Jurnal Prasejarah Indonesia
Jurnal Prasejarah Indonesia
PRASEJARAH INDONESIA:
Tinjauan Kronologi dan Morfologi
di permukaan bumi. Pada kala plestosen Kabuh, dan plestosen atas dikenal sebagai
terjadi 4 kali masa glasial yang diselingi 3 formasi Notopuro. Masing-masing formasi
kali masa interglasial dimana suhu bumi naik tersebut menunjukkan adanya jenis-jenis
kembali (Bemmelen 1949). Pada saat itu fauna tertentu. Formasi Pucangan ditemukan
didaerah dekat kutub terjadi pengesan, dan di fauna Jetis. Formasi Kabuh mengandung
daerah tropis yang tidak kena pengaruh temuan fauna Trinil. Sedangkan formasi
pelebaran es keadaannya lembab, termasuk Notopuro dijumpai fauna Ngandong (Soejono
Indonesia terjadi musim hujan (pluvial) dan 2010).
pada waktu suhu naik terjadi musim kering
atau antarpluvial. Lingkungan Alam Kala Holosen
Selain terjadi perubahan iklim, pada Kala holosen berlangsung kira-kira
kala plestosen juga ditandai dengan gerakan antara 10.000 tahun yang lalu hingga
berasal dari dalam bumi (endogen) seperti sekarang. Pada kala ini kegiatan gunung api,
gerakan pengangkatan (orogenesa) yang gerakan pengangkatan, dan pelipatan masih
menyebabkan munculnya daratan baru, berlangsung terus. Sekalipun pengendapan
kegiatan gunung berapi (vulkanisme), serta sungai dan letusan gunung api masih terus
gerakan dari luar bumi (eksogen) seperti membentuk endapan aluvial, bentuk topografi
pengikisan (erosi), turun naiknya permukaan kepulauan Indonesia tidak banyak berbeda
air laut, serta timbul tenggelamnya sungai dengan topografi sekarang.
dan danau. Berbagai peristiwa alam tersebut Perubahan penting yang terjadi pada
dapat menyebabkan perubahan bentuk muka awal kala holosen adalah berubahnya iklim.
bumi. Berakhirnya masa glasial Wurm kira-kira
Pada kala plestosen ini bagian barat 20.000 tahun yang lalu menyebabkan
kepulauan Indonesia berhubungan dengan berakhirnya musim dingin dan berakhir pula
daratan Asia Tenggara sebagai akibat dari zaman es. Iklim kemudian menjadi panas dan
turunnya muka air laut. Sementara itu terjadilah zaman panas dengan akibat semua
kepulauan Indonesia bagian timur ber- daratan yang semula terbentuk karena
hubungan dengan daratan Australia. Daratan turunnya muka air laut, kemudian tertutup
yang menghubungkan Indonesia bagian barat kembali, termasuk paparan Sunda dan Sahul
dengan Asia Tenggara disebut daratan Sunda seperti dikenal sekarang. Pengaruh fenomena
(di masa antarglasial merupakan paparan itu terhadap kehidupan di antaranya berupa
Sunda atau Sunda shelf), dan daratan yang terputusnya hubungan kepulauan Indonesia
menghubungkan Papua dengan Australia dari daratan Asia Tenggara dan Australia.
disebut daratan Sahul (di masa antarglasial Akibat terputusnya wilayah
merupakan paparan Sahula atau Sahul shelf). Indonesia dari daratan Asia dan Australia
Semua peristiwa alam tersebut di atas pada masa akhir masa glasial Wurm, terputus
langsung atau tidak langsung telah me- pula jalan hubungan hewan di wilayah
mengaruhi cara hidup manusia. tersebut. Hewan-hewan yang hidup di pulau-
Berdasarkan hasil penelitian ter- pulau kecil kemudian hidup terasing, dan
hadap susunan lapisan tanah dan batuan terpaksa menyesuaikan diri dengan
menunjukkan bahwa kronologi plestosen di lingkungan yang baru, dan beberapa
Jawa dibagi atas 3 bagian, dari tua ke yang diantaranya kemudian mengalami evolusi
muda ialah pestosen bawah, plestosen tengah lokal. Perbedaan unik yang terdapat di antara
dan plestosen atas (Heekeren 1972). Endapan fauna vertebrata di wilayah tersebut me-
plestosen bawah terkenal dengan formasi nyebabkan disarankannya oleh para ahli
Pucangan, plestosen tengah disebut formasi tentang adanya garis-garis yang memisahkan
Slamet Sujud Purnawan Jati, Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi 23
berbagai keompok fauna veterbrata, yaitu Meganthropus hanya sedikit, sulit menentu-
kelompok yang mirip dengan fauna daratan kan dengan pasti kedudukannya dalam
Australia. Garis pemisah fauna tersebut evolusi manusia dan hubungannya dengan
adalah garis Wallace, garis Weber, dan garis Pithecanthropus. Melalui studi perbandingan
Huxley. dengan temuan fosil manusia dari Afrika dan
Pada kala Holosen, iklim di daerah Eropa berdasarkan segi fisik dan kulturalnya
tropik dan di Indonesia khususnya telah maka dalam taksonomi manusia, Megan-
menunjukkan persamaan dengan iklim thropus paleojavanicus dianggap sebagai
sekarang. Iklim sekarang ini merupakan genus yang hidup pada kala plestosen bawah,
tingkat awal dari masa glasial dan pluvial dan merupakan pendahulu dari Pithecan-
kelima (Leaky 1960). thropus erectus dari kala plestosen tengah
(Widianto 1980).
Evolusi Manusia Purba Fosil manusia yang lebih muda ialah
Gambaran evolusi manusia purba Pithecanthropus. Fosil manusia ini paling
kala plestosen dapat diketahui melalui studi banyak ditemukan di Indonesia terutama di
paleoantropologi. Bagaimana proses evolusi Jawa. Oleh karena itu pada kala plestosen di
yang telah terjadi, belumlah dapat diketahui Indonesia banyak dihuni manusia Pithecan-
dengan pasti. Banyak teori dan dendogram thropus. Manusia ini diperkirakan hidup pada
tentang evolusi manusia purba telah dibuat. kala plestosen bawah, tengah, dan mungkin
Hal ini menunjukkan masih banyaknya plestosen atas. Manusia Pithecanthropus yang
ketidaksepakatan diantara para ahli. Salah tertua adalah Pithecanthropus modjokertensis
satu faktor penyebab adalah karena tidak ada yang ditemukan pertama kali pada formasi
data yang cukup untuk dapat merekonstruksi Pucangan di Kepuhklagen pada tahun 1936
evolusi biologi secara total. Namun demikian berupa tengkorak anak-anak. Temuan lainnya
upaya ke arah penyusunan evolusi harus terus berasal dari situs Sangiran. Ditaksir manusia
dilakukan. ini hidup sekitar 2,5 hingga 1,25 juta tahun
Dalam sejarah penelitian paleo- yang lalu, jadi kira-kira bersamaan dengan
antropologi di Indonesia terutama di Jawa Meganthropus (Soejono 2010).
terdapat data fisik manusia purba yang cukup Manusia Pithecanthropus yang lebih
lengkap rangkaiannya secara bertahap dari banyak terdapat dan lebih luas pe-
bentuk yang sederhana hingga bentuk yang nyebarannya adalah Pithecanthropus erectus.
progress. Fosil manusia purba yang di Temuan fosil yang terpenting dan terkenal
temukan di kawasan Indonesia berasal dari adalah atap tengkorak dan tulang paha
lapisan bumi kala plestosen bawah, plestosen dari Trinil pada tahun 1891. Berdasarkan
tengah, plestosen atas, dan awal kala temuan ini Eugene Dubois memberi nama
Holosen. Dengan demikian akan tampak Pithecanthropus erectus. Dubois memandang
dengan jelas evolusi bentuk fisik manusia Pithecanthropus sebagai missing link, yaitu
purba pada kala tersebut. manusia perantara yang menghubungkan
antara kera dan evolusi manusia (Howell
Evolusi Manusia Purba Kala Plestosen. 1980, Sartono 1983). Temuan Pithecan-
Evolusi manusia purba di Jawa thropus erectus lainnya berasal dari situs
diawali dengan fosil manusia Meganthropus Sangiran. Berdasarkan pertanggalan absolut
paleojavanicus. Manusia ini ditemukan pada Pithecanthropus erectus hidup sekitar 1
lapisan formasi Pucangan di Sangiran. hingga 0,5 juta tahun yang lalu atau pada kala
Formasi tersebut dimasukkan dalam kala plestosen tengah.
plestosen bawah. Oleh karena temuan
24 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 2, Desember 2013
salah satu jenis alat lebih dominan daripada Arti dan maksud lukisan dinding gua
lainnya. ini masih belum jelas pada umumnya tulisan
Tradisi serpih-bilah secara tipologis itu menggambarkan suatu pengalaman,
dapat dibedakan menjadi pisau, serut, perjuangan dan harapan hidup. Lukisan
lancipan, mata panah, dan mikrolit. Tradisi tersebut bukanlah sekedar dekorasi atau
serpih terutama berlangsung dalam ke- kegemaran seni semata-mata melainkan
hidupan di gua-gua Sulawesi Selatan, yang bermakna lebih mendalam lagi yaitu
sebagian pada masa tidak lama berselang menyangkut aspek kehidupan berdasarkan
masih didiami oleh suku bangsa Toala, kepercayaan terhadap kekuatan gaib yang ada
sehingga dikenal sebagai budaya Toala di alam sekitarnya. Adanya penguburan dan
(Heekeren 1972). Sementara industri tulang lukisan dinding gua merupakan bukti
Sampung tersebar di situs-situs gua di Jawa berkembangnya corak kepercayaan di
Timur. Kelompok budaya ini memperlihatkan kalangan masyarakat prasejarah.
dominasi alat tulang berupa sudip dan
lancipan. Temuan lain berupa alat-alat batu Neolitik
seperti serpih-bilah, batu pipisan atau batu Masa neolitik merupakan masa yang
giling, mata panah, serta sisa-sisa binatang. amat penting dalam sejarah perkembangan
Sedangkan tradisi Sumatralith banyak masyarakat dan peradaban. Karena pada
ditemukan di daerah Sumatera, khususnya masa ini beberapa penemuan baru berupa
pantai timur Sumatera Utara. Situs-situs di penguasaan sumber-sumber alam bertambah
daerah ini berupa bukit-bukit kerang. cepat. Bukti yang didapat dari masa neolitik
Bukti peninggalan alat mesolitik terutama berupa berbagai jenis batu yang
menggambarkan bahwa corak penghidupan telah dipersiapkan dengan baik. Kemahiran
yang menggantungkan diri kepada alam mengupam alat batu telah melahirkan jenis
masih berlanjut. Hidup berburu dan me- alat seperti beliung persegi, kapak lonjong,
ngumpul makanan masih ditemukan, namun alat obsidian, mata panah, pemukul kulit
sudah ada upaya pengenalan awal tentang kayu, gerabah, serta perhiasan berupa gelang
hortikultur yang dilakukan secara berpindah dari batu dan kerang.
(Clark & Piggot 1967). Masyarakat mulai Beliung persegi mempunyai bentuk
mengenal pola kehidupan yang berlangsung yang bervariasi dan persebaran yang luas
di gua-gua alam (abris sous roche) dan di terutama di Indonesia bagian barat. Beliung
pantai (kjokkenmoddinger) yang tidak jauh tersebut terbuat dari batu rijang, kalsedon,
dari sumber bahan makanan. agat, dan jaspis. Sementara kapak lonjong
Suatu sistem penguburan di dalam tersebar di Indonesia bagian timur dan diduga
gua (antara lain budaya Sampung) dan bukit lebih tua dari beliung persegi (Heekeren
Kerang (Sumatera Utara) sebagai bukti awal 1972). Gerabah yang merupakan unsur paling
penguburan manusia di Indonesia, serta banyak ditemukan pada situs-situs neolitik
lukisan dinding gua dan dinding karang memerlihatkan pembuatan teknik tatap
(Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bentuk gerabah antara lain berupa periuk dan
Maluku, dan Papua) yang merupakan cawan yang memiliki slip merah dengan hias
ekspresi rasa estetik dan religius, melengkapi gores dan tera bermotifkan garis lurus dan
bukti kegiatan manusia pada masa ini. Bahan tumpal. Sedangkan alat pemukul kulit
zat pewarna merah, hitam, putih, dan kuning kayu banyak ditemukan di Sulawesi dan
digunakan untuk bahan melukis cap-cap Kalimantan. Demikian pula mata panah yang
tangan, manusia, manusia, binatang, perahu, sering dihubungkan dengan budaya neolitik,
matahari, dan lambang-lambang.
Slamet Sujud Purnawan Jati, Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi 27
terutama ditemukan di Jawa Timur dan menghasilkan bangunan yang disusun dari
Sulawesi. batu besar seperti menhir, dolmen, undak
Manusia masa neolitik sudah tidak batu, limas berundak, pelinggih, patung
lagi menggantungkan hidupnya pada alam, simbolik, tembok batu, dan jalan batu.
tetapi sudah menguasai alam lingkungan Pengertian tentang bangunan
sekitarnya serta aktif membuat perubahan. megalitik tidak selalu diartikan sebagai suatu
Masyarakat mulai mengembangkan peng- bangunan yang dibuat dari batu besar dan
hidupan baru berupa kegiatan bercocok berasal dari masa prasejarah. Pengertian di
tanam sederhana dengan sistem slash and atas tidak terlalu mutlak. Bahkan F.A.
burn, atau terjadi perubahan dari food Wagner (1962) dalam Soejono (2010)
gathering ke food producing. Berbagai mengatakan bahwa pengertian monumen
macam tumbuhan dan hewan mulai besar (megalitik) tidak mesti diartikan
dijinakkan dan dipelihara untuk memenuhi sebagai ” batu besar”, akan tetapi objek-objek
kebutuhan protein hewani, kegiatan berburu, batu lebih kecil dan bahan-bahan lain seperti
dan menangkap ikan masih terus dilakukan. kayu, bahkan tanpa monumen atau objek
Masyarakat masa neolitik mulai sama sekalipun dapat dimasukkan ke dalam
menunjukkan tanda-tanda cara hidup klasifikasi megalitik bila benda-benda itu
menetap di suatu tempat, berkelompok jelas dipergunakan untuk tujuan sakral
membentuk perkampungan-perkampungan tertentu yakni pemujaan arwah nenek
kecil. Di masa ini kelompok manusia sudah moyang. Dengan demikian maksud utama
lebih besar, karena pertanian dan peternakan dari pendirian bangunan megalitik tersebut
dapat memberi makan penduduk dalam tidak luput dari latar belakang pemujaan
jumlah yang lebih besar. Pada masa nenek moyang, pengharapan kesejahteraan
ini diperkirakan telah muncul bentuk bagi yang masih hidup, dan kesempurnaan
perdagangan yang bersifat barter. Barang bagi si mati. Segi kepercayaan dan nilai-nilai
yang dipertukarkan adalah hasil pertanian hidup masyarakat ini kemudian berlanjut dan
ataupun kerajinan tangan. Adanya penemuan- berkembang pada masa paleometalik.
penemuan baru ini menyebabkan masa ini
oleh v. Gordon Childe (1958) sering disebut Paleometalik
sebagai masa Revolusi Neolitik, karena Masa paleometalik merupakan masa
kegiatan ini menunjukkan kepada kita adanya yang mengandung kompleksitas, baik dari
perubahan cara hidup yang kemudian segi materi maupun alam pikiran yang
mempengaruhi perkembangan sosial, tercermin dari benda buatannya. Per-
ekonomi, dan budaya manusia. bendaharaan masa paleometalik memberikan
Pengembangan konsep kepercayaan gambaran tentang kemajuan yang dicapai
pada masa neolitik mulai memainkan peranan manusia pada masa itu, terutama kemajuan di
penting. Konsep kepercayaan ini kemudian bidang teknologi. Dalam masa paleometalik
diabadikan dengan mendirikan bangunan teknologi berkembang lebih pesat sebagai
batu besar. Kegiatan kepercayaan seperti ini akibat dari tersusunnya golongan-golongan
dikenal dengan nama tradisi megalitik. R. dalam masyarakat yang dibebani pekerjaan
Von Heine Geldern (1945) menggolongkan tertentu.
tradisi megalitik dalam 2 tradisi, yaitu Pada masa ini teknologi pembuatan
megalitik tua yang berkembang pada masa alat jauh lebih tinggi tingkatnya dibandingkan
neolitik (2500-1500 SM) dan megalitik muda dengan masa sebelumnya. Hal tersebut
yang berkembang dalam masa paleometalik dimulai dengan penemuan baru berupa teknik
(1000 SM – abad I M). Megalitik tua peleburan, pencampuran, penempaan, dan
28 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 2, Desember 2013
4-5 M, akan tetapi beberapa tradisi prasejarah tertentu. Kemahiran teknik yang dicapai pada
masih bertahan jauh memasuki masa sejarah, masa paleometalik gayut dengan tersusunnya
bahkan hingga masa kini di beberapa tempat masyarakat yang menjadi semakin kompleks.
di Indonesia. Kehidupan spritual yang berpusat kepada
Di antara tradisi prasejarah yang pemujaan nenek moyang berkembang secara
berlanjut hingga masa kini antara lain: tradisi luas. Adapun peningkatan teknologi pada
hidup bercocok tanam sederhana dengan masa ini adalah kemahiran seni tuang logam.
sistem slash and burn, tradisi pembuatan Disamping bentuk kehidupan
kapak batu, tradisi pembuatan gerabah, tradisi tersebut, di Indonesia dijumpai adanya tradisi
pembuatan pakaian dengan alat pemukul kulit prasejarah yang masih bertahan hingga kini,
kayu, tradisi pembuatan alat-alat logam, dan antara lain: tradisi bercocok tanam sederhana,
tradisi pemujaan nenek moyang (tradisi tradisi pembuatan kapak batu, tradisi
megalitik), serta masih banyak lagi tradisi pembuatan gerabah, tradisi pembuatan aat
prasejarah yang masih hidup, tetapi logam, dan tradisi megalitik, serta masih
mengendap, bertahan, dan berlangsung banyak lagi tradisi prasejarah yang tetap
sampai saat ini di dalam kehidupan berlangsung sampai saat ini di dalam
masyarakat Indonesia. kehidupan masyarakat Indonesia.
Penutup
Mencermatiperkembangan prasejarah DAFTAR RUJUKAN
pada umumnya terdapat tiga faktor yang
saling berkaitan yaitu alam, manusia, dan Bemmelen, R.W. van. 1949. The Geology of
kebudayaan. Oleh karena itu untuk men- Indonesia Vol. I. The Hague :
dapatkan penjelasan tentang kehidupan Martinus Nijhoff.
manusia masa prasejarah maka perlu Childe, V.G. 1958. The Prehistory of
mengintegrasikan antara lingkungan alam, Euoropean Society. Penguin Books.
tinggalan manusia, dan tinggalan budayanya. Clark, G & Piggot, S. 1967. Prehistoric
Budaya prasejarah merupakan Society. New York.
refleksi dari kondisi lingkungan dan cara Heekeren, H.R. van. 1972. The Stone Age of
manusia melakukan eksploitasinya. Cara Indonesia. VKI, LXI, second rev.ed.
hidup manusia masa paleolitik sangat The Hague : Martinus Nijhoff.
bergantung kepada alam lingkungannya. Heine Geldern, R. Von. 1945. Prehistoric
Mereka hidup nomaden di tempat yang cukup Research in Netherlands Indies.
persediaan bahan kebutuhan untuk ke- Science and Scientist in The
langsungan hidupnya. Pada masa mesolitik Netherlands Indies : 129-167. New
ditemukan bukti awal penguburan di dalam York.
gua (Budaya Sampung) dan bukit kerang Howell, F.C. 1980. Manusia Purba. Jakarta:
(Sumatra Utara). Mereka juga telah Tira Pustaka.
mengekspresikan rasa estetik dan religius Jacob, T. 1969. Kesehatan di Kalangan
melalui lukisan di tebing dan dinding gua. Manusia Purba. B.I. Ked. Gadjah
Masyarakat pada masa neolitik mulai Mada 1 (2) : 143-157.
menunjukkan tanda-tanda menetap di suatu Leaky, L.S.B. 1960. Adam’s Ancestors.
tempat, berkelompok membentuk per- Harper Torch Book.
kampungan kecil, serta mengembangkan Movius Jr, H.L. 1948. The Lower Paleolithic
penghidupan baru berupa kegiatan bercocok Cultures of Southern and Eastern
tanam sederhana dan domestikasi hewan Asia. Transaction of American
30 SEJARAH DAN BUDAYA, Tahun Ketujuh, Nomor 2, Desember 2013