Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi
Muhammad SAW.Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di
STIKES Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ”Bayi Baru Lahir”
dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr. H. Nur Hamim S.Kep.Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong
3. Ns. Shinta Wahyusari M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi sarjana Keperawatan
4. Nafolion Nur Rahmat S.Kep.Ns.,M.Kep sebagai sekretaris prodi sarjana keperawatan
5. Riska Yunita S.Kep.Ns.,M.Kep sebagai wali kelas prodi sarjana keperawatan
6. Ns. Shinta Wahyusari M.Kep.,Sp.Kep. sebagai dosen mata kuliah Keperawatan
Maternitas 1

Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen
dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, 11 April 2019

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................i
Daftar isi ............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.........................................................................3
1.2. Rumusan masalah...................................................................3
1.3. Tujuan.....................................................................................3
1.4. Manfaat...................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Bayi Baru Lahir normal...........................................................5
2.2.Pencegahan Infeksi ..................................................................6
2.3.Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan diluar uterus.....9

BAB III PENUTUP

3.1.................................................................................Kesimpulan 39
3.2............................................................................................Saran 39

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Periode BBL (Normal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia, pada
masa ini terjadi proses penyesuaian system tubuh bayi intrauteri kekehidupan
ekstrauteri masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian karena pada masa
ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudon 2006). Bayi normal yang dilahirkan
dirumah sakit maupun dklinik bersalin biasanya hanya mendapatkan perawatan 2 – 3
hari perawatan. Selanjutnya dirumah sepenuhnya dilakukan oleh ibu.Maka
penatalaksanaanpersalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga dalam kondisi yang optial memberikan Asuhan seger, anam dan bersih
(BBL) merupakan bagian resensial Asuhan BBL.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa yang dimaksud dengan Bayi Baru Lahir Normal?


2 Apa ciri – ciri Bayi Baru Lahir Normal ?
3 Jelaskan adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus ?
4 Jelakan tentang asuhan keperawatan BBL ?

1.3 tujuan

1. Mengetahui apa ITU BBL normal


2. Mengetahui cirri – ciri BBL normal
3. Mengetahui adaptasi BBL terhadap kehidupan diluar uterus
4. Mengetahui tentang Asuhan Keperawatan BBL

1.4 Manfaat

1 Bagi institusi Pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagaibahan bacaan di
bidang kesehatan sebagai bahan informasi.

3
2 Bagi penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif dan mampu berfikir logis, kritis dalam membuat makalah Konsep
Bayi Baru Lahir
3 Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi Konsep Bayi Baru
Lahir

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Baru Lahir Normal

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (24 hari) sesudah
kelahiran bayi adalah anak yang belum lama lahir, bayi baru lahir adalah bayi yang lahir
dari kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 -4000 gram. Bayi
adalah individu baru yang lahir didunia, dalam keadaannya yang terbatas, maka individu
baru baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain. Bayi baru lahir adalah
Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan

Bayi lahir normal juga bias dikatakan bayi yang lahir cukup bulan,38 -42 minggu
dengan berat badan 2500 – 3000 gram dan panjang badan sekitar 500 - 55 cm

2.1.1 Ciri – ciri BBL Normal

1. Berat badan 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan 48 – 50 Cm

3. Lingkar dada 32 – 34 cm

4. Lingkar Kepala 33 – 35 cm

5. Frekuensi jantung ± 180 x/ menit kemudian turun sampai 140 -120 x / menit
pada saat bayi berumur 30 menit.

6. Pernafasan + 40 – 60 x /menit

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk
dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lamogo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitilia

5
• Perempuan

– Labia mayora sudah menutupi labia minora

 Laki-laki
–Testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Refleks morrow atau gerakan memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Refleks mengenggam sudah baik

14. Eliminasi baik mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama meonium
berwarna hitam kehijauan dan lengket.

2.2 PENCEGAHAN INFEKSI


Pencegahan infeksi merupakanbagian terpenting dari setiap komponen perawatan
bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih
belum sempurna. Sehingga kewaspadaan dan pencegahan infeksi harus benar-benar
dilakukan. Sebaiknya ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki
kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun
melalui hal hal berikut.
1. Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan
infeksi
2. Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alcohol sbelum dan
sesudah merawat bayi.
3. Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4. Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila
diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Bersihkan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan
sebelum daur ulang.
6. Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
7. Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi
dengan diare yang terinfeksi didalam ruangan khusus.

6
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi

1. Cuci tangan dengan sabun dengan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis
alcohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, danS sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor.
2. Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
3. Basahi kedua tangan dengan mencuci tanagn selama 10-15 detik dengan sabun dan
air mengalir,setelah itu biarkan tangan kering diudara atau keringkan dengan kertas
bersih/handuk pribadi.
4. Membersihkan tangan dengan cairan alcohol yang dibuat dari 2 ml gliserin dari 100
ml alcohol 60 %. Caranya basahilah seleuruh permukaan tangan dan jari dengan
cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering.
5. Gunakan alat-alat perlindungan abadi
6. Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan bertelanjang kaki.
7. Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan dibawah kulit atau
darah (gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membrane mukosa atau cairan tubuh
( gunakan sarung tangan bersih)
c) Memegang atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan
membersihkan atau membuang kotoran ( gunakan sarung tangan tebal dari
bahan karet atau lateks).
8. Sarung tangan sekali pakai sangatdianjurkan, tetapi jugadapat dipakai ulang.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Dekontaminasi dengan meredam didalam larutan klorin 0,5 % selama 10
b) Cuci dan bilas .
c) Sterilkan dengan autoclave atau DTT lalu direbus atau dikukus..
d) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali.
e) Jangan menggunakan sarung tangan yang robek , terkelupas, atau berlubang.

7
2.1.2 Teknik aseptic untuk melakukan tindakan

Cuci tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun
antiseptic. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di-DTT. Siapkan bayi untuk
dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptic dengan gerakan melingkar
dari sentral keluar seperti membentuk spiritual. Bila ragu-ragu apakah peralatannya
terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah terkontaminasi.

Perawatan umum

1. Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBl sampai dengan
memandikan bayi minimal 6 jam , tidak perlu memakai masker atau gaun penutup
dalam perawatan BBl.
2. Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang diredam dalam air
hangat kemudian keringkan.
3. Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap
diperlukan dengan menggunakan kapas yang diredam air hangat atau air sabun lalu
dikeringkan dengan hati-hati.
4. Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.

Pemotongan Tali Pusat

Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan
melakukan tindakan resusitasi pada bayi.Tali pusat dipotong ±2 – 3 cm dari dinding perut bayi
dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.

Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah di klem dengan baik,
untuk mencegah terjadinya pendarahan membungkus ujung pemotongan tali pusat adalah
tambahan.

Langkah dalam mempertahankan kebersihan saat memotong tsli pusat :

1. Jepit tali pusat dengan klem 2 – 3 cm dari pusat.


2. Urut dan jepit dengan klem ke – 2 dengan jarak 2 – 3 cm dari klem pertama.
3. Gunting tali pusat dengan hati – hati ( melindungi perut bayi dengan 2 jari )

8
4. Ikat tali pusat dengan pengikat steril ( baby cord clem)
5. Jangan menggoreskan salep apapun / zat lain kebagian tali pusat
6. Menjaga agar tali pusat tetap keringdan bersih karena dengan tali pusat
lembabakan memperlambat proses penyembuhandan meningkatkan resiko terrjadi
nya infeksi.

