG MENCURI, MENYAMUN DAN MERAMPOK
 Makalah PKN Tentang Kode Etik Jurnalistik
 RESUME TEORI EKONOMI MIKRO
 MAKALAH AQIDAH AKHLAK TENTANG QODARIYAH
 MENJADI REMAJA ISLAM YANG IDEAL
 MACAM-MACAM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
 CIRI-CIRI DAN SIFAT VIRUS
 FILUM ARTHROPODA
 MAKALAH KIMIA TENTANG GERAK MELINGKAR
 CONTOH NILAI-NILAI PADA CERPEN
 Dampak positif internet
 FENOMENA REMAJA “GALAU”
 PERANAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MENINGKATKA...
 PERWAKILAN NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN...
 Makalah Permasalahan Perekonomian Industrial
 Asal Mula Kehidupan di Bumi
 Makalah Statistik Tentang Data Kelompok
 MAKALAH PKN TENTANG IMPLEMENTASI PERUBAHAN AMANDEM...
 Makalah Geografi tentang Hutan Mangrove
 Makalah Geografi tentang Terjadinya Gost Town
 JENIS VIRUS YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
 JENIS BAKTERI YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
 Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan
 Proses Terjadinya Manusia Menurut Al Qur'an
 Proses Siklus Air dan Udara
 Makalah Biologi Tentang Sistem Peredaran Darah Hew...
 MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG ILMU PENDIDIKAN IS...
 Makalah Ilmu Kalam tentang Pemikian Kalam Masa Kin...
 Makalah Tentang Motivasi Peserta Didik Dalam Belaj...
 Makalah Bahasa Indonesia Tentang Puisi
 Makalah Tentang Kegunaan Penelitian Komperatif
 ►  2012 (34)
ABOUT ME

Merko Polo 
View my complete profile
BERITA TERBARU INDONESIA

« »

FOLLOW BY EMAIL
Submit

FOLLOWERS
CONTACT FORM
Name 

Email * 

Message * 

Copyright 2014 Blog Merko - All Rights ReservedReDesign By Kaizen Template -


Support KaizenThemes - Powered by Blogger

https://educasimerko.blogspot.com/2013/01/makalah-agama-islam-tentang-haji.html
My files
type your sea

Minggu, 23 Februari 2014


Makalah Fiqih tentang puasa

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman, setiap orang islam
yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah
Allah adalah juga untuk menjadi tangga ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa dan
keluruhan budi dan akhlak.

Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa, dari dasar
hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.

Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk maksud
tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.

Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan terima
kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya. Aamiin.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa dasar hukum pelaksanaan puasa?


2.      Apa saja syarat dan rukunnya?

3.      Apa saja hal-hal yang sunnah dalam berpuasa?

4.      Apa saja yang membatalkannya?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Puasa

Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari
sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat
26:

َّ ِ‫ت ل‬
َ ‫لر ْحم ِن‬
.‫ص ْو ًما‬ ُ ‫إِنِّي نَ َذ ْر‬
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).” [1]

            “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan,
minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.

            Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”[2]

            Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil. Menurut Syara’ (istilah
agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :

َ ِ‫ َو َي ْتبَ ُع ذل‬٬‫َّه ا ِر َعلَي ال َْو ْج ِه ال َْم ْش ُر ْو ِع‬ ِ ِ ِ ‫ب و ال‬


‫ك‬ َ ‫ ف ِي الن‬٬‫اع َوغَْي ِر َه ا م َّما َو َر َد بِه‬
ِ ‫ْج َم‬ َ ِ ‫الش ْر‬ ُ ‫اَإْلِ ْم َس‬
ُّ ‫اك َع ِن اْألَ ْك ِل َو‬
۰‫ص ٍة‬ َ ِ‫ بِ َش َرا ئ‬٬‫ص‬ ٍ ِِ ِ ِ ِ َّ ‫اك َع ِن الَّلغْ ِو و‬
َ ‫ص ْو‬
ُ ‫ط َم ْخ‬ ٍ ‫ص ْو‬ُ ‫الرفَث َوغَْي ِر َها م َن الْكَاَل ِم ال ُْم َح َّرم َوال َْم ْك ُر ْوه في َوقْت َم ْخ‬ َ ُ ‫اإْلِ ْم َس‬
“Menahan diri dari makan, minum, jima’ (hubungan seksual) dan lain-lain yang diperintahkan
sepanjang hari menurut cara yang disyariatkan, dan disertai pula menahan diri dari perkataan sia-
sia, perkataan yang diharamkan pada waktu-waktu tertentu dan menurut syarat-syarat yang
ditetapkan.[3]

B.     Dasar hukum pelaksanaannya

Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap mukmin.
Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah
kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah:

a.       Firman Allah Swt., :


۰‫ب َعلَي الَّ ِذيْ َن ِم ْن َق ْبلِ ُك ْم ل ََعلَّ ُك ْم َتَّت ُق ْو َن‬ ِ
َ ‫ام َك َما ُكت‬
ُ َ‫الصي‬
ِّ ‫ب َعلَْي ُك ُم‬ ِ ِ
َ ‫يَاأ َُّي َها الَّذيْ َن‬
َ ‫آمُن ْوا ُكت‬
Artinya : Wahai mereka yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa (Ramadhan) sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah-183).

b.      Sabda Nabi Saw., :

َّ ‫ َوإِ ْيتَ ِاء‬٬‫الص اَل ِة‬


٬‫الز َك ِاة‬ ِ ‫َن مح َّم ًدا رس و ُل‬
َّ ‫ َوإِقَ ِام‬٬‫اهلل‬ ِ ِ ِ َ ‫ َش ه‬: ‫س‬ ٍ ‫بُنِ َي اْ ِإل ْس اَل ُم َعلَي َخ ْم‬
ْ ُ َ َ ُ َّ ‫ َوأ‬٬ُ‫ادة أَ ْن آلال هَ ااَّل اهلل‬ َ
۰‫ت‬ ِ ‫ وح ِّج الْب ْي‬٬‫ضا َن‬ ِ ‫و‬
َ َ َ َ ‫ص ْوم َر َم‬ َ َ
“Didirikan Islam atas lima sendi: mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, mendirikan
shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan dan naik haji ke Baitullah.” (H.R Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Umar).[4]

            Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan atas umat Islam
sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di
tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam
sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu puasa  di bulan
Ramadhan adalah wajib dikerjakan.

            Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki maupun
perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir
(perjalanan) dan sanggup berpuasa.

Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka terapi
pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu
manfaat jasmaniah.

Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk kesehatan. Walaupun orang ini
berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah
kepada Allah yaitu dengan niat berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka
puasanya adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak mendapat manfaat
rohaniah.[5]

C.    Memulai Puasa Bulan Ramadhan

Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap harinya sejak terbit
pagi hingga terbenam matahari.[6]

Puasa Ramadhan dimulai dengan salah satu sebab sebagai berikut :

1.      Melihat bulan Ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal  29 (akhir) Sya’ban.

2.      Penetapan Hakim Syar’i akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan saksi, sekurang-kurangnya
seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.
3.      Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab (perhitungan) ; a. Apabila bulan tidak
terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari. ; b. Keterangan orang yang dapat dipercaya
kebenarannya oleh penerima berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan.

4.      Dengan hisab sebagaimana firman Allah. Swt. :

َ ِ‫اخلَ َق اهللُ ذل‬


‫ك إِاَّل‬ َ ‫ َم‬٬‫اب‬ ِ ِ ِّ ‫ضياء والْ َقمر نُورا وقَدَّرهُ منَا ِز َل لَِت ْعلَموا َع َد َد‬
َ ‫السن ْي َن َوالْح َس‬ ُْ َ َ َ ً ْ ََ َ ً َ ‫س‬
ِ ‫الشم‬ ِ َّ
َ ْ َّ ‫ُه َو الذي َج َع َل‬
۰‫ات لَِق ْوٍم َي ْعلَ ُم ْو َن‬
ِ ‫صل اآْل ي‬
َ ‫بِال‬
َ ُ ِّ ‫ ُي َف‬٬‫ْح ِّق‬
Artinya: “Allah yang telah menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya serta diaturnya tempat
perjalanan, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan hitungan (hisabnya). Tuhan tidak
menjadikan semuanya itu kecuali dengan pasti. Tuhan menerangkan segalanya (tandaan) dengan
ayat-ayat-Nya bagi semua orang yang berpengatahuan. (QS. Yunus-5).

Sabda Rasulullah Saw. :

‫ فَِإ ْن غُ َّم‬۰‫ إِذَا َرأ َْيتُ ُم ْوهُ فَ افْ ِط ُر ْوا‬٬‫ص ْو ُم ْوا‬ َ َ‫صلَّي اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
ُ َ‫ إِذَا َرأ َْيتُ ُم ْوهُ ف‬:‫ال‬
ِ
َ ‫َع ْن ابْ ِن عُ َم َر َع ْن َر ُس ْو ِل اهلل‬
.ُ‫َعلَْي ُك ْم فَاقْ ُد ُر ْوا لَه‬

  Artinya: “Dari ‘Umar ra., Rasulullah Saw., bersabda : Apabila kamu melihat bulan Ramadhan,

hendaklah berpuasa dan apabila kamu melihat bulan Syawal hendaklah kamu berbuka. Maka jika
tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu perhitungkanlah jumlahnya hari dalam satu bulan”. (HR.
Bukhari, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah).[7]

D.    Syarat Puasa

1.      Syarat-syarat wajib berpuasa

a.       Islam

b.      Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa ; tetapi apabila kuat mengerjakannya,
boleh diajak berpuasa sebagai latihan.

c.       Suci dari haid dan nifas (ini tertentu bagi wanita)

d.      Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang sudah tua. Orang sakit dan orang
tua, mereka ini boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah.

2.      Syarat-syarat sahnya puasa

a.       Islam.

b.      Tamyiz.

c.       Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika mereka berpuasa, tetapi wajib
qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari yang ia tinggalkan.
d.      Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan Ramadhan [8] ; seperti puasa
pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13
Zulhijjah, hari syak, yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.

E.     Rukun Puasa

1.      Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan
puasa wajib Ramadhan. Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.

2.      Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Berdasarkan Firman Allah Ta’ala :

‫َس َو ِد‬ ِ ِ ‫ط اأْل َبي‬ ِ ‫فَال‬


ْ ‫ض م َن الْ َخ ْي ط اأْل‬
ُ َ ْ ُ ‫اش َر ُب ْوا َحتَّي َيتََبيَّ َن لَ ُك ُم الْ َخ ْي‬
ْ ‫ب اهللُ لَ ُك ْم َو ُكلُ ْوا َو‬
َ َ‫ْئن بَاش ُر ْو ُه َّن َو ْابَتغُ ْوا َما َكت‬
َ
۰‫ام إِلَي الَّْيل‬ ِّ ‫ِم َن الْ َف ْج ِر ثُ َّم أَتِ ُّم ْوا‬
َ َ‫الصي‬
Artinya: “Maka sekarang, bolehlah kamu mencampuri mereka dan hendaklah kamu mengusahakan
apa yang diwajibkan Allah atasmu, dan makan-minumlah hingga nyata garis putih dan garis hitam
berupa fajar, kemudian sempurnakanlah puasa sampai malam.

            Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan gelapnya malam.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala
turun ayat yang artinya : “hingga nyata benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah
seutas tali hitam dan seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu
malam dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui Rasulullah Saw dan
saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :

‫َّها ِر‬ ُ َ‫اد اللَّْي ِل َو َبي‬


َ ‫اض الن‬ َ ِ‫إِنَّ َما ذل‬
ُ ‫ك َس َو‬
Artinya: “Maksudnya ialah gelapnya malam dan terangnya siang”.[9]

F.     Yang membatalkan puasa

1.      Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan, minum, merokok,
memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi
jika karena lupa, tiadalah yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung
atau lainnya yang serupa, tidak membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui
lobang rongga badan.

2.      Muntah dengan sengaja; muntah tidak dengan sengaja tidak membatalkannya.


3.      Haid dan nifas; wanita yang haid dan nifas haram mengerjakan puasa, tetapi wajib mengqodha sebanyak
hari yang ditinggalkan waktu haid dan nifas.

4.      Jima’ pada siang hari.

5.      Gila walaupun sebentar.

6.      Mabuk atau pingsan sepanjang hari.

7.      Murtad, yakni keluar dari agama Islam.[10]

Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada siang hari di bulan
Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan hubungan kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan,
puasanya batal. Selain itu ia wajib membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah
Saw. :

‫ص لَّي اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َع ْن‬ ِ


َ ‫اس َت ْفتَي َر ُس ْو ُل اهلل‬ َ ‫َن َر ُجاًل َوقَ َع بِ ْام َرأَتِ ِه فِي َر َم‬
ْ َ‫ض ا َن ف‬ َّ ‫ضي اهللُ َع ْنهُ أ‬ ِ ِ
َ ‫َع ْن أَبي ُه َر ْي َر َة َر‬
‫ (رواه‬.‫ فَ أَط ِْع ْم ِس ت ِّْي َن ِم ْس ِك ْينًا‬. ‫ اَل‬:‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫؟‬ ‫ام َش ْه َريْ ِن‬ ِ ِ
َ َ‫ َو َه ْل تَ ْس تَط ْي ُع ص ي‬. ‫ اَل‬:‫ال‬ َ َ‫؟ق‬ ً‫ َه ْل تَ ِج ُد َر َقبَ ة‬:‫ال‬
َ ‫ َف َق‬٬‫ك‬ َ ِ‫ذل‬
.)‫مسلم‬
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya seorang laki-laki pernah bercampur dengan istrinya
siang hari pada bulan Ramadhan, lalu ia minta fatwa kepada Nabi Saw. : “Adakah engkau
mempunyai budak ?. (dimerdekakan). Ia menjwab : Tidak. Nabi berkata lagi : “Kuatkah engkau puasa
dua bulan berturut-turut ?”. Ia menjawab : Tidak. Sabda Nabi lagi : “Kalau engkau tidak berpuasa,
maka berilah makan orang-orang miskin sebanyak enam puluh orang”. (HR.Muslim).  [11]

G.    Hal-hal sunnat dalam berpuasa

1.      Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah terbenam.

2.      Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis, atau dengan air.

3.      Berdoa sewaktu berbuka puasa.

4.      Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.

5.      Menta’khirkan makan sahur sampai kira-kira 15 menit sebelum fajar.

6.      Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa.

7.      Hendaklah memperbanyak sedekah selama dalam bulan puasa.

8.      Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar) karena mengikuti
perbuatan Rasulullah Saw.[12]

H.    Puasa sunnat dan macam-macamnya.


Puasa sunnat adalah puasa yang disunnatkan kita melakukannya. Di antara puasa-puasa sunnat ini
ialah :

1.      Berpuasa sehari dan berbuka sehari (puasa Nabi Daud)

2.      Puasa enam di bulan Syawal.

3.      Puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka puasa
ini tidak disunnatkan atasnya.

4.      Puasa hari Asyura (hari yang kesepuluh dari bulan Muharram).

5.      Puasa hari senin dan kamis.

6.      Puasa tiga hari pada tiap bulan ; dalam hubungan ini berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 tiap bulan
berpuasa pada hari putih.

7.      Puasa Sya’ban.[13]

BAB III

PENUTUP

A.    Simpulan

Puasa adalah terjemahan dari Ash Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari
sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.

Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.

Berdasarkan ketetapan Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 dan ketetapan hadis yang telah
disebutkan diatas, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu.
Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan
Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu
rukun Islam yang lima, karena itu puasa  di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.

Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki maupun
perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir
(perjalanan) dan sanggup berpuasa.

Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap harinya sejak terbit
pagi hingga terbenam matahari.
DAFTAR PUSTAKA

Bahreisj, Hussein., 1980. Pedoman Fiqih Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.

Latif, M. Djamil., 2001. Puasa dan Ibadah Bulan Ramadhan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rifa’i, Moh., 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Rasjid, Sulaiman., 2012. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sabiq, Sayyid., 1993. Fikih Sunnah 3. Bandung: Al-Ma’arif.

[1] H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4 Jakarta
13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.
[2] H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 220.

[3] H.M. Djamil Latif, S.H, op. cit., h. 22

[4] Ibid., h. 19-20

[5] Ibid., h. 21

[6] Hussein Bahreisj, Pedoman Fiqih Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1980), h. 124.

[7] Drs. H. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), h. 325-326

[8] Ibid., h. 327-328.

[9] Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, ( Cet. 8; Bandung: PT, Al-Ma’arif, 1993), h. 174.

[10] Drs. H.Moh. Rifa’i, op. cit., h. 328-329

[11] Ibid., h. 330.

[12] H. Sulaiman Rasjid, op. cit., h. 238-240

[13] H.M. Djamil Latif, S.H, op. cit., h. 26-29.

Diposting oleh Ahmad Fauzi M di 09.00


5 komentar:

Ensiklopedi Fiqih mengatakan...

Assalamualaikum. Numpang promo. Anda juga bisa belajar tentang Fiqih di


http://ensiklopedifiqih.com.

Salam kenal
4 Mei 2015 22.46

dindadesi mengatakan...

LOMBA BLOG !
permisi, minat ikut lomba blog ?
Hello bloggers Indonesia! Dalam rangka menyambut Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1436
H Refiza Souvenir menyelenggarakan blog competition bagi para bloggers. Tuliskan semua hal
tentang souvenir Islami dan dapatkan hadiah menarik dari Refiza. . syarat dan ketentuan
http://www.refiza.com/blogcompetition2015/
14 Juli 2015 10.49

Johan Warung mengatakan...

izin copas min buat referensi..


sukses selalu....
10 Juni 2016 19.57

Ibu Karen mengatakan...

Alhamdulillah semoga atas bantuan ki witjaksono terbalaskan melebihi rasa syukur kami saat
ini karna bantuan aki sangat berarti bagi keluarga kami di saat kesusahan dengan
menanggun 9 anak,kami berprofesi penjual ikan di pasar hutang saya menunpuk di mana-
mana sempat terpikir untuk jadikan anak bekerja tki karna keadaan begitu mendesak tapi
salah satu anak saya melihat adanya program pesugihan dana gaib tanpa tumbal kami
lansung kuatkan niat,Awalnya suami saya meragukan program ini dan melarang untuk
mencobanya tapi dari yg saya lihat program ini bergransi hukum,Saya pun tetap menjelaskan
suami sampai dia ikut yakin dan alhamdulillah dalam proses 1 hari 1 malam kami bisa
menbuktikan bantuan aki melalui dana gaib tanpa tumbal,Bagi saudara-saudaraku yg butuh
pertolongan silahkan 
hubungi Ki Witjaksono di:0852-2223-1459 
selengkapnya klik-> PESUGIHAN TANPA TUMBAL
26 Februari 2017 07.16

Ali Husen mengatakan...
Terima Kasih Infonya gan
Sangat Bermanfaat…
Bagi yang mau belajar pemrograman ini alamat link buat belajar pemrograman
https://combro.xyz/
https://combro.xyz/category/algoritma-pemrograman/
https://combro.xyz/organisasi-komputer/
https://combro.xyz/sistem-operasi/
https://combro.xyz/komunikasi-data/
https://combro.xyz/olahraga/
https://combro.xyz/konsep-multimedia/
https://combro.xyz/pemrograman-berorientasi-objek/
https://combro.xyz/perancangan-web/
https://combro.xyz/jaringan-komputer/
Banyak Informasi seputar Pelajar, Mahasiswa, pemrograman dan perkuliahan
Selain itu kamu juga dapat Request Artikel yang kamu mau
14 September 2018 15.42

Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
L
angganan: Posting Komentar (Atom)

 Follow Us on Twitter!
 "Join Us on Facebook!
 RSS

Contact

Pengunjung yang ke

My picture

 
Jadwal shalat

Blog archive

 ▼  2014 (10)
o ▼  Februari (10)
 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HADITS,SUNNAH,KHABAR,ATSA...
 Tugas 'Ulumul-Quran jumlah seluruh ayat Alquran de...
 Makalah Ulumul Hadits tentang Hadits Shahih dan Ha...
 Makalah Pengantar Studi Islam (Islam sebagai objek...
 Makalah Pancasila tentang HAM
 Makalah Hadits tentang durhaka kepada orang tua
 Makalah Ilmu pendidikan (ALAT & LINGKUNGAN SEKITAR...
 Makalah Bahasa Indonesia (Pemilihan kata dalam Bah...
 Makalah Tafsir Tarbawi tentang subyek pendidikan ...
 Makalah Fiqih tentang puasa
Hak cipta Allah Swt. Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

 Beranda

Latest Tweets

...searching twitter...

Theme by Site5. 
Experts in Web Hosting.

© Copyright 2011 Diary/Notebook Theme by Site5.com. All Rights Reserved. by TNB

; http://berkasmakalah-makalahkul.blogspot.com/2014/02/t-ugas-terstruktur-dosen-pembimbing.html

CORETAN BINDER HIJAU


 HOME

Home › Makalah › MAKALAH PUASA

MAKALAH PUASA
By ridwan dejongste - February 23, 2013
                                                                BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai suatu
prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan.
Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama.

Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain yang berada pada
kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan
haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.

Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan
manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal
dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya
pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.
Advertisement

B. RUMUSAN MASALAH

A.  Bagaimana Pengertian puasa ?

B. Bagaimana syarat dan rukun puasa ?

C. bagaimana Puasa Sunat dan hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa?

D. Bagaimana menentukan hilal ?

E. Bagaimana Hikmah berpuasa?

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGETIAN PUASA

Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat “tertentu”

Puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagain salah satu rukun Islam atau rukun Islam yang
ketiga. Puasa dalam bahasa arab secara arti kata bermakna menahan dan diam dalam segala bentuknya,
termasuk menahan atau diam dari berbicara .

Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah menahan diri dari segala
makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Kaum Muslimin diwajibkan puasa Ramadan yang lamanya sebulan
yang dilaksanakan setiap harinya dari terbit fajar pagi hingga terbenam matahari.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada dasarnya mengandung
pengertian menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh syariat agama. Dasar
hukum Puasa tersebut dinyatakan berdasarkan sabda Nabi yang dinyatakan dalam hadist   bahwa Islam
di bangun atas lima tiang (Rukun Islam).

‫ ب ني اإلس الم‬: ‫ سمعت رسول هللا ص لى هللا علي ه وس لم يق ول‬: ‫عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن عمر بن الخطاب رضي هللا عنهما قال‬
‫ وصوم رمضان‬، ‫ وحج البيت‬، ‫ وإقام الصالة وإيتاء الزكاة‬، ‫س ؛ شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمداً رسول هللا‬
ٍ ‫على خم‬

Artinya : 

Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : Saya


mendengar Rasulullah bersabda: "Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah
dan berpuasa pada bulan ramadhan". [HR Bukhari no. 8, Muslim no. 16]

 Dan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 183, Artinya :

Hai orang-orang yang beriman sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.(Albaqarah 183).

Puasa dalam syariat islam di klasifikasikan menjadi dua macam, yakni puasa wajib dan puasa sunnah.

Ada tiga kategori yang termasuk puasa wajib, yaitu ;

1.      Wajib karna waktu yang telah di tetapkan, yakni puasa Ramadhan.

Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai
berikut :

– yâ ayyuhal-ladzîna âmanûkutiba ‘alaykumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alal-ladzîna min qoblikum


la’allakum tattaqûn –

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu terhindar dari keburukan rohani dan jasmani (QS. Al
Baqarah: 183).

– syahru Romadhônal-ladzî unzila fîhil-qurânu hudal-lin-nâsi wa bayyinâtim-minal-hudân wal-


furqôn(i). Faman syahida min(g)kumusy-syahro falyashumh(u). wa man(g) kâna marîdhon aw ‘alâ
safari(g) fa’iddatum-min ayyâmin ukhor. Yurîdullohu bikumul-yusro wa lâ yurîdu bikumul-‘usro wa
litukmilul-‘iddata walitukabbirulloha ‘alâ mâ hadâkum wa la’allakum tasykurûn –

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqoroh: 185)
2.      Wajib karna suatu sebab tertentu, puasa kifarat.

Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu
hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin
mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :

• Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada
sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama
tiga hari.

• Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar
uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut
(An Nisa: 94).

• Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang
telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.

• Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan umrah, lalu tidak mendapatkan
binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai
kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan dan
sebagainya) maka berpangkas rambut, (tahallul) ia harus berpuasa selama 3 hari.

3.      Wajib karna seseorang mewajibkan puasa atas dirinya, puasa nadzar.

Puasa nadzar adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak disunnahkan oleh
Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk
membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan telah
menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari.
Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa
pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau mengadakan
perjalanan maka ia harus mengqadha pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal
puasanya maka ia bertanggung jawab mengqadhanya.

B. SYARAT WAJIB PUASA DAN RUKUN PUASA

a. Syarat Wajib Puasa :

1. Beragama islam,

2. Baligh dan berakal,

3. Suci dari haidh dan nifas (ini tertentu bagi wanita),

4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah tua.

b. Rukun Puasa :

Rukun puasa ada tiga,  dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri (imsak) dari
perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih diperselisihkan yaitu  niat.

1.      Waktu

Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan, dan Waktu menahan
diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan
waktu-waktu malamnya.

2.      Menahan diri dari perkara yang membatalkan

Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq hingga terbenam
matahari.

         Hal-Hal yang membatalkan puasa

1.      Memasukkan sesuatu kedalam lubang rongga badan dengan sengaja.

2.      Muntah dengan sengaja.

3.      Haid dan Nifas.

4.      Jima’ pada siang hari dengan sengaja.


5.      Gila walau sebentar.

6.      Mabuk atau pinsan sepanjang hari.

7.      Murtad.

Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim untuk tidak berpuasa,
yakni mencakup dua golongan :

         Beleh meninggalkan puasa tetapi wajib mengqadha

Yang termasuk dalam golongan ini yaitu :

a.       Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya apabila mengerjakan puasa.

b.      Orang yang berpergian jauh atau musafir sediktnya sejauh 81 KM.

c.       Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan kandungannya.

d.      Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/memudharatkan baginya dan anaknya.

e.       Orang yang sedang haid, melahirkan atau nifas.

         Orang-orang yang tidak wajib qadha namun wajib membayar fidyah

a.       Orang yang sakit dan tidak ada harapan untuk sembuh.

b.      Orang yang lemah karna sudah tua.

Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di tinggalkan puasanya, satu
hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.

3.      Niat

Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan
puasa ramadhan.

Adapun puasa sunnah boleh dilakukan pada pagi harinya :

,ُ‫ َر َواهُ اَ ْلخَ ْم َس ة‬ ) ُ‫صيَا َم لَه‬


ِ ‫صيَا َم قَ ْب َل اَ ْلفَجْ ِر فَاَل‬ ِ ِّ‫ ( َم ْن لَ ْم يُبَي‬:‫ َع ِن اَلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم قَا َل‬,‫ض َي هَّللَا ُ َع ْنهَا‬
ِّ ‫ت اَل‬ ِ ‫صةَ أُ ِّم اَ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َر‬
َ ‫َوع َْن َح ْف‬
) ‫صيَا َم لِ َم ْن لَ ْم يَ ْف ِرضْ هُ ِمنَ اَللَّ ْي ِل‬
ِ ‫ ( اَل‬:‫طنِ ِّي‬ْ ُ‫ َولِل َّدا َرق‬. َ‫ص َّح َحهُ َمرْ فُوعًا اِبْنُ ُخزَ ْي َمةَ َوابْنُ ِحبَّان‬
َ ‫ َو‬,‫يح َو ْقفِ ِه‬
ِ ‫ال النَّ َسائِ ُّي َواَلتِّرْ ِم ِذيُّ إِلَى تَرْ ِج‬
َ ‫َو َم‬
Dari Hafshah Ummul Mukminin bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa
tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya." Riwayat Imam Lima. Tirmidzi dan
Nasa'i lebih cenderung menilainya hadits mauquf. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban menilainya shahih
secara marfu'. Menurut riwayat Daruquthni: "Tidak ada puasa bagi orang yang tidak meniatkan puasa
wajib semenjak malam."

C. SUNAT PUASA DAN PUASA SUNAT

Sunat puasa :

1.      Makan sahur meski sedikit.

2.      Mengakhirkan makan sahur.

3.      Menyegerakan berbuka.

4.      Membaca doa ketika berbuka puasa.

5.      Menjauhi dari ucapan yang tidak senonoh.

6.      Memperbanyak amal kebajikan.

7.      Memperbanyak I’tikaf di masjid.

Puasa Sunat :

Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila
tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :

1.      Puasa hari Arafah (9 Dzulhijjah/ selain mereka yang berhaji)

2.      Puasa 6 hari dalam bulan syawal

َ ْ‫ ( َمن‬:‫سو َل هَّللَا ِ صلى هللا علي ه وس لم قَ ا َل‬


‫ص ا َم‬ ُ ‫ي رضي هللا عنه أَنَّ َر‬ َ ‫وب اَأْل َ ْن‬
ِّ ‫صا ِر‬ َ ُّ‫َوعَنْ أَبِي أَي‬
ْ ‫ َر َواهُ ُم‬ ) ‫صيَ ِام اَل َّد ْه ِر‬
‫سلِ ٌم‬ ِ ‫ال َكانَ َك‬
ٍ ‫ش َّو‬ ِ ُ‫ ثُ َّم أَ ْتبَ َعه‬, َ‫ضان‬
َ ْ‫ًّا ِمن‬5‫سًت‬ َ ‫َر َم‬
Dari Abu Ayyub Al-Anshory Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Barangsiapa shaum Ramadhan, kemudian diikuti dengan shaum enam hari pada bulan
Syawwal, maka ia seperti shaum setahun." Riwayat Muslim.

3. Puasa tanggal 13,14, dan 15 pada tiap-tiap bulan Qamariah


4. Puasa hari senin dan kamis

5. Puasa pada bulan Dzulhijjah, Dzulqaidah, Rajab, Sya’ban dan 10 Muharram

6. puasa nabi Daud As.

Selaian hari yang disunnahkan berpuasa, ada juga hari-hari yang di haramkan dan dimakruhkan
untuk berpuasa :

Hari-hari yang di haramkan berpuasa

1.   Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10 dzulhijjah.

.‫ ُمتَّفَ ٌق َعلَ ْي ِه‬ ) ‫ يَوْ ِم اَ ْلفِ ْط ِر َويَوْ ِم اَلنَّحْ ِر‬:‫صيَ ِام يَوْ َم ْي ِن‬
ِ ‫ي رضي هللا عنه ( أَ َّن َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم نَهَى ع َْن‬
ِّ ‫َوع َْن أَبِي َس ِعي ٍد اَ ْل ُخ ْد ِر‬

Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang shaum pada dua
hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban. Muttafaq Alaihi

2.   Berpuasa pada hari-hari tasyriq yaitu 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.

‫يق‬ ْ َّ‫س و ُل هَّللَا ِ ص لى هللا علي ه وس لم ( أَيَّا ُم اَلت‬


ِ ‫ش ِر‬ ُ ‫ قَ ا َل َر‬:‫شةَ اَ ْل ُه َذلِ ِّي رضي هللا عنه قَا َل‬ َ ‫َوعَنْ نُبَ ْي‬
ٍ ‫أَيَّا ُم أَ ْك ٍل َوش ُْر‬
ْ ‫ َر َواهُ ُم‬ ) ‫ َو ِذ ْك ٍر هَّلِل ِ ت َعالى‬,‫ب‬
‫سلِ ٌم‬
Dari Nubaitsah al-Hudzaliy Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum serta berdzikir kepada Allah 'Azza
wa Jalla." Riwayat Muslim.

Hari-hari yang di makruhkan berpuasa

1.      Hari jum’at, kecuali telah berpuasa sejak hari sebelumnya.

‫ص و َمنَّ أَ َح ُد ُك ْم‬
ُ َ‫سو ُل هَّللَا ِ صلى هللا علي ه وس لم ( اَل ي‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫َوعَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ ) ُ‫ أَ ْو يَ ْو ًما بَ ْع َده‬,ُ‫صو َم يَ ْو ًما قَ ْبلَه‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ُ َ‫ إِاَّل أَنْ ي‬,‫يَ ْو َم اَ ْل ُج ُم َع ِة‬
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia shaum sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq Alaihi.

D. KETETAPAN HILAL

Hilal ramadhan ditetapkan dengan cara–cara sebagai berikut:

a.       Penglihatan Mata (Rukyah)

Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau menyaksikan dengan mata
lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat di ufuk barat.

‫ ( إِ َذا‬:‫س و َل هَّللَا ِ ص لى هللا علي ه وس لم يَقُ و ُل‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬ َ  :‫ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما قَ ا َل‬ِ ‫َ َوع َِن اِ ْب ِن ُع َم َر َر‬
ٌ َ‫ ُمتَّف‬ ) ُ‫ فَإِنْ ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُد ُروا لَه‬,‫ َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَأ َ ْف ِط ُروا‬,‫صو ُموا‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ُ َ‫َرأَ ْيتُ ُموهُ ف‬
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian
melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi.
Menurut riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh hari." Menurut
riwayat Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari."

b.       Syiya’ (Ketenaran)

Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya , bukanlah berpuasanya
sekelompok orang atau penduduk suatu tempat berdasarkan pada keputusan seseorang yang baik
bahwa besok masih ramadhan, atau tidak berpuasanya mereka itu berdasarkan ketentuan itu bahwa
besok sudah syawal. Tetapi syiya adalah hendaknya hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.

c.       Menyempurnakan Bilangan

Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan Qamariyah manapun,
apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya
berarti sudah masuk bulan berikutnya, sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan
tidak kurang dari 29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya pasti sudah masuk satu
ramadhan . Demikian pula jika telah kita ketahui awal ramadhan maka hari ke-31 nya bisa kita pastikan
sebagai tanggal 1 syawal.

d.       Bayyinah Syar’iyyah(Bukti Syar’i)


Hilal bisa juga dipastikan dengan kesaksian dua orang lelaki yang adil (inilah yang disebut bayyinah
syar’iyyah), dan juga kesaksian para perempuan yang terpisah dengan lelaki ataupun bergabung dengan
mereka. Siapa saja yang yakin akan keadilan dua orang saksi tersebut maka ia harus mengamalkannya.

E. HIKMAH PUASA

      Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :

a.       Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama memberikan rasa lapar
dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.

b.      Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang yang tak
mampu.

c.       Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa harus
meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.

d.      Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah seseorang melakukan
puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.

e.       Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa seseorang tidak
diperbolehkan saling bertengkar.

f.       Menanamkam sikap jujur dan disiplin.

g.      Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.

h.      Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.

i.        Menjaga kesehatan jasmani.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :

a.       Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama memberikan rasa lapar
dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.

b.      Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang yang tak
mampu.

c.       Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa harus
meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.

d.      Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah seseorang melakukan
puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.

e.       Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa seseorang tidak
diperbolehkan saling bertengkar.

f.       Menanamkam sikap jujur dan disiplin.

g.      Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.

h.      Meningkatkan rasa syukur atas nikmat dan karunia Allah.

Menjaga kesehatan jasmani.

B.  SARAN

Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik
kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam (Ebook)

Ibnu Rusyd, terjemah bidayatul mujtahid,  CV. As-Syifa semarang, 1990.

Moh Rifa’i. Ilmu Fikih Islam Lengkap,  Penerbit PT. Karya Toha Putra Semarang 1978

Babudin, fikih , PT. Wahana Dinamika Karya, 2005.


Shares

RELATED POSTS

Contoh Materi Makalah Broadcasting

MAKALAH JUAL BELI DENGAN SISTEM NAJSY (PROVOKASI HARGA)


Makalah Pengertian Al-Quran

Makalah Hadis Tentang Dasar-Dasar Aqidah

MAKALAH OPERASI PLASTIK MENURUT HUKUM ISLAM

#TanyaJawab : Bolehkan Melakukan Operasi Plastik?

1 KOMENTAR:

Aneka Ragam Makalah July 8, 2013 at 7:07 PM

This comment has been removed by a blog administrator.

Ada baiknya jika anda mau meninggalkan kritik dan saran, Demi meningkatkan Blog ini. Namun jangan
pernah untuk mencoba meninggalkan jejak spam anda disini.

NEXT POSTPREV POST

BACA JUGA
 Maulid Nabi Muhammad Bid'ah? , Begini Penjelannya Maulid perspektif Al-Qur'an
dan Sunnah

 Niat dan Tata Cara Mandi Wajib, Karena Junub, Haidh dan Nifas

 Istilah Dalam Perpajakan Lengkap Administrasi, Pemeriksaan dan Harga Transfer

 Alhamdulillah, 1.000.000 Pengunjung

 Kultum Ramadhan : Persiapan Diri Menghadapi Puasa Ramadhan

 #TanyaJawab : Bolehkan Melakukan Operasi Plastik?

 Hikmah Zakat : Cara Rasulullah Hormati Orang Miskin

 #Ibrah : Ketegasan Abu Bakar Soal Zakat

 Materi Ceramah Kultum Ramadhan : Semangat Mengenal Allah di Bulan Ramadhan

 Inilah ‘Kesaktian’ Bung Karno, Lolos 7 Kali dari Percobaan Pembunuhan

 
Copyright © 2017 Coretan Binder Hijau. Template by Themeindie.com, All Rights Reserved.

 About
 

 Contact
 

 Disclaimer
 

 Privacy
 

 Sitemaps
 

 Static
 

 Error 404
https://coretanbinderhijau.blogspot.com/2013/02/makalah-puasa_5157.html

Tugas Galau
Informasi, Makalah, Wisata, Pengetahuan Umum, Musik, Video dan Foto
Search

 HOME
 NASIONAL»
 INTERNASIONAL»
 OLAHRAGA»
 PENDIDIKAN
 WISATA
 KESEHATAN»
 KULINER
CONTRIBUTORS

FADHILAH 
LIHAT PROFIL LENGKAPKU

LINK

KATEGORI

 Agama
 Agama Islam
 Akidah Akhlak
 Artikel
 Bahasa Indonesia
 Bahasa Inggris
 Baturaja
 Berita Internasional
 Berita Nasional
 Biografi
 Biologi
 Cerpen
 Contoh Undangan
 Doa
 Dongeng
 Ekonomi
 Ekonomi Syariah
 FISIP
 FKIP
 Gadget
 Geografi
 HAM
 Health
 Ilmu Pengetahuan
 Ilmu Sosial
 Informasi
 IPS
 Kesehatan
 Lamaran Pekerjaan
 Lirik Lagu Barat
 Lirik Lagu Indonesia
 Lirik Lagu Wajib
 Macam-macam LOGO
 Movie
 News
 Pancasila
 Pendidikan dan Bahasa
 Penemu & Ilmuan
 Pengetahuan Umum
 Penjaskes
 Pertanian
 PKN
 Puisi
 Sejarah
 Seni Budaya
 SKM
 Sosiologi
 Teknologi Pendidikan
 Tikom
 Unik

Diberdayakan oleh Blogger.
MAKALAH TENTANG HAJI
04.16  Agama Islam  No comments

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyesaikan penulisan makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi
akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga
hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.

       Januari 2014


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................  ii
DAFTAR ISI.................................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..........................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................  1
C.     Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Haji..........................................................................................  3
B.     Syarat, Rukun, dan Wajib Haji..................................................................  5
C.     Manasik Haji..............................................................................................  9
D.    Permasalahan Kontemporer Haji...............................................................  10
E.     Macam-macam Haji...................................................................................  11
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan................................................................................................  12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................  13
 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali sepanjang
hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya
mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia
harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh
kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang mulia.
Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan
kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan
semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan kesatuan
umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-
pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan
persatuan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian dan Dasar hukum pelaksanaan ibadah haji?
2.      Apa syarat rukun dan wajib haji?
3.      Hal-hal apa yang berkaitan dengan manasik haji dan persoalan kontemporer haji?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum pelaksanaan ibadah haji.
2.      Untuk mengetahui syarat rukun dan wajib haji.
3.      Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan manasik haji dan persoalan kontemporer haji.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i berarti menyengaja
menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu ibadadah syari’ah yang terdahulu.
Hukum haji adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup.
Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ainbagi yang mampu. Melaksanakan haji
wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk
haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan
selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk
mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada
tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
1.      Dalil Al Qur’an
Allah berfirman :

ِ ‫سبِياًل َو َمنْ َكفَ َر فَإِنَّ هَّللا َ َغنِ ٌّي ع‬


َ‫َن ا ْل َعالَ ِمين‬ َ ‫ستَطَا َع إِلَ ْي ِه‬ ِ ‫س ِح ُّج ا ْلبَ ْي‬
ْ ‫ت َم ِن ا‬ ِ ‫َوهَّلِل ِ َعلَى النَّا‬
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97).

2.      Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

َ ‫ َو‬، ‫ َو ْال َح ِّج‬، ‫ َوإِيتَا ِء ال َّزكَا ِة‬، ‫صالَ ِة‬


َ‫صوْ ِم َر َمضَان‬ َّ ‫ َوإِقَ ِام ال‬، ِ ‫س َشهَا َد ِة أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هَّللا‬
ٍ ‫اإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬
ِ ‫بُنِ َى‬
“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah
dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya,    mendirikan  shalat, menunaikan  zakat, berhaji dan
berpuasa di bulan  Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16). 
Hadits ini menunjukkan bahwa haji adalah bagian dari rukun Islam. Ini berarti menunjukkan wajibnya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata,
‫ص لى هللا علي ه‬- ِ ‫ُول هَّللا ِ فَ َسكَتَ َحتَّى قَالَهَ ا ثَالَثً ا فَقَ ا َل َر ُس و ُل هَّللا‬ ٍ ‫ال َر ُج ٌل أَ ُك َّل ع‬
َ ‫َام يَا َرس‬ َ َ‫ فَق‬.» ‫ض هَّللا ُ َعلَ ْي ُك ُم ْال َح َّج فَحُجُّ وا‬َ ‫« أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد فَ َر‬
ُ‫ت َولَ َما ا ْستَطَ ْعت ْم‬ ُ ‫ « لَوْ قُ ْل‬-‫وسلم‬
ْ َ‫ت نَ َع ْم لَ َو َجب‬

“Rasulullah SAW.  berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah
telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga
kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka
tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).
3.      Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah
diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan  kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk
mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari'atkan ibadah haji tersebut pada
tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
B.     Syarat, Rukun dan Wajib Haji
1.      Kondisi diwajibkannya Haji:
a.       Islam
b.      Baligh
c.       Berakal
d.      Merdeka
e.       Kekuasaan (mampu)
2.      Rukun Haji
a.       Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram. Pakaian ihram
untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung semacam sarung.
Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan
sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum wanita adalah berpakaian yang menutup
aurat seperti halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap terbuka.
b.      Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada hari ke-9 bulan
dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
c.       Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari tempat hajar
aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi ka’bah berada di sebelah
kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf:
1)      Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari negerinya.
2)      Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf sunnah)
3)      Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju tempat
tinggalnya.
4)      Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah. Thawaf Ifadha
merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
d.      Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1)      Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit Marwah. Kepergian orang tersebut
dari bukit Shafa ke bukit Marwah dihitung 1 kali, sementara kembalinya orang tersebut dari bukit
Marwah ke bukit Shafa juga dihitung 1 kali.
2)      Dilakukan sebanyak 7 kali.
3)      Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.
e.       Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f.       Tertib yaitu berurutan
3.      Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, karena dapat
diganti dengan  dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang harus dikerjakan:
a.       Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat yang sudah
ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam melaksanakan ihram ada ketentuan kapan
pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang
membicarakan tentang kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu
batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1)      Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji, adalah bulan
Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga sampai malam hari raya qurban). Adapun
(miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah” maka sepanjang tahun itu, waktu untuk
melaksanakan ihram umrah.
2)      Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak orang yang
bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang itu penduduk asli
makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di negeri makkah, maka:
-          Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di (daerah) “Dzul
Halifah”
-          Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya ialah di (daerah)
“Juhfah”
-          Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah “Yulamlam”.
-          Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi Yaman, maka
miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
-          Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”.
b.      Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
c.       Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
d.      Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan setelah lewat
tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada tanggal 10
Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil atau kerikil, yaitu kerikil
yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di daerah Mina. Tugu yang ada di Mina itu ada tiga
buah, yang dikenal dengan nama jamratul’Aqabah, Al-Wustha, dan ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu
ini menandai tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis) ketika menggoda nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan
perintah menyembeliih putra tersayangnya Ismail a.s. di jabal-qurban semata-mata karena mentaati
perintah Allah SWT.
Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut sebagai jumratul-
kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk dilempari dengan tujuh buah kerikil
pada tanggal 10 Dzulhijjah.
e.       Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah.
f.       Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.
4.      Sunat Haji
a.       Ifrad, yaitu mendahulukan haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah.
b.      Membaca Talbiyah
c.       Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika awal datang di tanah ihram, dikerjakan sebelum
wukuf di Arafah.
d.      Shalat sunat ihram 2 rakaat sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam nabi
Ibrahim.
e.       Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
f.       Thawaf wada ', yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi selamat tinggal
bagi mereka yang keluar Mekkah.
C.    Manasik Haji
1.      Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah), Mandi dan berwudlu, Memakai kain ihram kembali, Shalat sunat
ihram dua raka'at, Niyat haji, Berangkat menuju Arafah, membaca talbiyah, shalawat dan doa.
2.      Di Arafah, waktu masuk Arafah berdo'a, dan berwukuf, (tanggal 9 Djulhijjah)
a.       Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah
meskipun hanya sejenak.
b.      Waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah.
c.       Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib
d.      Tidak terlalu lama (mabit) di Muzdalifah sampai lewat tengah malam
e.       Berdo'a waktu berangkat dari Arafah
3.      Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah), berdo'a dan Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah
untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk
melempar jumrah kemudian Menuju Mina.
4.      Di Mina, berdoa, melontar jumroh dan bermalam (mabit) pada saat melempar jumroh, yang dilakukan
yaitu:
a.       melontar jumroh Aqobah waktunya setelah tengah malam, pagi dan sore. Tetapi diutamakan sesudah
terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
b.      melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan
malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
c.       Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
d.      Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal).Dengan selesainya tahallul
awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli istri. setelah tahallul tanggal 10
Djulhijjah kalau ada kesempatan akan pergi ke Mekkah untuk thawaf Ifadah dan sa'i tetapi harus
kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
e.       Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara berurutan, terus ke
mekkah, ini yang dinamakan naffar awal.
f.       Bagi jama'ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar ketiga
jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar Tsani.
g.      Bagi jama'ah haji yang blm membayar dam harus menunaikannya disini dan bagi yang mampu, harus
memotong hewan kurban.
5.      Kembali ke Mekkah, Thawaf Ifadah, dan Thawaf Wada, Setelah itu rombangan jama’ah haji gelombang
awal. bisa pulang ke tanah air
D.    Permasalahan Kontemporer Haji
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya :
1.    Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin menjauhkan dari
perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang Jama’ah haji pasti tidak akan bisa
menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran harus lewat perbankan.
2.    Haji memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab.
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan kulit antara laki-
laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam kondisi pelaksanaan Ibadah haji
kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia kumpul di Makkah, ini sangat sulit menghindari
persentuhan kulit tersebut, maka jalan yang ditempuh adalah intiqolul madzhab.
3.    Penundaan masa haidl bagi wanita
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk  memakai obat pengatur siklus
haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.
4.    Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan Syawwal,
Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah.Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya niatan haji
atau umroh. Ada lima tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‘Ali), miqot penduduk Madinah  (2) Al Juhfah, miqot
penduduk Syam, (3) Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot penduduk Najed, (4) Yalamlam (As
Sa’diyah), miqot penduduk Yaman, (5) Dzat ‘Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi
penduduk daerah tersebut dan yang melewati miqot itu.
Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal ihram. Mereka
belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun beliau tidak menetapkannya
sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang menganggap Jeddah bukanlah miqot.  Ditambah
lagi jika dari Indonesia yang berada di timur Saudi Arabia, berarti akan melewati miqot terlebih dahulu
sebelum masuk Jeddah, bisa jadi mereka melewati Qornul Manazil, Dzat ‘Irqin atau Yalamlam
E.     Macam-macam Haji
1.      Ifrad
Yaitu ihrom untuk haji saja dahulu dari miqotnya, terus diselesaikannya pekerjaan haji. Lalu ihrom lagi
untuk umroh, serta terus mengerjakan segala urusannya. Berarti dalam hal ini mendahulukan haji
daripada umroh, dan inilah yang lebih baik.
2.      Tamattu’
Yaitu mendahulukan umroh daripada haji dalam waktu haji.
3.      Qiran
Yaitu dikerjakan bersama-sama antara haji dan umroh dalam satu waktu.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Haji menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu ibadadah
syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah  fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu,
wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah
disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji. Islam, Syarat
haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji adalah : Ihram
yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; Thawaf,
Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji memungkinkan
seseorang untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan permasalahan miqot

DAFTAR PUSTAKA

Abi Bakar Bin Syayid Muhammad Syatho, Syeh, Khasiyah I’anatuth Tholibin Darul Ihya
Abi Zakaria Muhyidin Yahya Bin Syaraf An-nawawi, Minhaj Syarah Shohih Muslim,
Abi Zakaria Al-Anshori, Hasiyah Asy-Syarqowi Darul Fikri, Bairut, 1996

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

0 komentar:

Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

SOCIAL PROFILES

Search

 Popular Posts
 Archives
LAGU-LAGU OKU

 Makalah Sejarah Tentang Manusia Purba


 Makalah Tentang Haji
 MAKALAH SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
 Makalah Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
 Makalah PKN Tentang HAM

 
ARSIP BLOG

                         


Copyright © 2019 Tugas Galau | Powered by Blogger
Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - Free Blogger Themes | NewBloggerThemes.com

http://tugasgalau.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-haji.html

JUL

12

makalah agama puasa & haji

       MAKALAH

HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM


PUASA DAN HAJI

        Diajukan guna memenuhi tugas matakuliah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pembimbing :

       RidwanS.Ag M pd

Disusunoleh :

Kelompok 5

1.Dita Apriselia RS

2.Ery Zubaidati

3.Fitria Imroatus S
4. Renny Widyawati

5. Sukmawati Srisedono A

6. Yuli astutik

Program Studi
PendidikanMatematika

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


2011
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam.

Sholawat serta salam kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kami
harapkan syafa’at-Nya di hari kiamat nanti.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan membantu secara
langsung maupun berupa saran yang membangun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik berupa isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami.

Amiinn...
                                                      

Daftar Isi
HalamanJudul............................................................................. i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.    LatarBelakang......................................................................................... 1

B.     RumusanMasalah.................................................................................... 1

C.     TujuanPenulisan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A.    Pengertian puasa...................................................................................... 3

B.     Hikmah yang terkandung dalam puasa................................................... 3

C.     Introspeksi diri pasca puasa..................................................................... 4

D.    Pengertian haji ........................................................................................ 6

E.     Hikmah yang terkandung dalam haji……………………………………6

F.      Instropeksi diri pasca haji……………………………………………….8

BAB III PENUTUP...................................................................................... 9


A.    Simpulan.................................................................................................. 9

DaftarPustaka.......................................................................... 10
DaftarLaman............................................................................ 11
BAB I
                                          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap orang
islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan perintah,
belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-simbol ibadah
yang dilakukan itu.

Di jaman yang modern ini banyak sekali orang melaksanakan puasa ramadhan sebagai ibadah
formalistis dan rutinitas ritual, sehingga tidak ada perubahan atau evaluasi pasca kita melaksanakan
puasa.

Haji adalah perintah Alloh dalam Rukun Islam dimana orang yang mampu dalam segi materi dan
jasmani maka diwajibkan untuk melaksanakn Haji. Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak
hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi
seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya.

B.      Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan upaya yang menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan,


mengingat demikian pentingnya dalam penelitian, maka sesuai dengan judulnya dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa Pengertian Puasa ?

2.      Adakah Introspeksi diri pasca Puasa Ramadhan ?

3.      Apa Pengertian Haji ?

4.      Adakah Instropeksi diri Pasca Haji ?

C.     Tujuan Penulisan

Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari yaitu :

      1.Dapat menambah pengetahuan

      2.Bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari-hari

      3.Meninkatkan ke Imanan dan ke Taqwaan kita kepada Alloh.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN  PUASA
            As-siyam  darisegi bahasa berarti,” menahan diri  dari melakukan sesuatu, baik perbuatan
maupun perkataan”. Dari segi terminology berarti, ” menahan diri dari makan, minum, hubungan suami
istri, dan segala hal yang membatalkan  lainnya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari karena
Alloh SWT ”.

            Kaum muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan (al-Baqarah/ 2 :183)

“    Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamubertakwa “,
karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorangmuslim yang tidak berpuasa di
bulan itu berarti keislaman nya tidak sempurna. Puasa termasuk ibadah mahdhah atau ibadah khusus
yaitu bentuk ibadah langsung kepada Alloh, dan tata cara pelaksanaannya sendiri ditetapkan oleh Alloh
Swt, melalui contoh Nabi Muhammad , tidak dapat ditambah atau dikurangi harus sesuai dengan contoh
yang telah ditetapkan.

           

B.   HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM PUASA

1.      Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa.

Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang yang
beriman      diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah identitas paripurna yang
keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam kebaikan interaksinya dengan sesama
umat manusia. Karenaitu, takwa sebagai tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan
atau spiritual, tapi jugaberdimensi kemanusiaan sosial.

2.      Memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia.

Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan
kaum dhu’afa  yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan
dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna di dermakan. Itulah sebabnya,
kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesama dengan balasan pahala
yang berlipat.

3.      Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.

Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu. Terkait hal ini,
Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sesungguhnya  Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman dengan cara
tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan
mengatur pola makan dan minum secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.

4.      Menjadikan hati agar lebih suci dan bersih.

Hal  ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, irihati, dan riya’
(pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hatikita, maka ibadah puasa kita tidak akan
mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.

C.   INTROSPEKSI  DIRI  PASCA  PUASA
            Puasa yang kita laksanakan itu,  merupakan pilar islam yang sarat dengan muatan-muatan
hikmah. Para ahli dari berbagai disiplin ilmu, banyak hikmah dan muatan filosofis yang terkandung
dalam ibadah puasa. Ada yang meninjaunya dari perspektif kesehatan,  manajemen, psikologi,
ekonomi, sosiology, etika sosial, dsb.

            Namun, apakah hikmah puasa yang berlimpah itu tercapai pasca puasa sehingga puasa
mempunyai dampak terhadap pencerahan perilaku, pembangunan manusia yang sehat fisik dan
mental, jujur, berdisiplin, mempunyai kepekaan sosial, etoskerja tinggi, produktif, dsb. Sudah kita
ketahui bersama, realitas menunjukkan, masih banyak orang yang berpuasa, kesehatannya justru
semakin menurun. Semangat mengamalkan ajaran agama menjad iluntur, pencerahan spritual dan
intelektual menjadi gelap, jiwa kepekaan sosial menjadi peka, bekerja tetap tidak disiplin, kurang
menghargai waktu, dsb.  

            Nabi pernah berkata  “Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah
sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang
shalat di malamhari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekedar bangun malam” (HR. Ad-Darimi).

Ketika pasca puasa, kejujuran semakin tipis atau sirna, pungli, kolusi dan korupsi tetap
menjadi kebiasaan, barangkali puasa yang kita lakukan tidak didasari iman yang benar, tetapi
mungkin kita berpuasa karena mengikuti tradisi.

           Kita meyakini, bahwa doktrin ibadah dalam Islam, sarat dengan makna dan muatan filosofis
yang mengesankan termasuk puasa. Tapi, karena masih banyak umat Islam yang terjebak kepada
ibadah formalistis dan rutinitas ritual, maka puasa yang kaya hikmah itu, tidak melahirkan refleksi
sosial, tidak menumbuhkan perubahan dalam perilaku keseharian, tidak mewujudkan pencerahan
spiritual dan moral, serta tidak memberikan nilai tambah bagi peningkatan disiplin, etos kerja, dan
produktifitas. 

          Puasa bukanlah sekedar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas,
puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang

merusak untuk mewujudkan insan muttaqin dan sosok manusia paripurna menurut konsep Al-
Qur’an.

D.   Pengertian Haji

Haji menurut bahasa artinya menyengaja. Haji menurut istilah adalah suatu amal ibadah yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan maksud
beribadah untuk mengharap ridho Allah.

Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi
syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.

Allah berfirman yang artinya :

“ Dan mengerjakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang
sanggup mengadakan perjalanan [ keBaitullah ]. (Q.S Ali Imran: 97)

Apabila seseorang telah mampu namun tidak melekukannya maka dianggap orang yang ingkar.

E.   Hikmah Haji

1.      Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah hanya semata-mata untuk mendapatkan ridha-
Nya.

Seperti dalam firman Allah yang berbunyi : “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat
Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj
: 26]

2.      Diampuni dosa-dosanya

“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah
yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur
kecuali jannah“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan
rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]

3.      Untuk menyambut seruan Nabi Ibrahim AS

 Maksunya adalah Nabi Ibrahim telah menyerukan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji
sebagaimana yang telah beliau lakukan sebelumnya. Dan Allah menjadikan siapa saja yang Dia
kehendaki atau orang-orang tertentu saja untuk bisa melaksanakan ibadah tersebut dan
menyambutnya dengan sukacita

4.      Saling Mengenal Dan Saling Menasehati

Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat
dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan
utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di
Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain,
membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.

5.      Mempelajari lebih dalam lagi tentang agama Islam


 Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari agama Allah
dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan
pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-
hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka
dengan ilmu.

6.      Memperbanyak Dzikir Kepada Allah


Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri,
duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil
(ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa
quwata illa billah).

Rasul pernah bersabda, yang artinya “ Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang
tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin
no. 1434]

F.    INTROSPEKSI DIRI PASCA HAJI

Orang yang telah melakukan ibadah haji berarti telah melakukan proses taubat yang panjang
dan melelahkan dengan suatu target utama adanya perubahan sikap dan moralitas. Jika selepas
ibadah haji tidak ada perubahan sikap bahkan tetap berbuat dosa, maka berarti tujuan ibadah haji
taktercapai atau sia-sia. Kita menjalankan ibadah formal simbolis sekuat tenaga, namun tidak
menghayati dan tidak mewujudkan hikmah-hikmahnya.

Ciri kemabruran pasca haji adalah melaksanakan dimensi-dimensi kebaikan yang luas baik
bersifat akhlak, ibadah, social, dll. Jika setelah haji tak ada perubahan yang cukup signifikan dan
terus melakukan perbuatan dosa berartii badah hajinya belum tercapai. Banyak orang bangga
pulang menyandang gelar haji tanpa makna. Allah dan rasul mengecam orang yang mempunyai
kesalehan ritual tetapi tak mempunyai kesalehan social, sia-sialah ibadah hajinya.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

1.      PuasaadalahperintahAlloh SWT yang wajibdilakukanolehsetiap orang Islam

2.      Hikmahberpuasaantara lain
untukmembinakekuatanrohaniahdalamrangkamenjalankantugassebagaihambaAlloh yang
membutuhkankebahagiaanhidup di duniadan di
akhirat.Olehkarenahikmahpuasaitutidakmudahdirasakanolehsetiap orang yang berpuasa,
makaperintahpuasaini di tujukankepada orang-orang yang berimankepada-
Nya,sebagaisyaratsahnyapuasa.

                                                                                                     

3.      Haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang wajib kita laksanakan apabila kita mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Segala keutamaan ,hikmah,dan manfaat haji
dapat kita rasakan secara langsung maupun tidak secara langsung yang pemenuhannya
membutuhkan proses waktu.Dan bagi kita yang telah memiliki kemampuan untuk memenuhi  rukun
Islam yang kelima tersebut hendaknya segera kita laksanakan ,karena jika tidak segera kita
laksanakan dikhawatirkan akan ada halangan yang menghalangi niatan baik tersebut. Seperti yang
telah tertuang dalam hadist-hadist dan firman Allah,bahwa Allah menjanjikan limpahan pahala bagi
yang menjalankan dengan tata cara seperti yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW
sehingga diperoleh haji yang mabrur.
DaftarPustaka

RasjidSulaiman, 2007,FiqhIslam,Bandung :SinarBaruAlgesindo

Al-qur’andanTafsirjilid 1
Daftar laman
www.arti puasa.com
www.hikmah puasa.com

Diposting 12th July 2013 oleh FITRIA IMROATUS


 

Lihat komentar
1.

Johan Warung10 Juni 2016 06.23

izin copas min buat referensi..


sukses selalu....
Balas

ilmu amal

 Klasik
 
 Kartu Lipat
 

 Majalah
 

 Mozaik
 

 Bilah Sisi
 

 Cuplikan
 

 Kronologis
1.
JUL

12

makalah agama puasa & haji

       MAKALAH

HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM


PUASA DAN HAJI

        Diajukan guna memenuhi tugas matakuliah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pembimbing :
       RidwanS.Ag M pd

Disusunoleh :
Kelompok 5
1.Dita Apriselia RS
2.Ery Zubaidati
3.Fitria Imroatus S
4. Renny Widyawati
5. Sukmawati Srisedono A
6. Yuli astutik

Program Studi
PendidikanMatematika

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI


2011
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam.
Sholawat serta salam kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kami
harapkan syafa’at-Nya di hari kiamat nanti.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan membantu secara
langsung maupun berupa saran yang membangun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik berupa isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami.
Amiinn...

                                                      
Daftar Isi
HalamanJudul............................................................................. i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.    LatarBelakang......................................................................................... 1
B.     RumusanMasalah.................................................................................... 1
C.     TujuanPenulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A.    Pengertian puasa...................................................................................... 3
B.     Hikmah yang terkandung dalam puasa................................................... 3
C.     Introspeksi diri pasca puasa..................................................................... 4
D.    Pengertian haji ........................................................................................ 6
E.     Hikmah yang terkandung dalam haji……………………………………6
F.      Instropeksi diri pasca haji……………………………………………….8
BAB III PENUTUP...................................................................................... 9
A.    Simpulan.................................................................................................. 9
DaftarPustaka.......................................................................... 10
DaftarLaman............................................................................ 11
BAB I
                                          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap orang
islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan perintah,
belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-simbol ibadah
yang dilakukan itu.
Di jaman yang modern ini banyak sekali orang melaksanakan puasa ramadhan sebagai ibadah
formalistis dan rutinitas ritual, sehingga tidak ada perubahan atau evaluasi pasca kita melaksanakan
puasa.

Haji adalah perintah Alloh dalam Rukun Islam dimana orang yang mampu dalam segi materi dan
jasmani maka diwajibkan untuk melaksanakn Haji. Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak
hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi
seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya.

B.      Rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan upaya yang menyatakan secara tersirat pertanyaan-pertanyaan,


mengingat demikian pentingnya dalam penelitian, maka sesuai dengan judulnya dapat ditarik
rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa Pengertian Puasa ?
2.      Adakah Introspeksi diri pasca Puasa Ramadhan ?
3.      Apa Pengertian Haji ?
4.      Adakah Instropeksi diri Pasca Haji ?

C.     Tujuan Penulisan

Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari yaitu :
      1.Dapat menambah pengetahuan
      2.Bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari-hari
      3.Meninkatkan ke Imanan dan ke Taqwaan kita kepada Alloh.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN  PUASA
            As-siyam dari segi bahasa berarti,” menahan diri  dari melakukan sesuatu, baik
perbuatan maupun perkataan”. Dari segi terminology berarti, ” menahan diri dari makan, minum,
hubungan suami istri, dan segala hal yang membatalkan  lainnya dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari karena Alloh SWT ”.
            Kaum muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan (al-Baqarah/ 2 :183)
“   Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamubertakwa “,

karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorangmuslim yang tidak
berpuasa di bulan itu berarti keislaman nya tidak sempurna. Puasa termasuk ibadah mahdhah
atau ibadah khusus yaitu bentuk ibadah langsung kepada Alloh, dan tata cara pelaksanaannya
sendiri ditetapkan oleh Alloh Swt, melalui contoh Nabi Muhammad , tidak dapat ditambah atau
dikurangi harus sesuai dengan contoh yang telah ditetapkan.
           
B.   HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM PUASA

1.      Penyempurnaan diri atau sering disebut takwa.

Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang yang
beriman      diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah identitas paripurna yang
keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam kebaikan interaksinya dengan sesama
umat manusia. Karenaitu, takwa sebagai tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan
atau spiritual, tapi jugaberdimensi kemanusiaan sosial.

2.      Memupuk rasa kasih sayang antar sesama umat manusia.

Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan
kaum dhu’afa  yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan
dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna di dermakan. Itulah sebabnya,
kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesama dengan balasan pahala
yang berlipat.

3.      Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.

Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu. Terkait hal ini,
Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sesungguhnya  Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman dengan cara
tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan
mengatur pola makan dan minum secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.

4.      Menjadikan hati agar lebih suci dan bersih.

Hal  ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, irihati, dan riya’
(pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hatikita, maka ibadah puasa kita tidak akan
mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.
C.   INTROSPEKSI  DIRI  PASCA  PUASA
            Puasa yang kita laksanakan itu,  merupakan pilar islam yang sarat dengan muatan-muatan
hikmah. Para ahli dari berbagai disiplin ilmu, banyak hikmah dan muatan filosofis yang terkandung
dalam ibadah puasa. Ada yang meninjaunya dari perspektif kesehatan,  manajemen, psikologi,
ekonomi, sosiology, etika sosial, dsb.

            Namun, apakah hikmah puasa yang berlimpah itu tercapai pasca puasa sehingga puasa
mempunyai dampak terhadap pencerahan perilaku, pembangunan manusia yang sehat fisik dan
mental, jujur, berdisiplin, mempunyai kepekaan sosial, etoskerja tinggi, produktif, dsb. Sudah kita
ketahui bersama, realitas menunjukkan, masih banyak orang yang berpuasa, kesehatannya justru
semakin menurun. Semangat mengamalkan ajaran agama menjad iluntur, pencerahan spritual dan
intelektual menjadi gelap, jiwa kepekaan sosial menjadi peka, bekerja tetap tidak disiplin, kurang
menghargai waktu, dsb.  

            Nabi pernah berkata  “Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah
sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang
shalat di malamhari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekedar bangun malam” (HR. Ad-Darimi).

Ketika pasca puasa, kejujuran semakin tipis atau sirna, pungli, kolusi dan korupsi tetap
menjadi kebiasaan, barangkali puasa yang kita lakukan tidak didasari iman yang benar, tetapi
mungkin kita berpuasa karena mengikuti tradisi.
           Kita meyakini, bahwa doktrin ibadah dalam Islam, sarat dengan makna dan muatan filosofis
yang mengesankan termasuk puasa. Tapi, karena masih banyak umat Islam yang terjebak kepada
ibadah formalistis dan rutinitas ritual, maka puasa yang kaya hikmah itu, tidak melahirkan refleksi
sosial, tidak menumbuhkan perubahan dalam perilaku keseharian, tidak mewujudkan pencerahan
spiritual dan moral, serta tidak memberikan nilai tambah bagi peningkatan disiplin, etos kerja, dan
produktifitas. 

          Puasa bukanlah sekedar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas,
puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang
merusak untuk mewujudkan insan muttaqin dan sosok manusia paripurna menurut konsep Al-
Qur’an.

D.   Pengertian Haji

Haji menurut bahasa artinya menyengaja. Haji menurut istilah adalah suatu amal ibadah yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan maksud
beribadah untuk mengharap ridho Allah.

Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi
syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.
Allah berfirman yang artinya :
“ Dan mengerjakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang
sanggup mengadakan perjalanan [ keBaitullah ]. (Q.S Ali Imran: 97)
Apabila seseorang telah mampu namun tidak melekukannya maka dianggap orang yang ingkar.

E.   Hikmah Haji

1.      Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah hanya semata-mata untuk mendapatkan ridha-
Nya.
Seperti dalam firman Allah yang berbunyi : “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat
Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj
: 26]

2.      Diampuni dosa-dosanya
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah
yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur
kecuali jannah“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan
rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]

3.      Untuk menyambut seruan Nabi Ibrahim AS


 Maksunya adalah Nabi Ibrahim telah menyerukan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji
sebagaimana yang telah beliau lakukan sebelumnya. Dan Allah menjadikan siapa saja yang Dia
kehendaki atau orang-orang tertentu saja untuk bisa melaksanakan ibadah tersebut dan
menyambutnya dengan sukacita

4.      Saling Mengenal Dan Saling Menasehati

Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat
dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan
utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di
Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain,
membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.

5.      Mempelajari lebih dalam lagi tentang agama Islam


 Dan diantara manfaat haji yang besar adalah bahwa mereka bisa mempelajari agama Allah
dilingkungan rumah Allah yang tua, dan di lingkungann masjid Nabawi dari para ulama dan
pembimbing serta memberi peringatan tentang apa yang mereka tidak ketahui mengenai hukum-
hukum agama, haji, umrah dan lainnya. Sehingga mereka bisa menunaikan kewajiban mereka
dengan ilmu.

6.      Memperbanyak Dzikir Kepada Allah

Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri,
duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil
(ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa
quwata illa billah).
Rasul pernah bersabda, yang artinya “ Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang
tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin
no. 1434]

F.    INTROSPEKSI DIRI PASCA HAJI

Orang yang telah melakukan ibadah haji berarti telah melakukan proses taubat yang panjang
dan melelahkan dengan suatu target utama adanya perubahan sikap dan moralitas. Jika selepas
ibadah haji tidak ada perubahan sikap bahkan tetap berbuat dosa, maka berarti tujuan ibadah haji
taktercapai atau sia-sia. Kita menjalankan ibadah formal simbolis sekuat tenaga, namun tidak
menghayati dan tidak mewujudkan hikmah-hikmahnya.

