About
Privacy Policy
Disclaimer
Contact
GADGET
REVIEWS
LIFESTYLE
Tuesday, 29 January 2013
MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG HAJI
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hikmah, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga Makalah Pendidikan Agama ini dapat diselesaikan tanpa ada suatu
halangan apapun. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
semoga kita mandapatkan syafaatnya di akhir zaman nanti. Amiin…
Makalah ini disusun dan diuraikan sedemikian rupa dilandasi dengan pengetahuan dan bimbingan
dari Dosen mata Pelajaran. Selain itu juga makalah ini disusun dengan menggunakan berbagai
macam buku acuan atau buku referensi yang diambil dari berbagai sumber.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Untuk itu
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangatlah penyusun harapkan, mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin…
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
HAJI
Haji menurut bahasa adalah menyengaja sesuatu (hajj). Haji menurut istilah adalah sengaja
mengunjungi ka’bah untuk melakukan amal ibadah dengan syarat tertentu. Haji diwajibkan
dikerjakan dengan segera {orang yang telah mencukupi syarat-syarat yang akan datang tetapi
masih dilalaikannya juga (tidak dikerjakannya di tahun itu) maka ia berdosa dengan melalaikannya
itu}.
4. Sa’i
Berlari-lari kecil diantara dua bukit Shafa dan Marwah.
Syarat Sa’i
1. Hendaklah dimulai dari bukit Shafa dan disudahi di bukit Marwah.
2. Hendaklah Sa’I itu 7 kali.
3. Waktu Sa’I hendaklah sesudah thawaf.
Orang yang berhalangan tidak melontar, maka orang tersebut hendaklah mencari wakilnya, walau
dengan jalan mengupah. Orang yang tidak melontar atau dua hari, harus digantinya di hari lain asal
masih dalam masa yang ditentukan untuk melontar yaitu tanggal 10 sampai 13.
2. Membaca talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki, terkecuali perempuan. Membaca
ralbiyah disunatkan selama dalam ihram sampai melontar ‘aqobah pada hari raya .
3. Membaca do’a sesudah membaca talbiyah.
4. Membaca zikir sewaktu tawaf.
5. Sembahyang di rakaat sesudah thawaf.
6. Masuk ke Ka’bah (rumah suci).
2. Dam karena mengerjakan salah satu dari larangan yang berikut :
- Bercukur atau menghilangkan 3 helai rambut atau lebih.
- Memotong kuku
- Memakai pakaian yang berjahit
- Berminyak rambut
- Memakai minyak harum (wangi) baik pada badan atau pakaian.
- Bersetubuh
Denda kesalahan tersebut adalah memilih 3 perkara; menyembelih kambing yang sah untuk kurban,
puasa 3 hari atau berpuasa 3 gantang (9,3 liter) makanan kepada eman orang miskin.
STUDY KASUS
2. Seseorang Haji dalam keadaan hutang, apakah hajinya diterima ? dan apakah orang yang haji
atas nama istrinya yang meninggal diterima untuk istrinya?
Orang yang sedang Haji dan ia memiliki utang maka hajinya diterima, dan orang yang berhaji untuk
istrinya yang meninggal diterima jika niatnya untuknya dan mengatakan ketika niat ihram “Labbaika
An-Zaujaty Fulanah” kalaupun tidak menyebut namanya tidak mengapa, niatnya telah mencukupi.
PENUTUP
Adapun Islam telah mengatur beberapa aturan guna mengungatkan rasa persatuan dan
menanamkan semangat suka bekerja bersama-sama untuk kepentingan bersama. Diantaranya
dengan menunaikan ibadah haji. Semua itu dilakukan untuk mengungatkan rasa persatuan antara
beberapa golongan yang berdekatan, dan ibadah haji pun harus dilaksanakan berdasarkan syarat-
syarat sesuai dengan dalam makalah.
Dan demikianlah Makalah Pendidikan Agama Tentang “ Haji “ dan semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
← Newer PostOlder Post ⇒Home
TRANSLATE
POPULAR POST
CIRI-CIRI DAN SIFAT VIRUS
RINGKASAN MATERI Virus berasal dari bahsa latin yang berarti racun dan virus dapat menyebabkan penyakit baik
pada tumbu...
Makalah Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al Kitab kepada hamba-Nya,
dan Dia tidak mengadakan ...
MAKALAH PKN TENTANG SISTEM POLITIK DI INDONESIA
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunianya makalah kami dapat
kami selesaikan. Penulisan ma...
LABELS
Makalah Bahasa Indonesia (2)
Makalah Ekonomi (2)
Makalah PAI (7)
Makalah PKN (4)
BLOG ARCHIVE
► 2014 (2)
▼ 2013 (105)
o ► May (6)
o ► April (13)
o ► March (12)
o ► February (29)
o ▼ January (45)
MAKALAH AGAMA ISLAM TENTANG HAJI
MAKALAH ILMU JIWA TENTANG METODE MENGAJAR
MAKALAH TENTANG PENJELASAN AHKLAK SURAT AL-HUJURAA...
MAKALAH ILMU TASAWUF AL-GHOZALI DAN AJARANNYA TENT...
MAKALAH TENTANG ADMINISTRASI DAN SUPERPISI PENDIDI...
MAKALAH ILMU USAHA TANI TENTANG TANAH DALAM PERTAN...
MAKALAH PKN TENTANG MENGHARGAI KEPUTUSAN MAHKAMAH ...
MAKALAH PKN TENTANG SENGKETA INTERNASIONAL
MAKALAH TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN
SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA
SEJARAH TMII (TAMAN MINI INDONESIA INDAH)
SEJARAH LUBANG BUAYA
Sejarah Tugu Monas (Monumen Nasional)
MAKALAH TENTANG MENCURI, MENYAMUN DAN MERAMPOK
Makalah PKN Tentang Kode Etik Jurnalistik
RESUME TEORI EKONOMI MIKRO
MAKALAH AQIDAH AKHLAK TENTANG QODARIYAH
MENJADI REMAJA ISLAM YANG IDEAL
MACAM-MACAM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
CIRI-CIRI DAN SIFAT VIRUS
FILUM ARTHROPODA
MAKALAH KIMIA TENTANG GERAK MELINGKAR
CONTOH NILAI-NILAI PADA CERPEN
Dampak positif internet
FENOMENA REMAJA “GALAU”
PERANAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MENINGKATKA...
PERWAKILAN NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN...
Makalah Permasalahan Perekonomian Industrial
Asal Mula Kehidupan di Bumi
Makalah Statistik Tentang Data Kelompok
MAKALAH PKN TENTANG IMPLEMENTASI PERUBAHAN AMANDEM...
Makalah Geografi tentang Hutan Mangrove
Makalah Geografi tentang Terjadinya Gost Town
JENIS VIRUS YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
JENIS BAKTERI YANG MENYEBABKAN PENYAKIT
Fauna Asiatis, Australis dan Peralihan
Proses Terjadinya Manusia Menurut Al Qur'an
Proses Siklus Air dan Udara
Makalah Biologi Tentang Sistem Peredaran Darah Hew...
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN TENTANG ILMU PENDIDIKAN IS...
Makalah Ilmu Kalam tentang Pemikian Kalam Masa Kin...
Makalah Tentang Motivasi Peserta Didik Dalam Belaj...
Makalah Bahasa Indonesia Tentang Puisi
Makalah Tentang Kegunaan Penelitian Komperatif
► 2012 (34)
ABOUT ME
Merko Polo
View my complete profile
BERITA TERBARU INDONESIA
« »
FOLLOW BY EMAIL
Submit
FOLLOWERS
CONTACT FORM
Name
Email *
Message *
https://educasimerko.blogspot.com/2013/01/makalah-agama-islam-tentang-haji.html
My files
type your sea
BAB I
PENDAHULUAN
Puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Karena itu setiap orang yang beriman, setiap orang islam
yang mukallaf wajib melaksanakannya. Melaksanakan ibadah puasa ini selain untuk mematuhi perintah
Allah adalah juga untuk menjadi tangga ke tingkat takwa, karena takwalah dasar keheningan jiwa dan
keluruhan budi dan akhlak.
Untuk ini semua, perlu diketahui segala sesuatu yang berkenaan dengan puasa, dari dasar
hukum, syarat-syarat, rukun puasanya dan lain sebagainya.
Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk maksud
tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.
Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan terima
kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya. Aamiin.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Puasa adalah terjemahan dari Ash-Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari
sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. Arti ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Maryam ayat
26:
َّ ِت ل
َ لر ْحم ِن
.ص ْو ًما ُ إِنِّي نَ َذ ْر
“sesungguhnya aku bernazar shaum ( bernazar menahan diri dan berbiacara ).” [1]
“Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu”, seperti makan,
minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”[2]
Menahan diri dari berbicara dahulu disyariatkan dalam agama Bani Israil. Menurut Syara’ (istilah
agama Islam) arti puasa adalah sebagaimana tersebut dalam kitab Subulus Salam. Yaitu :
Puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam yang diwajibkan kepada tiap mukmin.
Sebagai dalil atau dasar yang menyatakan bahwa puasa Ramadhan itu ibadat yang diwajibkan Allah
kepada tiap mukmin, umat Muhammad Saw., ialah:
Berdasarkan ketetapan Alquran, ketetapan hadis tersebut, puasa diwajibkan atas umat Islam
sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu. Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di
tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam
sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan
Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki maupun
perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir
(perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Orang yang tidak beriman ada pula yang mengerjakan puasa sekarang dalam rangka terapi
pengobatan. Meskipun mereka tidak beriman namun mereka mendapat manfaat juga dari puasanya yaitu
manfaat jasmaniah.
Kecuali itu dalam ilmu kesehatan ada orang yang berpuasa untuk kesehatan. Walaupun orang ini
berpuasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan ajaran Islam, namun mereka puasanya tanpa niat ibadah
kepada Allah yaitu dengan niat berpuasa esok hari karena Allah dan mengharapkan ridho-Nya, maka
puasanya adalah puasa sekuler. Orang ini mendapat manfaat jasmaniah, tetapi tidak mendapat manfaat
rohaniah.[5]
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap harinya sejak terbit
pagi hingga terbenam matahari.[6]
1. Melihat bulan Ramadhan setelah terbenam matahari pada tanggal 29 (akhir) Sya’ban.
2. Penetapan Hakim Syar’i akan awal bulan Ramadhan berdasarkan keterangan saksi, sekurang-kurangnya
seorang laki-laki, bahwa ia melihat bulan.
3. Penetapan awal bulan Ramadhan dengan perhitungan ahli hisab (perhitungan) ; a. Apabila bulan tidak
terlihat, maka bulan Sya’ban disempurnakan 30 hari. ; b. Keterangan orang yang dapat dipercaya
kebenarannya oleh penerima berita, bahwa ia melihat bulan Ramadhan.
فَِإ ْن غُ َّم۰ إِذَا َرأ َْيتُ ُم ْوهُ فَ افْ ِط ُر ْوا٬ص ْو ُم ْوا َ َصلَّي اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق
ُ َ إِذَا َرأ َْيتُ ُم ْوهُ ف:ال
ِ
َ َع ْن ابْ ِن عُ َم َر َع ْن َر ُس ْو ِل اهلل
.َُعلَْي ُك ْم فَاقْ ُد ُر ْوا لَه
Artinya: “Dari ‘Umar ra., Rasulullah Saw., bersabda : Apabila kamu melihat bulan Ramadhan,
hendaklah berpuasa dan apabila kamu melihat bulan Syawal hendaklah kamu berbuka. Maka jika
tidak tampak olehmu, maka hendaklah kamu perhitungkanlah jumlahnya hari dalam satu bulan”. (HR.
Bukhari, Muslim, Nasa’i dan Ibnu Majah).[7]
D. Syarat Puasa
a. Islam
b. Baligh dan berakal ; anak-anak belumlah diwajibkan berpuasa ; tetapi apabila kuat mengerjakannya,
boleh diajak berpuasa sebagai latihan.
d. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya, tidak sakit dan bukan yang sudah tua. Orang sakit dan orang
tua, mereka ini boleh tidak berpuasa, tetapi wajib membayar fidyah.
a. Islam.
b. Tamyiz.
c. Suci dari haid dan nifas. Wanita yang sedang haid dan nifas tidak sah jika mereka berpuasa, tetapi wajib
qadha pada waktu lain, sebanyak bilangan hari yang ia tinggalkan.
d. Tidak di dalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, yaitu diluar bulan Ramadhan [8] ; seperti puasa
pada hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal), Idul Adha (10 Zulhijjah), tiga hari tasyrik, yakni hari 11, 12 dan 13
Zulhijjah, hari syak, yakni hari 30 Sya’ban yang tidak terlihat bulan (hilal) pada malamnya.
E. Rukun Puasa
1. Niat ; yaitu menyengaja puasa Ramadhan, setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya, dalam hati telah tergerak (berniat), bahwa besok harinya akan mengerjakan
puasa wajib Ramadhan. Adapun puasa sunnat, boleh niatnya dilakukan pada pagi harinya.
2. Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Yang dimaksud dengan garis putih dan garis hitam ialah terangnya siang dan gelapnya malam.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa ‘Adi bin Hatim bercerita : “Tatkala
turun ayat yang artinya : “hingga nyata benang putih dari benang hitam berupa fajar” saya ambillah
seutas tali hitam dan seutas tali putih, lalu saya taruh dibawah bantal dan saya amat-amati di waktu
malam dan ternyata tidak dapat saya bedakan. Maka pagi-pagi saya datang menemui Rasulullah Saw dan
saya ceritakan padanya hal itu. Sabda Nabi Saw :
1. Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan dengan sengaja, seperti makan, minum, merokok,
memasukkan benda ke dalam telinga atau ke dalam hidung hingga melewati pangkal hidungnya. Tetapi
jika karena lupa, tiadalah yang demikian itu membatalkan puasa. Suntik di lengan, di paha, di punggung
atau lainnya yang serupa, tidak membatalkannya, karena di paha atau punggung bukan berarti melalui
lobang rongga badan.
Perlu diterangkan disini tentang sangsi orang yang jima’ (bercampur) pada siang hari di bulan
Ramadhan; Orang yang berjima’ (melakukan hubungan kelamin) pada siang hari bulan Ramadhan,
puasanya batal. Selain itu ia wajib membayar denda atau kifarat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah
Saw. :
1. Menyegrakan berbuka puasa apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah terbenam.
4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.
8. Memperbanyak membaca Alquran dan mempelajarinya (belajar atau mengajar) karena mengikuti
perbuatan Rasulullah Saw.[12]
3. Puasa hari Arafah (tanggal 9 bulan haji), kecuali orang yang sedang mengerjakan ibadah haji, maka puasa
ini tidak disunnatkan atasnya.
6. Puasa tiga hari pada tiap bulan ; dalam hubungan ini berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 tiap bulan
berpuasa pada hari putih.
7. Puasa Sya’ban.[13]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Puasa adalah terjemahan dari Ash Shiyam. Menurut istilah bahasa berarti menahan diri dari
sesuatu dalam pengertian tidak terbatas. “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan dari
segala sesuatu”, seperti makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.
Menurut istilah agama Islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu hari
lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Berdasarkan ketetapan Alquran surat Al-Baqarah ayat 183 dan ketetapan hadis yang telah
disebutkan diatas, puasa diwajibkan atas umat Islam sebagaimana diwajibkan atas umat yang terdahulu.
Ayat itu menerangkan bahwa orang yang berada di tempat dalam keadaan sehat, di waktu bulan
Ramadhan, wajib dia berpuasa. Seluruh Ulama Islam sepakat menetapkan bahwasanya puasa, salah satu
rukun Islam yang lima, karena itu puasa di bulan Ramadhan adalah wajib dikerjakan.
Yang diwajibkan berpuasa itu adalah orang yang beriman (muslim) baik laki-laki maupun
perempuan (untuk perempuan suci dari haid dan nifas), berakal, baligh (dewasa), tidak dalam musafir
(perjalanan) dan sanggup berpuasa.
