Anda di halaman 1dari 7

MODUL

“BENGKAK”
PENDAHULUAN

Modul “Bengkak” diberikan kepada mahasiswa semester 2 Fakultas


Kedokteran Universitas Muslim Indonesia yang mengambil mata kuliah blok
BMD (Basic Mechanism Disease) atau Mekanisme Dasar penyakit. Blok BMD
disajikan dengan tujuan agar mahasiwa dapat mengetahui proses terjadinya suatu
penyakit berdasarkan ilmu-ilmu dasar yang telah mereka pelajari di blok
sebelumnya yaitu Biomedik 1 dan Biomedik 2, yang meliputi anatomi, histologi,
fisiologi. Dan tentu saja ditambah dengan beberapa ilmu tambahan yang disajikan
di blok BMD.
Diskusi awal dalam Modul “Bengkak” harus dikembangkan sesuai dengan
sasaran dan tujuan pembelajaran agar tidak melenceng. Pada akhir diskusi
mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan semua aspek yang mendasari
terjadinya kelainan “bengkak” diawali dari anatomi, histologi dan fisiologi organ,
peranan biokimia, aspek penyebab pada kelainan gizi dan parasitologi, morfologi
serta patomekanisme dasar penyakit yang menyebabkan terjadinya “bengkak”.
Sebelum menggunakan buku ini, bacalah Tujuan Pembelajaran dan
Sasaran Pembelajaran dengan seksama sehingga diskusi dapat terarah dan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai. Bahan untuk diskusi dapat diperoleh
dari berbagai sumber (diktat kuliah, textbook, journal, video, internet dan lain-
lain).
Makassar, Mei 2019

Penyusun
SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT (BMD)

Subsistem Mekanisme Dasar Penyakit Hemodinamik,


Metabolisme, Gangguan Pasase dan Infeksi

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bengkak dan patomekanisme terjadinya

bengkak pada berbagai kondisi. Setelah selesai mempelajari modul ini, diharapkan

mahasiswa dapat memahami definisi edema, macam-macam edema, mekanisme

keseimbangan cairan dalam tubuh dan elektrolit, faktor-faktor yang mempengaruhi

terjadinya edema (Penurunan Tekanan Onkotik, Peningkatan Tekanan hidrostatik,

Obstruksi saluran limfe, Peningkatan permeabilitas kapiler) dan patomekanisme edema

pada berbagai keadaan dan kaitannnya dengan organ-organ yang mungkin terlibat.

KASUS
SKENARIO 2

Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang berobat ke puskesmas dengan


keluhan bengkak pada kedua kakinya yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan disertai dengan sesak napas bila beraktivitas. Pasien ini juga sering
terbangun tengah malam disebabkan sesak nafas, dan hanya dapat tidur nyaman
dengan dua sampai tiga bantal. Tidak ad batuk, riwayat asma ataupun demam.

KATA SULIT
1. Bengkak
Bengkak/edema adalah pengumpulan cairan berlebihan pada sela-sela
jaringan atau rongga tubuh. Secara umum bengkak terjadi disebabkan oleh
peningkatan tekanan hidrostatik (tekanan yang mendorong cairan dari
plasma ke interstitial), penurunan tekanan onkotik plasma, obstruksi
saluran limfe, dan peningkatan permeabilitas kapiler.
2. Asma
Asma atau dalam bahasa Yunani Asthma berarti sukar bernapas. Penyakit
ini dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk, dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas.
3. Demam
Demam atau febris adalah suatu keadaan di mana pengeluaran produksi
panas yang tidak mampu untuk dipertahankan karena terjadinya
peningkatan suhu tubuh abnormal yang biasanya disebabkan oleh infeksi
virus, bakteri, fungus, dan parasit lainnya.

KATA KUNCI
1. Laki-laki 56 tahun
2. Kedua kaki bengkak sejak 2 minggu lalu
3. Sesak napas bila beraktivitas dan terbangun di malam hari
4. Tidur nyaman dengan 2-3 bantal
5. Tidak ada batuk, riwayat asma ataupun demam.

PERTANYAAN PENTING

1. Bagaimana patomekanisme terjadinya bengkak?


2. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak terutama bila beraktifitas?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak yang terjadi pada malam hari?
4. Struktur apa yang terlibat?
5. Apa yang menyebabkan ia dapat tidur nyaman dengan 2-3 bantal?
6. Apa hubungan dari kaki bengkak dan sesak napas?
7. Penyakit apa saja yang menyebabkan bengkak?