Ciri kemabruran pasca haji adalah melaksanakan dimensi-dimensi kebaikan yang luas baik
bersifat akhlak, ibadah, social, dll. Jika setelah haji tak ada perubahan yang cukup signifikan dan
terus melakukan perbuatan dosa berartii badah hajinya belum tercapai. Banyak orang bangga
pulang menyandang gelar haji tanpa makna. Allah dan rasul mengecam orang yang mempunyai
kesalehan ritual tetapi tak mempunyai kesalehan social, sia-sialah ibadah hajinya.
BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

1.      PuasaadalahperintahAlloh SWT yang wajibdilakukanolehsetiap orang Islam


2.      Hikmahberpuasaantara lain
untukmembinakekuatanrohaniahdalamrangkamenjalankantugassebagaihambaAlloh yang
membutuhkankebahagiaanhidup di duniadan di
akhirat.Olehkarenahikmahpuasaitutidakmudahdirasakanolehsetiap orang yang berpuasa,
makaperintahpuasaini di tujukankepada orang-orang yang berimankepada-
Nya,sebagaisyaratsahnyapuasa.
                                                                                                     
3.      Haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang wajib kita laksanakan apabila kita mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Segala keutamaan ,hikmah,dan manfaat haji
dapat kita rasakan secara langsung maupun tidak secara langsung yang pemenuhannya
membutuhkan proses waktu.Dan bagi kita yang telah memiliki kemampuan untuk memenuhi  rukun
Islam yang kelima tersebut hendaknya segera kita laksanakan ,karena jika tidak segera kita
laksanakan dikhawatirkan akan ada halangan yang menghalangi niatan baik tersebut. Seperti yang
telah tertuang dalam hadist-hadist dan firman Allah,bahwa Allah menjanjikan limpahan pahala bagi
yang menjalankan dengan tata cara seperti yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW
sehingga diperoleh haji yang mabrur.
DaftarPustaka
RasjidSulaiman, 2007,FiqhIslam,Bandung :SinarBaruAlgesindo
Al-qur’andanTafsirjilid 1
Daftar laman
www.arti puasa.com
www.hikmah puasa.com

Diposting 12th July 2013 oleh FITRIA IMROATUS


 

Lihat komentar
2.
JUL

12

soal matematika SD smt 1

Latihan Soal Kelas 5 SD Semester 1 bimbel CLEVER kediri


1.      (15 x 20) – (15 x 10) = 15 x (a – 10)
a=
2.      a. (10+( – 4)) + 5 = 10 +( (– 4)+ 5)
b. 9 x ( – 12) = (–12) x 9
perhitungan diatas menggunakan sifat
3.      3359 + 5778 – 4078 =
Jawablah dengan menggunakan taksiran tinggi, taksiran rendah dan taksiran terbaik
4.      Tentukan faktor, faktor prima dan faktorisasi prima dari 240
5.      Tentukan KPK dan FPB dari 130 dan 250
6.      Pipit les matematika 3 hari sekali, Audy les matematika setiap 5 hari sekali  dan Danar les
matematika setiap 6 hari sekali. Jika mereka les matematika bersama pada tanggal 25 Agustus
2012, maka pada tanggal berapa mereka akan les bersama kembali ?
7.      Seorang pedagang mempunyai 72 kg anggur dan 90 kg mangga. Buah tersebut akan dimasukkan
ke dalam keranjang buah dengan masing-masing sama banyak. Berapa banyak keranjang yang
dibutuhkan dan berapa jumlah masing-masing buah pada setiap keranjang ?
8.      317 – (– 38)=
9.      – 60 : – 12 x 3 + (– 15) =
10.  132 – 32 x 32 =
11.  324 + 961 =
12.  7 jam 30 menit 50 detik
6 jam 15 menit 55 detik

13.  Besar sudut di samping ini adalah

14.  Barapakah besar sudut terkecil yang terbentuk dari kedua jarum yang menunjukkan pukul 03.30
wib ?
15.  Besar sudut A dan B pada gambar disamping adalah
16.  5 windu 6 tahun 8 bulan
3 windu 10 tahun 10 bulan 

17.  12 km – 20 hm – 100 m = ...........dm


18.  Ayah bekerja setiap hari  mulai pukul  15.00 – 16.45 kecuali hari Sabtu dan Minggu. Berapa jam
kah total Ayah bekerja selama 1 minggu
19.  12 km/jam = .........................................................m/detik
20.  Barapa waktu yng diperlukan untuk menempuh jarak 240 km dengn kecepatan  8 km/jam ?
21.  Jarak yang ditempuh sebuah mobil dengan kecepatan 80  km/jam adalah 200 km. Jika mobil
tersebut berangkat pukul 11.35, maka pada pukul berapa mobil itu tiba ditempat tujuan ?
22.  Trapesium
S 1 S 2 Tinggi Luas

1      cm 27 cm 15 cm 285 cm2

2 23 cm      cm 8   cm 192 cm2

3 13 cm 22 cm      cm 105 cm2

4 9   cm 11 cm 5,5 cm        cm2

23.  Luas bangun disamping adalah

24.  Volume bangun disamping adalah

25.  Luas layang-layang adalah 144 cm2. Jika d1 adalah 16 cm. Maka d2 adalah
26.  Volume sebuah kubus adalah 2197 cm3 . Berapa cm panjang rusuknya
Diposting 12th July 2013 oleh FITRIA IMROATUS
 

Tambahkan komentar
3.
JUL

usaha sukses

Kesuksesan ada ditangan kita sendiri


Kata kunci dari kesuksesan adalah diri kita sendiri. Bagaimana kita bisa memotivasi diri kita
sendiri untuk bangkit dan bergerak, beraksi untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Memang
takkan mudah untuk mamulai. Butuh keberanian dan tekat yang kuat untuk memulai melangkah.
Banyak sekali orang yang sudah punya planing kedepan untuk menjadi apa dan sudah pula
merencanakan apa-apa yang akan ia lakukan. Tapi pertanyaannya kenapa mereka gagal atau
terkendala. Sebab utama adalah keberanian untuk mengalahkan ketakutannya akan
kegagalan  yang ciut, meraka takut bagaimana untuk menghadapi tantangan yang ada. Ketakutan
sebenarnya ada pada diri kita sendiri, bagaimana kita bisa mengalahkan ketakutan itu pasti kita
kan bisa memulai beraksi dengan langkah pasti dan penuh keyakinan bisa untuk memulai dan
menaklukkan apa yang menjadi peghadang.
Dalam sebuah buku yang pernah saya baca ada beberapa kunci dari kesukesan, diantaranya :
1.      Berani bermimpi.
Orang yang berani bermimpi pasti dia sudah punya planing kedepan untuk menjadi apa yang tak
terbatas jauh. Dia bisa melakukan apa saja. Orang tidak harus membatasi mimpinya yang terlalu
tinggi. Kebanyakan orang takut untuk bermimpi yang tinggi, takut kalau gagal  jatuh dari
mimpinya dan tak bisa bangkit. Itu salah, dengan mimpi yang tinggi kita punya semangat tinggi
pula untuk menggapainya. Hal yag perlu diingat adalah semuanya bisa menjadi mungkin. Ta ada
yang tak mungkin bagi Allah.
2.      Berani memulai.
Ini yang paling sulit. Banyak sekali orang yang sudah mempunyai niat, mempunyai mimpi, yang
sudah memplaning tapi kandas disini. Ini adalah hal yang paling sulit, orang dengan mimpi yang
sangat tinggi banyak yang ragu tentang keberhasilannya. Nah itu dia permasalahannya, harus
berani memulai, ingat usaha tak mungkin akan langsung mulus berhasil, semuanya butuh proses.
Yang sangat utama dalam perjalan untuk menjadi sukses adalah prosesnya, proses bagaimana
cara menghadapi situasi yang berbeda-beda.
3.      Berani mengevaluasi diri.
Nah , usaha kita pasti sedikit banyak ada hambatan nih. Gk mungkinkan langsung sukses dan
berhasil ?. langkah berikutnya adalah mengevaluasi apa saja yang menjadi kekurangan kita untuk
terus memperbaiki diri kita.
Eits,,, ada lagi. Aku pernah membacanya di salah satu fanpage facebook “ kesukesan tak terlepas
dari 4 hal” :
1.      Ibu
Kenapa dengan seorang ibu. Ingatlah doa yang paling mustajab adalah do’a seorang ibu.
Dimanapun engkau berada selalu lah atas keridhoan ibumu. Ingatlah bahwa surga dibawah
telapak kaki ibu.
2.      Takwa
Orang yang selalu bertakwa ia pasti akan selalu berbat baik karena selalu merasa diawasi oleh
Allah. Pastinya ia kan selalu ingat dengan Allah dimanapun berada. Jika ia selalu berbuat baik
pasti Allah pun akan selalu memudahkan jalannya.
3.      Memberi.
Ingat MEMBERI = MENERIMA. Itu hukum yang tak terbantahkan. Apapun yang kita berikan,
yang kita lakuakan itu semuanya kembali kepada kita sendiri entah melalui jalan apapun. Dan
ingat Allah pasti akan melipatgandakan apa yang kita berikan kepada orang lain.
4.      Pasangan
Inilah godaan yang sangat berat. Jika orang sudah bergelimpang harta pastinya rentan sekali
dengan urusan perselingkuhan bagi yang sudah berumah tangga. Contohnya yang umum saja
sekarang kita lihat polotikus-politikus yang sedang dirundung maslah korupsi, itu pun tak
terlepas dari banyaknya wanita yang ada hubungannya dengan meraka.
Naudzubillah
Sobat sekalian. Semuanya tergantung kepada diri kita sendiri bagaimana mengalahkan ketakutan
untuk gagal. Gagal adalah hal biasa, tinggal bagaimana kita bangkit dari kegagalan itu dengan
semangat baru dan pastinya ilmu baru dari sebuah kegagalan.
Oke sobat , semoga bermanfaat. Dan selalu ingatlah kita punya Allah yang selalu menolong kita
dalam keadaan apapun. Dan ingat Allah pasti berikan yang terbaik kepada hambanya, tergantung
bagaimana hambanya mengartikan apa yang diberikan Allah.
Tetap semangat dan opotimis berhasil. Pasti bisa.
Diposting 8th July 2013 oleh FITRIA IMROATUS
 

Tambahkan komentar

Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.

http://fitriaimroatussolihah.blogspot.com/2013/07/makalah-agama-puasa-haji.html

NurKasih NurHidayat Laman UTAMA N U R HIDAYAT N U R KASIH NAZAM AKIDAH Esok bila
abah tiada Kafiat ZIKIR RAHSIA WUDU Ya ALLAH Ayah&Ibu Didikkan ANAK DARUL Nafis
MISYKAATUL Anwar KIMYATUSYSyaadah MAJMU' al-ASRAR GUNUNG QOF Ehwal KUBUR
EHWAL Kejadian Maut MATI ANA (Aku) & ZARAH Sifat 20 BARZAKH RASULULLAH S.A.W
Rasul ULUL-AZMI ABU BAKR As-Siddiq SYA.QADIR AL-Jilani SYEIKH SITI Jenar Kalimah ‫ِبسْ ِم‬
‫ هَّللا‬PERIHAL SoLaT QURBAN & Aqiqah LaIlAtUl QADAR Hizb Bahr Iman Abu Hassan al-
َ ُ‫ س ُۡو َرة‬QuRaN ExPlOrEr HaDiS 40 Seni Silat Silat Islam KeILMUAN Risale-i Nur
Syadzili ‫محمَّد‬
Gagak Emas Jalan Sufi SULUK MUNAJAT-KU Syekh Siti Jenar - Puasa dan Haji, Ihsan, Kisah
Nabi Musa dan Khidir Puasa dan Haji Syekh Siti Jenar “Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu
yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Makah, itu semua omong
kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia.
Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu
sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar.” “Tiada
pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya
besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini idak
masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka,
menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti
Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” Syekh Siti jenar menyebutkan
bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson
kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan
orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang
ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes
palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda
pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.” Jadi yang dikehendaki
Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah
mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya
menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkan
menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb. Bagi Syekh
Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau
kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah,
bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi
orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi. Apalagi sudah tidak menjadi sarana
bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi alat legitimasi
kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami
makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg
hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya
kehidupan rohani manusia. Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan
makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni
shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan
profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati,
shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan
Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya.
Syekh Siti Jenar - Ihsan “Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan
menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan
pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam
pendiriannya, kukuh menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak
menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap dirinya
bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg kudus.” “Gusti Zat Maulana.
Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat,
kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia,
maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA.
Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala yg terjadi dan
menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”. Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi
Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana
ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah
dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si
Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah,
sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran. Sebab Syekh Siti Jenar
merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga,
dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan
sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi. Dengan memiliki sifat Muhammad itulah,
ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam
“menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses
manunggal. “Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya
mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan
keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan
kenyataan tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan
permulaan, karena asal dari diri pribadi.” Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg
bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan
ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran
ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oelh karena itu, sesama manusia dan makhluk
saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu
sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat
yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi
manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah
(seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering
membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti
Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti
Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman
manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan mengatasnamakan demi
penegakan syari’at Islam. Pribadi adalah pancara roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan
Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai
puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi
itu sendiri. Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata
bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia,
berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA
Allah melalui kehadiran manusia. Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan
manusia berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi manusia, baik
melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini
terjadi. Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg
lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya,
akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan
kemanusiaan tidak akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan,
memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan antar
manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga
pasti tidak akan terjadi. Syekh Siti Jenar – Tafsiran Musa Dan Khidir “Sesungguhnya, Khidir AS
bukanlah sosok lain yg terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani. Apa yg
disaksikan sebagai tanah menjorok dgn lautan di sebelah kanan dan kiri itu bukanlah suatu
tempat yg berada di luar diri manusia. Tanah itulah yg disebut perbatasan (barzakh). Dua lautan
itu adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na), perlambang alam tidak kasatmata (‘alam al-ghaib)
dan lautan Jisim (bahr al-ajsam), perlambang alam kasatmata (‘alam asy-syahadat).”
“Sedangkan kawanan udang adalah perlambang para pencari Kebenaran yg sudah berenang di
perbatasan alam kasatmata san alam tidak kasatmata. Kawanan udang perlambang para
penempuh jalan rohani (salik) yg benar-benar bertujuan mencari Kebenaran. Sementara itu,
kawanan udang yg berenang di lautan sebelah kiri, di antara batu-batu, merupakan perlambang
para salik yg penuh diliputi hasrat-hasrat dan pamrih-pamrih duniawi.” “Sesungguhnya,
peristiwa yg dialami Nabi Musa AS dgn Khidir AS, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an
Al-Karim, bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain. Ia adalah
peristiwa perjalanan rohani yg berlangsung di dalam diri Nabi Musa AS sendiri. Sebagaimana
yg telah saya jelaskan, yg disebut dua lautan di dalam Al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan
adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na) dan Lautan Jisim (bahr al-ajsam). Kedua lautan itu
dipisahkan oleh wilayah perbatasan atau sekat (barzakh).” “Ikan dan lautan dalam kisah Qur’ani
itu merupakan perlambang dunia kasatmata (‘alam asy-syahadat) yg berbeda dengan wilayah
perbatasan yg berdampingan dgn dunia gaib (‘alam al-ghaib). Maksudnya, jika saat itu Nabi
Musa AS melihat ikan dan kehidupan yg melingkupi ikan tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu
di wilayah perbatasan antara dua lautan, maka Nabi Musa AS akan melihat sang ikan berenang
di dalalm alamnya, yaiu lautan. Jika saat itu Nabi Musa AS mencermati maka ia akan dapat
menyaksikan bahwa sang ikan yg berenang itu dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan,
kecuali air (dilambangkan manusia juga sama). Maknanya, sang ikan hidup di dalam air dan
sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat iar dan tidak sadar jika dirinya
hidup di dalam air. Itulah sebabnya, ikan tidak dapat hidup tanpa air yg meliputi bagian luar dan
bagian dalam tubuhnya. Di mana pun ikan berada, ia akan selalu diliputi air yg tak bisa
dilihatnya.” “Sementara itu, seandainya sang ikan di dalam lautan melihat Nabi Musa AS dari
tempat hidupnya di dalam air lautan maka sang ikan akan berkata bahwa Musa AS di dalam
dunia-yang diliputi udara kosong-dapat menyaksikan segala sesuatu, kecuali udara kosong yg
meliputinya itu. Maknanya, Nabi Musa AS hidup di dalam liputan udara kosong yg ada di luar
maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak bisa melihat udara kosong dan tidak sadar jika
dirinya hidup di dalam udara kosong. Itu sebabnya, Nabi Musa AS tidak dapat hidup tanpa
udara kosong yg meliputi bagian luar dan dalam tubuhnya. Di mana pun Nabi Musa AS berada,
ia akan selalu diliputi udara kosong yg tidak bisa dilihatnya.” “Sesungguhnya, pemuda (al-fata)
yg mendampingi Nabi Musa AS dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari
terbukanya pintu alam tidak kasatmata. Sesungguhnya, dibalik keberadaan pemuda (al-fata) itu
tersembunyi hakikat sang Pembuka (al-Fattah). Sebab, hijab gaib yg menyelubungi manusia
dari Kebenaran sejati tidak akan bisa dibuka tanpa kehendak Dia, sang Pembuka (al-Fattah).
Itu sebabnya, saat Nabi Musa AS bertemu dgn Khidir AS, pemuda (al-fata) itu disebut-sebut lagi
karena ia sejatinya merupakan perlambang keterbukaan hijab ghaib.” “Adapun bekal makanan
yg berupa ikan adalah perlambang pahala perbuatan baik (al-‘amal ash-shalih) yg hanya
berguna untuk bekal menuju ke Taman Surgawi (al-jannah). Namun, bagi pencari Kebenaran
sejati, pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup hati (ghain). Itu
sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga ikan bekalnya masuk ke
dalam lautan.” “Andaikata saat itu Nabi Musa AS memerintahkan si pemuda untuk mencari
bekal yg lain, apalagi sampai memburu bekal ikan yg telah masuk ke dalam laut, niscaya Nabi
Musa AS dan si pemuda tentu akan masuk ke Lautan Jisim (bahr al-ajsam) kembali. Dan, jika
itu terjadi maka setan berhasil memperdaya Nabi Musa AS.” “Ternyata, Nabi Musa AS tidak
peduli dgn bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu melompat ke lautan
adalah tempat yg dicarinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain dari kesadaran Nabi
Musa AS. Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan Nabi Musa AS dapat melihat Khidir
AS, hamba yg dilimpahi rahmat dan kasih sayang (rahmah al-khashshah) yg memancar dari
citra ar-Rahman dan ar-Rahim dan Ilmu Ilahi (ilm ladunni) yg memancar dari Sang
Pengetahuan (al-Alim).” “Anugerah Ilahi dilimpahkan kepada Khidir AS karena dia merupakan
hamba-NYA yg telah mereguk Air Kehidupan (ma’ al-hayat) yg memancar dari Sang Hidup (al-
Hayy). Itu sebabnya, barang siapa di antara manusia yg berhasil bertemu Khidir AS di tengah
wilayah perbatasan antara dua lautan, sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan
pengejawantahan Sang Hidup (al-Hayy), Sang Penyayang (ar-Rahim). Dan, sesungguhnya
Khidir AS itu tidak lain dan idak bukan adalah ar-roh al-idhafi, cahaya hijau terang yg
tersembunyi di dalam diri manusia, “Sang Penuntun” anak keturunan Adam AS ke jalan
Kebenaran Sejati. Dialah penuntun dan penunjuk (mursyid) sejati ke jalan Kebenaran (al-Haqq).
Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang Maha Menunjuki (as –Rasyid).” “Demikianlah,
saat sang salik melihat Khidir AS sesungguhnya ia telah menyaksikan ar-roh al-idhafi, mursyid
sejati di dalam diri manusia sendiri. Saat ia menyaksikan kawanan udang di lautan sebelah
kanan, sesungguhnya ia telah menyaksikan Lautan Makna (bahr-al-ma’na) yg merupakan
hamparan permukaan Lautan Wujud (bahr al-wujud). Namun, jika terputus penglihatan batiin
(bashirab) itu pada titik ini, berarti perjalanan menusia itu menuju ke Kebenaran Sejati masih
akan berlanjut.” Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi
tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya,
masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai
pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg
akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.” “Setelah
berada di wilayah perbatasan, Khidir AS dan Nabi Musa AS digambarkan melanjutkan
perjalanan memasuki Lautan Makna, yaitu alam tidak kasatmata. Mereka kemudian
digambarkan menumpang perahu. Sesungguhnya, perahu yg mereka gunakan untuk
menyeberang itu adalah perlambang dari wahana (syari’ah) yg lazimnya digunakan oleh
kalangan awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash-shalih).
Padahal, perjalanan mengarungi Lautan Makna menuju Kebenaran Sejati adalah perjalanan yg
sangat pribadi menuju Lautan Wujud. Itulah sebabnya, perahu (syari’ah) itu harus dilubangi
agar air dari Lautan Makna masuk ke dalam perahu dan penumpang perahu mengenal hakikat
air yg mengalir dari lubang tersebut.” “Setelah penumpang perahu mengenal air yg mengalir
dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewat lubang itulah sesungguhnya ia akan bisa
masuk ke dalam Lautan Makna yg merupakan permukaan Lautan Wujud. Andaikata perahu itu
tidak dilubangi, dan kemudian perahu diteruskan berlayar, maka perahu itu tentu akan dirampas
oleh Sang Maha Raja (malik al-Mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika
sudah demikian, maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak bisa melanjutkan
perjalanan menuju Dia, Yang Maha Ada (al-Wujud), yg bersemayam di segenap penjuru
hamparan Lautan Wujud. Penumpang perahu itu mengalami nasib seperti penumpang perahu
yg lain, yakni akan dijadikan hamba sahaya oleh Sang Maha Raja. Bahkan, jika Sang Maha
Raja menyukai hamba sahaya-NYA itu maka ia akan diangkat sebagai penghuni Taman
(jannah) indah yg merupakan pengejawantahan Yang Maha Indah (al Jamal).” “Adapun Atas
Pernyataan kenapa wahana (syariah) harus dilubangi dan tidak lagi digunakan dalam
perjalanan menembus alam ghaib manuju Dia? Dapat dijelaskan sebagai berikut.” “Sebab,
wahana adalah kendaraan bagi manusia yg hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke
Taman Surgawi. Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yg tidak jelas batas-batasnya.
Alam yg tidak bisa dinalar karena segala kekuatan akal manusia mengikat itu tidak bisa
berijtihad untuk menetapkan hukum yg berlaku di alam gaib. Itu sebabnya, Khidir AS melarang
Nabi Musa AS bertanya sesuatu dgn akalnya dalam perjalanan tersebut. Dan, apa yg
disaksikan Nabi Musa AS terdapat perbuatan yg dilakukan Khidir AS benar-benar bertentangan
dgn hukum suci (syari’at) dan akal sehat yg berlaku di dunia, yakni melubangi perahu tanpa
alasan, membunuh seorang anak kecil tak bersalah dan menegakkan tembok runtuh tanpa
upah.” “Namun jika wahana (syari’ah) tidak lagi bisa dijadikan petunjuk, sebenarnya
pedomannya tetaplah sama, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tetapi pemahamannya bukan
dgn akal (‘aql) melainkan dgn dzauq, yaitu cita rasa rohani. Inilah yg disebut cara (thariqah). Di
sini, sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada kehendak-NYA. Sebab,
telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa kita hanya mengenal Dia dgn Dia.
Maksudnya jika Tuhan tidak berkehendak kita mengenal-NYA maka kita pun tidak akan bisa
mengenal-NYA. Dan, kita mengenal-NYA pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak
mau tetapi semua telah kehendak-NYA). Itu sebabnya, di alam tidak kasatmata yg tidak jelas
batas dan tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu kecuali pasrah seutuhnya dan
mengharap limpahan rahmat dan hidayah-NYA.” “Tentang makna di balik kisah Khidir AS
membunuh seorang anak (ghulam) dapat saya jelaskan sebagai berikut.” “Anak adalah
perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh
imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut.
Itu sebabnya, keakuan kerdil y kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani
tidak terganggu.” “Sesungguhnya, di dalam perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati selalu
terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yg kekank-kanakan (ghulam) dari salik cenderung
mengikari kehambaan dirinya terhadap Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) sebagai akibat
ia belum fana ke dalam Sang Rasul (fana fi rasul). Ghulam cenderung durhaka dan ingkar
terhadap kehambaan kepada Sang Rasul. Jika keakuan yg kerdil dan kekanak-kanakan itu
dibunuh maka akan lahir ghulam yg lebih baik dan lebih diberbakti yg melihat dengan mata
batin bahwa dia sesungguhnya adalah “hamba” dari Sang Rasul, pengejawantahan Cahaya
Yang Terpuji (Nur Muhammad).” “Sesungguhnya, keakuan kerdil yg kekanak-kanakan adalah
perlambang dari keberadaan nafsu manusia yg cenderung durhaka dan ingkar terhadap
Sumbernya. Sedangkan ghulam yg baik dan berbakti merupakan perlambang dari keberadaan
roh manusia yg cenderung setia dan berbakti kepada Sumbernya. Dan sesungguhnya,
perbuatan Khidir AS itu adalah perlambang yg sama saat Nabi Ibrahim AS akan menyembelih
Nabi Ismail AS ‘Pembuhunan’ itu adalah perlambang puncak dari keimanan mereka yg beriman
(mu’min).” “Adapun dinding yg ditinggikan Khidir AS adalah perlambang Sekat Tertinggi (al
barzakh al ‘a’la) yg disebut juga dgn Hijab Yang Maha Pemurah (hajib ar-Rahman). Dinding itu
adalah pengejawantahan Yang Maha Luhur (al-Jalil). Lantaran itu, dinding tersebut dinamakan
Dinding al-Jalal (al jidar al-Jalal), yg dibawahnya tersimpan Khazanah Perbendaharaan (Tahta
al-Kanz) yg ingin diketahui.” “Sedangkan dua anak yatim (ghulamaini yatimaini) pewaris dinding
itu adalah perlambang jati diri Nabi Musa AS, yg keberadaannya terbentuk atas jasad ragwi (al-
basyar) dan rohani (roh). Kegandaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah
berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis), terkucil sendiri (mufrad) dan telah
berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al-waqt). Dua anak yatim itu adalah perlambang
gambaran Nabi Musa AS dan bayangannya di depan Cermin Memalukan (al-mir’ah al-haya’I).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan
Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-
hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah
dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut
penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn
perlambang (isyarat).” “Memang Nabi Musa AS lahir hanya satu. Namun, keberadaan jati
dirinya sesungguhnya adalah dua, yaitu pertama keberadaan sebagai al-basyar ‘anak’ Adam
AS yg berasal dari anasir tanah yg tercipta; dan keberadaannya sebagai roh ‘anak’ Cahaya
Yang Terpuji (Nur Muhammad) yg berasal dari tiupan (nafakhtu) Cahaya di Atas Cahaya (Nurun
‘ala Nurin). Maksudnya, sebagai al-basyar, keberadaan jasad ragawi nabi Musa AS berasal dari
Yang Mencipta (al-Kha-liq).” “Sehingga tidak akan pernah terjadi perseteruan dalam
memperebutkan Khazanah Perbendaharaan warisan ayahnya yg shalih. Sebab, saat keduanya
berdiri berhadap-hadapan di depan Dinding al-jalal (al-jidar al-Jalal) dan mendapati dinding itu
runtuh maka saat itu yg ada hanya satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al-basyar
‘anak’ Adam AS akan terserap ke dalam roh ‘anak’ Nur Muhammad. Saat itulah sang anak
sadar bahwa ia sejatinya berasal dari Cahaya di Atas cahaya (Nurun ‘ala Nurin) yg merupakan
pancaran dari Khazanah Perbendaharaan. Sesungguhnya, hal semacam itu tidak bisa diuraikan
dgn kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi, harus dijalani dan
dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman pribadi.” Seterusnya[Next]:- Syekh Siti Jenar –
Soal Jawab Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest Labels:
Syeikh Siti Jenar No comments: Post a Comment Links to this post Create a Link Newer Post
Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom) 翻译,vertalen,翻訳 ‫ترجمة بسم هللا الرحمن الرحيم‬
"Syeikh Ahmad Al Quryasi - Dari Arkeb Kesultanan Acheh 1876". Ayah Dan IbuKu Khususan
Rohani SAQJ Khususan Rohani Ayah Man My Blog List CATATAN SI MERAH SILU
Pemansuhan hukuman mati dan kes pembunuhan Adib - Satu konspirasi untuk melemahkan
kedudukan orang Melayu dan Islam? 15 hours ago KAMPUS WONG ALUS HADIRI MILAD
KWA 5 days ago AKADEMI PERUBATAN ISLAM NUR SYIFA` AL-QUR’AN DAPAT
MERANGSANG TINGKAT INTELEGENSIA (IQ) ANAK 2 months ago Kecintaan dan Kasih
Sayang Kepada Ahlul Baiyt Maulid Nabi 2 months ago Muhammad Qul Amirul Hakim KULIAH
KITAB AL-'ILM DARI IHYA' 'ULUM AL-DIN KARYA IMAM AL-GHAZALI - CASIS UTM KL 8
months ago Makrifat Tok Kenali Sedarlah Kita Ini Murid 10 months ago DARUL SAKA Untuk
Yang Mencari Yasin 40 1 year ago ~Bicara Cinta sang Faqir - Inilah Jalanku~ Ku Selusuri Jalan
Cinta 4 years ago SARANG BISMILLAH 4 years ago Qoba Qausain adakah makhluk dapat
keluar dan membebaskan dirinya daripada ruang lingkup kemakhlukannya?? 5 years ago
Vampire of Grahi KERAMAT BUMI KELAYANG MistisFiles Anak Alam Khususan Rohani
Khatam An-Nubuwwah Rahsia Wudu 99 Isma' Rahsia Wudu II DIA YG MeNukilan ►  2018 (7)
►  2017 (3) ►  2016 (7) ►  2015 (14) ►  2014 (1) ►  2013 (6) ►  2012 (18) ►  2011 (65) ▼ 
2010 (18) ▼  December (6) Keluasan Neraka Syekh Siti Jenar – Pengertian Solat Syekh Siti
Jenar – Pandangan Murid-Murid tentang a... Syekh Siti Jenar – Soal Jawab Syekh Siti Jenar -
Puasa dan Haji, Ihsan, Kisah Na... Sunan Gunung Jati - Syekh Siti Jenar ►  November (10) ► 
September (1) ►  August (1) NurKasih NurHidayat https://www.youtube.com/watch?
v=Ai6tdKRHx8I - 11/2/2019 - Unknown Inilah yang aku cari selama ini. Maksud
zahirnya... - 6/2/2019 - amran Qobiltu tuan guru .Mohon ijin mengamalkan. - 31/1/2019 - Edi S
Qobiltu ijin mengamalkan - 30/1/2019 - Samsudin Gatot Ijin amalkan
ustadz - 20/1/2019 - Unknown Umpama Ikan Dan Air, Begitu Juga AKU dan Udara. Tenang-
tenangkan diri Hu Allah DIA YG BerMunajat 2 DIA YG DiGemari [KITAB DIRI YG
TERSEMBUNYI] ‫( بسم هللا الرحمن الرحيم‬KITAB DIRI YG TERSEMBUNYI) Inilah kitab yang
membicarakan sebelum alam ini dijadikan. Bermulah Allah menjadikan... {KAFIAT NAPAS
ZIKIR ALLAH-HU - PART I} ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬MEMBANGKITKAN TENAGA PRANA DENGAN
KAFIAT NAPAS ZIKIR  ALLAH-HU  Assallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,...
[RAHASIA YG DISEMBUNYIKAN] ‫( بسم هللا الرحمن الرحيم‬RAHASIA YG DISEMBUNYIKAN) sebagai
umat muslim yg baik pasti dihati kita banyak yg ingin pergi ke mekah hanya ... Qosad, Ta'rudh,
Ta'yin, Takbiratul Ihram Dan Junub ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬Yang Pertama : QOSAD Adapun sebenar-
benar Qosad itu Sebenar-Benar Niat. Niat itu yang tiada huruf dan suara, ... Ya Allah ‫بسم هللا‬
‫ الرحمن الرحيم‬Al-fatehah liridho illahi ta’alaa wa syafaa’atin nabiyyi Sayyidina Muhammadin
Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sal... (BABUL HAQ) ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬Adapun badan Ruhani itu
ialah Allah,  dan Allah itu jangan dicari lagi, karena Allah Ta'ala sudah menjadi ... Hakikat Al
Fatihah ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬Hakikat S. Al Fatihah (I) - Manuskrip Tok Pramu Ia Menyatakan DIRI
BISMILLAH.............. Menjadi ia dir... MENGENAL KEKUATAN SEMULA JADI DIRI SEBENAR
DIRI (MUHAMMAD NUR) ‫ بسم هللا الرحمن الرحيم‬Siapa yang tidak ingin diri nya memiliki kekuatan
khusus,memiliki kelebihan tertentu dalam menapaki kehidupan i... [EMPAT GHAIB DALAM
SATU] ‫( بسم هللا الرحمن الرحيم‬EMPAT GHAIB DALAM SATU) Dalam proses kejadian anak Adam,
menyebutkan bahwa Manikam tidaklah sendirian di dalam... (NUR SALASIA} ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
TIADA SATU NAFAS PUN TERLEPAS DARIPADAKU MELAINKAN DI SITU PULA ADA
QADAR YANG BERLAKU DI ATAS MU, karena hakika... DIA YG BerMunajat Tok Latiff Mawar
Nurullah @ Amz Tok Latiff Mawar Nurullah Malaysia ِ ‫إن شاء هللا ما شاء هللا ال َح ْو َل َو ال قُ َّو َة ِااَّل ِباهّلل‬
Menyelusuri DENAI Silam, HAKIKAT Kehidupan INI, khas BUAT diriku, ISTERI, zuriatku dan
Ahli Keluargaku... View my complete profile Log In Log Out DIA YG BerTandang 1145694 DIA
YG Mengikuti Theme images by PLAINVIEW. Powered by Blogger. Make Google view image
button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

http://amz-eli.blogspot.com/2010/12/syekh-siti-jenar-puasa-dan-haji-ihsan.html

MAKALAH PENDIDIKAN
Sedikit Membantu Untuk Tugas Dan Pengetahuan Pendidikan Agama
Maupun Umum, Semoga Bisa Membantu dan Bermanfaat...!!!

Friday, November 19, 2010


Pengertaian Sholat, Zakat, Puasa, Haji

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan Hukum Islam di kalangan ummat Islam adalah sebagai patokan dan
pedoman untuk mengatur kepentingan masyarakat dan menciptakan masyarakat yang islami.
Kehidupan yang teratur dan sepantasnya diyakini dapat diterima oleh setiap manusia
walaupun menurut manusia ukurannya berbeda-beda. Hukum Islam sebagai Negara yang
bukan mendasari berlakunya hukum atas hukum agama tertentu, maka Indonesia
mengakomodir semua agama, karena itu hukum Islam mempunyai peran besar dalam
menyumbangkan materi hukum atas hukum Indonesia.

Begitu juga dalam agama islam, terdapat berbagai banyak hokum dan berbagai
kewajiban yang terkandung di dalamnya, yakni Puasa, Zakat, Sholat, Haji dan Muamalah.
Maka oleh itu kami sebagai pemakalah akan mencoba untuk menjabarkan kewajiban-
kewajiban yang ada di dalam agam islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Sajakah Pengertian Sholat, Puasa, Zakat, Haji, Muamalah?

2. Dan Apa Saja Hal-Hal yang Membatalkannya?

3. Pengertian Muamalah Dan Beberapa Pembagiannya?


C. Tujuan

Mengetahui apa yang di maksud dengan Pengertian Pengertian Sholat, Puasa, Zakat, Haji,
Muamalah Dan Beberapa Syarat Dan Rukun-rukunya supaya kita di kemudian hari dapat
memahami apa yang

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sholat
1. Hukum Sholat Lima Waktu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para
pengikutnya adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73)
ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:

bÎ) y7/u‘ ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4’oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø‹©9$#¨ *
¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur â‘Ïd
‰s)ムŸ@ø‹©9$#u‘$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3ø‹n=tæ ( (#r
âät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs?z`ÏB Èb#uäö�à)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3u‹y™ Oä3ZÏB 
4ÓyÌó�£D tbrã�yz#uäur tbqç/ÎŽôØtƒ ’ÎûÇÚö‘F{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$# 
tbrã�yz#uäur tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ «!$# ((#râät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs? 
çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨“9$#(#qàÊÌ�ø%r&ur ©!
$# $·Êö�s% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏd‰s)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9Žö�yzçnr߉ÅgrB y
‰ZÏã «!$# uqèd #ZŽö�yz zNsàôãr&ur #\�ô_r& 4 (#rã�ÏÿøótGó™$#ur ©!$# ( ¨bÎ)©!
$# Ö‘qàÿxî 7LìÏm§‘ ÇËÉÈ
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan
ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas,
Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat
20 ini, "Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula
Allah wajibkan bagi umat Islam.

Dalam banyak hadits, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras


kepada orang yang suka meninggalkan Sholat, diantaranya ia bersabda: "Perjanjian
yang memisahkan kita dengan mereka adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkan
sholat, maka berarti dia telah kafir."

Orang yang meninggalkan sholat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang
menjaga sholat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari
kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya,
bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan
bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."[3]

Hukum Sholat dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

a. Fardhu, Sholat fardhu ialah sholat yang diwajibkan untuk


mengerjakannya. Sholat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
o Fardhu ‘Ain : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung
berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun
dilaksanakan oleh orang lain, seperti Sholat lima waktu, dan Sholat
jumat(Fardhu 'Ain untuk pria).

o Fardhu Kifayah : ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak


langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah
ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang
yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi
berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti Sholat jenazah.

b. Nafilah (Sholat sunnat),Sholat Nafilah adalah Sholat-Sholat yang


dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat nafilah
terbagi lagi menjadi dua, yaitu
o Nafil Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib), seperti Sholat dua hari raya, Sholat
sunnat witir dan Sholat sunnatthawaf.

o Nafil Ghairu Muakkad adalah Sholat sunnat yang dianjurkan tanpa


penekanan yang kuat, seperti Sholat sunnat Rawatib dan Sholat sunnat yang
sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti Sholat
kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

2. Rukun-Rukun Sholat
Adapun beberapa rukun atau hal yang menjadi syarat syahnya sholat ada 13,
yakni diantaranya :

1. Berdiri

2. Niat

3. Takbiratul ihram

4. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat

5. Ruku' dengan thuma'ninah

6. I'tidal dengan thuma'ninah

7. Sujud dua kali dengan thuma'ninah

8. Duduk antara dua sujud dengan thuma'ninah

9. Duduk dengan thu'maninah serta membaca tasyahud akhir dan

10. sholawat kepada nabi

11. berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah hidup dan mati
dan kekejian fitnah dajjal

12. Membaca salam yang pertama

13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)


3. Hal-Hal yang Membatalkan Sholat
Shalat seseorang akan batal apabila ia melakukan salah satu di antara hal-hal
berikut ini:

1. Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang artinya :
"Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu." (Muttafaq
'alaih) (1)
2. Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan shalat.
"Dari Zaid bin Arqam radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Dahulu kami
berbicara di waktu shalat, salah seorang dari kami berbicara kepada
temannya yang berada di sampingnya sampai turun ayat: 'Dan hendaklah
kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'(1), maka
kami pun diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara." (Muttafaq
'alaih)
3. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah
disebutkan di muka, apabila hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah
pelaksanaan shalat atau sesudah selesai shalat beberapa saat. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap
orang yang shalatnya tidak tepat: 
"Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum
melaksanakan shalat." (Muttafaq 'alaih). Lantaran orang itu telah
meninggalkan tuma'ninah dan i'tidal. Padahal kedua hal itu termasuk
rukun.
4. Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan
pelaksanaan ibadah dan membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan
urusan selain ibadah. Adapun gerakan yang sekadarnya saja, seperti
memberi isyarat untuk menjawab salam, membetulkan pakaian,
menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya, maka hal itu
tidaklah membatalkan shalat.
5. Tertawa sampai terbahak-bahak. Para ulama se-pakat mengenai batalnya
shalat yang disebabkan tertawa seperti itu. Adapun tersenyum, maka
kebanyakan ulama menganggap bahwa hal itu tidaklah merusak shalat
seseorang.
6. Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat, seperti mengerjakan shalat Isya
sebelum mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat Isya itu batal sehingga
dia shalat Maghrib dulu, karena berurutan dalam melaksanakan shalat-
shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan shalat itu.
7. Kelupaan yang fatal, seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat,
umpamanya shalat Isya' delapan rakaat, karena perbuatan tersebut
merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak khusyu' yang mana hal ini
merupakan ruhnya shalat.

B. Puasa
1. Hukum Puasa Romadhon
Puasa pada bulan Ramadhan adalah merupakan salah satu rukun Islam, Allah
Ta’ala berfirman:

yg•ƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?tã $
 šúïÏ%©!$#`ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS.Al
Baqarah:183)
“Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu (Ramadhan), hendaklah ia berpuasa.”
(QS. Al Baqarah:185)

Dari Abu Abdirrahman Abdullah ibnu Umar Ibnul Khaththab radhiallahu


‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda: “Islam dibangun diatas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang haq selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar
zakat, menunaikan haji dan puasa pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari , Muslim)

2. Definisi
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari
terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta'ala:

qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝø‹sƒø:$# âÙu‹ö/F{$# #( 4
( z`ÏBÅÝø‹sƒø:$# ÏŠuqó™F{$# z`ÏB Ì�ôfxÿø9$#
Artinya : "….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam...." (Al-Baqarah:187)

Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan
Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan
Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya
ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.

Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil
(berakal), dan sanggup untuk berpuasa. Adapun syarat-syarat wajibnya puasa
Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal, dewasa dan mampu. Para ulama
mengatakan anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk melatihnya,
sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar
terlatih dan membiasakan diri.

3. Syarat Sahnya Puasa


Dalam menjalani puasa terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun syahnya
puasa, diantaranya Syarat-syarat sahnya puasa ada enam, yakni :

1. Islam: tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.

2. Akal: tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.

3. Tamyiz: tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk
dengan yang buruk).

4. Tidak haid: tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.

5. Tidak nifas: tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.

6. Niat: menyengaja dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang
tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya."
(HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi. Ia
adalah hadits mauquf menurut At-Tirmidzi). Dan hadits ini menunjukkan tidak
sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari yaitu di salah satu
bagian malam. Niat itu tempatnya di dalam hati, dan melafazdkannya adalah
bid'ah yang sesat, walaupun manusia menganggapnya sebagai satu perbuatan
baik. Kewajiban niat semenjak malam harinya ini hanya khusus untuk puasa
wajib saja, karena RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam pernah datang ke
Aisyah pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda (yang artinya):
"Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan
berpuasa" [Hadits Riwayat Muslim 1154].

4. Hal-Hal Yang Membatalkannya Puasa


1. Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak batal
puasanya.

2. Jima' (bersenggama).

3. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan
yang mengenyangkan dan transfusi darah.

4. Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman


atau sebab lainnya dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak
membatalkan puasa karena keluamya tanpa sengaja.

5. Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid,
atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum
terbenam matahari.

6. Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut


melalui mulut. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang
barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha." (HR. Ahmad,
Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi). Dalam lafazh lain disebutkan:
"Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka ia tidak (wajib) mengganti
puasanya." Diriwayatkan oleh Al-Harbi dalam Gharibul Hadits (5/55/1) dari Abu
Hurairah secara maudu' dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilatul Ahadits
Ash-Shahihah No. 923.

7. Murtad dari Islam -semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan ini
menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: "Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 88).

C. Haji
1. Pengertian Haji
Haji (Bahasa Arab: ‫حج‬, Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima
setelah syahadat,salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa
tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim
haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan
sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam
bermalam diMina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah,
dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal
10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul
Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan


[1]
mengunjungi.   Menurut etimologibahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni
tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju
ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah
tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain
Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud
dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i,
wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

2. Jenis ibadah haji


Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana
terlihat dalam hadis berikut.

Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam


tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada
pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika
telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan
haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.

1. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
2. Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain
bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk
melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga
berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
3. Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau
menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani
dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.
3. Syarat Syahnya Haji
Dalam hajipun terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun wajib dalam
mendapatkan syahnya haji yang di laksanakan, diantaranya adalah :

1. Agama Islam
2. Dewasa / baligh (bukan mumayyis)
3. Tidak gila / waras
4. Bukan budak (merdeka)
4. Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada
yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus mengulang
di kesempatan berikutnya.

1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf
4. Sa'i
5. Tahallul

D. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir
bulan Ramadan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun
ketiga dari Rukun Islam.
Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau
"membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas
memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-
orang tertentu sebagaimana ditentukan.

Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-
Qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya
bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk
membayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad
melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka
yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin.[1]. Sejak saat ini,
zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada
kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat
tersebut.[2].

Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan
kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda,
budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak
mampu membayar.[3]. Syari’ahmengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan
bagaimana zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara
Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum
lagi.

2. Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:

a) Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
b) Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut,
hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
3. Hukum Dalam Menunaikan Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah, seperti:salat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia. Seperti yang telah di firmankan oleh aalam kitabnya :
Nåk÷]ÏBur `¨B x8â“ÏJù=tƒ ’Îû ÏM»s%y‰¢Á9$# ÷bÎ*sù (#qäÜôãé& $pk÷]ÏB 
(#qàÊu‘ bÎ)ur öN©9(#öqsÜ÷èム!$pk÷]ÏB #sŒÎ) öNèd šcqäÜy‚ó¡tƒ ÇÎÑÈ öqs9ur 
óOßg¯Rr& (#qàÊu‘ !$tB ÞOßg9s?#uäª!$# ¼ã&è!qß™u‘ur (#qä9$s%ur 
$uZç6ó¡ym ª!$# $oYŠÏ?÷sã‹y™ ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsùÿ¼ã&è!qß™u‘ur !$¯RÎ) 
’n<Î) «!$# šcqç6Ïîºu‘ ÇÎÒÈ * $yJ¯RÎ) àM»s%y‰¢Á9$# Ïä!#t�s)àÿù=Ï9ÈûüÅ3»|
¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pköŽn=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è% 
†ÎûurÉ>$s%Ìh�9$# tûüÏBÌ�»tóø9$#ur †Îûur È@‹Î6y™ «!$# Èûøó$#ur 
È@‹Î6¡¡9$# ( ZpŸÒƒÌ�sù šÆÏiB«!$# 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6ym ÇÏÉÈ
Artinya : "Diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang memburuk-
burukkanmu karena sedekahmu. Tetapi jika diberi sebagian darinya, mereka senang: jika
tiada diberi, mereka murka. Sekiranya mereka rela dengan apa yang diberikan, Allah dan
RasulNya kepadanya dan mengatakan, "Allah cukup bagi kami, Allah dan RasulNya akan
memberi kami sebagian dari karuniaNya. Kepada Allah kami memanjatkan harapan."
sedekah hanyalah bagi fakir miskin, para amil, para muallaf yang dibujuk hatinya, mereka
yang diperhamba, mereka yang mandi hutang, jihad di jalan allah, dan orang yang
terlantar dalam perjalanan. demikian diwajibkan allah. allah maha tahu maha bijaksana."

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum dalam menunaikan zakat
bagi orang yang mampu adalah wajib dan bagi orang yang tidak mampu di sunnahkan
untuk mengusahakannya.

4. Orang-Orang yang berhak menerima zakat


Dalam Quran surat at Taubah ayat 58-60, yang telah di sebutkan di atas bahwa
sudah jelaslah disini, bahwa golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) ada
delapan golongan, yaitu:

1) Fakir dan Miskin

Fakir dan miskin adalah golongan yang pertama dan kedua disebutkan dalam
surat at Taubah, dengan tujuan bahwa sasaran zakat adalah menghapuskan
kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Menurut pemuka ahli tafsir,
Tabari, yang dimaksud fakir, yaitu orang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga
diri tidak meminta-minta. Sedangkan yang dimaksud dengan miskin, yaitu orang
yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.
2) Amil zakat

Sasaran ketiga adalah para amil zakat. Yang dimaksud dengan amil zakat
adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para
pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari
pencatat sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat.

3) Golongan muallaf

Yang dimaksudkan dengan golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang
diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap
Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan
akan adanya kemanfaatan mereka dalam membantu dan menolong kaum Muslimin
dari musuh.

4) Untuk memerdekakan budak belian

Cara membebaskan bisa dilakukan dengan dua hal: Pertama, menolong hamba
mukatab, yaitu budak yang telah ada perjanjian dan kesepakatan dengan tuannya,
bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka
bebaslah ia. Kedua, seseorang dengan harta zakatnya atau seseorang bersama
temannya membeli seorang budak kemudian membebaskan. Atau penguasa
membeli seorang budak dari harta zakat yang diambilnya, kemudian ia
membebaskan.

5) Orang yang berutang

Gharimun (orang yang berhutang) adalah termasuk golongan mustahiq.


Menurut Ibnu Humam dalam al Fath, gharim adalah orang yang mempunyai
piutang terhadap orang lain dan boleh menyerahkan zakat kepadanya karena
keadaannya yang fakir, bukan karena mempunyai piutangnya. Ada dua golongan
bagi orang yang mempunyai utang, yaitu golongan yang mempunyai utang untuk
kemaslahatan diri sendiri, seperti untuk nafkah, membeli pakaian, mengobati orang
sakit. Golongan lain adalah orang yang mempunyai utang untuk kemaslahatan
orang lain, seperti mendamaikan dua golongan yang bermusuhan, orang yang
bergerak di bidang sosial, seperti yayasan anak yatim, rumah sakit untuk fakir,
anak yatim piatu dan lain-lain.

6) Di jalan Allah


Quran menggambarkan sasaran zakat yang ketujuh dengan firmanNya: "Di
jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang menyampaikan
pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang
bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang digunakan untuk
bertakkarub kepada Allah, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat
dan bermacam kebajikan lainnya.

Sedangkan fihak-fihak di luar dari 8 golongan (asnaf) ini tidak dibenarkan


menerima uang dari zakat. Tetapi tidak tertutup fihak-fihak tersebut menerima
bantuan dari infaq. Jadi sasaran zakat lebih spesifik dari pada infaq.

E. Muamalah
1. Pengertian Muamalah
2. Hukum Muamalah Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah. 2006. Tuntunan Shalat Rasulullah. Jakarta : Akbar Press.

Dr. Akram Ridha. Indahnya Ramadhan Di Rumah Kita. Jakarta : Robbani Press.

Dr. Abdullah bin Muhammad. Meraih Puasa Sempurna. Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. 100 Tanya Jawab Haji, Umroh & Kurban. Jakarta : Gema Insani.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. Hukum Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa.
Sayyid Sabiq. Panduan Zakat (Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah). Jakarta : Pustaka
Ibnu Katsir.
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003.
HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan Malik dari 'Aisyah RA.
Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. & Hj. Indriya R. Dani, S.E., Panduan Pintar Haji &
Umrah. QultumMedia. Jakarta. 2008.
Smith,Huston.2001.Agama-agama Manusia.Jakarta:OBOR.

Heyneman, Stephen P.,2004.Islam and Social Policy.Nashville: Vanderbilt University Press.

Gibb, H. A. R., 1957.Mohammedanism.London: Oxford University Press.

Pass,Steven.2006.Beliefs and Practices of Muslims. Jakarta: GMP.

Panduan Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia. QultumMedia. Jakarta. 2008..

Artikel Berjudul: Tuntunan Zakat Mal Pada MediaMuslim.Info.


http://www.insanislam.com/kajian/49-kajian-umum/93-hal-hal-yang-membatalkan-shalat.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Salat
Posted by Joko adi yulianto at 3:21 PM 

Reactions: 
 
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Links to this post

Create a Link

Newer PostOlder PostHome


Subscribe to: Post Comments (Atom)

Tebak siapa Bisa

Siapa ya....!!! kalo ada yang bisa jawab kirim ke WA saya 082225242125, saya beri hadiah khusus.

Total Pageviews
About Me

Joko adi yulianto 


mungkin bagi temen-temen, aku orang asyik banget. mulai dari ngobrol, curhat, main, n
juga nggosip tp inget nggosipnya tentang ilmu low.....hihihihihihi
View my complete profile
Blog Archive
 ▼  2010 (208)
o ►  Jan (16)
o ►  Feb (20)
o ►  Mar (10)
o ►  Apr (62)
o ►  May (52)
o ►  Jun (3)
o ►  Oct (20)
o ▼  Nov (12)
 Hubungan Ilmu Dakwah dengan Ilmu Lainnya
 HUKUM PERKAWINAN
 PUNISHMENT PENGELOLAAN KELAS
 PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN SEKOLAH UMUM DAN
PES...
 DASAR, PRINSIP, DAN PENDEKATAN BIMBINGAN KONSELING...
 Hukum Harta Perkawinan
 Hukum Harta Perkawinan
 “ PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI PANDANGAN HIDUP BANGS...
 PENGORGANISASIAN DALAM MANAGEMEN PENDIDIKAN
 Ayat-Ayat Yang Menjelaskan Tentang Manusia
 Pengertaian Sholat, Zakat, Puasa, Haji
 Pengarahan Dalam Managemen Madrasah / Sekolah
o ►  Dec (13)
 ►  2011 (93)
 ►  2012 (5)
 ►  2016 (23)
 ►  2018 (2)
APAKAH BLOG INI MEMBANTU ANDA?
BUKU TAMU
[get this widget]> [Tutup]
Cempluxsboy@yahoo.com. Picture Window theme. Powered by Blogger.
Picture Window theme. Powered by Blogger.

https://pandidikan.blogspot.com/2010/11/pengertaian-sholat-zakat-puasa-haji.html
semoga bisa membuat anda tersenyum
zakat, sholat, puasa, haji
Juli 03, 2015

Zakat, Shalat, Puasa, dan Haji

A.        Zakat

Zakat menurut etimologi (bahasa), berarti nama’ yang artinya kesuburan, taharah berarti
kesucian, barakah berarti keberkahan, dan tazkiyah berarti mensucikan. Syara’ memakai kata
tersebut untuk kedua arti ini.[1]

Sedangkan secara terminologis (istilah) zakat didefinisikan oleh ulama sebagai berikut:

a.       Mazhab Maliki

Zakat merupakan pengeluaran sebahagian dari harta yang khusus yang telah mencapai
nisab (batas kuantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.

b.      Menurut Hanafi

      Mereka mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus, yang
ditentukan oleh syari’ah karena Allah.

c.       Mazhab Syafi’

Mereka mendefinisikan zakat sebagai sebuah ungkapan keluarnya harta sesuai dengan
cara khusus.

d.      Mazhab Hanbali

      Zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang
khusus pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.

Landasan Hukum Zakat

Hukum-hukum mengenai zakat telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan
dijelaskan pula oleh Rasulullah  dalam As-Sunnah yang suci. Adanya penjelasan itu perlu 
karena manusia memang sangat membutuhkan keterangan tentang masalah zakat karena
zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam yang lima, yang merupakan pilar agama yang
tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Zakat, hukumnya wajib ai’n (fardhu ai’n) bagi setiap muslim
apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syari’at. Zakat, merupakan
kewajiban yang disepakati oleh umat Islam dengan berdasarkan dalil Al-Qur’an, Hadist, dan
Ijma’ sebagai dasar tersebut.[2]

1.      Al-Qur’an

Firman Allah SWT tentang  anjuran menunaikan zakat, antara lain terdapat dalam
Qur’an Surah Al-Taubah : 103

Artinya :                                                      

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi
ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar, Lagi Maha Penyayang.

Pada ayat lain Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Al-Hajj : 41

Artinya :

 (yaitu) orang-orang yang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi, niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allahlah kembalinya segala urusan.

2.      Hadist

Bahkan ketika Rasulullah mengutuskan Mua’adz bin Jabal ke Yaman,beliau


memberikan wejangan beberapa hal termasuk diantaranya zakat yang wajib ditunaikan jika
penduduk di sana telah masuk Islam. Beliau bersabda :

Artinya:

Dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW mengutus Mu’adz RA ke Yaman seraya bersabda,
“Serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mentaatinya, maka
beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap hari dan malam.
Apabila mereka menaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka
sedekah dalam harta mereka yang diambil dari orang- orang kaya diantara mereka lalu
diberikan kepada orang- orang miskin mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)

3.      Ijma’

            Ijma’ ulama adalah kesepakatan ulama salaf (terdahulu) dan ulama khalaf
(kontemporer) telah sepakat terhadap kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti
kafir dan sudah keluar dari Islam.[3]Para ulama klasik dan ulama kontemporer telah sepakat
tentang zakat wajib dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki harta benda dan telah sampai
nisab serta haulnya.[4]

Penerima Zakat

Secara khusus Al-Qur’an telah memberikan perhatian dengan menerangkan kepada


siapa zakat itu harus diberikan. Firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 60  yaitu :

Artinya:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Lagi Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.”
(Q.S. At-Taubah:60).

1.      Fakir dan miskin

            Meskipun kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi
dalam teknis opersional sering dipersamakan, yaitu mereka yang tidak memiliki penghasilan
sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat bersifat
konsumtif, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat pula bersifat produktif, yaitu
untuk menambah modal usahanya.[5]

2. Amil (pengurus zakat)

Sasaran ketiga dari pada sasaran zakat setelah fakir dan miskin  adalah para amil zakat.
Yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
zakat, mulai dari  mengumpulkan, menyimpan, menjaga, mencatat berapa zakat masuk dan
keluar serta sisanya dan juga menyalur atau mendistribusikannya kepada mustahik zakat. Allah
menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari selain
harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintahan dan memperoleh izin darinya atau dipilih oleh
instansi pemerintahan yang berwenang oleh masyarakat Islam untuk memungut dan
membagikan serta tugas lain yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran atau
penyuluhan masyarakat tentang hukum zakat, menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang
dikenakan kewajiban membayar zakat.[6]

3. Muallaf (orang-orang yang dibujuk hatinya)


Yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya, karena baru masuk Islam.
Mereka diberi zakat agar bertambah kesungguhan dalam memeluk Islam dan bertambah
keyakinan mereka, bahwa segala pengorbanan mereka dengan masuk Islam tidak sia-sia.
[7] Dengan menempatkan golongan ini sebagai sasaran zakat, maka jelas bagi kita bahwa
zakat dalam pandangan Islam bukan sekedar perbuatan baik yang bersifat kemanusiaan melulu
dan bukan pula sekedar ibadah yang dilakukan secara pribadi, akan tetapi juga merupakan
tugas penguasa atau mereka yang berwewenang untuk mengurus zakat.

4.      Riqab (Hamba sahaya)

Riqab adalah, golongan mukatab yang ingin membebaskan diri, artinya budak yang
telah dijanjikan oleh tuannya  akan dilepaskan jika ia dapat membayar sejumlah tertentu dan
termasuk pula budak yang belum dijanjikan untuk memerdekakan dirinya.[8]

5.      Gharimin (orang-orang yang memiliki hutang)

Yaitu orang-orang yang menanggung hutang dan tidak sanggup untuk membayarnya
karena telah jatuh miskin.[9] Mereka bermacam-macam di antaranya orang yang mendapat
berbagai bencana dan musibah, baik pada dirinya maupun pada hartanya, sehingga
mempunyai kebutuhan mendesak untuk berhutang bagi dirinya dan keluarganya.

6.      Fi sabilillah

Yang dimaksud dengan fi sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah dalam
pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah melindungi
dan memelihara agama serta meniggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah,
berusaha menerapkan hukum Islam.[10] Golongan yang termasuk dalam katagori fi sabilillah
adalah, da’i, suka relawan perang yang tidak mempunyai gaji, serta pihak-pihak lain yang
mengurusi aktifitas jihad dan dakwah.

7.      Ibnu sabil

Yang dimaksud dengan ibnu sabil adalah orang yang terputus bekalnya dalam
perjalanan, untuk saat sekarang, di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang
dianjurkan agama. Ibnu sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang yang
kehabisan biaya diperjalanan ke suatu tempat bukan untuk maksiat. Tujuan pemberian zakat
untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampung halamannya ia termasuk mampu. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa Islam memberikan perhatian kepada orang yang terlantar.
Penerima zakat pada kelompok ini disebabkan oleh ketidakmampuan yang sementara. Para
ulama sepakat bahwa mereka hendaknya diberi zakat dalam jumlah yang cukup untuk
menjamin mereka pulang. Pemberian ini juga diikat dengan syarat bahwa perjalanan dilakukan
atas alasan yang bisa diterima dan dibolehkan dalam Islam. Tetapi jika musafir itu orang kaya di
negerinya dan bisa menemukan seseorang yang meminjaminya uang, maka zakat tidak
diberikan kepadanya.[11]

Sistem Penyaluran Zakat

Zakat adalah sebuah ibadah yang berkaitan dengan harta benda, dan juga berdimensi
sosial ekonomi. Zakat merupakan kewajiban ilahiah dimana menjalankannya merupakan
keharusan sangat penting dan tidak bisa dihindarkan. Islam tidak hanya menempatkan kaidah-
kaidah formalitas dan aturan cara pelaksanaan. Namun juga menghadapkan kita pada prinsip
dasar umum dan aturan-aturan pasti dalam membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Prinsip-
prinsip menolong masyarakat mencetak dan membentuk sikap dan kehidupan yang teratur
dalam Islam[12]

B.         Shalat

Shalat (bahasa Arab: ‫ ;صالة‬transliterasi: Sholat), merujuk kepada


ritual ibadah pemeluk agama Islam. Menurut syariat Islam, praktik shalat harus sesuai dengan
segala petunjuk tata cara Nabi Muhammad, sebagai figur pengejawantah perintah Allah.
[13] Umat muslim diperintahkan untuk mendirikan shalat, karena menurutSurah
Al-'Ankabut dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar:

Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.

Hukum Shalat

Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan shalat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir.[14]dan
mereka yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.[15]

Hukum shalat dapat dikategorisasikan sebagai berikut:

 Fardu, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang
lain, seperti shalat lima waktu, dan shalat Jumat (fardhu 'ain untuk pria).
o Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian
orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang
mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila
tidak dikerjakan, seperti shalat jenazah.
 Shalat sunah (shalat nafilah) adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Nafil muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat
sunah witir dan shalat sunah thawaf.
o Nafil ghairu muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan
yang kuat, seperti shalat sunah Rawatib dan shalat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat kusuf/khusuf hanya dikerjakan
ketika terjadi gerhana).
o  
Rukun Shalat

1. Berdiri bagi yang mampu.


2. Takbiratul ihram.
3. Membaca surat Al Fatihah pada tiap rakaat.
4. Rukuk dan tuma’ninah.
5. Iktidal setelah rukuk dan tuma'ninah.
6. Sujud dua kali dengan tuma'ninah.
7. Duduk antara dua sujud dengan tuma'ninah.
8. Duduk dan membaca tasyahud akhir.
9. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir.
10. Membaca salam yang pertama.
11. Tertib melakukan rukun secara berurutan.

Shalat Berjamaah

Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Pada shalat
berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai imam shalat, dan
yang lain akan berlaku sebagai Makmum.

 Shalat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain:
o Shalat Fardu
o Shalat Tarawih

 Shalat yang mesti dilakukan berjamaah antara lain:


o Shalat Jumat
o Shalat Hari Raya (Ied)
o Shalat Istisqa'

Shalat Dalam Kondisi Khusus

Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan shalat diberi keringanan
tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).

Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan shalat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka
ia diperbolehkan shalat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu
melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.

Sedangkan bila seseorang sedang dalam perjalanan, ia diperkenankan


menggabungkan (jama’) atau meringkas (qashar) shalatnya. Menjamak shalat berarti
menggabungkan dua shalat pada satu waktu
yakni zuhur dengan asar ataumaghrib dengan isya. Mengqasar shalat berarti meringkas
shalat yang tadinya 4 rakaat (zuhur, asar, isya) menjadi 2 rakaat.

Shalat Dalam Al-Quran

Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang shalat di dalam Alquran, kitab suci agama
Islam.

 Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: Hendaklah mereka


mendirikan shalat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka
secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari
itu tidak ada jual beli dan persahabatan (Ibrahim 14:31).
 Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji (zina) dan mungkar,
dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (al-‘Ankabut 29:45).
 Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan (Maryam 19:59).
 Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan
shalatnya (al-Ma’arij 70:19-23).
C.        Puasa

Puasa merupakan terjemah dari shoum (bahasa Arab) yang berarti menahan diri dari
sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).

Pengertian puasa ini telah diterangkan dalam firman Allah surat Al-Baqarah (2) ayat 187:

Artinya:

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah
larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Q.S Al-Baqarah [2]: 187)

Rukun Puasa

Puasa merupakan ibadah mahdhah yang pelaksanaannya harus sesuai dengan apa
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya sendiri
dalam mengerjakan puasa agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt.

Rukun puasa sendiri hanya ada 2, yakni niat dan imsak:

a.    Niat

            Niat puasa yaitu adanya suatu keinginan di dalam hati untk menjalankan puasa semata-
mata mengharap ridha Allah swt, karena menjalankan perintah-Nya. Semua puasa, tanpa
adanya niat maka tidak bisa dikatakan sebagai puasa.

Kapankah kita berniat berpuasa?

     Untuk puasa wajib, maka kita harus berniat sebelum datang fajar, sebagaimana disabdakan
oleh Rasulullah saw: Barang siapa tidak berniat puasa sejak malam, maka ia tidak mempunyai
puasa.[16]
            b.    Imsak

Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan Ramadhan.
Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar (subuh) dimana seorang
muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur. Padahal makna dari imsak tidaklah
sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan,
minum, dan lain-lain dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Jadi, waktu dimulainya
puasa bukanlah pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai ketika
fajar (subuh). Tentang kenapa diperlukan sirine dan jadwal waktu imsak itu supaya kita berhati-
hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 5 menit lagi) fajar akan tiba.

Syarat wajib puasa

Syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan
melakukan puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia belum dikenai
kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib. Tetapi tetap mendapatkan pahala apabila mau
mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai beriktu:

a.    Beragama Islam

b.    Berakal sehat

c.    Baligh

d.    Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)

e.    Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)

f.    Mampu (tidak sedang sakit)

4.    Perbuatan yang disunnahkan ketika puasa

Puasa merupakan ibadah yang langsung untuk Allah swt. Oleh karena itu, sudah
semestinya kita mengisi waktu puasa kita dengan amalan-amalan tertentu agar upaya kita
mendengatkan diri kepada Allah dapat tercapai. Dalam sebuah hadist Qudsi berikut:

“Semua amal anak adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-
Ku dan Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai. Pada hari kalian puasa,
janganlah mengucapkan hata-kata kotor (tidak enak didengar) dan jangan (pla) bertengkar. Jika
seseorang encaimu atau mengajakmu bertengkar, maka katakan kepadanya: ‘aku sedang
puasa (siyam)’.”[17]

Adapun amalan sunnah saat berpuasa adalah sebagai berikut:


a.      Menyegerakan Berbuka

b.      Makan Sahur

c.      Menggosok Pada Waktu pagi

d.      Membaca dan Menghatamkan Al-Quran

e.      Shalat lail

f.       Memperbanyak doa

g.      Memperbanyak sedekah

h.      I’tikaf

i.        Umroh

j.        Memperbanyak amal kebaikan

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa

a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa atau paksaan
maka hal itu tidak membatalkan puasa.

b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak membatalkan
puasa.

c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu tidak
dilaksanakan, puasanya batal.

d.  Megalami haid atu nifas.

e.  Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau bermasturbasi.

f.   Bersenggama.

g.  Hilang akal.

h.  Merubah niat.

Perbuatan Makruh Ketika Berpuasa

Perbuatan makruh tidak membatalkan puasa, tetapi sepatutnya untuk dihindari, yaitu:
a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara tidak sengaja
tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.

b. Melakukan suntikan baik suntikan itu berupa obat atau makanan.

c. Bekam

d. Berkumur-kumur, sikat gigi setelah matahari tergelincir.

e. Memakai parfum.

D.        Haji

Haji (bahasa Arab: ‫ ;حج‬transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima
setelah syahadat,shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslimsedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada
suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam
di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir setelah
melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat
Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi.[18] Menurut


etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja.
Menurut istilah syara', haji ialah menuju keBaitullah dan tempat-tempat tertentu untuk
melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat
tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah,
dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari
Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf,
sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah,mabit di Mina, dan lain-lain.

Latar Belakang Haji

Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka
warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi,
bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar
jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap
menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang
diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.[19] Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan
pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi
Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawafdidasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara
bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu
kesatuanMasjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi
Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah
ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal
mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

Jenis Ibadah Haji

Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.

Aisyah berkata: Kami berangkat beribadah bersama rasulullah  dalam tahun hajjatul wada.
Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk
haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang
orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan
tahallul sampai dengan selesai dari nahar.[20]

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.[21]

Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal
ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-
nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah
selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.

 Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan


melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian
mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang
sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di
dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
 Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang
dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk
melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian
ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai
selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.
Kegiatan Ibadah Haji

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:

 Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
 8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam
memakai pakaian Ihram(dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian
berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina,
sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
 9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga
Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam
Muzdalifah.
 10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk
melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu
pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian
rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan
melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
 11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
 12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
 Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada'
(thawaf perpisahan).
Lokasi utama dalam ibadah haji

Makkah al-Mukaromah

Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di
pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah
ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.

Arafah

Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yaitu
tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Zulhijah tiap tahunnya. Daerah berbentuk
padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia dan
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.

Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji
melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah
jumrah di Mina.

Mina

Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke
tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-
maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah
Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.

Madinah

Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi
Muhammad dimakamkan diMasjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual
ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke
kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Makkah ini
untuk berziarah dan melaksanakan shalat di masjidnya Nabi.

[1] Wahbah Al- Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Terj. Agus Efendi dan Baharuddin
Fananny), (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 3.

[2] Hikmat Kurnia, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultummedia, 2008). hlm. 4

[3] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif  mengenai status & Filsafat Zakat
Berdasarkan  Qur’an dan Hadist, (terj. Salman Harun dkk), (Jakarta: Pustaka Mizan,1996),
hlm. 87.

[4] Ibid. , hlm.  87.

[5] Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta: Gema Insani, 2002), 


hlm. 149.

[6] Hikmat Kurnia, Panduan Pintar Zakat,, hlm. 142.

[7] Ibid. , hlm. 135.  


[8] Fatimah Ismail, AI-Umm, (Malaysia: Victory Agencie, 2000), hlm. 5.

[9] Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT Alma’arif, 1978), hlm. 120.

[10] Hikmat Kurnia, Panduan Pintar Zakat,  hlm. 148.  

[11] Yasin Ibrahim al-Syaikh, Kitab Zakat,(Bandung : Penerbit Marja, 2008), hlm. 9.

[12] Ibid, hlm. 79.

[13] Hadits riwayat Imam Bukhari no. 628, 7246 dan Imam Muslim no. 1533.

[14] Hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi.

[15] Hadis shahih riwayat Imam Ahmad, At-Thabrani dan Ibnu Hibban.

[16] H.R. an-Nasa’i

[17] HR.Muslim

[18] Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003

[19] Sundarmi Burkan Saleh, Pedoman haji, umrah, dan ziarah, Senayan Abadi Publishing,
Jakarta:2003

[20] HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan Malik dari 'Aisyah.

[21] Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003

Komentar

Postingan populer dari blog ini


Perbedaan antara Perusahaan Perseorangan, Firma, Perseroan komanditer
(CV), Perseroan Terbatas (PT), BUMN, Koperasi
Desember 03, 2014

A.Perusahaan perorangan

Adalah perusahaan yang di kelola secara perorangan serta memiliki tanggung jawab penuh
terhadap kelangsungan perusahaan dan modalnya berasal dari milik sendiri. biasanya
perusahaan perorangan memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dari
perusahaan perorangan: 1.      Seluruh keuntungan menjadi hak pemilik perusahaan. 2.     
Pemilik perusahaan bebas mengambil keputusan tanpa terikat dengan orang lain. 3.     
Pengelolaan badan usaha relatif mudah 4.      Rahasia perusahaan lebih terjamin. 5.     
Biaya pengelolaan perusahaan lebih murah karena sumber daya yang digunakan juga
terbatas 6.      Pemilik perusahaan dapat bekerja lebih giat karna menjalan perusahan
sendiri. 7.      Pajak yang dibayar relatif kecil. 
Sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan perorangan sebagai berikut: 1.      Sumber
keuangan perusahaan relatif terbatas karena sumber dana hanya bergantung pada satu
orang. 2.      Tanggung jwab pemilik tidak terbatas bahkan sampai kekayaan pribadi. …
BACA SELENGKAPNYA

POLA HIDUP SEHAT DAN OLAHRAGA


Januari 24, 2016

BACA SELENGKAPNYA

 Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh badins

MUHAMAD ANWAR SUHANDI

KUNJUNGI PROFIL

Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
http://muhamad-anwar-suhandi.blogspot.com/2015/07/zakat-sholat-puasa-haji.html

Anda mungkin juga menyukai