Puasa Ramadhan lamanya sebulan yaitu 29 atau 30 hari, yang dimulai setiap harinya sejak terbit
pagi hingga terbenam matahari.
DAFTAR PUSTAKA
[1] H.M Djamil Latif, S.H, Puasa dan Ibadah Bulan Puasa, ( Cet. IV/4; Jl. Pramuka Raya 4 Jakarta
13140: Ghalia Indonesia, 1421 H/2001 M), h. 22.
[2] H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, ( Cet. LV/55; Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), h. 220.
[4] Ibid., h. 19-20
[5] Ibid., h. 21
[7] Drs. H. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), h. 325-326
[8] Ibid., h. 327-328.
[9] Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 3, ( Cet. 8; Bandung: PT, Al-Ma’arif, 1993), h. 174.
[11] Ibid., h. 330.
Ensiklopedi Fiqih mengatakan...
Salam kenal
4 Mei 2015 22.46
dindadesi mengatakan...
LOMBA BLOG !
permisi, minat ikut lomba blog ?
Hello bloggers Indonesia! Dalam rangka menyambut Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1436
H Refiza Souvenir menyelenggarakan blog competition bagi para bloggers. Tuliskan semua hal
tentang souvenir Islami dan dapatkan hadiah menarik dari Refiza. . syarat dan ketentuan
http://www.refiza.com/blogcompetition2015/
14 Juli 2015 10.49
Johan Warung mengatakan...
Ibu Karen mengatakan...
Alhamdulillah semoga atas bantuan ki witjaksono terbalaskan melebihi rasa syukur kami saat
ini karna bantuan aki sangat berarti bagi keluarga kami di saat kesusahan dengan
menanggun 9 anak,kami berprofesi penjual ikan di pasar hutang saya menunpuk di mana-
mana sempat terpikir untuk jadikan anak bekerja tki karna keadaan begitu mendesak tapi
salah satu anak saya melihat adanya program pesugihan dana gaib tanpa tumbal kami
lansung kuatkan niat,Awalnya suami saya meragukan program ini dan melarang untuk
mencobanya tapi dari yg saya lihat program ini bergransi hukum,Saya pun tetap menjelaskan
suami sampai dia ikut yakin dan alhamdulillah dalam proses 1 hari 1 malam kami bisa
menbuktikan bantuan aki melalui dana gaib tanpa tumbal,Bagi saudara-saudaraku yg butuh
pertolongan silahkan
hubungi Ki Witjaksono di:0852-2223-1459
selengkapnya klik-> PESUGIHAN TANPA TUMBAL
26 Februari 2017 07.16
Ali Husen mengatakan...
Terima Kasih Infonya gan
Sangat Bermanfaat…
Bagi yang mau belajar pemrograman ini alamat link buat belajar pemrograman
https://combro.xyz/
https://combro.xyz/category/algoritma-pemrograman/
https://combro.xyz/organisasi-komputer/
https://combro.xyz/sistem-operasi/
https://combro.xyz/komunikasi-data/
https://combro.xyz/olahraga/
https://combro.xyz/konsep-multimedia/
https://combro.xyz/pemrograman-berorientasi-objek/
https://combro.xyz/perancangan-web/
https://combro.xyz/jaringan-komputer/
Banyak Informasi seputar Pelajar, Mahasiswa, pemrograman dan perkuliahan
Selain itu kamu juga dapat Request Artikel yang kamu mau
14 September 2018 15.42
Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
L
angganan: Posting Komentar (Atom)
Follow Us on Twitter!
"Join Us on Facebook!
RSS
Contact
Pengunjung yang ke
My picture
Jadwal shalat
Blog archive
▼ 2014 (10)
o ▼ Februari (10)
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HADITS,SUNNAH,KHABAR,ATSA...
Tugas 'Ulumul-Quran jumlah seluruh ayat Alquran de...
Makalah Ulumul Hadits tentang Hadits Shahih dan Ha...
Makalah Pengantar Studi Islam (Islam sebagai objek...
Makalah Pancasila tentang HAM
Makalah Hadits tentang durhaka kepada orang tua
Makalah Ilmu pendidikan (ALAT & LINGKUNGAN SEKITAR...
Makalah Bahasa Indonesia (Pemilihan kata dalam Bah...
Makalah Tafsir Tarbawi tentang subyek pendidikan ...
Makalah Fiqih tentang puasa
Hak cipta Allah Swt. Diberdayakan oleh Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
Beranda
Latest Tweets
...searching twitter...
Theme by Site5.
Experts in Web Hosting.
; http://berkasmakalah-makalahkul.blogspot.com/2014/02/t-ugas-terstruktur-dosen-pembimbing.html
Home › Makalah › MAKALAH PUASA
MAKALAH PUASA
By ridwan dejongste - February 23, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Konsepsi puasa dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai suatu
prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang dilakukan pada bulan ramadhan.
Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang
oleh agama.
Selain itu, puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain yang berada pada
kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat digambarkan pada konsepsi lapar dan
haus yang dampaknya akan memberikan kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan
manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal
dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya
pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.
Advertisement
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGETIAN PUASA
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat “tertentu”
Puasa adalah ibadah pokok yang di tetapkan sebagain salah satu rukun Islam atau rukun Islam yang
ketiga. Puasa dalam bahasa arab secara arti kata bermakna menahan dan diam dalam segala bentuknya,
termasuk menahan atau diam dari berbicara .
Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah menahan diri dari segala
makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Kaum Muslimin diwajibkan puasa Ramadan yang lamanya sebulan
yang dilaksanakan setiap harinya dari terbit fajar pagi hingga terbenam matahari.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada dasarnya mengandung
pengertian menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh syariat agama. Dasar
hukum Puasa tersebut dinyatakan berdasarkan sabda Nabi yang dinyatakan dalam hadist bahwa Islam
di bangun atas lima tiang (Rukun Islam).
ب ني اإلس الم: سمعت رسول هللا ص لى هللا علي ه وس لم يق ول: عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن عمر بن الخطاب رضي هللا عنهما قال
وصوم رمضان، وحج البيت، وإقام الصالة وإيتاء الزكاة، س ؛ شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمداً رسول هللا
ٍ على خم
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.(Albaqarah 183).
Puasa dalam syariat islam di klasifikasikan menjadi dua macam, yakni puasa wajib dan puasa sunnah.
Puasa dalam bulan Ramadhan dilakukan berdasarkan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an sebagai
berikut :
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu terhindar dari keburukan rohani dan jasmani (QS. Al
Baqarah: 183).
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu,
dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),
sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqoroh: 185)
2. Wajib karna suatu sebab tertentu, puasa kifarat.
Puasa kafarat adalah puasa sebagai penebusan yang dikarenakan pelanggaran terhadap suatu
hukum atau kelalaian dalam melaksanakan suatu kewajiban, sehingga mengharuskan seorang mukmin
mengerjakannya supaya dosanya dihapuskan, bentuk pelanggaran dengan kafaratnya antara lain :
• Apabila seseorang melanggar sumpahnya dan ia tidak mampu memberi makan dan pakaian kepada
sepuluh orang miskin atau membebaskan seorang roqobah, maka ia harus melaksanakan puasa selama
tiga hari.
• Apabila seseorang secara sengaja membunuh seorang mukmin sedang ia tidak sanggup membayar
uang darah (tebusan) atau memerdekakan roqobah maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut
(An Nisa: 94).
• Apabila dengan sengaja membatalkan puasanya dalam bulan Ramadhan tanpa ada halangan yang
telah ditetapkan, ia harus membayar kafarat dengan berpuasa lagi sampai genap 60 hari.
• Barangsiapa yang melaksanakan ibadah haji bersama-sama dengan umrah, lalu tidak mendapatkan
binatang kurban, maka ia harus melakukan puasa tiga hari di Mekkah dan tujuh hari sesudah ia sampai
kembali ke rumah. Demikian pula, apabila dikarenakan suatu mudharat (alasan kesehatan dan
sebagainya) maka berpangkas rambut, (tahallul) ia harus berpuasa selama 3 hari.
Puasa nadzar adalah puasa yang tidak diwajibkan oleh Tuhan, begitu juga tidak disunnahkan oleh
Rasulullah saw., melainkan manusia sendiri yang telah menetapkannya bagi dirinya sendiri untuk
membersihkan (Tazkiyatun Nafs) atau mengadakan janji pada dirinya sendiri bahwa apabila Tuhan telah
menganugerahkan keberhasilan dalam suatu pekerjaan, maka ia akan berpuasa sekian hari.
Mengerjakan puasa nazar ini sifatnya wajib. Hari-hari nazar yang ditetapkan apabila tiba, maka berpuasa
pada hari-hari tersebut jadi wajib atasnya dan apabila dia pada hari-hari itu sakit atau mengadakan
perjalanan maka ia harus mengqadha pada hari-hari lain dan apabila tengah berpuasa nazar batal
puasanya maka ia bertanggung jawab mengqadhanya.
1. Beragama islam,
4. Kuasa (ada kekuatan). Kuasa disini artinya tidak sakit dan bukan yang sudah tua.
b. Rukun Puasa :
Rukun puasa ada tiga, dua diantaranya telah disepakati, yaitu waktu dan menahan diri (imsak) dari
perkara yang membatalkan, sedangkan rukun satu lainnya masih diperselisihkan yaitu niat.
1. Waktu
Waktu dibagi menjadi dua, yaitu waktu wajibnya puasa yakni bulan Ramadhan, dan Waktu menahan
diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa yaitu waktu-waktu siang hari bulan ramadhan. Bukan
waktu-waktu malamnya.
Meninggalkan segala yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar shidiq hingga terbenam
matahari.
7. Murtad.
Disamping itu, ada keringanan yang diberikan oleh islam kepada umat muslim untuk tidak berpuasa,
yakni mencakup dua golongan :
a. Orang yang sedang sakit dan sakitnya akan memberikan mudharat baginya apabila mengerjakan puasa.
c. Orang yang hamil dan di khawatirkan akan mudharat baginya dan kandungannya.
d. Orang yang sedang menyusui anak yang dapat mengkhawatirkan/memudharatkan baginya dan anaknya.
Yaitu memberi makanan kepada fakir miskin sebanyak hari yang telah di tinggalkan puasanya, satu
hari satu mud (576 Gram) berupa makanan pokok.
3. Niat
Niat, yaitu menyengaja puasa ramadhan setelah terbenam matahari hingga sebelum fajar shadiq.
Artinya pada malam harinya dalam hati telah tergetar (berniat) bahwa besok harinya akan mengerjakan
puasa ramadhan.
Sunat puasa :
3. Menyegerakan berbuka.
Puasa Sunat :
Puasa sunnat (nafal) adalah puasa yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila
tidak dikerjakan tidak berdosa. Adapun puasa sunnat itu antara lain :
Selaian hari yang disunnahkan berpuasa, ada juga hari-hari yang di haramkan dan dimakruhkan
untuk berpuasa :
1. Hari raya Idul Fitri yaitu satu syawal dan Hari Raya Idul Adha yaitu 10 dzulhijjah.
. ُمتَّفَ ٌق َعلَ ْي ِه ) يَوْ ِم اَ ْلفِ ْط ِر َويَوْ ِم اَلنَّحْ ِر:صيَ ِام يَوْ َم ْي ِن
ِ ي رضي هللا عنه ( أَ َّن َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم نَهَى ع َْن
ِّ َوع َْن أَبِي َس ِعي ٍد اَ ْل ُخ ْد ِر
Dari Abu Said Al-Khudry bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang shaum pada dua
hari, yakni hari raya Fithri dan hari raya Kurban. Muttafaq Alaihi
ص و َمنَّ أَ َح ُد ُك ْم
ُ َسو ُل هَّللَا ِ صلى هللا علي ه وس لم ( اَل ي ُ قَا َل َر:َوعَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل
ٌ َ ُمتَّف ) ُ أَ ْو يَ ْو ًما بَ ْع َده,ُصو َم يَ ْو ًما قَ ْبلَه
ق َعلَ ْي ِه ُ َ إِاَّل أَنْ ي,يَ ْو َم اَ ْل ُج ُم َع ِة
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu shaum pada hari Jum'at, kecuali ia shaum sehari
sebelumnya atau sehari sesudahnya." Muttafaq Alaihi.
D. KETETAPAN HILAL
Yaitu cara menetapkan awal bulan qomariah dengan jalan melihat atau menyaksikan dengan mata
lahir munculnya bulan sabit (hilal) beberapa derajat di ufuk barat.
( إِ َذا:س و َل هَّللَا ِ ص لى هللا علي ه وس لم يَقُ و ُل ُ س ِم ْعتُ َر َ :ض َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما قَ ا َلِ َ َوع َِن اِ ْب ِن ُع َم َر َر
ٌ َ ُمتَّف ) ُ فَإِنْ ُغ َّم َعلَ ْي ُك ْم فَا ْق ُد ُروا لَه, َوإِ َذا َرأَ ْيتُ ُموهُ فَأ َ ْف ِط ُروا,صو ُموا
ق َعلَ ْي ِه ُ ََرأَ ْيتُ ُموهُ ف
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila engkau sekalian melihatnya (bulan) shaumlah, dan apabila engkau sekalian
melihatnya (bulan) berbukalah, dan jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah." Muttafaq Alaihi.
Menurut riwayat Muslim: "Jika awan menutupi kalian maka perkirakanlah tiga puluh hari." Menurut
riwayat Bukhari: "Maka sempurnakanlah hitungannya menjadi tigapuluh hari."
b. Syiya’ (Ketenaran)
Yang dimaksud dengan syiya adalah hilal dapat ditetapkan dengannya , bukanlah berpuasanya
sekelompok orang atau penduduk suatu tempat berdasarkan pada keputusan seseorang yang baik
bahwa besok masih ramadhan, atau tidak berpuasanya mereka itu berdasarkan ketentuan itu bahwa
besok sudah syawal. Tetapi syiya adalah hendaknya hilal dilihat oleh umum, bukan satu orang saja.
c. Menyempurnakan Bilangan
Diantara cara menetapkan hilal, ialah menyempurnakan bilangan. Bulan Qamariyah manapun,
apabila awal harinya telah diketahui maka dia akan habis dengan berlalunya 30 hari. Hari berikutnya
berarti sudah masuk bulan berikutnya, sebab jumlah hari bulan Qamariyah tidak akan lebih dari 30 dan
tidak kurang dari 29 hari. Jika awal Syaban telah diketahui maka hari ke-31 nya pasti sudah masuk satu
ramadhan . Demikian pula jika telah kita ketahui awal ramadhan maka hari ke-31 nya bisa kita pastikan
sebagai tanggal 1 syawal.
E. HIKMAH PUASA
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama memberikan rasa lapar
dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang yang tak
mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa harus
meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah seseorang melakukan
puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa seseorang tidak
diperbolehkan saling bertengkar.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut bahasa (etimologis) Shyam atau puasa berarti menahan diri dan menurut syara’ (ajaran
agama), puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkanya dari mulai terbit fajar hingga
terbenam matahari karena Allah SWT semata-mata dan disertai niat dan syarat tertentu “.
Adapun hikmah dari berpuasa yaitu :
a. Menumbuhkan nilai-nilai persamaan selaku hamba Allah, karena sama-sama memberikan rasa lapar
dan haus serta ketentuan-ketentuan lainnya.
b. Menumbuhkan rasa perikemanusian dan suka member, serta peduli terhadap orang-orang yang tak
mampu.
c. Memperkokoh sikap tabah dalam menghadapi cobaan dan godaan, karna dalam berpuasa harus
meninggalkan godaan yang dapat membatalkan puasa.
d. Menumbuhkan sikap amanah (dapat dipercaya), karna dapat mengetahui apakah seseorang melakukan
puasa atau tidak hanyalah dirinya sendiri.
e. Menumbuhkan sikap bersahabat dan menghindari pertengkaran selama berpuasa seseorang tidak
diperbolehkan saling bertengkar.
g. Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri dari hawa nafsu, sehingga mudah menjalankan kebaikan dan
meninggalkan keburukan.
