Anda di halaman 1dari 15

FENOMENA KOTAK KOSONG

PADA PEMILUKADA
KELOMPOK :2
NAMA :CUT AMATUN RAHMAN
DANDY MUSSUARI
DEWI KARTIKA M
DIMAS RENDY
KOTAK KOSONG

 Dalam konteks Indonesia, dengan merujuk pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada, pemilihan yang
hanya diikuti satu pasang calon dapat dilaksanakan dengan beberapa syarat. Salah satunya adalah apabila setelah
dilakukan penundaan dan sampai dengan berakhirnya masa perpanjangan pendaftaran hanya terdapat satu pasangan calon
yang mendaftar, maka dilanjutkan ke tahapan verifikasi sampai pasangan calon tersebut dinyatakan memenuhi syarat
untuk maju dalam Pilkada.

 Secara kuantitas Pilkada dengan calon tunggal mengalami kenaikan di setiap periodenya. Pilkada 2020 memunculkan tren
baru yaitu maraknya daerah yang hanya memiliki satu pasangan calon (Paslon). Meningkatnya jumlah pasangan calon
tunggal dalam Pilkada di Indonesia menunjukkan kuatnya dominasi petahana dalam kontestasi lima tahunan.

 Dari data 9 Provinsi, 224 Kabupaten dan 37 Kota setidaknya ada 21 paslon kepala daerah akan melawan kotak kosong pada
Pilkada yang kan digelar pada bulan desember 2020 ini. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah Paslon tunggal akan
selalu unggul melawan kotak kosong?

 Munculnya calon tunggal dalam Pilkada merupakan sebuah ancaman bagi pembangunan sistem demokrasi di negara ini.
Situasi ini juga menjadi bukti adanya kemerosotan bagi demokrasi di Indonesia. Adanya calon tunggal ini pula menjadi
bukti bahwa terdapat kegagalan internal pada partai politik dalam mencetak figure atau calon untuk mengikuti Pilkada.
Kotak Kosong: Bukan Golput

 Dalam Pasal 54C ayat (2) UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Wali Kota sudah mengatur bahwa Pemilihan dengan satu pasangan
calon dilaksanakan dengan menggunakan surat suara yang memuat dua kolom yang
terdiri atas satu kolom yang memuat foto pasangan calon dan satu kolom kosong
yang tidak bergambar. Apabila setuju dengan calon tunggal bia memilih calon
tunggal tersebut. Sedangkan jika tidak setuju maka bisa memilih kolom kosong
pada surat suara.
 Masyarakat juga perlu paham apabila calon tunggal yang memiliki suara terbanyak
dan menang, maka prosesnya akan berjalan sebagaimana mestinya. Namun,
apabila kebalikannya apabila perolehan suara kotak kosong lebih banyak, sesuai
Pasal 54D ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 bahwa pemilihan akan
diulang pada berikutnya, pada tahun berikutnya atau dilaksanakan sesuai dengan
jadwal yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan.
bagaimana kalau kotak kosong yang nantinya menang ?
Kotak kosong mengalahkan calon tunggal munafri arifuddin-andi rahmantika dewi
(appi-cicu) dalam perolehan suara.
Dalam rekapitulasi suara, kotak kosong menag di 13 kec dikota makassar. Sedangkan
calon tunggal appi cicu- hanya menang di 2 kecamatan.
Kotak kosong memperoleh suara sebanyak 300.795 sedangkan calon tunggal
sebanyak 264.040 suara.
Total perolehan suara piwali mencapai 565.040 suara.
Perolehan suara antara kotak kosong dengan calon tunggal sebanyak 36.898 suara.

Perolehan suara kotak kosong memperoleh suara sebanyak 53,23 % dan appi-cicu
yang diusung 10 partai besar sebanyak 46,77% selisih 6%

MERUJUK PADA UU NO.10 THN 2016 TENTANG PILKADA, hasil rekapitulasi


KPU tidak bisa digugat ke MK oleh pasangan appi-cicu
Kalau kotak kosong yang menang maka Pilkada diulang dan
waktunya sampai dengan Pilkada serentak periode berikutnya.
Dengan diundur dan diulang, harapannya bermunculan
pasangancalon, dan kotak kosong tidak terjadi.
Sedangkan kekosongan kepala daerah diisi oleh pejabat dengan
wewenang penuh sebagai kepala daerah, namun tetap
konsultasi dengan Gubernur untuk hal-hal prinsip. Hanya saja,
pejabat dimaksud paling lama menjabat setahun, bahkan
idealnya cukup enam bulan. 
Untuk pasangan calon yang kalah dalam Pemilu dengan kotak
kosong, boleh mencalonkan lagi dalam pemilihan berikutnya.
Proses dan tahapan diulang dari awal.
kerugian dan keuntungan adanya kotak kosong.
KERUGIAN

 1. lawan kotak kosong sangat merugikan untuk pendidikan politik bagi rakyat. Pertimbangannya
rakyat hanya disuguhkan satu paslon saja, dan tidak memberikan alternatif pilihan politik lain pada
masyarakat.
 2. pilkada dengan calon tunggal melawan kotak kosong,  membuat kekuatan legitimasi calon yang
menang tidak begitu kuat karena partai tidak memberi alternatif kepada pemilih untuk pilihan politik.
 3. dengan terbentuknya koalisi besar (oversize) maka tidak ada lagi partai oposisi di daerah. Koalisi
yang sangat besar dan bisa mengakibatkan nantinya tidak ada lagi komposisi partai oposisi di DPRD
sebagai penyeimbang sekaligus fungi kontrol. Karena semua partai bergabung menjadi satu dan
menyokong petahana atau calon tunggal.
 4. bisa saja nantinya pemerintahan daerah model seperti itu cenderung anti kritik dan tidak ada
alternatif sumbangsih oposisi karena semua bergabung dalam satu kekuatan.
 5. karena figur kotak kosong sama dengan anonim maka perlakuan untuk kolom kosong atau kotak
kosong belum setara. Padahal, penting memastikan pemilih paham bahwa calon tunggal bukanlah
satu-satunya pilihan. Kurangnya pemahaman seperti yang termaktub pada putusan Mahkamah
Konstitusi (MK) No 100/PUU-XIII/2015 tentang Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah,
mengukuhkan pilihan kotak kosong konstitusional. 
6. minimnya, bahkan tidak ada, alat peraga kampanye.
7. proses dan tahapan pilkada diulang sehingga calon lain bisa mendaftar, tentunya hal ini akan
merugikan daerah yang akan berpacu dengan pembangunan. Untuk proses ini pemerintah
sementara akan menunjuk Penjabat kepala daerah akibat pengulangan pilkada yang
dimenangkan kolom kosong. Posisi ini sedikit banyak akan kehilangan waktu karena roda
pemerintahan nantinya berjalan kurang bahkan tidak optimal bila  dibanding dengan kepala
daerah yang difinitif.
8. kendala regulasi betapa sulitnya pengawasan terhadap calon tunggal melawan kotak kosong,
oleh Bawaslu. Baik fasilitasi untuk kotak kosong dan pengawasan tidak ada regulasi yang
mengatur. Yang diatur hanya pasangan calon, tetapi kotak kosong sama sekali tidak. Ketika
terjadi pelanggaran yang melibatkan kotak kosong, Bawaslu kesulitan melakukan pengawasan.
Tetapi Ketika perlakuannya tidak setara antara pasangan calon dibanding kotak kosong Bawaslu
juga tidak bisa berbuat banyak.
9. calon tunggal dianggap sangat tidak demokratis karena para calon kepala daerah
mengandalkan materi (uang) untuk memborong semua partai guna mengamankan posisi
mereka dan mengganjal calon lainnya. Konsep yang benar, demokrasi ada kompetisi. 
keuntungan
1.keuntungan calon tunggal ketika memenangkan
kontestasi, pemerintah daerah bisa dengan cepat
mengambil keputusan, karena parlemen dan kepala
daerah itu sama. Semua partai mendukungnya, paling
tidak sangat dominan sehingga apa yang dikatakan
pemerintah daerah akan cepat disahkan oleh parlemen di
daerah.
2. dari sisi biaya memang lebih hemat karena pelayanan
dan fasilitas hanya untuk pasangan calon. Pengadaan alat
peraga, cetak surat suara, pemasangan baliho untuk
sosialisasi juga sangat hemat
mengapa muncul calon tunggal ? 
Munculnya calon tunggal,  karena sikap pragmatis partai
yang lebih aman dan menguntungkan rama-ramai
merapat kepetahana. Dari pada harus berhadapan
dengan petahana yang lebih kuat, akan konyol dan
memerlukan dana yang besar. Mending menyediakan
prahu, malah bisa dapat kompensasi. Ditambah lagi
terlampau sulitnya persyaratan untuk calon perseorangan
yang sesungguhnya dapat menjadi alternatif penantang
dalam pilkada
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai