Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Anak-anak sangat rawan mengalami cedera. Organisasi kesehatan dunia PBB World Health
Organization (WHO) mengungkapkan bahwa cedera menjadi penyebab dari 5,8 juta kematian
anak-anak di seluruh dunia atau 7% dari seluruh jumlah kematian anak. Selain itu, cedera juga
mengakibatkan berkurangnya 16% masa hidup (Kuschithawati, 2007).

Salah satu cedera yang rawan diderita oleh anak adalah fraktur pada tulang. Fraktur Monteggia
dapat terjadi karena beberapa penyebab, mulai dari trauma langsung karena kecelakaan kendaraan,
hingga trauma yang sifatnya rendah seperti terjatuh dari posisi berdiri. Anak-anak cenderung lebih
mudah mengalami patah tulang dibandingkan orang dewasa karena struktur tulang mereka yang
cenderung masih lunak. Oleh karena itu, proses penyembuhan mereka juga relatif lebih singkat
dibandingkan dengan orang dewasa (Swiontkowski, 2012).

Fraktur Monteggia ditandai dengan gejala seperti nyeri pada siku, pembengkakan siku, dan
deformitas pada bagian siku.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Marc F Swiontkowski mendefinisikan fraktur Monteggia sebagai dislokasi kaput radialis yang
disertai dengan fraktur daerah proksimal ulna yang terbagi menjadi 4 tipe, tergantung dari arah
dislokasi kaput radialis, juga terakit dengan fraktur OS radial.

Bado dalam Swiontkowski (2012) membagi 4 tipe fraktur proksimal ulna sebagai berikut:

1. Fraktur proksimal atau 1/3 medial ulna anterior dislokasi dari kaput radialis. Ini
merupakan tipe fraktur Monteggia yang paling sering terjadi.
2. Fraktur proksimal atau 1/3 tengah ulna dengan dislokasi kaput radialis ke arah
posterior.
3. Fraktur pada metafisis ulna dengan dislokasi kaput radialis ke arah lateral. Paling
sering terjadi pada anak-anak.
4. Fraktur proksimal atau 1/3 medial ulna dan radius dengan dislokasi ke arah anterior.
B. Etiologi
1. Kekerasan atau trauma langsung
2. Kekerasan atau trauma tidak langsung
3. Trauma energi tinggi (kecelakaan lalu lintas)
4. Trauma energi rendah (terjatuh dari posisi berdiri)
C. Patofisiologi

Guiton (2007) mengungkapkan bahwa struktur pada lengan bawah tertaut secara baku, sehingga
jika ada satu tulang yang mengalami disrupsi maka akan berpengaruh terhadap tulang yang lain.
Ulna dan radial terikat secara intak hanya tidak pada proksimal dan distal sendi, namun menyatu
sepanjang sumbu yang dihubungkan dengan membrane interosseus. Oleh sebab itu, radius bisa
berputar mengelilingi ulna. Saat terjadi fraktur pada ulna, energi yang sama disalurkan di
sepanjang membrane interosseus dan terdisplasi pada proksimal radius. Yang terjadi kemudian
adalah disrupsi membrane interosseus proksimal dari fraktus, dislokasi sendi proksimal radioulnar,
dan dislokasi sendi radiocaterpillar.

D. Tanda dan Gejala


1. Hematoma
2. Nyeri pada siku
3. Deformitas (perubahan bentuk)
4. Pembengkakan siku
5. Krepitasi parestesi atau baal
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pencitraan atau foto rontgen untuk mengetahui lokasi fraktur, garis fraktur, dan
tipe fraktur.
F. Penalaksanaan
1. Terapi medis

Apabila fraktur sudah terbuka, maka imunisasi tetanus dan antibiotik intravena harus
diberikan. Luka yang terbuka harus segera diirigasi dengan larutan normal saline steril,
kemudian ditutup dengan kasa yang lembab dan steril. Jika memungkinkan, kaput
radialis sebaiknya direduksi ketika di IGD. Closed reduction lebih mudah dilakukan
pada anak dalam keadaan narkose dengan ketamin 1-2mg/kgBB IV atau 3-4mg/kgBB
IM yang bisa digunakan sebagai anestesi.