B. SARAN
Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat dan lebih baik
kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Moh Rifa’i. Ilmu Fikih Islam Lengkap, Penerbit PT. Karya Toha Putra Semarang 1978
RELATED POSTS
Makalah Pengertian Al-Quran
1 KOMENTAR:
Ada baiknya jika anda mau meninggalkan kritik dan saran, Demi meningkatkan Blog ini. Namun jangan
pernah untuk mencoba meninggalkan jejak spam anda disini.
BACA JUGA
Maulid Nabi Muhammad Bid'ah? , Begini Penjelannya Maulid perspektif Al-Qur'an
dan Sunnah
Niat dan Tata Cara Mandi Wajib, Karena Junub, Haidh dan Nifas
Copyright © 2017 Coretan Binder Hijau. Template by Themeindie.com, All Rights Reserved.
About
Contact
Disclaimer
Privacy
Sitemaps
Static
Error 404
https://coretanbinderhijau.blogspot.com/2013/02/makalah-puasa_5157.html
Tugas Galau
Informasi, Makalah, Wisata, Pengetahuan Umum, Musik, Video dan Foto
Search
HOME
NASIONAL»
INTERNASIONAL»
OLAHRAGA»
PENDIDIKAN
WISATA
KESEHATAN»
KULINER
CONTRIBUTORS
FADHILAH
LIHAT PROFIL LENGKAPKU
LINK
KATEGORI
Agama
Agama Islam
Akidah Akhlak
Artikel
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Baturaja
Berita Internasional
Berita Nasional
Biografi
Biologi
Cerpen
Contoh Undangan
Doa
Dongeng
Ekonomi
Ekonomi Syariah
FISIP
FKIP
Gadget
Geografi
HAM
Health
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Sosial
Informasi
IPS
Kesehatan
Lamaran Pekerjaan
Lirik Lagu Barat
Lirik Lagu Indonesia
Lirik Lagu Wajib
Macam-macam LOGO
Movie
News
Pancasila
Pendidikan dan Bahasa
Penemu & Ilmuan
Pengetahuan Umum
Penjaskes
Pertanian
PKN
Puisi
Sejarah
Seni Budaya
SKM
Sosiologi
Teknologi Pendidikan
Tikom
Unik
Diberdayakan oleh Blogger.
MAKALAH TENTANG HAJI
04.16 Agama Islam No comments
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat
menyesaikan penulisan makalah ini. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi
akhir zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Penulis mengakui dalam makalah ini mungkin masih banyak terjadi kekurangan sehingga
hasilnya jauh dari kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji.......................................................................................... 3
B. Syarat, Rukun, dan Wajib Haji.................................................................. 5
C. Manasik Haji.............................................................................................. 9
D. Permasalahan Kontemporer Haji............................................................... 10
E. Macam-macam Haji................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang Muslim sekali sepanjang
hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya, Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya
mengandung rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa manusia
harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh
kekhusyu'an, Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak yang mulia.
Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi umat yang satu karena
memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah
merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan
kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan. Ibadah haji Menumbuhkan
semangat berkorban, baik harta, benda, jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan kesatuan
umat Islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang peserta-
pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bahlah yang menjadi simbol kesatuan dan
persatuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dasar hukum pelaksanaan ibadah haji?
2. Apa syarat rukun dan wajib haji?
3. Hal-hal apa yang berkaitan dengan manasik haji dan persoalan kontemporer haji?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum pelaksanaan ibadah haji.
2. Untuk mengetahui syarat rukun dan wajib haji.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan manasik haji dan persoalan kontemporer haji.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Menurut bahasa kata Haji berarti menuju, sedang menurut pengertian syar’i berarti menyengaja
menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu ibadadah syari’ah yang terdahulu.
Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu, wajibnya sekali seumur hidup.
Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah disebutkan dalam Al Qur’an, As
Sunnah dan ijma’ (kesepakatan para ulama).
Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib ‘ainbagi yang mampu. Melaksanakan haji
wajib, yaitu karena memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu seorang yang bernazar untuk
haji, maka wajib melaksanakannya, kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan
selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk
mengerjakan. Jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji tersebut pada
tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
1. Dalil Al Qur’an
Allah berfirman :
2. Dalil As Sunnah
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Rasulullah SAW. berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah
telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga
kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka
tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim).
3. Dalil Ijma’ (Konsensus Ulama)
Para ulama pun sepakat bahwa hukum haji itu wajib sekali seumur hidup bagi yang mampu.
Bahkan kewajiban haji termasuk perkara al ma’lum minad diini bidh dhoruroh (dengan sendirinya sudah
diketahui wajibnya) dan yang mengingkari kewajibannya dinyatakan kafir.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan kepada setiap muslim yang mampu untuk
mengerjakan. jumhur Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari'atkan ibadah haji tersebut pada
tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
B. Syarat, Rukun dan Wajib Haji
1. Kondisi diwajibkannya Haji:
a. Islam
b. Baligh
c. Berakal
d. Merdeka
e. Kekuasaan (mampu)
2. Rukun Haji
a. Ihram yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji
Melaksanakan ihram disertai dengan niat ibadah haji dengan memakai pakaian ihram. Pakaian ihram
untuk pria terdiri dari dua helai kain putih yang tak terjahit dan tidak bersambung semacam sarung.
Dipakai satu helai untuk selendang panjang serta satu helai lainnya untuk kain panjang yang dililitkan
sebagai penutup aurat. Sedangkan pakaian ihram untuk kaum wanita adalah berpakaian yang menutup
aurat seperti halnya pakaian biasa (pakaian berjahit) dengan muka dan telapak tangan tetap terbuka.
b. Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah
Yakni menetap di Arafah, setelah condongnya matahari (kea rah Barat) jatuh pada hari ke-9 bulan
dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari penyembelihan kurban yakni tanggal 10 dzulhijjah.
c. Thawaf yaitu tawaf untuk haji (tawaf Ifadhah)
Yang dimaksud dengan Thawaf adalah mengelilingi ka’bah sebayak tujuh kali, dimulai dari tempat hajar
aswad (batu hitam) tepat pada garis lantai yang berwarna coklat, dengan posisi ka’bah berada di sebelah
kiri dirinya (kebalikan arah jarum jam).
Macam-macam Thawaf:
1) Thawaf Qudum yakni thawaf yang dilaksanakan saat baru tiba di Masjidil Haram dari negerinya.
2) Thawaf Tamattu’ yakni thawaf yang dikerjakan untuk mencari keutamaan (thawaf sunnah)
3) Thawaf Wada’ yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah menuju tempat
tinggalnya.
4) Thawaf Ifadha yakni thawaf yang dikerjakan setelah kembali dari wukuf di Arafah. Thawaf Ifadha
merupakan salah satu rukun dalam ibadah haji.
d. Sa'i yaitu lari-lari kecil antara shafa dan marwah 7 (tujuh) kali
Syarat melakukan sa’i adalah sebagai berikut :
1) Dilakukan dengan diawali dari bukit Shafa, kemudian diakhiri di bukit Marwah. Kepergian orang tersebut
dari bukit Shafa ke bukit Marwah dihitung 1 kali, sementara kembalinya orang tersebut dari bukit
Marwah ke bukit Shafa juga dihitung 1 kali.
2) Dilakukan sebanyak 7 kali.
3) Waktu sa’i adalah sesudah thowaf rukun maupun qudun.
e. Tahallul artinya mencukur atau menggunting rambut sedikitnya 3 helai
f. Tertib yaitu berurutan
3. Wajib Haji, Yaitu sesuatu yang harus dikerjakan, tapi sahnya haji tidak tergantung atasnya, karena dapat
diganti dengan dam (denda) yaitu menyembelih binatang. berikut kewajiban haji yang harus dikerjakan:
a. Ihram dari Miqat, yaitu memakai pakaian Ihram (tidak berjahit), dimulai dari tempat-tempat yang sudah
ditentukan, terus menerus sampai selesainya Haji. Dalam melaksanakan ihram ada ketentuan kapan
pakaian ihram itu dikenakan dan dari tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang
membicarakan tentang kapan dan dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu
batas-batas peribadatan bagi ibadah haji dan atau umrah.
Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1) Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah haji, adalah bulan
Syawal, Dzulqa’dah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga sampai malam hari raya qurban). Adapun
(miqat zamani) pada konteks untuk niat melaksanakan “Umrah” maka sepanjang tahun itu, waktu untuk
melaksanakan ihram umrah.
2) Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak orang yang
bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik orang itu penduduk asli
makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak menetap di negeri makkah, maka:
- Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah berada di (daerah) “Dzul
Halifah”
- Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka miqatnya ialah di (daerah)
“Juhfah”
- Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di daerah “Yulamlam”.
- Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran tinggi Yaman, maka
miqatnya ialah berada di bukit “Qaarn”.
- Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa “Dzatu “Irq”.
b. Bermalam di Muzdalifah sesudah wukuf, pada malam tanggal 10 Dzulhijjah.
c. Bermalam di Mina selama2 atau 3 malam pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah).
d. Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah dilakukan setelah lewat
tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah “Aqabah”, yang dilaksanakan pada tanggal 10
Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil atau kerikil, yaitu kerikil
yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di daerah Mina. Tugu yang ada di Mina itu ada tiga
buah, yang dikenal dengan nama jamratul’Aqabah, Al-Wustha, dan ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu
ini menandai tepat berdirinya ‘Ifrit (iblis) ketika menggoda nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan
perintah menyembeliih putra tersayangnya Ismail a.s. di jabal-qurban semata-mata karena mentaati
perintah Allah SWT.
Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul ‘Aqabah atau sering juga disebut sebagai jumratul-
kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk dilempari dengan tujuh buah kerikil
pada tanggal 10 Dzulhijjah.
e. Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah.
f. Meninggalkan segala sesuatu yang diharamkan karena ihram.
4. Sunat Haji
a. Ifrad, yaitu mendahulukan haji terlebih dahulu baru mengerjakan umrah.
b. Membaca Talbiyah
c. Tawaf Qudum, yatiu tawaaf yuang dilakukan ketika awal datang di tanah ihram, dikerjakan sebelum
wukuf di Arafah.
d. Shalat sunat ihram 2 rakaat sesudah selesai wukuf, utamanya dikerjakan dibelakang makam nabi
Ibrahim.
e. Bermalam di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah
f. Thawaf wada ', yakni tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk memberi selamat tinggal
bagi mereka yang keluar Mekkah.
C. Manasik Haji
1. Di Mekkah (pada tanggal 8 Djulhijjah), Mandi dan berwudlu, Memakai kain ihram kembali, Shalat sunat
ihram dua raka'at, Niyat haji, Berangkat menuju Arafah, membaca talbiyah, shalawat dan doa.
2. Di Arafah, waktu masuk Arafah berdo'a, dan berwukuf, (tanggal 9 Djulhijjah)
a. Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah pada tanggal 9 Djulhijjah
meskipun hanya sejenak.
b. Waktu wukuf dimulai dari waktu Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai terbit fajar tanggal 10 Djulhijjah.
c. Berangkat menuju Muzdalifah sehabis Maghrib
d. Tidak terlalu lama (mabit) di Muzdalifah sampai lewat tengah malam
e. Berdo'a waktu berangkat dari Arafah
3. Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah), berdo'a dan Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah
untuk menunggu waktu lewat tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk
melempar jumrah kemudian Menuju Mina.
4. Di Mina, berdoa, melontar jumroh dan bermalam (mabit) pada saat melempar jumroh, yang dilakukan
yaitu:
a. melontar jumroh Aqobah waktunya setelah tengah malam, pagi dan sore. Tetapi diutamakan sesudah
terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah
b. melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan
malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari.
c. Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil
d. Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal).Dengan selesainya tahallul
awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali menggauli istri. setelah tahallul tanggal 10
Djulhijjah kalau ada kesempatan akan pergi ke Mekkah untuk thawaf Ifadah dan sa'i tetapi harus
kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
e. Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha dan Aqobah secara berurutan, terus ke
mekkah, ini yang dinamakan naffar awal.
f. Bagi jama'ah haji yang masih berada di Mina pada tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar ketiga
jumroh itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar Tsani.
g. Bagi jama'ah haji yang blm membayar dam harus menunaikannya disini dan bagi yang mampu, harus
memotong hewan kurban.
5. Kembali ke Mekkah, Thawaf Ifadah, dan Thawaf Wada, Setelah itu rombangan jama’ah haji gelombang
awal. bisa pulang ke tanah air
D. Permasalahan Kontemporer Haji
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya :
1. Haji tidak lepas dengan Permasalahan Perbankan, bagi seorang Muslim yang ingin menjauhkan dari
perbankan karena di dalamnya ada unsur riba, maka seorang Jama’ah haji pasti tidak akan bisa
menghindarinya, karena sejak mulai pendaftaran harus lewat perbankan.
2. Haji memungkinkan seseorang untuk intiqolul madzhab.
Umat Islam Indonesia kebanyakan adalah penganut Syafi’iyyah, dimana bersentuhan kulit antara laki-
laki dan perempuan dapat membatalkan wudhu, sedangkan dalam kondisi pelaksanaan Ibadah haji
kurang-lebih 2 juta umat manusia dari penjuru dunia kumpul di Makkah, ini sangat sulit menghindari
persentuhan kulit tersebut, maka jalan yang ditempuh adalah intiqolul madzhab.
3. Penundaan masa haidl bagi wanita
Pada dasarnya ada dua faktor yang menjadi alasan bagi wanita untuk memakai obat pengatur siklus
haid, yaitu: Untuk keperluan ibadah dan untuk keperluan diluar ibadah.
4. Permasalahan miqod,
ada 2 macam miqot, yaitu : Miqot zamaniyah yaitu bulan-bulan haji, mulai dari bulan Syawwal,
Dzulqo’dah, dan Dzulhijjah.Miqot makaniyah yaitu tempat mulai berihram bagi yang punya niatan haji
atau umroh. Ada lima tempat: (1) Dzulhulaifah (Bir ‘Ali), miqot penduduk Madinah (2) Al Juhfah, miqot
penduduk Syam, (3) Qornul Manazil (As Sailul Kabiir), miqot penduduk Najed, (4) Yalamlam (As
Sa’diyah), miqot penduduk Yaman, (5) Dzat ‘Irqin (Adh Dhoribah), miqot pendudk Irak. Itulah miqot bagi
penduduk daerah tersebut dan yang melewati miqot itu.
Sebagian jama’ah haji dari negeri kita, meyakini bahwa Jeddah adalah tempat awal ihram. Mereka
belumlah berniat ihram ketika di pesawat saat melewati miqot, namun beliau tidak menetapkannya
sebagai miqot. Inilah pendapat mayoritas ulama yang menganggap Jeddah bukanlah miqot. Ditambah
lagi jika dari Indonesia yang berada di timur Saudi Arabia, berarti akan melewati miqot terlebih dahulu
sebelum masuk Jeddah, bisa jadi mereka melewati Qornul Manazil, Dzat ‘Irqin atau Yalamlam
E. Macam-macam Haji
1. Ifrad
Yaitu ihrom untuk haji saja dahulu dari miqotnya, terus diselesaikannya pekerjaan haji. Lalu ihrom lagi
untuk umroh, serta terus mengerjakan segala urusannya. Berarti dalam hal ini mendahulukan haji
daripada umroh, dan inilah yang lebih baik.
2. Tamattu’
Yaitu mendahulukan umroh daripada haji dalam waktu haji.
3. Qiran
Yaitu dikerjakan bersama-sama antara haji dan umroh dalam satu waktu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji menyengaja menuju ke ka’bah baitullah untuk menjalakan ibadah (nusuk) yaitu ibadadah
syari’ah yang terdahulu. Hukum haji adalah fardhu ‘ain, wajib bagi setiap muslim yang mampu,
wajibnya sekali seumur hidup. Haji merupakan bagian dari rukun Islam. Mengenai wajibnya haji telah
disebutkan dalam Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’
Tata cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunnat haji. Islam, Syarat
haji diantaranya : Baligh, Berakal, Merdeka, Kekuasaan (mampu}sedangkan Rukun Haji adalah : Ihram
yaitu berpakaian ihram, dan niyat ihram dan haji, Wukuf di Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah; Thawaf,
Sa'i, Tahallul dan Tertib atau berurutan
Ada permasalahan haji pada saat ini yang mungkin sangat tidak bisa dilewatkan bagi kaum
Muslimin, diantaranya : Haji tidak lepas dengan permasalahan Perbankan, Haji memungkinkan
seseorang untuk intiqolul madzhab, Penundaan masa haidl bagi wanita dan permasalahan miqot
DAFTAR PUSTAKA
Abi Bakar Bin Syayid Muhammad Syatho, Syeh, Khasiyah I’anatuth Tholibin Darul Ihya
Abi Zakaria Muhyidin Yahya Bin Syaraf An-nawawi, Minhaj Syarah Shohih Muslim,
Abi Zakaria Al-Anshori, Hasiyah Asy-Syarqowi Darul Fikri, Bairut, 1996
0 komentar:
Posting Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
SOCIAL PROFILES
Search
Popular Posts
Archives
LAGU-LAGU OKU
ARSIP BLOG
Copyright © 2019 Tugas Galau | Powered by Blogger
Design by FThemes | Blogger Theme by Lasantha - Free Blogger Themes | NewBloggerThemes.com
http://tugasgalau.blogspot.com/2015/01/makalah-tentang-haji.html
JUL
12
MAKALAH
Dosen Pembimbing :
RidwanS.Ag M pd
Disusunoleh :
Kelompok 5
1.Dita Apriselia RS
2.Ery Zubaidati
3.Fitria Imroatus S
4. Renny Widyawati
5. Sukmawati Srisedono A
6. Yuli astutik
Program Studi
PendidikanMatematika
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam.
Sholawat serta salam kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kami
harapkan syafa’at-Nya di hari kiamat nanti.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan membantu secara
langsung maupun berupa saran yang membangun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik berupa isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami.
Amiinn...
Daftar Isi
HalamanJudul............................................................................. i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. LatarBelakang......................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................................... 1
C. TujuanPenulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian puasa...................................................................................... 3
D. Pengertian haji ........................................................................................ 6
DaftarPustaka.......................................................................... 10
DaftarLaman............................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap orang
islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan perintah,
belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-simbol ibadah
yang dilakukan itu.
Di jaman yang modern ini banyak sekali orang melaksanakan puasa ramadhan sebagai ibadah
formalistis dan rutinitas ritual, sehingga tidak ada perubahan atau evaluasi pasca kita melaksanakan
puasa.
Haji adalah perintah Alloh dalam Rukun Islam dimana orang yang mampu dalam segi materi dan
jasmani maka diwajibkan untuk melaksanakn Haji. Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak
hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi
seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUASA
As-siyam darisegi bahasa berarti,” menahan diri dari melakukan sesuatu, baik perbuatan
maupun perkataan”. Dari segi terminology berarti, ” menahan diri dari makan, minum, hubungan suami
istri, dan segala hal yang membatalkan lainnya dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari karena
Alloh SWT ”.
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamubertakwa “,
karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorangmuslim yang tidak berpuasa di
bulan itu berarti keislaman nya tidak sempurna. Puasa termasuk ibadah mahdhah atau ibadah khusus
yaitu bentuk ibadah langsung kepada Alloh, dan tata cara pelaksanaannya sendiri ditetapkan oleh Alloh
Swt, melalui contoh Nabi Muhammad , tidak dapat ditambah atau dikurangi harus sesuai dengan contoh
yang telah ditetapkan.
Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang yang
beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah identitas paripurna yang
keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam kebaikan interaksinya dengan sesama
umat manusia. Karenaitu, takwa sebagai tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan
atau spiritual, tapi jugaberdimensi kemanusiaan sosial.
Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan
kaum dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan
dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna di dermakan. Itulah sebabnya,
kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesama dengan balasan pahala
yang berlipat.
3. Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.
Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu. Terkait hal ini,
Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman dengan cara
tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan
mengatur pola makan dan minum secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.
Hal ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, irihati, dan riya’
(pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hatikita, maka ibadah puasa kita tidak akan
mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.
C. INTROSPEKSI DIRI PASCA PUASA
Puasa yang kita laksanakan itu, merupakan pilar islam yang sarat dengan muatan-muatan
hikmah. Para ahli dari berbagai disiplin ilmu, banyak hikmah dan muatan filosofis yang terkandung
dalam ibadah puasa. Ada yang meninjaunya dari perspektif kesehatan, manajemen, psikologi,
ekonomi, sosiology, etika sosial, dsb.
Namun, apakah hikmah puasa yang berlimpah itu tercapai pasca puasa sehingga puasa
mempunyai dampak terhadap pencerahan perilaku, pembangunan manusia yang sehat fisik dan
mental, jujur, berdisiplin, mempunyai kepekaan sosial, etoskerja tinggi, produktif, dsb. Sudah kita
ketahui bersama, realitas menunjukkan, masih banyak orang yang berpuasa, kesehatannya justru
semakin menurun. Semangat mengamalkan ajaran agama menjad iluntur, pencerahan spritual dan
intelektual menjadi gelap, jiwa kepekaan sosial menjadi peka, bekerja tetap tidak disiplin, kurang
menghargai waktu, dsb.
Nabi pernah berkata “Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah
sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang
shalat di malamhari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekedar bangun malam” (HR. Ad-Darimi).
Ketika pasca puasa, kejujuran semakin tipis atau sirna, pungli, kolusi dan korupsi tetap
menjadi kebiasaan, barangkali puasa yang kita lakukan tidak didasari iman yang benar, tetapi
mungkin kita berpuasa karena mengikuti tradisi.
Kita meyakini, bahwa doktrin ibadah dalam Islam, sarat dengan makna dan muatan filosofis
yang mengesankan termasuk puasa. Tapi, karena masih banyak umat Islam yang terjebak kepada
ibadah formalistis dan rutinitas ritual, maka puasa yang kaya hikmah itu, tidak melahirkan refleksi
sosial, tidak menumbuhkan perubahan dalam perilaku keseharian, tidak mewujudkan pencerahan
spiritual dan moral, serta tidak memberikan nilai tambah bagi peningkatan disiplin, etos kerja, dan
produktifitas.
Puasa bukanlah sekedar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas,
puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang
merusak untuk mewujudkan insan muttaqin dan sosok manusia paripurna menurut konsep Al-
Qur’an.
D. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa artinya menyengaja. Haji menurut istilah adalah suatu amal ibadah yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan maksud
beribadah untuk mengharap ridho Allah.
Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi
syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.
“ Dan mengerjakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang
sanggup mengadakan perjalanan [ keBaitullah ]. (Q.S Ali Imran: 97)
Apabila seseorang telah mampu namun tidak melekukannya maka dianggap orang yang ingkar.
E. Hikmah Haji
1. Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah hanya semata-mata untuk mendapatkan ridha-
Nya.
Seperti dalam firman Allah yang berbunyi : “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat
Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj
: 26]
2. Diampuni dosa-dosanya
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah
yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur
kecuali jannah“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan
rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]
Maksunya adalah Nabi Ibrahim telah menyerukan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji
sebagaimana yang telah beliau lakukan sebelumnya. Dan Allah menjadikan siapa saja yang Dia
kehendaki atau orang-orang tertentu saja untuk bisa melaksanakan ibadah tersebut dan
menyambutnya dengan sukacita
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat
dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan
utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di
Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain,
membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.
Rasul pernah bersabda, yang artinya “ Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang
tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin
no. 1434]
Orang yang telah melakukan ibadah haji berarti telah melakukan proses taubat yang panjang
dan melelahkan dengan suatu target utama adanya perubahan sikap dan moralitas. Jika selepas
ibadah haji tidak ada perubahan sikap bahkan tetap berbuat dosa, maka berarti tujuan ibadah haji
taktercapai atau sia-sia. Kita menjalankan ibadah formal simbolis sekuat tenaga, namun tidak
menghayati dan tidak mewujudkan hikmah-hikmahnya.
Ciri kemabruran pasca haji adalah melaksanakan dimensi-dimensi kebaikan yang luas baik
bersifat akhlak, ibadah, social, dll. Jika setelah haji tak ada perubahan yang cukup signifikan dan
terus melakukan perbuatan dosa berartii badah hajinya belum tercapai. Banyak orang bangga
pulang menyandang gelar haji tanpa makna. Allah dan rasul mengecam orang yang mempunyai
kesalehan ritual tetapi tak mempunyai kesalehan social, sia-sialah ibadah hajinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Hikmahberpuasaantara lain
untukmembinakekuatanrohaniahdalamrangkamenjalankantugassebagaihambaAlloh yang
membutuhkankebahagiaanhidup di duniadan di
akhirat.Olehkarenahikmahpuasaitutidakmudahdirasakanolehsetiap orang yang berpuasa,
makaperintahpuasaini di tujukankepada orang-orang yang berimankepada-
Nya,sebagaisyaratsahnyapuasa.
3. Haji merupakan rukun Islam yang ke lima yang wajib kita laksanakan apabila kita mempunyai
kemampuan untuk melaksanakan ibadah tersebut. Segala keutamaan ,hikmah,dan manfaat haji
dapat kita rasakan secara langsung maupun tidak secara langsung yang pemenuhannya
membutuhkan proses waktu.Dan bagi kita yang telah memiliki kemampuan untuk memenuhi rukun
Islam yang kelima tersebut hendaknya segera kita laksanakan ,karena jika tidak segera kita
laksanakan dikhawatirkan akan ada halangan yang menghalangi niatan baik tersebut. Seperti yang
telah tertuang dalam hadist-hadist dan firman Allah,bahwa Allah menjanjikan limpahan pahala bagi
yang menjalankan dengan tata cara seperti yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW
sehingga diperoleh haji yang mabrur.
DaftarPustaka
Al-qur’andanTafsirjilid 1
Daftar laman
www.arti puasa.com
www.hikmah puasa.com
1
Lihat komentar
1.
ilmu amal
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
JUL
12
MAKALAH
Dosen Pembimbing :
RidwanS.Ag M pd
Disusunoleh :
Kelompok 5
1.Dita Apriselia RS
2.Ery Zubaidati
3.Fitria Imroatus S
4. Renny Widyawati
5. Sukmawati Srisedono A
6. Yuli astutik
Program Studi
PendidikanMatematika
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas
matakuliah Pendidikan Agama Islam.
Sholawat serta salam kami tujukan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kami
harapkan syafa’at-Nya di hari kiamat nanti.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dan membantu secara
langsung maupun berupa saran yang membangun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik berupa isi maupun
penulisannya. Oleh sebab itu, kami mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi kami.
Amiinn...
Daftar Isi
HalamanJudul............................................................................. i
Kata Pengantar........................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. LatarBelakang......................................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................................... 1
C. TujuanPenulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A. Pengertian puasa...................................................................................... 3
B. Hikmah yang terkandung dalam puasa................................................... 3
C. Introspeksi diri pasca puasa..................................................................... 4
D. Pengertian haji ........................................................................................ 6
E. Hikmah yang terkandung dalam haji……………………………………6
F. Instropeksi diri pasca haji……………………………………………….8
BAB III PENUTUP...................................................................................... 9
A. Simpulan.................................................................................................. 9
DaftarPustaka.......................................................................... 10
DaftarLaman............................................................................ 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puasa dan Haji adalah Rukun Islam yaitu sesuatu yang wajib ada dan diyakini oleh setiap orang
islam. Namun dalam kenyataan, ibadah banyak dipraktekkan sebatas melaksanakan perintah,
belum dipahami apa kandungan makna dan pesan dari berbagai bentuk atau symbol-simbol ibadah
yang dilakukan itu.
Di jaman yang modern ini banyak sekali orang melaksanakan puasa ramadhan sebagai ibadah
formalistis dan rutinitas ritual, sehingga tidak ada perubahan atau evaluasi pasca kita melaksanakan
puasa.
Haji adalah perintah Alloh dalam Rukun Islam dimana orang yang mampu dalam segi materi dan
jasmani maka diwajibkan untuk melaksanakn Haji. Kewajiban Ibadah Haji mengandung banyak
hikmah besar dalam kehidupan rohani seorang mukmin, serta mengandung kemaslahatan bagi
seluruh umat islam pada sisi agama dan dunianya.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
Sesuai rumusan masalah tersebut, maka tujuan utama dari pelajaran yang kita pelajari yaitu :
1.Dapat menambah pengetahuan
2.Bisa dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan sehari-hari
3.Meninkatkan ke Imanan dan ke Taqwaan kita kepada Alloh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PUASA
As-siyam dari segi bahasa berarti,” menahan diri dari melakukan sesuatu, baik
perbuatan maupun perkataan”. Dari segi terminology berarti, ” menahan diri dari makan, minum,
hubungan suami istri, dan segala hal yang membatalkan lainnya dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari karena Alloh SWT ”.
Kaum muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadhan (al-Baqarah/ 2 :183)
“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamubertakwa “,
karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorangmuslim yang tidak
berpuasa di bulan itu berarti keislaman nya tidak sempurna. Puasa termasuk ibadah mahdhah
atau ibadah khusus yaitu bentuk ibadah langsung kepada Alloh, dan tata cara pelaksanaannya
sendiri ditetapkan oleh Alloh Swt, melalui contoh Nabi Muhammad , tidak dapat ditambah atau
dikurangi harus sesuai dengan contoh yang telah ditetapkan.
B. HIKMAH YANG TERKANDUNG DALAM PUASA
Hal ini sebagaimana terekam dalam surah Al-Baqarahayat 183, “Hai orang-orang yang
beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Takwa merupakan sebuah identitas paripurna yang
keberhasilan interaksinya dengan Allah tercermin dalam kebaikan interaksinya dengan sesama
umat manusia. Karenaitu, takwa sebagai tujuan akhir puasa, tidak sekadar berdimensi ketuhanan
atau spiritual, tapi jugaberdimensi kemanusiaan sosial.
Dengan menahan rasa lapar dan dahaga hati kita akan tersentuh dan merasakan kesengsaraan
kaum dhu’afa yang senantiasa serba kekurangan dalam segala hal. Mereka menanti uluran tangan
dan kemurahan hati kita untuk menyisihkan sebagian harta kita guna di dermakan. Itulah sebabnya,
kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah dan berbagi pada sesama dengan balasan pahala
yang berlipat.
3. Membina dan menata diri kita kaum Muslim agar senantiasa hidup teratur.
Seperti dalam mengkonsumsi makanan dan minuman atau dalam mengatur waktu. Terkait hal ini,
Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid,
makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan.” (QS 7: 31) Jika kita mengkonsumsi makanan dan minuman dengan cara
tidak teratur tentu akan mengakibatkan gangguan pencernaan atau kesehatan. Karena itu, dengan
mengatur pola makan dan minum secara teratur akan menjadikan kita lebih sehat.
Hal ini memiliki arti penting agar kita terhindar dari sifat-sifat tercela, seperti dengki, irihati, dan riya’
(pamer). Jika sifat-sifat tercela itu tumbuh subur di hatikita, maka ibadah puasa kita tidak akan
mendapatkan ganjaran apa-apa selain rasa lapar dan dahaga.
C. INTROSPEKSI DIRI PASCA PUASA
Puasa yang kita laksanakan itu, merupakan pilar islam yang sarat dengan muatan-muatan
hikmah. Para ahli dari berbagai disiplin ilmu, banyak hikmah dan muatan filosofis yang terkandung
dalam ibadah puasa. Ada yang meninjaunya dari perspektif kesehatan, manajemen, psikologi,
ekonomi, sosiology, etika sosial, dsb.
Namun, apakah hikmah puasa yang berlimpah itu tercapai pasca puasa sehingga puasa
mempunyai dampak terhadap pencerahan perilaku, pembangunan manusia yang sehat fisik dan
mental, jujur, berdisiplin, mempunyai kepekaan sosial, etoskerja tinggi, produktif, dsb. Sudah kita
ketahui bersama, realitas menunjukkan, masih banyak orang yang berpuasa, kesehatannya justru
semakin menurun. Semangat mengamalkan ajaran agama menjad iluntur, pencerahan spritual dan
intelektual menjadi gelap, jiwa kepekaan sosial menjadi peka, bekerja tetap tidak disiplin, kurang
menghargai waktu, dsb.
Nabi pernah berkata “Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah
sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dan betapa banyak orang yang
shalat di malamhari, tetapi tidak mendapat apapun kecuali sekedar bangun malam” (HR. Ad-Darimi).
Ketika pasca puasa, kejujuran semakin tipis atau sirna, pungli, kolusi dan korupsi tetap
menjadi kebiasaan, barangkali puasa yang kita lakukan tidak didasari iman yang benar, tetapi
mungkin kita berpuasa karena mengikuti tradisi.
Kita meyakini, bahwa doktrin ibadah dalam Islam, sarat dengan makna dan muatan filosofis
yang mengesankan termasuk puasa. Tapi, karena masih banyak umat Islam yang terjebak kepada
ibadah formalistis dan rutinitas ritual, maka puasa yang kaya hikmah itu, tidak melahirkan refleksi
sosial, tidak menumbuhkan perubahan dalam perilaku keseharian, tidak mewujudkan pencerahan
spiritual dan moral, serta tidak memberikan nilai tambah bagi peningkatan disiplin, etos kerja, dan
produktifitas.
Puasa bukanlah sekedar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas,
puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang
merusak untuk mewujudkan insan muttaqin dan sosok manusia paripurna menurut konsep Al-
Qur’an.
D. Pengertian Haji
Haji menurut bahasa artinya menyengaja. Haji menurut istilah adalah suatu amal ibadah yang
dilakukan dengan sengaja untuk mengunjungi ka’bah (baitullah) di Makkah dengan maksud
beribadah untuk mengharap ridho Allah.
Haji merupakan rukun islam ke 5. Diwajibkan kepada orang islam yang telah mencukupi
syarat-syaratnya sekali seumur hidupnya.
Allah berfirman yang artinya :
“ Dan mengerjakan ibadah haji merupakan kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang
sanggup mengadakan perjalanan [ keBaitullah ]. (Q.S Ali Imran: 97)
Apabila seseorang telah mampu namun tidak melekukannya maka dianggap orang yang ingkar.
E. Hikmah Haji
1. Menjalankan semua yang diperintahkan oleh Allah hanya semata-mata untuk mendapatkan ridha-
Nya.
Seperti dalam firman Allah yang berbunyi : “Dan ingatlah ketika Kami menempatkan tempat
Baitullah untuk Ibrahim dengan menyatakan ; “Janganlah engkau menyekutukan Aku dengan
apapun dan sucikan rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, beribadah, ruku dan sujud” [Al-Hajj
: 26]
2. Diampuni dosa-dosanya
“Dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Satu umrah sampai umrah
yang lain adalah sebagai penghapus dosa antara keduanya dan tidak ada balasan bagi haji mabrur
kecuali jannah“Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata : “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda bahwa barang siapa berhaji ke Baitullah ini karena Allah, tidak melakukan
rafats dan fusuuq, niscaya ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya” [HR Bukhari]
Dan diantara hikmah haji adalah bahwa kaum muslimin bisa saling mengenal dan saling berwasiat
dan menasehati dengan al-haq. Mereka datang dari segala penjuru, dari barat, timur, selatan dan
utara Makkah, berkumpul di rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tua, di Arafah, di Muzdalifah, di
Mina dan di Makkah. Mereka saling mengenal, saling menasehati, sebagian mengajari yang lain,
membimbing, menolong, membantu untuk maslahat-maslahat dunia akhirat, maslahat taklim tata
cara haji, shalat, zakat, maslahat bimbingan, pengarahan dan dakwah ke jala Allah.
Di negeri yang aman ini hendaklah memperbanyak dzikir kepada Allah, baik dalam keadaan berdiri,
duduk dan bebaring, dengan tasbih (ucapan Subhanallah), hamdalah (ucapan Alhamdulillah), tahlil
(ucapan Laa ilaaha ilallah), takbir (ucapan Allahu Akbar) dan hauqallah (ucapan Laa haula wa laa
quwata illa billah).
Rasul pernah bersabda, yang artinya “ Perumpamaan orang yang mengingat Rabb-nya dan yang
tidak mengingat-Nya adalah sebagai orang hidup dan yang mati”. [HR Bukhari, Bahjatun Nadzirin
no. 1434]
Orang yang telah melakukan ibadah haji berarti telah melakukan proses taubat yang panjang
dan melelahkan dengan suatu target utama adanya perubahan sikap dan moralitas. Jika selepas
ibadah haji tidak ada perubahan sikap bahkan tetap berbuat dosa, maka berarti tujuan ibadah haji
taktercapai atau sia-sia. Kita menjalankan ibadah formal simbolis sekuat tenaga, namun tidak
menghayati dan tidak mewujudkan hikmah-hikmahnya.
Ciri kemabruran pasca haji adalah melaksanakan dimensi-dimensi kebaikan yang luas baik
bersifat akhlak, ibadah, social, dll. Jika setelah haji tak ada perubahan yang cukup signifikan dan
terus melakukan perbuatan dosa berartii badah hajinya belum tercapai. Banyak orang bangga
pulang menyandang gelar haji tanpa makna. Allah dan rasul mengecam orang yang mempunyai
kesalehan ritual tetapi tak mempunyai kesalehan social, sia-sialah ibadah hajinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12
14. Barapakah besar sudut terkecil yang terbentuk dari kedua jarum yang menunjukkan pukul 03.30
wib ?
15. Besar sudut A dan B pada gambar disamping adalah
16. 5 windu 6 tahun 8 bulan
3 windu 10 tahun 10 bulan
25. Luas layang-layang adalah 144 cm2. Jika d1 adalah 16 cm. Maka d2 adalah
26. Volume sebuah kubus adalah 2197 cm3 . Berapa cm panjang rusuknya
Diposting 12th July 2013 oleh FITRIA IMROATUS
0
Tambahkan komentar
3.
JUL
usaha sukses
Memuat
Tema Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.
http://fitriaimroatussolihah.blogspot.com/2013/07/makalah-agama-puasa-haji.html
NurKasih NurHidayat Laman UTAMA N U R HIDAYAT N U R KASIH NAZAM AKIDAH Esok bila
abah tiada Kafiat ZIKIR RAHSIA WUDU Ya ALLAH Ayah&Ibu Didikkan ANAK DARUL Nafis
MISYKAATUL Anwar KIMYATUSYSyaadah MAJMU' al-ASRAR GUNUNG QOF Ehwal KUBUR
EHWAL Kejadian Maut MATI ANA (Aku) & ZARAH Sifat 20 BARZAKH RASULULLAH S.A.W
Rasul ULUL-AZMI ABU BAKR As-Siddiq SYA.QADIR AL-Jilani SYEIKH SITI Jenar Kalimah ِبسْ ِم
هَّللاPERIHAL SoLaT QURBAN & Aqiqah LaIlAtUl QADAR Hizb Bahr Iman Abu Hassan al-
َ ُ س ُۡو َرةQuRaN ExPlOrEr HaDiS 40 Seni Silat Silat Islam KeILMUAN Risale-i Nur
Syadzili محمَّد
Gagak Emas Jalan Sufi SULUK MUNAJAT-KU Syekh Siti Jenar - Puasa dan Haji, Ihsan, Kisah
Nabi Musa dan Khidir Puasa dan Haji Syekh Siti Jenar “Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu
yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Makah, itu semua omong
kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia.
Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu
sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar.” “Tiada
pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya
besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini idak
masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka,
menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti
Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” Syekh Siti jenar menyebutkan
bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson
kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan
orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang
ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes
palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda
pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.” Jadi yang dikehendaki
Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah
mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya
menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkan
menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb. Bagi Syekh
Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau
kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah,
bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi
orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi. Apalagi sudah tidak menjadi sarana
bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi alat legitimasi
kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami
makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg
hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya
kehidupan rohani manusia. Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan
makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni
shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan
profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati,
shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan
Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya.
Syekh Siti Jenar - Ihsan “Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan
menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan
pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam
pendiriannya, kukuh menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak
menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap dirinya
bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg kudus.” “Gusti Zat Maulana.
Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat,
kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia,
maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA.
Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala yg terjadi dan
menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”. Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi
Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana
ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah
dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si
Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah,
sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran. Sebab Syekh Siti Jenar
merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga,
dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan
sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi. Dengan memiliki sifat Muhammad itulah,
ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam
“menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses
manunggal. “Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya
mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan
keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan
kenyataan tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan
permulaan, karena asal dari diri pribadi.” Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg
bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan
ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran
ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oelh karena itu, sesama manusia dan makhluk
saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu
sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat
yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi
manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah
(seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering
membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti
Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti
Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman
manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan mengatasnamakan demi
penegakan syari’at Islam. Pribadi adalah pancara roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan
Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai
puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi
itu sendiri. Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata
bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia,
berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA
Allah melalui kehadiran manusia. Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan
manusia berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi manusia, baik
melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini
terjadi. Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg
lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya,
akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan
kemanusiaan tidak akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan,
memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan antar
manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga
pasti tidak akan terjadi. Syekh Siti Jenar – Tafsiran Musa Dan Khidir “Sesungguhnya, Khidir AS
bukanlah sosok lain yg terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani. Apa yg
disaksikan sebagai tanah menjorok dgn lautan di sebelah kanan dan kiri itu bukanlah suatu
tempat yg berada di luar diri manusia. Tanah itulah yg disebut perbatasan (barzakh). Dua lautan
itu adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na), perlambang alam tidak kasatmata (‘alam al-ghaib)
dan lautan Jisim (bahr al-ajsam), perlambang alam kasatmata (‘alam asy-syahadat).”
“Sedangkan kawanan udang adalah perlambang para pencari Kebenaran yg sudah berenang di
perbatasan alam kasatmata san alam tidak kasatmata. Kawanan udang perlambang para
penempuh jalan rohani (salik) yg benar-benar bertujuan mencari Kebenaran. Sementara itu,
kawanan udang yg berenang di lautan sebelah kiri, di antara batu-batu, merupakan perlambang
para salik yg penuh diliputi hasrat-hasrat dan pamrih-pamrih duniawi.” “Sesungguhnya,
peristiwa yg dialami Nabi Musa AS dgn Khidir AS, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an
Al-Karim, bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain. Ia adalah
peristiwa perjalanan rohani yg berlangsung di dalam diri Nabi Musa AS sendiri. Sebagaimana
yg telah saya jelaskan, yg disebut dua lautan di dalam Al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan
adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na) dan Lautan Jisim (bahr al-ajsam). Kedua lautan itu
dipisahkan oleh wilayah perbatasan atau sekat (barzakh).” “Ikan dan lautan dalam kisah Qur’ani
itu merupakan perlambang dunia kasatmata (‘alam asy-syahadat) yg berbeda dengan wilayah
perbatasan yg berdampingan dgn dunia gaib (‘alam al-ghaib). Maksudnya, jika saat itu Nabi
Musa AS melihat ikan dan kehidupan yg melingkupi ikan tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu
di wilayah perbatasan antara dua lautan, maka Nabi Musa AS akan melihat sang ikan berenang
di dalalm alamnya, yaiu lautan. Jika saat itu Nabi Musa AS mencermati maka ia akan dapat
menyaksikan bahwa sang ikan yg berenang itu dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan,
kecuali air (dilambangkan manusia juga sama). Maknanya, sang ikan hidup di dalam air dan
sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat iar dan tidak sadar jika dirinya
hidup di dalam air. Itulah sebabnya, ikan tidak dapat hidup tanpa air yg meliputi bagian luar dan
bagian dalam tubuhnya. Di mana pun ikan berada, ia akan selalu diliputi air yg tak bisa
dilihatnya.” “Sementara itu, seandainya sang ikan di dalam lautan melihat Nabi Musa AS dari
tempat hidupnya di dalam air lautan maka sang ikan akan berkata bahwa Musa AS di dalam
dunia-yang diliputi udara kosong-dapat menyaksikan segala sesuatu, kecuali udara kosong yg
meliputinya itu. Maknanya, Nabi Musa AS hidup di dalam liputan udara kosong yg ada di luar
maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak bisa melihat udara kosong dan tidak sadar jika
dirinya hidup di dalam udara kosong. Itu sebabnya, Nabi Musa AS tidak dapat hidup tanpa
udara kosong yg meliputi bagian luar dan dalam tubuhnya. Di mana pun Nabi Musa AS berada,
ia akan selalu diliputi udara kosong yg tidak bisa dilihatnya.” “Sesungguhnya, pemuda (al-fata)
yg mendampingi Nabi Musa AS dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari
terbukanya pintu alam tidak kasatmata. Sesungguhnya, dibalik keberadaan pemuda (al-fata) itu
tersembunyi hakikat sang Pembuka (al-Fattah). Sebab, hijab gaib yg menyelubungi manusia
dari Kebenaran sejati tidak akan bisa dibuka tanpa kehendak Dia, sang Pembuka (al-Fattah).
Itu sebabnya, saat Nabi Musa AS bertemu dgn Khidir AS, pemuda (al-fata) itu disebut-sebut lagi
karena ia sejatinya merupakan perlambang keterbukaan hijab ghaib.” “Adapun bekal makanan
yg berupa ikan adalah perlambang pahala perbuatan baik (al-‘amal ash-shalih) yg hanya
berguna untuk bekal menuju ke Taman Surgawi (al-jannah). Namun, bagi pencari Kebenaran
sejati, pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup hati (ghain). Itu
sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga ikan bekalnya masuk ke
dalam lautan.” “Andaikata saat itu Nabi Musa AS memerintahkan si pemuda untuk mencari
bekal yg lain, apalagi sampai memburu bekal ikan yg telah masuk ke dalam laut, niscaya Nabi
Musa AS dan si pemuda tentu akan masuk ke Lautan Jisim (bahr al-ajsam) kembali. Dan, jika
itu terjadi maka setan berhasil memperdaya Nabi Musa AS.” “Ternyata, Nabi Musa AS tidak
peduli dgn bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu melompat ke lautan
adalah tempat yg dicarinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain dari kesadaran Nabi
Musa AS. Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan Nabi Musa AS dapat melihat Khidir
AS, hamba yg dilimpahi rahmat dan kasih sayang (rahmah al-khashshah) yg memancar dari
citra ar-Rahman dan ar-Rahim dan Ilmu Ilahi (ilm ladunni) yg memancar dari Sang
Pengetahuan (al-Alim).” “Anugerah Ilahi dilimpahkan kepada Khidir AS karena dia merupakan
hamba-NYA yg telah mereguk Air Kehidupan (ma’ al-hayat) yg memancar dari Sang Hidup (al-
Hayy). Itu sebabnya, barang siapa di antara manusia yg berhasil bertemu Khidir AS di tengah
wilayah perbatasan antara dua lautan, sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan
pengejawantahan Sang Hidup (al-Hayy), Sang Penyayang (ar-Rahim). Dan, sesungguhnya
Khidir AS itu tidak lain dan idak bukan adalah ar-roh al-idhafi, cahaya hijau terang yg
tersembunyi di dalam diri manusia, “Sang Penuntun” anak keturunan Adam AS ke jalan
Kebenaran Sejati. Dialah penuntun dan penunjuk (mursyid) sejati ke jalan Kebenaran (al-Haqq).
Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang Maha Menunjuki (as –Rasyid).” “Demikianlah,
saat sang salik melihat Khidir AS sesungguhnya ia telah menyaksikan ar-roh al-idhafi, mursyid
sejati di dalam diri manusia sendiri. Saat ia menyaksikan kawanan udang di lautan sebelah
kanan, sesungguhnya ia telah menyaksikan Lautan Makna (bahr-al-ma’na) yg merupakan
hamparan permukaan Lautan Wujud (bahr al-wujud). Namun, jika terputus penglihatan batiin
(bashirab) itu pada titik ini, berarti perjalanan menusia itu menuju ke Kebenaran Sejati masih
akan berlanjut.” Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi
tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya,
masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai
pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg
akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.” “Setelah
berada di wilayah perbatasan, Khidir AS dan Nabi Musa AS digambarkan melanjutkan
perjalanan memasuki Lautan Makna, yaitu alam tidak kasatmata. Mereka kemudian
digambarkan menumpang perahu. Sesungguhnya, perahu yg mereka gunakan untuk
menyeberang itu adalah perlambang dari wahana (syari’ah) yg lazimnya digunakan oleh
kalangan awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash-shalih).
Padahal, perjalanan mengarungi Lautan Makna menuju Kebenaran Sejati adalah perjalanan yg
sangat pribadi menuju Lautan Wujud. Itulah sebabnya, perahu (syari’ah) itu harus dilubangi
agar air dari Lautan Makna masuk ke dalam perahu dan penumpang perahu mengenal hakikat
air yg mengalir dari lubang tersebut.” “Setelah penumpang perahu mengenal air yg mengalir
dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewat lubang itulah sesungguhnya ia akan bisa
masuk ke dalam Lautan Makna yg merupakan permukaan Lautan Wujud. Andaikata perahu itu
tidak dilubangi, dan kemudian perahu diteruskan berlayar, maka perahu itu tentu akan dirampas
oleh Sang Maha Raja (malik al-Mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika
sudah demikian, maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak bisa melanjutkan
perjalanan menuju Dia, Yang Maha Ada (al-Wujud), yg bersemayam di segenap penjuru
hamparan Lautan Wujud. Penumpang perahu itu mengalami nasib seperti penumpang perahu
yg lain, yakni akan dijadikan hamba sahaya oleh Sang Maha Raja. Bahkan, jika Sang Maha
Raja menyukai hamba sahaya-NYA itu maka ia akan diangkat sebagai penghuni Taman
(jannah) indah yg merupakan pengejawantahan Yang Maha Indah (al Jamal).” “Adapun Atas
Pernyataan kenapa wahana (syariah) harus dilubangi dan tidak lagi digunakan dalam
perjalanan menembus alam ghaib manuju Dia? Dapat dijelaskan sebagai berikut.” “Sebab,
wahana adalah kendaraan bagi manusia yg hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke
Taman Surgawi. Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yg tidak jelas batas-batasnya.
Alam yg tidak bisa dinalar karena segala kekuatan akal manusia mengikat itu tidak bisa
berijtihad untuk menetapkan hukum yg berlaku di alam gaib. Itu sebabnya, Khidir AS melarang
Nabi Musa AS bertanya sesuatu dgn akalnya dalam perjalanan tersebut. Dan, apa yg
disaksikan Nabi Musa AS terdapat perbuatan yg dilakukan Khidir AS benar-benar bertentangan
dgn hukum suci (syari’at) dan akal sehat yg berlaku di dunia, yakni melubangi perahu tanpa
alasan, membunuh seorang anak kecil tak bersalah dan menegakkan tembok runtuh tanpa
upah.” “Namun jika wahana (syari’ah) tidak lagi bisa dijadikan petunjuk, sebenarnya
pedomannya tetaplah sama, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tetapi pemahamannya bukan
dgn akal (‘aql) melainkan dgn dzauq, yaitu cita rasa rohani. Inilah yg disebut cara (thariqah). Di
sini, sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada kehendak-NYA. Sebab,
telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa kita hanya mengenal Dia dgn Dia.
Maksudnya jika Tuhan tidak berkehendak kita mengenal-NYA maka kita pun tidak akan bisa
mengenal-NYA. Dan, kita mengenal-NYA pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak
mau tetapi semua telah kehendak-NYA). Itu sebabnya, di alam tidak kasatmata yg tidak jelas
batas dan tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu kecuali pasrah seutuhnya dan
mengharap limpahan rahmat dan hidayah-NYA.” “Tentang makna di balik kisah Khidir AS
membunuh seorang anak (ghulam) dapat saya jelaskan sebagai berikut.” “Anak adalah
perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh
imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut.
Itu sebabnya, keakuan kerdil y kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani
tidak terganggu.” “Sesungguhnya, di dalam perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati selalu
terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yg kekank-kanakan (ghulam) dari salik cenderung
mengikari kehambaan dirinya terhadap Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) sebagai akibat
ia belum fana ke dalam Sang Rasul (fana fi rasul). Ghulam cenderung durhaka dan ingkar
terhadap kehambaan kepada Sang Rasul. Jika keakuan yg kerdil dan kekanak-kanakan itu
dibunuh maka akan lahir ghulam yg lebih baik dan lebih diberbakti yg melihat dengan mata
batin bahwa dia sesungguhnya adalah “hamba” dari Sang Rasul, pengejawantahan Cahaya
Yang Terpuji (Nur Muhammad).” “Sesungguhnya, keakuan kerdil yg kekanak-kanakan adalah
perlambang dari keberadaan nafsu manusia yg cenderung durhaka dan ingkar terhadap
Sumbernya. Sedangkan ghulam yg baik dan berbakti merupakan perlambang dari keberadaan
roh manusia yg cenderung setia dan berbakti kepada Sumbernya. Dan sesungguhnya,
perbuatan Khidir AS itu adalah perlambang yg sama saat Nabi Ibrahim AS akan menyembelih
Nabi Ismail AS ‘Pembuhunan’ itu adalah perlambang puncak dari keimanan mereka yg beriman
(mu’min).” “Adapun dinding yg ditinggikan Khidir AS adalah perlambang Sekat Tertinggi (al
barzakh al ‘a’la) yg disebut juga dgn Hijab Yang Maha Pemurah (hajib ar-Rahman). Dinding itu
adalah pengejawantahan Yang Maha Luhur (al-Jalil). Lantaran itu, dinding tersebut dinamakan
Dinding al-Jalal (al jidar al-Jalal), yg dibawahnya tersimpan Khazanah Perbendaharaan (Tahta
al-Kanz) yg ingin diketahui.” “Sedangkan dua anak yatim (ghulamaini yatimaini) pewaris dinding
itu adalah perlambang jati diri Nabi Musa AS, yg keberadaannya terbentuk atas jasad ragwi (al-
basyar) dan rohani (roh). Kegandaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah
berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis), terkucil sendiri (mufrad) dan telah
berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al-waqt). Dua anak yatim itu adalah perlambang
gambaran Nabi Musa AS dan bayangannya di depan Cermin Memalukan (al-mir’ah al-haya’I).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan
Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-
hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah
dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut
penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn
perlambang (isyarat).” “Memang Nabi Musa AS lahir hanya satu. Namun, keberadaan jati
dirinya sesungguhnya adalah dua, yaitu pertama keberadaan sebagai al-basyar ‘anak’ Adam
AS yg berasal dari anasir tanah yg tercipta; dan keberadaannya sebagai roh ‘anak’ Cahaya
Yang Terpuji (Nur Muhammad) yg berasal dari tiupan (nafakhtu) Cahaya di Atas Cahaya (Nurun
‘ala Nurin). Maksudnya, sebagai al-basyar, keberadaan jasad ragawi nabi Musa AS berasal dari
Yang Mencipta (al-Kha-liq).” “Sehingga tidak akan pernah terjadi perseteruan dalam
memperebutkan Khazanah Perbendaharaan warisan ayahnya yg shalih. Sebab, saat keduanya
berdiri berhadap-hadapan di depan Dinding al-jalal (al-jidar al-Jalal) dan mendapati dinding itu
runtuh maka saat itu yg ada hanya satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al-basyar
‘anak’ Adam AS akan terserap ke dalam roh ‘anak’ Nur Muhammad. Saat itulah sang anak
sadar bahwa ia sejatinya berasal dari Cahaya di Atas cahaya (Nurun ‘ala Nurin) yg merupakan
pancaran dari Khazanah Perbendaharaan. Sesungguhnya, hal semacam itu tidak bisa diuraikan
dgn kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi, harus dijalani dan
dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman pribadi.” Seterusnya[Next]:- Syekh Siti Jenar –
Soal Jawab Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest Labels:
Syeikh Siti Jenar No comments: Post a Comment Links to this post Create a Link Newer Post
Older Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom) 翻译,vertalen,翻訳 ترجمة بسم هللا الرحمن الرحيم
"Syeikh Ahmad Al Quryasi - Dari Arkeb Kesultanan Acheh 1876". Ayah Dan IbuKu Khususan
Rohani SAQJ Khususan Rohani Ayah Man My Blog List CATATAN SI MERAH SILU
Pemansuhan hukuman mati dan kes pembunuhan Adib - Satu konspirasi untuk melemahkan
kedudukan orang Melayu dan Islam? 15 hours ago KAMPUS WONG ALUS HADIRI MILAD
KWA 5 days ago AKADEMI PERUBATAN ISLAM NUR SYIFA` AL-QUR’AN DAPAT
MERANGSANG TINGKAT INTELEGENSIA (IQ) ANAK 2 months ago Kecintaan dan Kasih
Sayang Kepada Ahlul Baiyt Maulid Nabi 2 months ago Muhammad Qul Amirul Hakim KULIAH
KITAB AL-'ILM DARI IHYA' 'ULUM AL-DIN KARYA IMAM AL-GHAZALI - CASIS UTM KL 8
months ago Makrifat Tok Kenali Sedarlah Kita Ini Murid 10 months ago DARUL SAKA Untuk
Yang Mencari Yasin 40 1 year ago ~Bicara Cinta sang Faqir - Inilah Jalanku~ Ku Selusuri Jalan
Cinta 4 years ago SARANG BISMILLAH 4 years ago Qoba Qausain adakah makhluk dapat
keluar dan membebaskan dirinya daripada ruang lingkup kemakhlukannya?? 5 years ago
Vampire of Grahi KERAMAT BUMI KELAYANG MistisFiles Anak Alam Khususan Rohani
Khatam An-Nubuwwah Rahsia Wudu 99 Isma' Rahsia Wudu II DIA YG MeNukilan ► 2018 (7)
► 2017 (3) ► 2016 (7) ► 2015 (14) ► 2014 (1) ► 2013 (6) ► 2012 (18) ► 2011 (65) ▼
2010 (18) ▼ December (6) Keluasan Neraka Syekh Siti Jenar – Pengertian Solat Syekh Siti
Jenar – Pandangan Murid-Murid tentang a... Syekh Siti Jenar – Soal Jawab Syekh Siti Jenar -
Puasa dan Haji, Ihsan, Kisah Na... Sunan Gunung Jati - Syekh Siti Jenar ► November (10) ►
September (1) ► August (1) NurKasih NurHidayat https://www.youtube.com/watch?
v=Ai6tdKRHx8I - 11/2/2019 - Unknown Inilah yang aku cari selama ini. Maksud
zahirnya... - 6/2/2019 - amran Qobiltu tuan guru .Mohon ijin mengamalkan. - 31/1/2019 - Edi S
Qobiltu ijin mengamalkan - 30/1/2019 - Samsudin Gatot Ijin amalkan
ustadz - 20/1/2019 - Unknown Umpama Ikan Dan Air, Begitu Juga AKU dan Udara. Tenang-
tenangkan diri Hu Allah DIA YG BerMunajat 2 DIA YG DiGemari [KITAB DIRI YG
TERSEMBUNYI] ( بسم هللا الرحمن الرحيمKITAB DIRI YG TERSEMBUNYI) Inilah kitab yang
membicarakan sebelum alam ini dijadikan. Bermulah Allah menjadikan... {KAFIAT NAPAS
ZIKIR ALLAH-HU - PART I} بسم هللا الرحمن الرحيمMEMBANGKITKAN TENAGA PRANA DENGAN
KAFIAT NAPAS ZIKIR ALLAH-HU Assallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,...
[RAHASIA YG DISEMBUNYIKAN] ( بسم هللا الرحمن الرحيمRAHASIA YG DISEMBUNYIKAN) sebagai
umat muslim yg baik pasti dihati kita banyak yg ingin pergi ke mekah hanya ... Qosad, Ta'rudh,
Ta'yin, Takbiratul Ihram Dan Junub بسم هللا الرحمن الرحيمYang Pertama : QOSAD Adapun sebenar-
benar Qosad itu Sebenar-Benar Niat. Niat itu yang tiada huruf dan suara, ... Ya Allah بسم هللا
الرحمن الرحيمAl-fatehah liridho illahi ta’alaa wa syafaa’atin nabiyyi Sayyidina Muhammadin
Sholallahu ‘alaihi wa alihi was sal... (BABUL HAQ) بسم هللا الرحمن الرحيمAdapun badan Ruhani itu
ialah Allah, dan Allah itu jangan dicari lagi, karena Allah Ta'ala sudah menjadi ... Hakikat Al
Fatihah بسم هللا الرحمن الرحيمHakikat S. Al Fatihah (I) - Manuskrip Tok Pramu Ia Menyatakan DIRI
BISMILLAH.............. Menjadi ia dir... MENGENAL KEKUATAN SEMULA JADI DIRI SEBENAR
DIRI (MUHAMMAD NUR) بسم هللا الرحمن الرحيمSiapa yang tidak ingin diri nya memiliki kekuatan
khusus,memiliki kelebihan tertentu dalam menapaki kehidupan i... [EMPAT GHAIB DALAM
SATU] ( بسم هللا الرحمن الرحيمEMPAT GHAIB DALAM SATU) Dalam proses kejadian anak Adam,
menyebutkan bahwa Manikam tidaklah sendirian di dalam... (NUR SALASIA} بسم هللا الرحمن الرحيم
TIADA SATU NAFAS PUN TERLEPAS DARIPADAKU MELAINKAN DI SITU PULA ADA
QADAR YANG BERLAKU DI ATAS MU, karena hakika... DIA YG BerMunajat Tok Latiff Mawar
Nurullah @ Amz Tok Latiff Mawar Nurullah Malaysia ِ إن شاء هللا ما شاء هللا ال َح ْو َل َو ال قُ َّو َة ِااَّل ِباهّلل
Menyelusuri DENAI Silam, HAKIKAT Kehidupan INI, khas BUAT diriku, ISTERI, zuriatku dan
Ahli Keluargaku... View my complete profile Log In Log Out DIA YG BerTandang 1145694 DIA
YG Mengikuti Theme images by PLAINVIEW. Powered by Blogger. Make Google view image
button visible again: https://goo.gl/DYGbub
http://amz-eli.blogspot.com/2010/12/syekh-siti-jenar-puasa-dan-haji-ihsan.html
MAKALAH PENDIDIKAN
Sedikit Membantu Untuk Tugas Dan Pengetahuan Pendidikan Agama
Maupun Umum, Semoga Bisa Membantu dan Bermanfaat...!!!
BAB I
PENDAHULUAN
Begitu juga dalam agama islam, terdapat berbagai banyak hokum dan berbagai
kewajiban yang terkandung di dalamnya, yakni Puasa, Zakat, Sholat, Haji dan Muamalah.
Maka oleh itu kami sebagai pemakalah akan mencoba untuk menjabarkan kewajiban-
kewajiban yang ada di dalam agam islam.
B. Rumusan Masalah
Mengetahui apa yang di maksud dengan Pengertian Pengertian Sholat, Puasa, Zakat, Haji,
Muamalah Dan Beberapa Syarat Dan Rukun-rukunya supaya kita di kemudian hari dapat
memahami apa yang
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat
1. Hukum Sholat Lima Waktu
Salat yang mula-mula diwajibkan bagi Nabi Muhammad SAW dan para
pengikutnya adalah Salat Malam, yaitu sejak diturunkannya Surat al-Muzzammil (73)
ayat 1-19. Setelah beberapa lama kemudian, turunlah ayat berikutnya, yaitu ayat 20:
bÎ) y7/u‘ ÞOn=÷ètƒ y7¯Rr& ãPqà)s? 4’oT÷Šr& `ÏB ÄÓs\è=èO È@ø‹©9$#¨ *
¼çmxÿóÁÏRur ¼çmsWè=èOur ×pxÿͬ!$sÛur z`ÏiB tûïÏ%©!$# y7yètB 4 ª!$#ur â‘Ïd
‰s)ムŸ@ø‹©9$#u‘$pk¨]9$#ur 4 zOÎ=tæ br& `©9 çnqÝÁøtéB z>$tGsù ö/ä3ø‹n=tæ ( (#r
âät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs?z`ÏB Èb#uäö�à)ø9$# 4 zNÎ=tæ br& ãbqä3u‹y™ Oä3ZÏB
4ÓyÌó�£D tbrã�yz#uäur tbqç/ÎŽôØtƒ ’ÎûÇÚö‘F{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$#
tbrã�yz#uäur tbqè=ÏG»s)ム’Îû È@‹Î6y™ «!$# ((#râät�ø%$$sù $tB uŽœ£uŠs?
çm÷ZÏB 4 (#qãKŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨“9$#(#qàÊÌ�ø%r&ur ©!
$# $·Êö�s% $YZ|¡ym 4 $tBur (#qãBÏd‰s)è? /ä3Å¡àÿRL{ ô`ÏiB 9Žö�yzçnr߉ÅgrB y
‰ZÏã «!$# uqèd #ZŽö�yz zNsàôãr&ur #\�ô_r& 4 (#rã�ÏÿøótGó™$#ur ©!$# ( ¨bÎ)©!
$# Ö‘qàÿxî 7LìÏm§‘ ÇËÉÈ
Artinya : Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan
(demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan
ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu,
karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan
ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi
mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan
kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dengan turunnya ayat ini, hukum Salat Malam menjadi sunat. Ibnu Abbas,
Ikrimah, Mujahid, al-Hasan, Qatadah, dan ulama salaf lainnya berkata mengenai ayat
20 ini, "Sesungguhnya ayat ini menghapus kewajiban Salat Malam yang mula-mula
Allah wajibkan bagi umat Islam.
Orang yang meninggalkan sholat maka pada hari kiamat akan disandingkan
bersama dengan orang-orang laknat, berdasarkan hadits berikut ini: "Barangsiapa yang
menjaga sholat maka ia menjadi cahaya, bukti dan keselamatan baginya pada hari
kiamat dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia tidak mendapatkan cahaya,
bukti dan keselamatan dan pada hari kiamat ia akan
bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf."[3]
2. Rukun-Rukun Sholat
Adapun beberapa rukun atau hal yang menjadi syarat syahnya sholat ada 13,
yakni diantaranya :
1. Berdiri
2. Niat
3. Takbiratul ihram
11. berlindung kepada Allah dari siksa jahannam &kubur serta fitnah hidup dan mati
dan kekejian fitnah dajjal
12. Membaca salam yang pertama
1. Makan dan minum dengan sengaja. Hal ini ber-dasarkan sabda Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam yang artinya :
"Sesungguhnya di dalam shalat itu ada kesibukkan tertentu." (Muttafaq
'alaih) (1)
2. Berbicara dengan sengaja, bukan untuk kepentingan pelaksanaan shalat.
"Dari Zaid bin Arqam radhiallaahu anhu, ia berkata, 'Dahulu kami
berbicara di waktu shalat, salah seorang dari kami berbicara kepada
temannya yang berada di sampingnya sampai turun ayat: 'Dan hendaklah
kamu berdiri karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'(1), maka
kami pun diperintahkan untuk diam dan dilarang berbicara." (Muttafaq
'alaih)
3. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau syarat shalat yang telah
disebutkan di muka, apabila hal itu tidak ia ganti/sempurnakan di tengah
pelaksanaan shalat atau sesudah selesai shalat beberapa saat. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam terhadap
orang yang shalatnya tidak tepat:
"Kembalilah kamu melaksanakan shalat, sesungguhnya kamu belum
melaksanakan shalat." (Muttafaq 'alaih). Lantaran orang itu telah
meninggalkan tuma'ninah dan i'tidal. Padahal kedua hal itu termasuk
rukun.
4. Banyak melakukan gerakan, karena hal itu bertentangan dengan
pelaksanaan ibadah dan membuat hati dan anggota tubuh sibuk dengan
urusan selain ibadah. Adapun gerakan yang sekadarnya saja, seperti
memberi isyarat untuk menjawab salam, membetulkan pakaian,
menggaruk badan dengan tangan, dan yang semisalnya, maka hal itu
tidaklah membatalkan shalat.
5. Tertawa sampai terbahak-bahak. Para ulama se-pakat mengenai batalnya
shalat yang disebabkan tertawa seperti itu. Adapun tersenyum, maka
kebanyakan ulama menganggap bahwa hal itu tidaklah merusak shalat
seseorang.
6. Tidak berurutan dalam pelaksanaan shalat, seperti mengerjakan shalat Isya
sebelum mengerjakan shalat Maghrib, maka shalat Isya itu batal sehingga
dia shalat Maghrib dulu, karena berurutan dalam melaksanakan shalat-
shalat itu adalah wajib, dan begitulah perintah pelaksanaan shalat itu.
7. Kelupaan yang fatal, seperti menambah shalat menjadi dua kali lipat,
umpamanya shalat Isya' delapan rakaat, karena perbuatan tersebut
merupakan indikasi yang jelas, bahwa ia tidak khusyu' yang mana hal ini
merupakan ruhnya shalat.
B. Puasa
1. Hukum Puasa Romadhon
Puasa pada bulan Ramadhan adalah merupakan salah satu rukun Islam, Allah
Ta’ala berfirman:
yg•ƒr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä |=ÏGä. ãNà6ø‹n=tæ ãP$u‹Å_Á9$# $yJx. |=ÏGä. ’n?tã $
šúïÏ%©!$#`ÏB öNà6Î=ö7s% öNä3ª=yès9 tbqà)Gs? ÇÊÑÌÈ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(QS.Al
Baqarah:183)
“Maka barangsiapa diantara kamu melihat bulan itu (Ramadhan), hendaklah ia berpuasa.”
(QS. Al Baqarah:185)
2. Definisi
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari
terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta'ala:
qè=ä.ur (#qç/uŽõ°$#ur 4Ó®Lym tû¨üt7oKtƒ ãNä3s9 äÝø‹sƒø:$# âÙu‹ö/F{$# #( 4
( z`ÏBÅÝø‹sƒø:$# ÏŠuqó™F{$# z`ÏB Ì�ôfxÿø9$#
Artinya : "….dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam...." (Al-Baqarah:187)
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan
Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan
Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya
ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil
(berakal), dan sanggup untuk berpuasa. Adapun syarat-syarat wajibnya puasa
Ramadhan ada empat, yaitu Islam, berakal, dewasa dan mampu. Para ulama
mengatakan anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk melatihnya,
sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul pada umur 10 tahun agar
terlatih dan membiasakan diri.
3. Tamyiz: tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk
dengan yang buruk).
4. Tidak haid: tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
5. Tidak nifas: tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
6. Niat: menyengaja dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa yang
tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya."
(HR.Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi. Ia
adalah hadits mauquf menurut At-Tirmidzi). Dan hadits ini menunjukkan tidak
sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat sejak malam hari yaitu di salah satu
bagian malam. Niat itu tempatnya di dalam hati, dan melafazdkannya adalah
bid'ah yang sesat, walaupun manusia menganggapnya sebagai satu perbuatan
baik. Kewajiban niat semenjak malam harinya ini hanya khusus untuk puasa
wajib saja, karena RasulullahShallallahu 'alaihi wa sallam pernah datang ke
Aisyah pada selain bulan Ramadhan, kemudian beliau bersabda (yang artinya):
"Apakah engkau punya santapan siang? Maka jika tidak ada aku akan
berpuasa" [Hadits Riwayat Muslim 1154].
2. Jima' (bersenggama).
3. Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah suntikan
yang mengenyangkan dan transfusi darah.
5. Keluamya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid,
atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari sebelum
terbenam matahari.
7. Murtad dari Islam -semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan ini
menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: "Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan." (QS. Al-An'aam: 88).
C. Haji
1. Pengertian Haji
Haji (Bahasa Arab: حج, Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima
setelah syahadat,salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual
tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan
keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa
tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim
haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan
sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam
bermalam diMina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah,
dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal
10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul
Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
1. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah
haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang
tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji
sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk
melaksanakan umrah.
2. Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai
dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain
bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk
melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga
berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun
yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
3. Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau
menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani
dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun
mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah,
melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.
3. Syarat Syahnya Haji
Dalam hajipun terdapat beberapa syarat yang menjadi rukun wajib dalam
mendapatkan syahnya haji yang di laksanakan, diantaranya adalah :
1. Agama Islam
2. Dewasa / baligh (bukan mumayyis)
3. Tidak gila / waras
4. Bukan budak (merdeka)
4. Rukun Haji
Rukun haji adalah hal-hal yang wajib dilakukan dalam berhaji yang apabila ada
yang tidak dilaksanakan, maka dinyatakan gagal haji alias tidak sah, harus mengulang
di kesempatan berikutnya.
1. Ihram
2. Wukuf
3. Thawaf
4. Sa'i
5. Tahallul
D. Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir
bulan Ramadan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun
ketiga dari Rukun Islam.
Secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau
"membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas
memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-
orang tertentu sebagaimana ditentukan.
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang
dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-
Qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya
bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk
membayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad
melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka
yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin.[1]. Sejak saat ini,
zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada
kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat
tersebut.[2].
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan
kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda,
budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak
mampu membayar.[3]. Syari’ahmengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan
bagaimana zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara
Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum
lagi.
2. Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
a) Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada
bulan Ramadan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
b) Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut,
hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
3. Hukum Dalam Menunaikan Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok
bagi tegaknya [syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas
setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam
kategori ibadah, seperti:salat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan ummat manusia. Seperti yang telah di firmankan oleh aalam kitabnya :
Nåk÷]ÏBur `¨B x8â“ÏJù=tƒ ’Îû ÏM»s%y‰¢Á9$# ÷bÎ*sù (#qäÜôãé& $pk÷]ÏB
(#qàÊu‘ bÎ)ur öN©9(#öqsÜ÷èム!$pk÷]ÏB #sŒÎ) öNèd šcqäÜy‚ó¡tƒ ÇÎÑÈ öqs9ur
óOßg¯Rr& (#qàÊu‘ !$tB ÞOßg9s?#uäª!$# ¼ã&è!qß™u‘ur (#qä9$s%ur
$uZç6ó¡ym ª!$# $oYŠÏ?÷sã‹y™ ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsùÿ¼ã&è!qß™u‘ur !$¯RÎ)
’n<Î) «!$# šcqç6Ïîºu‘ ÇÎÒÈ * $yJ¯RÎ) àM»s%y‰¢Á9$# Ïä!#t�s)àÿù=Ï9ÈûüÅ3»|
¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pköŽn=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è%
†ÎûurÉ>$s%Ìh�9$# tûüÏBÌ�»tóø9$#ur †Îûur È@‹Î6y™ «!$# Èûøó$#ur
È@‹Î6¡¡9$# ( ZpŸÒƒÌ�sù šÆÏiB«!$# 3 ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6ym ÇÏÉÈ
Artinya : "Diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang memburuk-
burukkanmu karena sedekahmu. Tetapi jika diberi sebagian darinya, mereka senang: jika
tiada diberi, mereka murka. Sekiranya mereka rela dengan apa yang diberikan, Allah dan
RasulNya kepadanya dan mengatakan, "Allah cukup bagi kami, Allah dan RasulNya akan
memberi kami sebagian dari karuniaNya. Kepada Allah kami memanjatkan harapan."
sedekah hanyalah bagi fakir miskin, para amil, para muallaf yang dibujuk hatinya, mereka
yang diperhamba, mereka yang mandi hutang, jihad di jalan allah, dan orang yang
terlantar dalam perjalanan. demikian diwajibkan allah. allah maha tahu maha bijaksana."
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa hukum dalam menunaikan zakat
bagi orang yang mampu adalah wajib dan bagi orang yang tidak mampu di sunnahkan
untuk mengusahakannya.
Fakir dan miskin adalah golongan yang pertama dan kedua disebutkan dalam
surat at Taubah, dengan tujuan bahwa sasaran zakat adalah menghapuskan
kemiskinan dan kemelaratan dalam masyarakat Islam. Menurut pemuka ahli tafsir,
Tabari, yang dimaksud fakir, yaitu orang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga
diri tidak meminta-minta. Sedangkan yang dimaksud dengan miskin, yaitu orang
yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.
2) Amil zakat
Sasaran ketiga adalah para amil zakat. Yang dimaksud dengan amil zakat
adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para
pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari
pencatat sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat.
3) Golongan muallaf
Yang dimaksudkan dengan golongan muallaf, antara lain adalah mereka yang
diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap
Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum Muslimin, atau harapan
akan adanya kemanfaatan mereka dalam membantu dan menolong kaum Muslimin
dari musuh.
Cara membebaskan bisa dilakukan dengan dua hal: Pertama, menolong hamba
mukatab, yaitu budak yang telah ada perjanjian dan kesepakatan dengan tuannya,
bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka
bebaslah ia. Kedua, seseorang dengan harta zakatnya atau seseorang bersama
temannya membeli seorang budak kemudian membebaskan. Atau penguasa
membeli seorang budak dari harta zakat yang diambilnya, kemudian ia
membebaskan.
E. Muamalah
1. Pengertian Muamalah
2. Hukum Muamalah Dalam Islam
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Abdullah bin Muhammad. Meraih Puasa Sempurna. Jakarta : Pustaka Ibnu Katsir.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. 100 Tanya Jawab Haji, Umroh & Kurban. Jakarta : Gema Insani.
Dr. Yusuf al-Qaradhaw. Hukum Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa.
Sayyid Sabiq. Panduan Zakat (Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah). Jakarta : Pustaka
Ibnu Katsir.
Nogarsyah Moede Gayo, Pustaka pintar haji dan umrah, Inovasi, Jakarta:2003.
HR. Ahmad, al-Bukhari, Muslim dan Malik dari 'Aisyah RA.
Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. & Hj. Indriya R. Dani, S.E., Panduan Pintar Haji &
Umrah. QultumMedia. Jakarta. 2008.
Smith,Huston.2001.Agama-agama Manusia.Jakarta:OBOR.
Panduan Pintar Zakat. H.A. Hidayat, Lc. & H. Hikmat Kurnia. QultumMedia. Jakarta. 2008..
http://id.wikipedia.org/wiki/Salat
Posted by Joko adi yulianto at 3:21 PM
Reactions:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
No comments:
Post a Comment
Create a Link
Siapa ya....!!! kalo ada yang bisa jawab kirim ke WA saya 082225242125, saya beri hadiah khusus.
Total Pageviews
About Me
https://pandidikan.blogspot.com/2010/11/pengertaian-sholat-zakat-puasa-haji.html
semoga bisa membuat anda tersenyum
zakat, sholat, puasa, haji
Juli 03, 2015
A. Zakat
Zakat menurut etimologi (bahasa), berarti nama’ yang artinya kesuburan, taharah berarti
kesucian, barakah berarti keberkahan, dan tazkiyah berarti mensucikan. Syara’ memakai kata
tersebut untuk kedua arti ini.[1]
Sedangkan secara terminologis (istilah) zakat didefinisikan oleh ulama sebagai berikut:
Zakat merupakan pengeluaran sebahagian dari harta yang khusus yang telah mencapai
nisab (batas kuantitas minimal yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak
menerimanya.
Mereka mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus, yang
ditentukan oleh syari’ah karena Allah.
Mereka mendefinisikan zakat sebagai sebuah ungkapan keluarnya harta sesuai dengan
cara khusus.
Zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang
khusus pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.
Hukum-hukum mengenai zakat telah ditetapkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan
dijelaskan pula oleh Rasulullah dalam As-Sunnah yang suci. Adanya penjelasan itu perlu
karena manusia memang sangat membutuhkan keterangan tentang masalah zakat karena
zakat merupakan rukun ketiga dari rukun Islam yang lima, yang merupakan pilar agama yang
tidak dapat berdiri tanpa pilar ini. Zakat, hukumnya wajib ai’n (fardhu ai’n) bagi setiap muslim
apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syari’at. Zakat, merupakan
kewajiban yang disepakati oleh umat Islam dengan berdasarkan dalil Al-Qur’an, Hadist, dan
Ijma’ sebagai dasar tersebut.[2]
1. Al-Qur’an
Firman Allah SWT tentang anjuran menunaikan zakat, antara lain terdapat dalam
Qur’an Surah Al-Taubah : 103
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu menjadi
ketentraman jiwa buat mereka. Dan Allah Maha Mendengar, Lagi Maha Penyayang.
Pada ayat lain Allah SWT berfirman dalam Qur’an surah Al-Hajj : 41
Artinya :
(yaitu) orang-orang yang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi, niscaya
mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar dan kepada Allahlah kembalinya segala urusan.
2. Hadist
Artinya:
Dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW mengutus Mu’adz RA ke Yaman seraya bersabda,
“Serulah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Apabila mereka mentaatinya, maka
beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap hari dan malam.
Apabila mereka menaatinya, maka beritahukan bahwa Allah mewajibkan kepada mereka
sedekah dalam harta mereka yang diambil dari orang- orang kaya diantara mereka lalu
diberikan kepada orang- orang miskin mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Ijma’
Ijma’ ulama adalah kesepakatan ulama salaf (terdahulu) dan ulama khalaf
(kontemporer) telah sepakat terhadap kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti
kafir dan sudah keluar dari Islam.[3]Para ulama klasik dan ulama kontemporer telah sepakat
tentang zakat wajib dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki harta benda dan telah sampai
nisab serta haulnya.[4]
Penerima Zakat
Artinya:
“Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-
pengurus zakat, para muallaf, yang dibujuk hatinya,untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Lagi Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana.”
(Q.S. At-Taubah:60).
Meskipun kedua kelompok ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan, akan tetapi
dalam teknis opersional sering dipersamakan, yaitu mereka yang tidak memiliki penghasilan
sama sekali, atau memilikinya akan tetapi sangat tidak mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan
keluarga yang menjadi tanggungannya. Zakat yang disalurkan pada kelompok ini dapat bersifat
konsumtif, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dapat pula bersifat produktif, yaitu
untuk menambah modal usahanya.[5]
Sasaran ketiga dari pada sasaran zakat setelah fakir dan miskin adalah para amil zakat.
Yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan
zakat, mulai dari mengumpulkan, menyimpan, menjaga, mencatat berapa zakat masuk dan
keluar serta sisanya dan juga menyalur atau mendistribusikannya kepada mustahik zakat. Allah
menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari selain
harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintahan dan memperoleh izin darinya atau dipilih oleh
instansi pemerintahan yang berwenang oleh masyarakat Islam untuk memungut dan
membagikan serta tugas lain yang berhubungan dengan zakat, seperti penyadaran atau
penyuluhan masyarakat tentang hukum zakat, menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang
dikenakan kewajiban membayar zakat.[6]
Riqab adalah, golongan mukatab yang ingin membebaskan diri, artinya budak yang
telah dijanjikan oleh tuannya akan dilepaskan jika ia dapat membayar sejumlah tertentu dan
termasuk pula budak yang belum dijanjikan untuk memerdekakan dirinya.[8]
Yaitu orang-orang yang menanggung hutang dan tidak sanggup untuk membayarnya
karena telah jatuh miskin.[9] Mereka bermacam-macam di antaranya orang yang mendapat
berbagai bencana dan musibah, baik pada dirinya maupun pada hartanya, sehingga
mempunyai kebutuhan mendesak untuk berhutang bagi dirinya dan keluarganya.
6. Fi sabilillah
Yang dimaksud dengan fi sabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah dalam
pengertian luas sesuai dengan yang ditetapkan oleh para ulama fikih. Intinya adalah melindungi
dan memelihara agama serta meniggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah,
berusaha menerapkan hukum Islam.[10] Golongan yang termasuk dalam katagori fi sabilillah
adalah, da’i, suka relawan perang yang tidak mempunyai gaji, serta pihak-pihak lain yang
mengurusi aktifitas jihad dan dakwah.
Yang dimaksud dengan ibnu sabil adalah orang yang terputus bekalnya dalam
perjalanan, untuk saat sekarang, di samping para musafir yang mengadakan perjalanan yang
dianjurkan agama. Ibnu sabil sebagai penerima zakat sering dipahami dengan orang yang
kehabisan biaya diperjalanan ke suatu tempat bukan untuk maksiat. Tujuan pemberian zakat
untuk mengatasi ketelantaran, meskipun di kampung halamannya ia termasuk mampu. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa Islam memberikan perhatian kepada orang yang terlantar.
Penerima zakat pada kelompok ini disebabkan oleh ketidakmampuan yang sementara. Para
ulama sepakat bahwa mereka hendaknya diberi zakat dalam jumlah yang cukup untuk
menjamin mereka pulang. Pemberian ini juga diikat dengan syarat bahwa perjalanan dilakukan
atas alasan yang bisa diterima dan dibolehkan dalam Islam. Tetapi jika musafir itu orang kaya di
negerinya dan bisa menemukan seseorang yang meminjaminya uang, maka zakat tidak
diberikan kepadanya.[11]
Zakat adalah sebuah ibadah yang berkaitan dengan harta benda, dan juga berdimensi
sosial ekonomi. Zakat merupakan kewajiban ilahiah dimana menjalankannya merupakan
keharusan sangat penting dan tidak bisa dihindarkan. Islam tidak hanya menempatkan kaidah-
kaidah formalitas dan aturan cara pelaksanaan. Namun juga menghadapkan kita pada prinsip
dasar umum dan aturan-aturan pasti dalam membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Prinsip-
prinsip menolong masyarakat mencetak dan membentuk sikap dan kehidupan yang teratur
dalam Islam[12]
B. Shalat
Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Sedangkan,
menurut istilah, shalat bermakna serangkaian kegiatan ibadah khusus atau tertentu yang
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Hukum Shalat
Dalam banyak hadis, Nabi Muhammad telah memberikan peringatan keras kepada
orang yang suka meninggalkan shalat wajib, mereka akan dihukumi menjadi kafir.[14]dan
mereka yang meninggalkan shalat maka pada hari kiamat akan disandingkan bersama dengan
orang-orang, seperti Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Khalaf.[15]
Fardu, Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk mengerjakannya. Shalat fardhu
terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Fardu ain adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan
dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang
lain, seperti shalat lima waktu, dan shalat Jumat (fardhu 'ain untuk pria).
o Fardu kifayah adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung
berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian
orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang
mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila
tidak dikerjakan, seperti shalat jenazah.
Shalat sunah (shalat nafilah) adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnahkan
akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
o Nafil muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang
kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat
sunah witir dan shalat sunah thawaf.
o Nafil ghairu muakkad adalah shalat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan
yang kuat, seperti shalat sunah Rawatib dan shalat sunah yang sifatnya insidentil
(tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat kusuf/khusuf hanya dikerjakan
ketika terjadi gerhana).
o
Rukun Shalat
Shalat Berjamaah
Shalat tertentu dianjurkan untuk dilakukan secara bersama-sama (berjamaah). Pada shalat
berjamaah seseorang yang dianggap paling kompeten akan ditunjuk sebagai imam shalat, dan
yang lain akan berlaku sebagai Makmum.
Shalat yang dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri antara lain:
o Shalat Fardu
o Shalat Tarawih
Dalam situasi dan kondisi tertentu kewajiban melakukan shalat diberi keringanan
tertentu. Misalkan saat seseorang sakit dan saat berada dalam perjalanan (safar).
Bila seseorang dalam kondisi sakit hingga tidak bisa berdiri maka ia dibolehkan
melakukan shalat dengan posisi duduk, sedangkan bila ia tidak mampu untuk duduk maka
ia diperbolehkan shalat dengan berbaring, bila dengan berbaring ia tidak mampu
melakukan gerakan tertentu ia dapat melakukannya dengan isyarat.
Berikut ini adalah ayat-ayat yang membahas tentang shalat di dalam Alquran, kitab suci agama
Islam.
Puasa merupakan terjemah dari shoum (bahasa Arab) yang berarti menahan diri dari
sesuatu. Sedangkan menurut istilah puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang
membatalkan puasa dimulai dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib).
Pengertian puasa ini telah diterangkan dalam firman Allah surat Al-Baqarah (2) ayat 187:
Artinya:
Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu;
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui
bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan
memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam,
(tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah
larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa. (Q.S Al-Baqarah [2]: 187)
Rukun Puasa
Puasa merupakan ibadah mahdhah yang pelaksanaannya harus sesuai dengan apa
yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya sendiri
dalam mengerjakan puasa agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt.
a. Niat
Niat puasa yaitu adanya suatu keinginan di dalam hati untk menjalankan puasa semata-
mata mengharap ridha Allah swt, karena menjalankan perintah-Nya. Semua puasa, tanpa
adanya niat maka tidak bisa dikatakan sebagai puasa.
Untuk puasa wajib, maka kita harus berniat sebelum datang fajar, sebagaimana disabdakan
oleh Rasulullah saw: Barang siapa tidak berniat puasa sejak malam, maka ia tidak mempunyai
puasa.[16]
b. Imsak
Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan Ramadhan.
Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar (subuh) dimana seorang
muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur. Padahal makna dari imsak tidaklah
sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan,
minum, dan lain-lain dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Jadi, waktu dimulainya
puasa bukanlah pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai ketika
fajar (subuh). Tentang kenapa diperlukan sirine dan jadwal waktu imsak itu supaya kita berhati-
hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 5 menit lagi) fajar akan tiba.
Syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan
melakukan puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia belum dikenai
kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib. Tetapi tetap mendapatkan pahala apabila mau
mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai beriktu:
c. Baligh
d. Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
Puasa merupakan ibadah yang langsung untuk Allah swt. Oleh karena itu, sudah
semestinya kita mengisi waktu puasa kita dengan amalan-amalan tertentu agar upaya kita
mendengatkan diri kepada Allah dapat tercapai. Dalam sebuah hadist Qudsi berikut:
“Semua amal anak adam untuk dirinya sendiri, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-
Ku dan Akulah yang langsung membalasnya. Puasa itu ibarat perisai. Pada hari kalian puasa,
janganlah mengucapkan hata-kata kotor (tidak enak didengar) dan jangan (pla) bertengkar. Jika
seseorang encaimu atau mengajakmu bertengkar, maka katakan kepadanya: ‘aku sedang
puasa (siyam)’.”[17]
b. Makan Sahur
e. Shalat lail
f. Memperbanyak doa
g. Memperbanyak sedekah
h. I’tikaf
i. Umroh
a. Makan dan minum dengan sengaja. Apabila makan dan minumnya karena lupa atau paksaan
maka hal itu tidak membatalkan puasa.
b. Muntah dengan sengaja. Apabila muntahnya tidak sengaja maka hal itu tidak membatalkan
puasa.
c. Berniat berbuka puasa. Sekali berniat berbuka puasa meskipun buka puasa itu tidak
dilaksanakan, puasanya batal.
e. Keluar air mani karena memeluk atau mencium isteri/suami atau bermasturbasi.
f. Bersenggama.
Perbuatan makruh tidak membatalkan puasa, tetapi sepatutnya untuk dihindari, yaitu:
a. Mandi dengan mengguyur atau berendam. Kalau dalam mandi tersebut secara tidak sengaja
tertelan air, hal itu tidak membatalkan puasa.
c. Bekam
e. Memakai parfum.
D. Haji
Haji (bahasa Arab: ;حجtransliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima
setelah syahadat,shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan
yang dilaksanakan kaum muslimsedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada
suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam
di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir setelah
melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat
Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan
dengan perayaan ibadah haji ini.
Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka
warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi,
bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar
jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang
sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap
menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang
diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.[19] Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan
pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi
Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawafdidasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara
bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu
kesatuanMasjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi
Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah
ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal
mula dari kelahiran seluruh umat manusia.
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.
Rasulullah memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah berkata: Kami berangkat beribadah bersama rasulullah dalam tahun hajjatul wada.
Di antara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk
haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang
orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan
tahallul sampai dengan selesai dari nahar.[20]
Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang
bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal
ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-
nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah
selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.
Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
Sebelum 8 Zulhijah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk
melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
8 Zulhijah, jamaah haji bermalam di Mina. Pada pagi 8 Zulhijah, semua umat Islam
memakai pakaian Ihram(dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian
berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Jamaah kemudian berangkat menuju Mina,
sehingga malam harinya semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
9 Zulhijah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah
melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga
Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam
Muzdalifah.
10 Zulhijah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk
melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu
pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian
rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan
melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
11 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
12 Zulhijah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu
ketiga.
Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada'
(thawaf perpisahan).
Lokasi utama dalam ibadah haji
Makkah al-Mukaromah
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di
pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah
ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.
Arafah
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yaitu
tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Zulhijah tiap tahunnya. Daerah berbentuk
padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia dan
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.
Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji
melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah
jumrah di Mina.
Mina
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke
tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-
maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah
Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.
Madinah
Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi
Muhammad dimakamkan diMasjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual
ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke
kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Makkah ini
untuk berziarah dan melaksanakan shalat di masjidnya Nabi.
[1] Wahbah Al- Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, (Terj. Agus Efendi dan Baharuddin
Fananny), (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 3.
[3] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif mengenai status & Filsafat Zakat
Berdasarkan Qur’an dan Hadist, (terj. Salman Harun dkk), (Jakarta: Pustaka Mizan,1996),
hlm. 87.
[16] H.R. an-Nasa’i
[17] HR.Muslim
[19] Sundarmi Burkan Saleh, Pedoman haji, umrah, dan ziarah, Senayan Abadi Publishing,
Jakarta:2003
Komentar
A.Perusahaan perorangan
Adalah perusahaan yang di kelola secara perorangan serta memiliki tanggung jawab penuh
terhadap kelangsungan perusahaan dan modalnya berasal dari milik sendiri. biasanya
perusahaan perorangan memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dari
perusahaan perorangan: 1. Seluruh keuntungan menjadi hak pemilik perusahaan. 2.
Pemilik perusahaan bebas mengambil keputusan tanpa terikat dengan orang lain. 3.
Pengelolaan badan usaha relatif mudah 4. Rahasia perusahaan lebih terjamin. 5.
Biaya pengelolaan perusahaan lebih murah karena sumber daya yang digunakan juga
terbatas 6. Pemilik perusahaan dapat bekerja lebih giat karna menjalan perusahan
sendiri. 7. Pajak yang dibayar relatif kecil.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan perorangan sebagai berikut: 1. Sumber
keuangan perusahaan relatif terbatas karena sumber dana hanya bergantung pada satu
orang. 2. Tanggung jwab pemilik tidak terbatas bahkan sampai kekayaan pribadi. …
BACA SELENGKAPNYA
BACA SELENGKAPNYA
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
http://muhamad-anwar-suhandi.blogspot.com/2015/07/zakat-sholat-puasa-haji.html