2.3 Adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus
2.3.1 Adaptasi sirkulasi

Pada masa fetus, sebagian besar darah yang melewati jantung dan dialihkan dari
daerah paru-paru yang masih belum berkembang melalui lubang atau saluran yang
kemudian tidak berfungsi lagi setelah lahir yaitu:

Foramen ovale:

Lubang pada septum interatriale pada masa fetus ini dilalui oleh darah dari atrium
kanan menuju atrium kiri karena paru-paru masih kolaps sehingga terkanan di atrium
kanan lebih besar dari atrium kiri. Segera setelah bayi bernafas terjadi penutupan foramen
karena perubahan tekanan antara atrium. Setelah paru-paru berkembang, terjadi
penurunan resistensi vaskuler sehingga tekanan pada atrium kanan menurun. Keadaan ini
menyebabakan katup pada foramen ovale akan menutup. Penutupan anatomis terjadi
pada perlekatan katup dengan septum interatriale yang akan bersatu setelah beberapa
bulan, meninggalkan fossa ovali. Pada 10-15% orang, penutupan yang sempurna tidak
terjadi.

Penutupan foramen ovale

Foramen ovale menutup secara fungsional pada saat bayi lahir. Aliran pirau dari
atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ovale terjadi apabila tekanan a.pulmonalis
dan ventrikel kanan meningkat, sebagai respon terhadap hipoksia. Kadang pirau kanan ke
kiri ini dapat terjadi secara bermakna pada bayi normal yang menangis kuat hingga bayi
tampak sianotik; ini dapat terjadi sampai akhir minggu pertama.

Foramen ovale secara anatomis tidak menutup pada semua bayi segera pasca
lahir. Dalam jam-jam pertama pasca lahir masih dapat dideteksi terdapatnya pirau dari

9
atrium kanan ke atrium kiri melalui foramen ovale karena tekanan di atrium kanan masih
sedikit lebih tinggi daripada tekanan di atrium kiri. Foramen ovale belum menutup secara
anatomis pada 50% anak normal usia 5 tahun, dan pada 25% orang dewasa ia tidak
pernah menutup. Faktor yang menentukan dalam penutupan foramen ovale adalah
perbedaan tekanan antara atrium kiri dan kanan. Apakah ada faktor lain yang berperan
tidak diketahui dengan pasti.

Ductus Arteriosus

Saluran ini menghubungkan a.pulmonalis sinistra dengan arcus aortae. Ductus


arteriosus mengalihkan sebagian besar darah dari a.pulmonalis ke aorta ascendens karena
resistensi vaskuler yang tinggi dari paru-paru yang masih koaps. Penutupan awal saluran
ini terkajadi segera setelah bayi lahir karena kontraksi otot yang dirangsang oleh
bradykinin yang dilepaskan oleh paru-paru. Obliterasi lengkap terjadi karena proliferasi
tunica intima dalam waktu 1-3 bulan, sehingga setelah menutup disebut sebagai
ligamentum arterosum.

Penutupan Ductus Arteriosus

Ductus arteriosus menutup secara fungsional pada 10-15 jam setelah lahir, jadi
pirau ini berlangsung relatif singkat. Penutupan permanen terjadi pada usia 2-3 minggu.
Bila terjadi hipoksia (akibat penyakit paru, asfiksia dll) maka tekanan a. pulmonalis
meningkat dan terjadi aliran pirau berbalik dari a. pulmonalis ke aorta melalui duktus
arteriosus. Pemberian oksigen 100% akan menyebabkan konstriksi duktus.

Berbagai faktor diduga berperan dalam penutupan duktus:

1. Peningkatan tekanan oksigen arteri (PO2) menyebabkan kosntriksi duktus, sebaliknya


hipoksemia akan membuat duktus melebar. Karena itulah duktus arteriosus persisten
lebih banyak ditemukan pada keadaan dengan PO2 rendah termasuk bayi dengan sindrom
gangguan pernafasan, prematuritas dan bayi yang lahir di dataran tinggi.
2. Peningkatan kadar katekolamin (norepinefrin, epinefrin) berhubungan dengan konstriksi
duktus;

10
3. Penurunan kadar prostaglandin berhubungan dengan penutupan duktus; Sebaliknya
pemberian prostaglandin eksogen menghalangi penutupan duktus. Sifat ini dipergunakan
tatalaksana pasien;
 Pada bayi prematur dengan duktus arteriosus persisten pemberian inhibitor
prostaglandin seperti indometasin menyebabkan penutupan duktus; efek ini hanya
tampak pada duktus yang imatur, khususnya pada usia kurang dari 1 minggu, dan
tidak pada bayi cukup bulan;
 Pada bayi bayi baru lahir dengan penyakit jantung sianotik yang bergantung pada
duktus (kehidupan bayi bergantung pada duktus), maka pemberian prostaglandin
akan menjamin duktus yang paten.
Penutupan A.Umbilicalis

Penutupan arteri umbilicalis terjadi karena kontraksi otot polos pada dinding
pembuluh darah karena rangsangan termal dan mekanis serta perubahan tekanan O2.
Obliterasi karena proliferasi jaringan ikat terjadi dalam 2-3 bulan. Bagian distal
membentuk ligamentum vesicoumbilicale mediale dan bagian proksimal tetap terbuka
sebagai arteri vesicalis superior.

Penutupan V.Umbilicalis dan Ductus Venosus

Penutupan v.umbilicalis dan ductus venosus yang terjadi segera setelah arteri
umbilicalis menutup. Vena umbilicalis kemudian menjadi ligamentum teres hepatis dan
ductus venosus menjadi ligamentum venosum.

Perbedaan sirkulasi janin dan keadaan pasca lahir

Terdapat perbedaan yang mendasar antara sirkulasi pada janin dan pada bayi, sesuai dengan
fungsinya, yaitu:

1. Pada janin terdapat pirau intrakardiak (foramen ovale) dan pirau ekstrakardiak (duktus
arteriosus Botalli, duktus venosus Arantii) yang efektif. Arah pirau adalah dari kanan ke
kiri, yakni dari atrium kanan ke kiri melalui foramen ovale, dan dari a. pulmonalis
menuju ke aorta melalui duktus arteriosus. Pada sirkulasi pasca lahir pirau intra-maupun
ekstrakardiak tersebut tidak ada.

11
2. Pada janin ventrikel kiri dan kanan bekerja serentak, sedang pada keadaan pasca lahir
ventrikel kiri berkontraksi sedikit lebih awal dari ventrikel kanan.
3. Pada janin ventrikel kanan memompa darah ke tempat dengan tahanan yang lebih tinggi,
yakni tahanan sistemik, sedang ventrike kiri melawan tahanan yang rendah yakni
plasenta. Pada keadaan pasca lahir ventrikel kanan akan melawan tahanan paru, yang
lebih rendah daripada tahanan sistemik yang dilawan ventrikel kiri;
4. Pada janin darah yang dipompa oleh ventrikel kanan sebagian besar menuju ke aorta
melalui duktus arteriosus, dan hanya sebagian kecil yang menuju ke paru. Pada keadaan
pasca lahir darah dari ventrikel kanan seluruhnya ke paru;
5. Pada janin paru memperoleh oksigen dari darah yang mengambilnya dari plasenta; pasca
lahir paru memberikan okseigen pada darah.
6. Pada janin plasenta merupakan tempat yang utama untuk pertukaran gas, makanan, dan
ekskresi. Pada keadaan pasca lahir organ-organ lain mengambil alih berbagai fungsi
tersebut;
7. Pada janin terjamin berjalannya sirkuit bertahanan rendah oleh karena terdapatnya
plasenta. Pada keadaan pasca lahir hal ini tidak ada.

Perubahan sirkulasi normal setelah lahir

Perubahan paling penting dalam sirkulasi seteah bayi lahir terjadi karena putusnya hubungan
plasenta dari sirkulasi sistemik, dan paru yang mulai berkembang. Perubahan-perubahan yang
terjadi adalah:

1. Tahanan vaskuler pulmonal turun dan aliran darah pulmonal meningkat.


2. Tahan vaskuler sistemik meningkat
3. Ductus arteriosus menutup
4. Foramen ovale menutup
5. Duktus venosus menutup
Penurunan tahanan paru terjadi akibat ekspansi mekanik paru-paru, peningkatan saturasi
oksigen arteri pulmonalis dan PO2 alveolar. Dengan penurunan tahanan arteri pulmonalis, aliran
darah pulmonal meningkat. Lapisan medial arteri pulmonalis perifer berangsur-angsur menipis,
dan pada usia bayi 10-14 hari tahanan arteri pulmonalis sudah seperti kondisi orang dewasa.

12
Penurunan tahanan a. pulmonalis ini terhambat bila terdapat aliran darah paru yang meningkat,
seperti pada defek septum ventrikel atau duktus arteriosus yang besar. Pada keadaan hipoksemia
seperti pada bayi yang lahir di dataran tinggi, penurunan tekanan a. pulmonalis terjadi lebih
lambat.

Tekanan darah sistemik tidak segera meningkat dengan pernafasan pertama, biasanya
terjadi secara berangsur-angsur, bahkan mungkin tekanan darah turun lebih dulu dalam 24 jam
pertama. Pengaruh hipoksia fisiologis yang terjadi dalam menit-menit pertama pasca lahir
terhadap tekanan darah sistemik agaknya tidak bermakna, namun asfiksia berat yang berlangsung
lama dapat mengakibatkan perubahan tekanan sistemik, termasuk renjatan kardiogenik yang sulit
diatasi. Karena itu pada bayi asfiksia resusitasi yang adekuat harus dilakukan dengan cepat.
Setelah tahanan sistemik meningkat, oleh karena duktus arteriosus masih terbuka, maka terjadi
pirau dari aorta ke a. pulmonalis; akibatnya maka alir balik v. pulmonalis bertambah hingga
aliran ke atrium serta ventrikel kiri meningkat.

Berikut adalah tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.

Usia Perkembangan
kehamilan
24 hari Bakal paru paru terbentuk
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferesiansi
a. 24 minggu Alveolus terbentuk Sistem pernapasan
28 minggu Surfaktan terbentuk
Ketika 34-36 minggu Struktur paru matang struktur matang, ranting
paru-paru sudah bisa mengembangkan
sistem alveoli. Selama dalam uterus,janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta dan setelah bayilahir , pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut.

1. Tekanan metanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan peningkatan PaCo2 merangsang kemoreseptor yang
terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).

13
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu didalam uterus (stimulus
sensorik).
4. Reflex deflasi hering breur

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir. Usaha pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya
surfaktan , juga karena adanya tarikan napas panjang tarikan napas dan pengeluaran
napas dengan merintih sehingga udara bisa bertahan didalam. Cara neonatus bernapas
dengan cara bernapas diframatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan
dalamnya bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps
dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelectasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia),
neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism
anaerobic..

b. Sistem kardiovaskuler
Pada masa fetus , peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis
lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya langsungnke serambi kiri jantung,
kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke seluruh
tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus asteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan
arteriol dalam paru menurun yang diikuti5 dengan menurunnya tekanan pada jantung
kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan
tekanan jantung kanan, dan hal tersebut yang membuat foramen ovale secara fungsional
menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan
biokimia (PaO2 yang naik serta diduktus anteriosus yang berolobterasi. Hal ini terjadi
pada hari pertama.

Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan pada hari pertama kehidupan
adalah 4-5 liter permenit/ m2(Gessner,1965). Aliran darah sistolik pada hari pertama
rendah yaitu1,96 liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54
liter/m2 ) karena penutupan duktus arteriosus. Tekana darah pada waktu lahir dipengaruhi

14
oleh jumlah darah yang melalui tranfusi plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit
menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

2.3.2 Termoregulasi

Pusat pengaturan suhu tubuh manusia terdapat dihipotalamus melalui reseptor


yang peka terhadap sirkulasi darah dan melewati otak (suhu inti). Hipotalamus
mengontrol suhu tubuh melalui stimulasi saraf otonom kelenjar keringat ketika suhu
eksternal naik ataupun turun (Brueggemeyer, 2011).
Bagian otak yang berperan dalam pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA) berperan dalam
peningkatan kehilangan panas, vasodilatasi dan pengeluaran keringat sedangkan
hipotalamus posterior (PH/POA) berfungsi dalam penyimpanan panas, penurunan aliran
darah, piloerektil, menggigil, produksi panas, sekresi hormon tiroid, sekresi epinefrin dan
norepinefrin serta
Saat terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis
yang membantu produksi panas melalui mekanisme umpan balik negatif dengan
meningkatkan suhu tubuh sampai batas normal. Termoreseptor di kulit dan hipotalamus
mengirimkan impuls saraf ke area preoptikdan pusat peningkatan panas di PH/POA serta
sel neurosekretorik hipotalamus yang menghasilkan hormon Thyrotropin Releasing
Hormon (TRH). Hipotalamus mengirimkan impuls saraf dan menyekresi TRH, yang
merangsang tirotropin dikelenjar pituitari anterior untuk melepaskan Thyroid Stimulating
Hormone (TSH). Impuls saraf di hipotalamus dan TSH kemudian mengaktifkan beberapa
organ efektor. Berbagai organ efektor meningkatkan suhu tubuh agar mencapai nilai
normal, diantaranya adalah:
a. Impuls saraf merangsang saraf simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah kulit. Vasokonstriksi akan menurunkan aliran darah hangat, sehingga terjadi
perpindahan panas dari organ dalam ke kulit.

b. Impuls saraf di saraf simpatis menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin


oleh medula adrenal kedalam darah untuk meningkatkan metabolisme selular
dalam upaya termogenesis.

15
c. Pusat produksi panas merangsang bagian otak untuk meningkatkan tonus otot dan
produksi panas. Tonus otot meningkat dan terjadi siklus berulang yang disebut
menggigil, sehingga produksi panas tubuh meningkat hingga empat kali dari
BMR dalam waktu beberapa menit.

d. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan hormon


tiroid ke dalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara perlahan
meningkatkan metabolic rate dan suhu tubuh (Kurz, 2008).

Jika suhu tubuh meningkat di atas normal maka putaran mekanisme umpan balik
negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas. Impuls saraf dari pusat penurun
panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit, sehingga kulit menjadi hangat dan
kelebihan panas akan dikeluarkan ke lingkungan (Kurz, 2008;Brueggemeyer, 2011).
Tubuh memiliki tiga respons utama dalam proses termoregulasi, yaitu respons
aferen, regulasi sentral dan respons eferen. Rangsangan diterima dan diteruskan oleh
neuron yang mempunyai reseptor termosensitif di kulit, jaringan dalam, medula spinalis
dan otak.Input aferen dari perubahan tersebut diproses di otak untuk memulai respons
eferen yang sesuai. Tubuh dapat menggigil atau berkeringat, atau vasodilatasi kutaneus
tergantung pada respons yang diperlukan (Kurz, 2008; Yunanto, 2008).
Faktor yang memengaruhi termoregulasi
Beberapa faktor yang memengaruhi proses termoregulasi antara lain usia,
aktivitas, jenis kelamin, irama sirkardian, stress, lingkungan, kerusakan organ, kecepatan
metabolisme basal, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon seks, demam dan status
gizi (Yunanto, 2008; Sedin, 2011).
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir
kehilangan panas tubuhnya.

1. Konduksi
Panas dihantarkan pada tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan
tubuh bayi ( pemindahan panas dari tubuh bayi keobjek lain melalui kontak langsung).
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alat timbangan,

16
memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak( jumlah panas
yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagi contoh, konveksi dapat
terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL deket jendela, atau membiarkan BBL
diruangan yang terpasang kipas angina.
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih
dingin( pemindahan panas dari 2 objek yang mempunyai sushu berbeda). Sebagai contoh,
membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan
ruangan yang dingin ( dekat tembok).
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan
udara ( perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini
dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara
yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25◦C, maka bayi akan
kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi yang besarnya 200 kg/BB,
sedangkan yang dibentuk hanya seperpuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal-hal berikut.
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

2.3.3 Adaptasi Neurologis


Pada saat lahir sistem saraf belum terintegrasi sempurna namun sudah cukup
berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra uterin. Fungsi tubuh dan respon-

17
respon yang diberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak
dan reflek-reflek dalam medulla spinalis. BBL baru dapat menjalankan fungsi pada
tingkat batang otak. Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara bertahap
berkembang, membuat lebih memungkinkannya perilaku yang kompleks dan bertujuan.
(Hamilton, 1995).
Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek primitif. Evaluasi reflek primitif dan
tonus otot merupakan pengkajian perilaku saraf (neuro behavioral) pada neonatus. BBL
memiliki banyak reflek yang primitif. Waktu, saat reflek BBL ini muncul dan
menghilang, menunjukkan kematangan dan perkembangan sistem syaraf yang baik.
Reflek yang sering ditemukan pada BBL normal adalah menghisap dan membuka mulut
(rooting), menelan, menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan lidah, reflek
moro, dll (Bobak, 2004).
Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting selama transisi, Karena saraf ini
merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan asam basa, dan
mengatur sebagian kontrol suhu (Wong, 2009).BBL cukup bulan dikenal sebagai mahluk
yang reaktif, responsif, dan hidup. Perkembangan sensoris BBL dan kapasitas untuk
melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat (Bobak, 2004).
Myelinisasi system saraf mengikuti hukum perkembangan cephalokaudal
proksimodistal (kepala ke jari kaki-pusat ke perifer) dan berhubungan erat dengan
kemampuan keterampilan motorik halus dan kasar yang tampak. Myelin diperlukan
untuk transmisi cepat dan efisien pada sebagian impuls saraf sepanjang jalur neural.
Traktus yang mengalami myelinisasi paling awal adalah traktus sensoris, serebral, dan
ekstra pyramidal.
Saraf ini menyebabkan pengindraan tajam pengecap, pembau, dan pendengaran pada
BBL, begitu juga persepsi nyeri. Semua saraf kranial sudah ada dan mengalami
myelinisasi, kecuali saraf opticus dan olfaktorius (Wong, 2009).
Fungsi sensoris BBL sudah sangat berkembang dan memiliki efek yang bermakna pada
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk proses perlekatan (attachment).
a. Penglihatan
Pada saat lahir, struktur mata belum lengakap. Fovea sentralis belum
berdiferensiasi sempurna dari macula. Otot siliar juga masih imatur, membatasi

18
kemampuan mata untuk berakomodasi dan memfokuskan pada objek sepanjang
waktu. Bayi dapat mencari dan mengikuti objek. Pupil bereaksi terhadap cahaya,
reflek mengedip berespon terhadap rangsang minimal, dan reflek kornea dapat
diaktivasi dengan sentuhan ringan. Kelenjar air mata biasanya mulai berfungsi
sampai usia 2 – 4 minggu.BBL memiliki kemampuan untuk memfokuskan
penglihatan sementara pada objek yang terang atau bergerak yang berjarak 20 cm
(8 inci) dan pada garis tengah lapang penglihatan. Kenyataanya, kemampuan bayi
untuk melakukan fiksasi terhadap gerakan yang terkoordinasi lebih besar selama
jam pertama kehidupan dibandingakan selama hari-hari berikutnya. Ketajaman
penglihatan dilaporkan antara 20/100 dan 20/400, bergantung pada teknik
pengukurannya.
Bayi juga memiliki kemampuan pemilihan visual : warna medium
(kuning, hijau, merah jambu) dibandingakan warna terang (merah, orange, biru)
atau warna remang : pola kontras hitam putih, terutama bentuk-bentuk geometris
dan papan catur, objek besar dengan kompleksitas warna medium dibandingakan
dengan objek kecil, kompleks, dan objek yang mengkilat dibandingakan buram.
b. Pendengaran
Begitu cairan amnion dialirkan keluar telinga, bayi mungkin telah
memiliki tajam pendengaran yang sama dengan dewasa. Neonatus sudah dapat
bereaksi terhadap suara keras sekitar 90 desible (dB) dengan reflek terkejut.
Respon BBL terhadap suara frek. rendah dibandingkan frek. tinggi berbeda :
suara yang rendah, seperti suara detak jantung, metronome, atau buaian,
cenderung menurunkan aktivitas motorik dan menangis, sedangkan suara tinggi
menimbulkan reaksi waspada. Sensitivitas awal terhadap suara manusia juga
sudah ada, meskipun tidak spesifik terhadap percakapan. Misalnya, bayi berusia
kurang dari 3 hari dapat membedakan suara ibunya dengan suara wanita lainnya.
Ketika berusia 5 hari, bayi mampu membedakan antara cerita yang diceritakan
ulang kepadanya selama trimester terakhir kehamilan oleh ibunya dan cerita yang
sama yang diceritakan setelah kelahiran oleh wanita lain.Telinga dalam dan
tengah sangat besar saat lahir, tetapi kanalis eksternusnya kecil. Prosesus
mastoideus dan bagian tulang kanalis eksternus belum berkembang.

19
Konsekuensinya, selaku timpani dan saraf fasialis terletak sangat dekat ke
permukaan dan sangat mudah rusak.
c. Penghidu
BBL bereaksi terhadap bau yang kuat seperti alkohohol atau cuka dengan
menolehkan kepalanya. Bayi yang diberi ASI mampu menghidu ASI dan akan
menangis mencari ibunya ketika payudara ibu sudah membengkak dan mulai
merembes. Bayi juga mampu membedakan ASI dari ibunya dan ASI wanita lain
dari baunya. Bau ibu dipercaya mempengaruhi proses keterikatan dan
keberhasilan penyususan. Pencucian puting yang tidak perlu secara rutin dapat
mengganggu keberhasilan pemberian ASI.
d. Pengecap
BBL memiliki kemampuan membedakan berbagai rasa. Berbagai tipe
larutan mencetuskan berbagai reflek gusto – fasial yang berbeda. Larutan yang
tidak berasa tidak akan mencetuskan ekspreisi fascial, larutan manis mencetuskan
gerakan menghisap dan wajah yang puas, larutan masam menyebabkan
pengerutan bibir, dan cairan pahit menghasilkan ekspresi kecewa dan marah. BBL
lebih menyukai air glukosa dibandingkan air steril. Selama masa kanak awal
kuncup pengecap terdistribusi terutama pada ujung lidah.
e. Perabaan
Pada saat lahir, bayi mampu mengindra sensasi taktil pada semua bagian
tubuhnya, meskipun wajah (terutama mulut), tangan dan telapak kaki tampaknya
yang paling sensitive. Semakin banyak domentasi yang menerangkan bahwa
perabaan dan tepukan lembut pada punggung atau menggosok perut biasanya
mencetuskan respon penenangan bayi. Akan tetapi, rangsang nyeri seperti tusukan
jarum akan mencetuskan respon kemarahan.Pertumbuhan otak setelah lahir
mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama periode bayi
sampai awal masa kanak-kanak. Pertumbuhan ini menjadi lebih bertahap selama
sisa dekade pertama dan minimal selama masa remaja. Pada akhir tahun pertama,
pertumbuhan serebelum, yang dimulai pada usia kehamilan sekitar 30 minggu,
berakhir. Mungkin inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisi dan
trauma lain selama masa bayi (Bobak, 2005).

20
Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai O2 dalam
jumlah besar untuk proses metabolisme yang adekuat. Kebutuhan yang besar ini
menandakan diperlukannya suatu pengkajian cermat tentang kemampuan bayi
dalam mempertahankan kelancaran jalan nafas dan juga pengkajian kondisi-
kondisi pernafdasan yang membutuhkan O2. Kebutuhan akan glukosa perlu
dip[antau dengan cermat pada BBL yang mengkin mengalami episode
hipoglikemia (Bobak, 2005).
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara
dimulut dan didagu, terutama sewaktu menangis, dan pada ekstremitas, terutama
pada lengan dan tangan. Tremor ini normal akan tetapi, tremor persisten atau
tremor yang mengenai seluruh tubuh dapat mengenai indikasi kondisi yang
patologis. Gerakan tonik dan klonik yang mencolok serta kedutan otot wajah
merupakan tanda konvulsi (kejang). Perlu dibedakan antara tremor normal dan
tremor akibat hipoglikemia dan gangguan sistem saraf pusat (SSP), sehingga
upaya perbaikan dapat dimulai sedini mungkin (Bobak, 2005).
Kontrol neurologi pada BBL, walaupun masih sangat terbatas, dapat
ditemukan. Apabila BBL diletakkan dipermukaan yang keras dengan wajah yang
mengahadap ke bawah, bayi akan memutar kepalanya kesamping untuk
mempertahankan jalan nafas. Bayi juga akan berusaha mengangkat kepalanya
supaya tetap sejajar dengan tubuhnya bila kedua lengan bayi ditarik keatas hingga
kepala terangkat (Bobak, 2005).
Bayi yang baru mepunyai sejumlah reflex. Hal ini merupakan dasar bagi
bayi untuk mengadakan reaksi dari tindakan aktif.

Ada 2 amacam reflex yaitu:

1) Refleks permanen ( tidak akan hilang )


 Refleks urat achialis: kontraksi urat daging kempal, bila urat achialis dipukul
 Refleks urat patelair: kontraksi urat daging kaki atas bila ada pukulam bawah kulit
 Refleks pupil: mengecilnya pupil bila ada sinar
2) Refleks sementara ( menghilang setelah umur 4-6 bulan )

21
 Refleks moro = refleks perut = refleks terkejut anak mengembangkan tangan
kesamping lebar-lebar, melebarkan jari-jari lalu mengembalikan dengan tarikan
cepat seakan-akan memeluk seseorang
 Refleks tonick neck = refleks otot leher anak akan mengangkat leher dan menoleh
kanan/kiri biladiletakkan dalam posisi tengkurap.
 Refleks rooting Timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut, akan
bereaksi seakan-akan mencapai puting susu
 Reflek Sucking = menghisap dan menlan = reflek oral Timbul bersama dengan
rangsangan pipi untuk menghisap puting susu dan menelan ASI
 Reflek Grasping Bila jari diletakkan pada telapak tangan, anak akan menutup
telapak tangan taadi
 Reflek Babinsky Bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak ke
atas dan jari-jari lain membuka
 Reflek Steping = reflek melangkah Jika bayi dibuat posisi berdiri maka ada
gerakan spontan kaki me;angkah walaupun belum bisa berjalan

2.3.4 Adaptasi gastrointestinal


Bayi Baru Lahir (BBL, newborns)harus memulai untuk
memasukkan, mencernadan mengabsrobsi makanan setelah lahir,sebagaimana
plasenta telah melakukanfungsi ini.Saat lahir kapasitas lambung BBLsekitar 6
ml/kg BB, atau rata-rata sekitar50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar
90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam
3jam untuk pemasukanmakanan dan kosong sempurna dalam 2sampai 4
jam.Spingter cardiac antara esophagusdan lambung pada neonatus masih
immatur, mengalami relaksasisehingga dapat menyebabkan regurgitasimakanan
segera setelah diberikan. Regurgitasi juga dapat terjadikarena kontrol persarafan
pada lambungbelum sempurna mempunyaiusus yang lebihpanjang dalam
ukurannya terhadap besarbayi dan jika dibandingkan dengan orangdewasa.
Keadaan ini menyebabkan areapermukaan untuk absorbsi lebih luas.Bising usus
pada keadaan normaldapat didengar pada 4 kuadran abdomendalam jampertama

22
setelah lahir akibat bayimenelan udara saat menangis dan sistemsaraf
simpatismerangsang peristaltik.Saat lahir saluran cerna steril. Sekalibayi terpapar
dengan lingkungan luar dancairan mulai masuk, bakteri masuk kesaluran cerna.
Flora normal usus akanterbentuk dalam beberapa hari pertamakehidupan.
sehinggameskipun saluran cerna steril saat lahir,pada kebanyakan bayi bakteri
dapatdikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteriini penting untuk pencernaan dan
untuksintesa vitamin K .Enzim-enzim penting untuk mencernakarbohidrat,
protein, dan lemak sederhanaada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayibaru
lahir cukup bila mampu menelan,mencerna, memetabolisme danmengabsorbsi
protein dan karbohidratnsederhana serta mengemulsi lemak. Amilase pankreas
mengalamidefisiensi selama 3-6 bulan pertama setelahlahir. Sebagai akibat, BBL
tidak bisamencerna jenis karbohidrat yang kompleksseperti yang terdapat pada
sereal. Selain ituBBL juga mengalami defisiensi lipasepankreas.
Traktus digestivus pada neonatus relative lebih berat dan panjang
dibanding orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung
mekanium yang terbentuk sejak 16 minggu kehamilan dan keluar dalam sepuluh
jam pertama dan 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflex gumoh dan reflex batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada
saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan( selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan
lambung masi belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru
lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk
seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secaralambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan
yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.
Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi diriya
sendir dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam
mempertahankan air disbanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang
lebih serius pada neonatus.

23
Sebagai akibat, BBL tidak bisamencerna jenis karbohidrat yang
kompleksseperti yang terdapat pada sereal. Selain ituBBL juga mengalami
defisiensi lipase dan pankreas. Lemak yang ada di dalam ASI lebih bisa dicerna
dan lebih sesuai untukbayi dari pada lemak yang terdapat padasusu formula.
Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut mekonium, berwarna
gelap,hitam kehijauan,kental, konsistensinyaseperti aspal, lembut, tidak berbau,
danlengket. Mekonium terkumpul dalam ususfetus sepanjang usia gestasi,
mengandungpartikel-partikel dari cairan amnion sepertisel kulit dan rambut, sel-
sel yang terlepasdari saluran cerna, empedu dan sekresi ususyang lain. Tipe kedua
feses yang dikeluarkanoleh bayi disebut feses transisional, bewarnacoklat
kehijauan dan konsistensinya lebihlepas dari pada feses mekonium. Feses
inimerupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses
selanjutnya sesuaitipe makanan yang didapat oleh bayi.
Feses pada bayi yang diberi ASI berbeda dengan feses bayi yang diberi
susu formula. Hal ini disebabkan ketidakmampuan bayi untuk mensekresi
karbohidrat kompleks seperti yang tertera diatas. Berikut kolom perbedaan feses
tersebut :
ASI Ekslusif Susu Formula
Warna Bentuk seperti biji. Lembek Padat bergumpal-gumpal
seperti mustard atau agak liat dan bulat-
bulat
Bau Langu Seperti feses orang dewasa
Frekuensi 24 jam pertama : ekonium Bisa setiap hari tapi keras,
Hari ke 2-7 : bisa 10x sehari sehingga bayi tampak
Hari ke 8-21 : 2-6x sehari seperti sembelit
Lebih dari 3 minggu : 4x
sehari

2.2.5 Adaptasi Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus relative lebih luas dari tubuh orang
dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh

24
karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
energy dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

Pada jam-jam pertama kehidupan, energy didapatkan dari perubahan


karbohidrat. Pada hari kedua, energy bearsal dari pembakaran lemak. Setelah
mendapat susu, sekitar dihari keenam energy diperoleh dari lemak dan
karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%.

Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

1) Melalui penggunaan ASI(bayi baru lahir sehat harus didorong untuk


menyusui ASi secepat mungkin setelah lahir).
2) Melalui penggunaan cadangan glokigen ( glikogenesis)
3) Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(gluconeogenesis).

Bayi barulahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang
cukup akan membuat glukosa dari glikogen(glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi
jka bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-
bulan terakhir kehidupan dalam Rahim.

Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang


mengakibatkan hipoksia aka menggunakan persediaan glikogen dalam jam
pertama kelahiran.Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi
dalam keadaan hangat.Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga
3- 4 jam pertama pada bayi cukup bilan yang sehat. Jika semua persediaan
digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko.Bayi baru
lahir kurang bulan,lewat bulan ,hambatan pertumbuhan dalam Rahim dan
distressjanin merupakan resiko utama,karena simpanan energy berkurangatau
digunakan sebelum lahir.

Gejala – gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi :
kejang – kejang halus, sianosis,apnu, tangis lemas, letargis, lunglai dana menolak
makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada

25
awalnya.Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan yang meluas
diseluruh sel- sel otak.

2.2.6 AdaptasiImunoglobin

Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak
memiliki lamina promia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga
fetus bebas dari antigen dan stress .Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G,
sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues,
toksoplasma, herpes simpleks , dan lain-lain). Reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama A,G, dan M.

2.2.7 Kelenjar endokrin

Yaitu selama dalam uterus, fetus mendapatkan hormone dari ibu. Pada
waktu BBL, kadang hormone tersebut masih berfungsi. Pada bayi laki-laki terlihat
pembesaran kelenjar air susu dan pada perempuan ditambah pengeluaran darah
dari vagina, kelenjaradrenal pada waktu lahir relatif besar bila disbanding orang
deasa, kelenjar tiroid sudah sempurna dan berfungsi.

2.2.8 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang, sehingga menyebabkan neonatus
rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan
memberikan kekebalan alami maupun yang dudapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi, berikut beberapa contoh
kekebalan alamai meliputi :

1) Perlindungan oleh kulit membran mukosa


2) Fungsi saringan saluran nafas
3) Pembentukan kolom mikroba oleh kulit dan usus
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi barau lahir yang lahir
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody

26
keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan
anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem
kekebalan tubuh.

Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat
rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak
memadai. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek yang man
dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi
menjadi sangat penting.

Perlindungan Termal

Perlindungan suhu yang cepat pada bayi baru lahir disebabkan oleh ketidak
mampuan bayi untuk menghasilkan panas yang cukup untuk mengimbangi kehilangan
panas pada proses kelahiran. Setaip bayi yang lahir memiliki sistem pengendalian suhu
yang belum matang. Dan pada bayi dengan BB rendah (2500 gr) serta pada bayi
premature tidak terdapat pada zat lemak yang cukup untuk menghasilkan panas.

Bayi yang mengalami gawat janin “Cold Stress” akan memerlukan O2 yang lebih
banyk serta akan menghabiskan cadangan glikogennya untuk mempertahankan tubuhnya.
Pada bayi sehatpun bisa sakit jika kehilangan panas yang berlebihan. Pada saat lahir, bayi
berada dalam suhu lebih rendah dari pada dalam kandungan dan dalam keadaan basah.
Mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi yaitu:

1) Mengeringkan tubuh bayi dengan seksama


2) Selimut bayi dengan selimut/kain bersih dan hangat
3) Selimut/tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi
5) Jangan menimang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
6) Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam setalah persalinan

2.2.9 Perubahan genetalia


Perkembangan embrional alat reprdoduksi berasal dari keadaan yang indiferen
dengan kedua jenis kelamin yang sama sampai awal minggu ke-7 dan barulah organ polar

27
yang spesifik berdiferensiasi dalam berbagai sudut pandang. Pada dinding dorsal perut
sebelah medial dari mesonefros tampak suatu tonjolan yang cembung mirip rigi (gonadal
ridge) pada minggu ke-5, yang terbentang dari diafragma sampai ke panggul dan di
tengahnya terdapat bakal gonad yang agak menonjol ke depan.
Di daerah bakal gonad, membran basal epitel coelom menghilang sehingga dapat
tumbuh ke dalam tanpa halangan dan sel kelamin dengan organnya dapat mengalami suatu
situasi penting bagi diferensiasi gamet yang sangat spesifik dan terjadi kemudian. Namun,
jaringan mesonefros tumbuh dengan cepat pada bakal gonad, yang menginduksi dan
mengatur perkembangan lebih lanjut pada gonad melalui ekspresi faktor-faktor spesifik.
Tanpa faktor ini, bakal gonad tidak berkembang lebih lanjut. Mesonefros dengan demikian
tetap ada pada kedua jenis kelamin di daerah bakal gonad yang mula-mula menerimanya,
namun segera mengalami degenerasi di kranial dan kaudal.
Di sebelah lateral dari mesonefros akhirnya terbentuk ductus genitales yang lebar,
yaitu duktus Muller (duktus paramesonefros). Dengan demikian, mula-mula terbentuk
lekukan ke dalam pada epitel coelom, yang lalu bertambah menjadi saluran epitel yang
tumbuh di samping duktus Wolff ke arah kaudal sampai ke sinus urogenitalis.
Karenanya, tercipta dasar duktus bersama bagi kedua jenis kelamin untuk
diferensiasi organ kelamin bagian dalam lebih lanjut, yakni keadaan indiferen yang
merupakan asal perkembangan pria dan wanita pada bulan ketiga (Rohen & Drecoll,
2003).
Sex secara genetik terbentuk pada saat embrio pada saat fertilisasi, sedangkan secara
morfologi gonad belum menunjukkan antara pria dan wanita sampai minggu ke-7. Gonad
bukan merupakan asal dari sel kelamin dan bukan merupakan “kelenjar” dalam arti
sebenarnya, melainkan tempat sel germinal dalam perjalanannya di ductus genitales
mengalami diferensiasi spesifik. Sel-sel germinal primordial kemungkinan mengembara
dari yolk sac melalui tangkai penghubung (connecting stalk) atau juga dari epiblas ke
dalam rongga tubuh bakal embrio pada tahap dini.
Sel-sel yang cepat bertambah banyak melalui mitosis, bergerak dan mengembara
seperti amoeba (kira-kira pada hari ke-28) sepanjang mesentery dorsal dari hind gut, tiba di
gonad primitif pada awal minggu ke-5 dan menempati genital ridge pada minggu ke-6.

28
Apabila mereka gagal menempati genital ridge pada masanya maka gonad tidak akan
terbentuk (Langman,2009).
Tahap diferensiasi sel gonad :

a. Testis
Embrio dikatakan secara genetik adalah pria apabila sel germinal primordial
membawa kromosom seks komplek XY. Di bawah pengaruh dari gen SRY pada kromosom
Y yang mengkode testis determining factor, korda seks primitif berkembang secara
proliferatif dan masuk lebih dalam ke medula untuk membentuk testis atau ke dalam korda
medula. Untuk menuju bagian hilus dari kelenjar, korda berpisah ke bagian untaian sel
kecil yang nantinya akan menjadi tubulus dari rete testis. Selama perkembangan yang lebih
lanjut, lapisan padat dari jaringan konektif fibrosa yaitu tunica albugenia memisahkan
korda testis dari permukaan epitel (Langman, 2009).

Gambar A. Testis 8 minggu, B. Testis dan duktus genital 4 bulan

Skema Pengaruh sel germinal primordial pada gonad indiferen


Pada testis, sel-sel epitel coelom yang tumbuh di dalamnya (sel pra-sertoli),
membentuk korda yang letaknya sedemikian dekat satu sama lain dan saling terjalin satu
dengan yang lain (korda seksual, “duktuli pluger”) yang merupakan tempat tinggal sel

29
germinal dan terhambatnya diferensiasi sel tersebut lebih lanjut oleh faktor-faktor
inhibitorik. Di dalam mesenchyme yang tumbuh dari mesonefros muncul sel yang lebih
besar dan memproduksi hormon, yaitu sel Leydig janin yang sudah memproduksi
testosteron dari minggu ke-8 yang penting untuk kelanjutan perkembangan seksual yang
spesifik pada janin.
Pada minggu ke-10, anyaman korda seksual mulai memudar. Struktur tersebut
membentuk tubulus seminiferus yang independen dan sangat berliku-liku yang
memisahkan korteks dari epitel benih melalui lapisan jaringan ikat kasar (tunika
albugenia). Kini sel-sel germinal tidak dapat lagi mencapai testis. Sisa sel-sel yang tersebar
di korteks mulai berdegenerasi. Oleh karena saluran kecil sperma (tubulus seminiferus)
berakhir buntu dan simpai testis menebal melalui tunica albugenia, pengeluaran sel
germinal hanya dapat terjadi ke arah dalam. Agar penyaluran sperma dapat terjadi, terjadi
diferensiasi duktus mesonefros yang berbatasan dengan testis menjadi duktus eferens dan
bersatu di atas rete testisdengan tubulus seminiferus. Di bawah pengaruh testosteron,
duktus Wolff di daerah gonad menjadi saluran epididimis dan ke arah distal menjadi
saluran sperma (duktus deferens). Dari minggu ke-20 pada dasarnya testis sudah mencapai
tahap diferensiasi tersebut, yang setelah lahir tetap berlangsung sampai pematangan
seksual (pubertas) terjadi (Rohen & Drecoll, 2003).
b. Ovarium
Pada embrio wanita dengan seks kromosom XX dan tidak ada kromosom Y,
korda seks primitif memisahkan diri ke dalam gugus-gugus sel yang tidak teratur. Gugus
sel ini terdiri atas sekelompok sel germinal primordial yang menempati bagian medula
dari ovarium. Selanjutnya menghilang dan digantikan oleh stroma vaskular yang
membentuk ovarium medula.

30
Gambar A. Potongan melintang ovarium pada 7 minggu, B. Ovarium dan duktus genital
pada 5 bulan

Diferensiasi spesifik mulai terjadi belakangan secara keseluruhan, epitel coelom


pada orang dewasa membentuk korda epitel ke dalam blastema gonad, namun tidak ada
yang menembus sampai ke medula, namun tetap tinggal di daerah korteks. Di korteks, sel
tersebut berubah menjadi gumpalan sel dengan oogoni yang berproliferasi di dalamnya
melalui pembelahan mitosis yang cepat dan berurutan. Secara keseluruhan, terbentuk
sekitar 7 juta sel benih, namun dari jumlah tersebut menjelang kelahiran menjadi 5-6 juta
sel akan mati (Rohen & Drecoll, 2003).
Dari minggu ke-12 sampai ke-16, penggolongan lapisan lambat laun dapat
dikenali di bakal gonad. Di luar daerah korteks jaringan tebal dari sel penunjang yang
gelap berkembang dengan oogoni yang aktif berproliferasi. Kemudian, terbentuk zona
yang bertambah lebar, tempat oosit muncul pertama kalinya, yang dimulai di dalam “bola
telur” berepitel dengan pembelahan pematangan pertama (meiosis), namun bertahan pada
stadium profase.

31
Gambar Oogenesis dan perkembangan folikel, kotak merah = tahap istirahat dari
primordial folikel yaitu saat profase I

Pada daerah korteks, anyaman longar mesenkim zona medula menutup dan
akhirnya menutup ke dalam rete blastema, di mana tidak ada sel telur yang tersisa.
Karena di dalam ovarium tidak terjadi perkembangan ductus genitales, transportasi sel
telur harus terjadi ke arah luar di tempat ini yang berkebalikan dengan testis. Oleh sebab
itu, perlu adanya sistem duktus besar kedua dari bakal indiferen, yaitu duktus Muller

32
yang berdiferensiasi menjadi tuba fallopii dan uterus setelah terjadinya induksi hormonal
(Rohen & Drecoll, 2003).
c. Perkembangan genetalia eksterna
Diferensiasi organ genetalia eksterna juga didahului oleh keadaan indiferen.
Setelah terjadinya pemisahan rektum oleh septum urorectale, hanya pars phallica dan
pars pelvina yang tersisa di bagian bawah sinus urogenitalis. Pada janin laki-laki, kedua
bagian sinus urogenitalis berdeferensiasi menjadi uretra, pada perempuan hanya menjadi
pars pelvina. Hal tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa pada janin perempuan,
lipatan genetalia yang terbentuk di sekitar ostium urogenitalis tetap mempertahankan
bentuk asalnya, sedangkan pada pria tumbuh menjadi penis.
Secara detail, mula-mula dua lipatan genetalia (di dalam), dua genital swelling
(tonjolan labioskrotal) (lebih ke arah luar) dan di bagian tengah atas suatu tuberkulum
yang tidak berpasangan (genital tubercle) berkembang, yang masih berada dalam tahap
indiferen. Pada janin perempuan, hormon estrogen menstimulasi perkembangan genetalia
eksterna. Selanjutnya lipatan genetalia berdiferensiasi menjadi labia minora sedangkan
genital swelling menjadi labia mayora dan genital tubercle menjadi klitoris dan corpus
cavernosum clitoridis (Rohen & Drecoll, 2003). Pada akhir minggu ke-6 masih tidak
dapat dibedakan antara laki-laki dan perempuan (Langman, 2009).
Setelah bagian yang padat dari duktus Muller mencapai sinus urogenital, dua bagian
padat tumbuh ke luar pelvik tepat di sinus. Bagaian yang keluar merupakan bulbus
sinovaginal yang berproliferasi dan membentuk vaginal plate yang padat. Proliferasi
berlanjut pada bagian kranial akhir dari plate, tumbuh menjauh antara uterus dan sinus
urogenital. Pada bulan ke-4, vagina tumbuh keluar dari kanal. Bagian vagina yang tumbuh
keluar mengelilingi bagian akhir uterus adalah forniks vagina merupakan asal
paramesonefros. Sehingga vagina memiliki 2 asal mula, bagian atas terbentuk dari kanal
uterus dan bagian bawah terbentuk dari sinus urogenital.
Sisa lumen vagina yang terpisah dari sinus urogenital sebagai lapisan jaringan yang
tipis dinamakan hymen yang terdiri atas lapisan epitel dari sinus dan lapisan tipis dari sel
vagina (Langman, 2009).
Pada janin laki-laki, genital tubercle tumbuh menjadi penis (glans penis, corpus
spongiosum dan uretra) dalam pengaruh testosteron yang terjadi pada minggu ke-10, pada

33
saat yang sama kedua lipatan genetalia memanjang dan menyatu di tengah. Kedua lipatan
tersebut membentuk corpus penis dengan kedua corpus cavernosum. Namun, celah di
tengah yang mula-mula tampak cepat menutup, dapat tetap terbuka (hipospadia) pada
malformasi. Kedua genital swelling tumbuh bersama di medial dan membentuk skrotum,
dengan raphe medialnya yang menandakan sepasang bakal genital.
Skrotum pada akhir masa janin menerima testis beserta pelapisnya, juga penonjolan
peritonium (tunica vaginalis). Desensus testis seharusnya sudah selesai pada waktu lahir,
yang dapat dinilai sebagai tanda kematangan seksual pria.

Pemeliharaan Pernapasan

Pernafasan pertama pada BBL normal pada waktu 30 detik setelah lahir. Pada menit-
menit pertama ± 80x/menit disertai dengan pernafasan cuping hidung, rintihan berlangsung 10-
15 menit selama dalam uterus, janin mendapat O2 dari pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi.

Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama adalah:

1) Tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir


2) Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan pergerakan pernafasan

34
4) Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervagina mengakibnatkan
bahwa paru-paru yang pada jam normal cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan,
kehilangan 1/3 dari cairan ini, sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara

Pernafasan udara dapat terjadi, karen aktifitas normal dari susunan saraf pusat yang dibantu
oleh beberapa rangsangan seperti kemoreseptor yang sangat peka terhadap kekurangan O2,
sentuhan dan karena perubahan suhu di uterus dan luar uterus.

Evaluasi Nilai APGAR

Nilai APGAR bukan hanya dipakai untuk menentukan kapan kita memulai tindakan
tetapi lebih banyak kaitannya dalam memantau kondisi bayi dari waktu ke waktu.Nilai APGAR
menit pertama untuk menentukan diagnose ( asfiksia / tidak)

Cara Penilaian APGAR pada BBL

Tampilan 0 1 2
A Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
( warna kulit ) Rkstremitas kebiruan kemerahan
B Pulse ( denyut Tidak ada <100 >100
jantung)
C Grimace ( reaksi Tidak ada Menyeringai Bersin / batuk
terhadap
rangsangan)
D Activity Tidak ada Ekstremitas sedikit fleksi Gerakan aktif
( kontraksi otot)
E Respiration Tidak ada Lemah / tidak teratur Menangis kuat
( pernafasan )
Jumlah Nilai APGAR

35
Apabila ternyata terjadi penyulit atau gangguankondisi vital pada BBL, maka nilai
tampil dari tiap – tiap menit kehidupan bayi dapat dijadikan tolak ukur perkembangan kondisi
vital bayi baru lahir sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi bayi sesaat setelah lahir, menit pertama, menit kelima dan pada menit –
menit selanjutnya.
2. Apakah kondisi bayi lebih baik pada lima menit pertama / malah memburuk, jika
dibandingkan dengan menit pertama kelahiran.

Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir (BBL)

Pemeriksaan BBL

Pemeriksaan APGAR skor untuk mengetahui perlu atau tidaknya resusitasi, dilakukan pada
menit pertama dan kelima stelah bayi baru lahir.

Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh setalah 24 jam meliputi penampilan umum,
denyut jantung dan frekuensi pernapasan, warna, suhu, serta pengkajian kepala, dada, abdomen,
genetalia, dan reflek. Memandikan dan melakukan tali pusat juga perlu dilakukan pada bayi
(Djitowiyono, 2010). Pemeriksaan pada bayi baru lahir juga dapat menggunakan ballrd score.
Diagnosis bayi baru lahir antara lain:

1. Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif


2. Resiko tinggi infeksi berhubungan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan

NOC dan NIC

1.Pola napas tidak efektif (NOC)

1. Status pernapasan
a) 041501 frekuensi pernapasan
b) 041502 irama pernapasan
c) 041503 kedalaman inspirasi
2. Respon alergi sistemik (0706)
a) 070605 suara napas tambahan
b) 070607 penururnan tekanan darah

36
c) 070611 sekresi mucus
3. Manajemen diri asma (0704)
a) 070418 menggambarkan factor penyebab
b) 070412 memilih obat secara tepat
c) 070410memantau puncak aliran nafas secara rutin
 Ketidak efektifan pola nafas (NIC)
a) Monitor pernmapasan :
1. monitor kecepatan,irama,kedalaman dan kesulitan bernapas
2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok dan mengi
3. Monitor pola napas ( misalnya: bradipnea, takipneu, hyperventilasi)
4. pasang sensor pemantauan oksigen non invasif
5. auskultasi suara nafas catat dimana adanya penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas tambahan
b) pengaturan posisi :
1. tempatkan pasien di atas matras tempat tidur terapeutik
2. berikan matras yang lembut
3. monitor status oksigenasi
4. tempatkan pasien dalam posisi teraupeotik yang sudah di rancang
5. posisikan pasien sesuai dengan kesejajaran tubuh yang tepat

2. Resiko tinggi termoregulasi tidak efektif

1. Keparahan gejala (2103)


a) 210305 terkait kegelisahan
b) 210316 kekurangan tidur
c) 210302 frekuensi gejala
2. Tanda tanda vital (0802)
a) 080201 suhu tubuh
b) 080204 tingkat pernapasan
c) 080209 tekanan nadi
3. Perfusi jaringan perifer (0407)
a) 040710 suhu kulit ujung kaki dan tangan

37
b) 040744 kelemahan otot
c) 040743 muka pucat
 Termogulasi , ketidakefektifan ,592 (NIC)
1. Perawatan bayi baru lahir
a) Monitor suhu tubuh bayi
b) Jaga suhu tubuh bayi tetap adekuat
c) Monitor frekuensi denyut nadi nayi baru lahir
2. Pengaturan suhu
a) Monitor suhu paling tidak 2 jam sekali
b) Monitor suhu bayi baru lahir sampai stabil
c) Monitor dan laporkan jika ada tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia
d) Selimuti bayi segera setelah lahir untuk menghindari kehilahangan panas
e) Tempatkan bayi baru lahir pada penghangat (inkubator) jika dibutuhkan

3.Resiko tinggi infeksi

1. Keparahan infeksi baru lahir(0708)


a) 070801 ketidakstabilan suhu
b) 070802 hipotermia
c) 070822 kulit kemerahan
2. Status imunitas (0702)
a) 070207 suhu tubuh
b) 070211 imunisasi saat ini
c) 070201 infeksi berulang
3. Respon pengobatan (2301)
a) 230105 reaksi alergi
b) 230107interaksi pengobatan
c) 230106 dampak buruk
 Resiko infeksi, 521
1. Perlindungan infeksi
a) Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
b) Monitor kerentanan terhadap infeksi

38
c) Periksa kulit untuk adanya kemerahan
d) Ajarkan keluarga untuk menangani infeksi

BAB III

3.1 KESIMPULAN

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (24 hari) sesudah
kelahiran bayi adalah anak yang belum lama lahir, bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 -4000 gram. Bayi adalah individu
baru yang lahir didunia, dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru baru ini sangatlah
membutuhkan perawatan dari orang lain. Bayi baru lahir adalah Janin yang lahir melalui proses
persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan.

Tubuh memiliki tiga respons utama dalam proses termoregulasi, yaitu respons aferen,
regulasi sentral dan respons eferen. Rangsangan diterima dan diteruskan oleh neuron yang
mempunyai reseptor termosensitif di kulit, jaringan dalam, medula spinalis dan otak.Input aferen
dari perubahan tersebut diproses di otak untuk memulai respons eferen yang sesuai.

3.2 SARAN

Jika dalam makalah ini terdapat kekurangan dankesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat
makalah yang lebih baik dikemudian hari.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bobak ,Lowdwrmilk,dkk,EGC,2004,. Buku Ajar Keperawatan Maternitas,. Edisi 4,. Jakarta.

Sondakh J.S Jenny, 2013,. Asuhan kebidanan persalinan & bayi baru lahir., Airlangga

Rohen ,Johanes W dkk. 2003 embriologi fungsional , perkembangan system fungsi organ
manusia. Edisi 2 . Jakarta : EGC

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia: dari sel ke system. Edisi 6. Jakarta:EGC

Haws , Paulette S. 2007. Asuhan neonatus: rujukan cepat. Jakarta: EGC

Ibrahim: Ellyta A. 2006. Adapatsi Sistem Gastrointestinal Bayi Baru Lahir dan Feeding Setelah
Kelahiran, Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara. 2 (1)

Moorheadsue,dkk,(2013). Nursing Outcomes Clasification (NOC). Eksevier:Jakarta


M.Dochterman joanne,dkk,(2013). Nursing Interventions Classification
(NIC).Eisevier:Jakarta

40

Anda mungkin juga menyukai