2. Terapi pembedahan
a. Pada pasien anak dilakukan closed reduction dari ulna. Apabila kaput radialis
belum bisa direduksi dengan memperbaiki ulna, maka reduksi ulna kedua bisa
dilakukan dengan sulpinasi forearm dan tekanan langsung pada kaput radialis.
b. Pada pasien dewasa, operasi dengan reduksi terbuka sangat dianjurkan. Disertai
dengan kompresi menggunakan plate pada ulna dan diikuti dengan reduksi secara
tidak langsung pada tulang radius. Jika reduksi langsung tidak bisa tercapai, reduksi
terbuka harus dilakukan. Jika kaput radialis tetap tidak stabil, pertahankan dalam
posisi sulpinasi selama 6 minggu. Jika kaput radialis stabil (baik setelah reduksi
terbuka atau tertutup), lakukan gerakan aktif dengan hinged elbow orthosis dengan
menjaga forearm dalam posisi sulpinasi.
G. Komplikasi
1. Compartment syndrome
2. Kerusakan arteri
3. Infeksi
4. Fat embolism syndrome
5. Delay union
6. Avascular necroes
7. Mal union
8. Non union
9. Syok
H. Diagnosa Intra Operatif
1. Hipotermi yang berhubungan dengan paparan di ruangan yang dingin dan
proses pembedahan yang terlalu lama.
2. Resiko injury disertai faktor resiko kelemahan fisik dan efek anestesi.
3. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif pembedahan.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Nama : An. AM

Umur : 5 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Ikan Hiu II No. 12 Mayangan

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan Terakhir : Belum sekolah

No. Rekam Medik : 658751

Ruangan : Pav. Kemuning

Tanggal Masuk RS : 16-02-2020

B. Anamnesa (Autoanamnesa)
1. Keluhan Utama

Nyeri pada tangan kanan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tangan kanan, terutama siku. Nyeri
tersebut dirasakan setelah pasien jatuh terpeleset di rumah. Tangan kanan digunakan
untuk menumpu badan pasien ketika terjatuh. Terlihat deformitas pada bagian siku
kanan pasien.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit keluarga.

5. Riwayat Pengobatan

Pasien tidak memiliki riwayat pengobatan.

6. Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Kompos Mentis
2. GCS : E4V5M6
3. Vital Sign

TD :-

RR : 20x/menit

HR : 90x/menit

T : 36oC

4. Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala

Rambut : Warna hitam

Mata : Pupil isokor, R.cahaya +/+, Anemia -/-, Icterus -/-

Hidung : Tidak ada secret, tidak ada deviasi.

Bibir : Mukosa bibir basah, sianosis -

b. Pemeriksaan Leher

Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

c. Pemeriksaan thoraks

Paru-paru

Inspeksi : simetris +/+


Palpasi : vokal fremitus normal +/+

Perkusi : sonor di semua lapang paru.

Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.

Palpasi : tidak teraba ictus cordis

Perkusi : batas jantung : normal, tidak ada pembesaran

Auskultasi : SI dan SII tunggal reguler, Murmur (-), Gallop (-)

d. Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : Datar, Distensi (-), Luka Bekas Operasi (-)

Palpasi : Soepel, tidak teraba massa,

Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen

Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan

e. Pemeriksaan ekstrimitas

Kekuatan otot : 5/5\

Edema : (-)

Akral : Hangat, CRT < 2s

Tampak deformitas pada elbow

D. Diagnosa Sementara

Dislokasi radius + CF ulna 1/3 proximal

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan laboratorium
yang meliputi Darah Lengkap, GDA, RDT, RFT, PT/APTT; serta pemeriksaan radiologi
untuk thorax dan elbow.

1. Foto elbow

F. Diagnosa Kerja

Closed Fracture Monteggia Dextra

G. Penanganan
1. Ketorolac 3x15 mg
2. Ranitidine 2x20 mg
3. Ambiven 500 mg
4. Ringer Laktat 1300 cc/24 jam
5. Konsul Sp. OT
6. Rencana Pro ORIF (Sudah)
H. Follow Up Hari ke-1

Menurut hasil pemeriksaan pada tanggal 17 Desember 2020, fraktur pada proxima ulna pasien
sudah terpasang plate dengan posisi baik dan alignment juga baik. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa elbow joint normal.
BAB IV

PEMBAHASAN

Fraktur Monteggia adalah dislokasi kaput radialis yang disertai dengan fraktur daerah proksimal
ulna yang terbagi menjadi 4 tipe, tergantung dari arah dislokasi kaput radialis, juga terakit dengan
fraktur OS radial (Swiontkowski, 2012).

Pasien An. AM yang berusia 5 tahun menderita fraktur Monteggia ulna dextra karena
beberapa hal sebagai berikut:

1. Trauma energi rendah (jatuh dari posisi berdiri)

Pasien An. AM merasakan nyeri pada tangan kanan, terutama bagian siku setelah ia terjatuh di
rumahnya. Diketahui pasien menggunakan tangan kanan untuk menyangga tubuhnya saat terjatuh,
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien terjatuh dari posisi berdiri.

2. Nyeri pada siku, deformitas, dan pembengkakan siku

Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri pada siku. Selain itu, pasien dengan fraktur Monteggia
juga datang dengan keluhan lain seperti pembengkakan pada siku dan deformitas (Alaydrus,
2017). Berdasarkan pemeriksaan dan asesmen yang dilakukan, ketiga gejala tersebut ditemukan
pada pasien. Selain itu, pemeriksaan lanjutan dengan foto rontgen juga menunjukkan adanya
fraktur pada forearm.

Terapi yang diberikan kepada pasien adalah Ketorolac dengan dosis 3x15 mg untuk meredakan
nyeri dan peradangan. Fraktur pada tulang bisa menimbulkan nyeri yang sangat hebat, terlebih lagi
pada anak-anak. Obat ini merupakan obat golongan antiinflamasi non steroid (OAINS) yang
tersedia dalam bentuk suntik dan tablet. Pemberian Ketorolac dikombinasikan dengan Ranitidine
dengan dosis 2x20 mg yang berfungsi untuk mengontrol produksi asam lambung berlebih. Salah
satu efek samping dari obat nyeri adalah ketidaknyamanan di lambung, sehingga Ranitidine
diberikan untuk menekan munculnya efek samping tersebut. Sementara itu, Ringer Laktat
diberikan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada pasien.
Terapi lain yang diberikan untuk pasien adalah ORIF untuk memasang plate dan screw pada lokasi
fraktur. Menurut Brunner dan Suddart (2003), indikasi dari ORIF adalah:

1. Fraktur tidak stabil serta tidak bisa memberikan hasil yang memuaskan jika ditangani
dengan metode terapi lain.
2. Fraktur leher femuralis, fraktur lengan bawah dital, dan fraktur intraarticular disertai
pergeseran.
3. Fraktur avulasi mayor yang disertai oleh gangguan signifikan pada struktur otot tendon.
BAB V

KESIMPULAN

Fraktur Monteggia adalah dislokasi kaput radialis yang disertai dengan fraktur daerah proksimal
ulna yang terbagi menjadi 4 tipe, tergantung dari arah dislokasi kaput radialis, juga terakit dengan
fraktur OS radial (Swiontkowski, 2012).

Salah satu penyebab dari fraktur Monteggia adalah trauma energi rendah, misalnya saat terjatuh
dari posisi berdiri. Pada anak-anak, sering terjadi fraktur Monteggia tipe 3 yaitu fraktur pada
metafisis ulna dengan dislokasi kaput radialis ke arah lateral. Beberapa gejala yang muncul antara
lain adalah nyeri pada siku, pembengkakan pada siku, dan terlihat deformitas pada lengan bawah.
DAFTAR PUSTAKA

Alaydrus, M. Mukaddam. 2017. Fraktur Monteggia: Tantangan Klinisi dalam Menghadapi


Fraktur Dislokasi yang Sering Misdiagnosis. Jurnal Kedokteran Unram 2017 (25-28).
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung,
Yasmin Asih , I Made Karyasa. EGC: Jakarta.
Guyton, Arthur C. 2007 . Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta; EGC.
Kuschithawati, Susy, Rahadyan Magetsari, dan Nawi Ng. Faktor Resiko Terjadinya Cedera
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat (2007).
Swiontkowski, Marc F.; Stovitz, Steven D. (editors). E-book Manual of Orthopaedics Monteggia
Fracture Dislocation of The Elbow, Chapter 18. (2012)

Anda mungkin juga menyukai