JAWABAN PERTANYAAN
1. Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal
sebagai edema. Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat
kategori  umum:
a. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan
tekanan osmotic plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan
yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang 
direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian terdapat cairan
tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium.
b. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein
plasma yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya
lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran  pori –pori kapiler
yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi .
c.   Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan
disertai peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler
mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan kearah
dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada
gagal jantung kongestif.
d. Penyumbatan pembuluh  limfe menimbulkan edema,karena kelebihan
cairan yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak
dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein
di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
e. Peningkatan tekanan hidrostatik, dapat terjadi akibat dari gangguan
aliran keluar vena. Contohnya, tombosis vena di ekstremitas bawah
menyebabkan edema, yang terbatas di tungkai nyang terkena.
Peningkatan generalisata pada tekanan vena yang menyebabkan
edema sistemik, paling sering terjadi pada gagal jantung kongestif
(Referensi : Rienilsy, S. Pathology Edema. FK UI)
(Robbins,dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal:512-513)
2. Dispnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan
gejala utama dari penyakit kardio pulmonar. Dispnea disebabkan oleh
peningkatan kerja pernafasan akibat kongestivaskuler paru yang
mengurangi kelenturan paru. Seseorang yang mengalami dyspnea sering
mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik.
Gejala objektif sesak napas termasuk juga penggunaan otot-otot
pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus, scalenus, trapezius,
pectoralis mayor), pernapasan cuping hidung, tachypnea dan
hiperventilasi. Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan
dyspnea tergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis
latihan fisik, dan terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan itu.
Dispnea yang terjadi pada seseorang harus dikaitkan dengan tingkat
aktivitas minimal yang menyebabkan dispnea, untuk menentukan apakah
dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi pada saat
istirahat. Adapun Faktor-faktor yang menyebab sesak napas sebagai
berikut :
 Penyakit jantung: gagal ventrikel kiri dan stenosis mitral
 Penyakit paru: penyakit paru obstruktif, asma, penyakit paru
restriktif, emboli paru, dan hipertensi pulmonal
 Emosional: anxietas dan depresi
 Pemaparan tempat tinggi: berkurangnya tekanan oksigen
 Anemia: berkurangnya kapasitas pengangkut oksigen
3. Ruang rugi fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan
pertukaran antara 02 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang
rugi ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada
orang dalam keadaan patologis, ruang rugi akan meningkat. (tambahi lagi)
pada penderita gagal jantung kongestif sebelah kiri, ruang ventrikel atau
bilik kiri dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini seharusnya
mengalirkan darah yang keseluruh tubuh melaui aorta kemudian
diteruskan kepembuluh darah arteri. Karena fungsi bilik kiri tidak berjalan
optimal, maka terjadilah penigkatan tekanan pada serambi kiri dan
pembuluh darah di sekitarnya. Kondisi ini menciptakan penumpukan
cairan di paru-paru (edema paru).
4. Struktur yang terlibat :
Renal:
Retensi Natrium dipengaruhi oleh aktivitas sistem renin-angiotensin-
aldsteron yang erat kaitanya dengan baroreseptor di arteri aferen
glomerulus ginjal.
Ginjal:
Ginjal mempunyai peran sentral dalam mempertahankan homeostasis
cairan tubuh dengan control volume cairan ekstraseluler melalui
pengaturan ekskresi natrium dan air.
Paru:
Edema paru akut (EPA) adalah akumulasi cairan di paru-paru yang
terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan
intravaskuler yang tinggi(edema paru kardiak) yang mengakibatkan
terjadinya ekstravasasi cairan secara cepat.
Jantung:
Pada pasien gagal jantung, akan didapatkan sesak nafas setelah pasien
tidur setelah beberapa jam, biasanya pada malam hari disebut paroxysmal
nocturnal dyspnea pda pasien gagal jantung atau asma bronkiale,
seringkali pasien akan mengalami sesak nafas bila berbaring dan akan
lebih nyaman bila dalam posisi tegak (berdiri atau duduk), keadaan ini
disebut ortopneu.
Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel, meningkakan
tekanan vena pulmonalis dan paru yang menyebabkan pasien sesak nafas
dan ortopnea. Gagal jantung kanan terjadi kalau kelainannya melemahkan
ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer atau
sekndertromboemboli psru kronik sehingga terjadi kongesti, vena sistemik
yang menyebabkan edema perifer, hepatomegaly dan distensi vena
jugularis.

Referensi:
Siregar,Perlindungan.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.2009.
Jakarta: Interna Publishing
Effendi,Ian. Edema patofisiologi dan penanganan.2009. Jakarta: Interna
Publishing
Manurung,Daulat. Gagal jantung akut.2009. Jakarta: Interna Publishing
5. Karena pengaruh gravitasi saat tidur cairan kongesti di paru memenuhi
semua area paru. Makanya penderita akan nyaman saat tidur setengah
duduk atau di ganjal sampai 3 bantal karena cairan kongesti paru akan
turun kebagian basal paru sehingga akan mengurangi sesaknya. Jadi kalau
penderita tidur duduk maka cairan akan turun kebagian basal paru-paru
sehingga bagian apex paru-paru akan akan bebas cairan dan lebih
memudahkan pasien untuk bernapas. (ub.ui.ac.id)
6. Sesak nafas merupakan salah satu gejala pada penderita gagal jantung kiri.
Dimana peningkatan gagal jantung kiri ini akan menyebabkan kongesti
vena sehingga terjadi pembengkakan pada kedua tungkai dan akan
meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan kongesti paru
dan akhirnya edema alveolar, mengakibatkan sesak nafas.
7. Penyakit yang menimbulkan bengkak antara lain :
 Obstruksi limfe
Filariasis, limfadema,
 Peningkatan tekanan hidrostatik
 Penurunan tekanan osmotik
 Permeabilitas kapiler
Infeksi/luka, cedera/trauma, alergi, gagal jantung kongestif, gagal
ginjal, , sirosis hati, kwashiorkor, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai