Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kemudahan bagi saya sebagai penyusun untuk dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini merupakan tugas
Antropologi Kesehatan mengenai Implementasi Keperawatan dalam Latar
Belakang Sosial, yang mana dengan tugas ini kami sebagai mahasiswa dan
mahasiswi dapat mengetahui lebih baik lagi dari materi yang diberikan oleh
bapak/ibu dosen. Mengenai penjelasan lebih lanjut saya memaparkannya dalam
bagian pembahasan makalah ini.

Dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat, maka saya sebagai


penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yan telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Saran
dan kritik yang membangun dengan terbuka kami terima untuk meningkatkan
kualitas makalah ini.

Denpasar, 14 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................5
2.1 Pengertian Latar Belakang Sosial..........................................................5
2.2 Sosiologi Dalam Asuhan Keperawatan.................................................6
2.3 Penerapan Sosiologi Dalam Asuhan Keperawatan...............................7
2.4 Pengaruh Sosial pada Kesehatan dan Perilaku Kesehatan..................11
2.5 Implementasi Sosial-Budaya Dalam Asuhan Keperawatan................13
BAB III PENUTUP............................................................................................17
3.1 Simpulan..............................................................................................17
3.2 Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki naluri untuk bergaul dengan sesamanya semenjak
dilahirkan dan disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat. Hubungan
dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia.
Keadaan sosial ekonomi masyarakat merupakan pangkal utama adanya
suatu perbedaan sosial yang melatar belakangi sosial tersebut. Dari berbagai
struktur sosial ekonomi, nilai sosial dan budaya serta pemerataan sumber
tidak mungkin dapat diubah dalam satu generasi saja.
Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang
atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti
tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pemilikan barang. Setiap
individu atau masyarakat pasti menginginkan status sosial ekonomi yang
lebih baik. Namun pada kenyataannya masih banyak individu atau
masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah.
Menurut Bome dan Walles (dalam Myers, 1983: 220) individu yang
mempunyai tingkat ekonomi menengah keatas akan cenderung lebih
memiliki pola konsumsi yang berlebihan dari pada mereka yang memiliki
tingkat ekonomi menengah kebawah.

Individu atau masyarakat lebih menghargai kekayaan material di


bandingkan dengan yang lainnya, individu yang mempunyai kekayaan akan
menempati posisi atau lapisan paling atas. Sedangkan mereka yang tidak
memiliki kekayaan, akan selamanya berada dilapisan masyarakat yang
paling bawah. Status sosial ekonomi sangat berpengaruh bagi pemenuhan
kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai
potensi serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan
dengan individu yang lain.

1
Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut untuk
kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan
mengakuinya. Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam
kelompok dimana dia berada. Masyarakat yang memiliki status sosial
ekonomi tinggi cenderung bergaul dengan status sosial ekonomi yang sama.
Hal ini ini dikarenakan seseorang yang memiliki latar belakang status sosial
ekonomi yang berbeda kurang disenangi dibandingkan dengan seseorang
yang mempunyai latar belakang yang sama. Adanya perbedaan status sosial
ekonomi ini mencerminkan perbedaan yang amat mencolok, sebagai
akibatnya akan mempengaruhi pergaulan yang ada dalam lingkungan
sosialnya, terutama dalam kelompok teman sebaya.
Sehat secara fisik dan mental lebih mengarah pada individu atau
pribadi maka sehat secara sosial mencakup keadaan yang lebih luas yaitu
lingkungan hidup  dan lingkungan sosial seseorang. Masyarakat yang sehat
secara sosial merujuk pada  suatu keadaan dimana orang-orang di dalam
masyarakat tersebut mempunyai kesempatan yang sama terhadap semua
akses yang menuju kepada kehidupan yang lebih baik (penyebaran
kekayaan yang rata, kesempatan untuk berkarya yang tidak terlalu berbeda,
perlindungan hukum yang sama dan masih banyak hal lain).
Individu yang sehat secara sosial adalah seseorang yang mudah
bergaul  dengan masyarakat di sekelilingnya, seseorang yang bisa menerima
keadaan dirinya dalam lingkungan tersebut dan seseorang yang bisa
menerima segala peraturan yang berlaku dalam masyarakat itu dengan baik.
Individu yang sehat secara sosial tentu saja hidup dalam sebuah lingkungan
ekonomi dan sosial yang sehat pula.  Kedua faktor ini amat penting. Banyak
sekali penyakit degeneratip dapat dihubungkan dengan kedua keadaan
tersebut. Penyakit Jantung  dan Diabetes Mellitus II berhubungan erat
dengan kondisi sosial, kondisi ekonomi bahkan kondisi politik setempat.
Individu yang sehat secara sosial sesungguhnya adalah seorang yang mudah
beradaptasi terhadap lingkungannya dan bisa menerima lingkungannya
dengan baik.

2
Dalam hal ini, masalah kesehatan harus ditanggulangi dari segi
adanya hubungan sosial sebagai bentuk dari implementasi sosial dalam
praktik keperawatan yang melatar belakangi sosial. Keadaan sosial ekonomi
pasien merupakan pangkal utama adanya perbedaan sosial. Struktur sosial
ekonomi, berbagai nilai sosial budaya, dan pemerataan sumber tidak
mungkin dapat dirubah dalam satu generasi. Karena itu, masalah kesehatan
ini haruslah ditanggulangi dari segi adanya sumber yang terbatas. Kesakitan
dan ketidakmampuan merupakan sebab utama kebergantungan seseorang
dan status sosial ekonomi. Dan setara klasik pula, lapisan masyarakat
berpenghasilan rendah memiliki kesempatan terbatas untuk menerima
pelayanan kesehatan. Masyarakat berpenghasilan rendah memiliki
kebutuhan khusus dan permasalahan khusus yang harus diperhitungkan,
yang tidak dimiliki kelompok lain. Serutama dituntut perhatian dan
kesabaran dari pihak tim medis. Karenanya, suatu program seharusnya
disusun yang  berorientasi pada mereka.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan latar belakang sosial?
2. Bagaimana latar belakang sosial dalam asuhan keperawatan?
3. Bagaimana penerapan latar sosial dalam asuhan keperawatan?
4. Apa pengaruh sosial dan perilaku sosial dalam kesehatan?
5. Bagaimana implementasi keperawatan dalam latar belakang sosial?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan latar belakang sosial
2. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang sosial dalam asuhan
keperawatan
3. Untuk mengetahui penerapan latar sosial dalam asuhan keperawatan
4. Untuk memahami pengaruh sosial dan perilaku sosial dalam
kesehatan
5. Untuk mempelajari implementasi keperawatan mengenai latar sosial
1.4 Manfaat Penulisan

3
1. Untuk Dosen : Diharapkan agar dosen mampu memberikan
pembelajaran mengenai materi ini lebih dalam lagi agar mahasiswa
bisa memahaminya dengan baik
2. Untuk Mahasiswa : Diharapkan agar mahasiswa mampu
mempelajari materi ini dengan baik dan dapat memahaminya dengan
mudah

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Latar Belakang Sosial


Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan,
teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini
dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul
"Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-
1857).Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya
sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
1. Pokok bahasan sosiologi
Pokok bahasan sosiologi ada empat:
a) Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan
yang berada di luar individu dan mempunya kekuatan
memaksa dan mengendalikan individu tersebut.
b) Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan perilaku orang lain.
c) Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang
terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia.
Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita
mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup
pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk
melakukan khayalan sosiologis adalah persmasalahan
(troubles) dan isu (issues). Permasalahan pribadi individu
merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi.Isu

5
merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi
individu.
d) Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu
realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti
aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara
ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi,
dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian
normati.
2.2 Sosiologi Dalam Asuhan Keperawatan

Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah


perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien.

1. Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya


pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan
dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien
dapat meningkatkan atau mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.

2. Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap


ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap
budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang
makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.

6
3. Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya


yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya
merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok.

2.3 Penerapan Sosiologi Dalam Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk


mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang
budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang
berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu

a) Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih
atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien
tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b) Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan
motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang
harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status

7
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara
pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap
kesehatan.

c) Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)


Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
d) Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
e) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan. Pada tahap ini hal-hal yang dikaji meliputi : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah
anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
f) Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat

8
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota
keluarga.

g) Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien
dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar


belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi
melalui intervensi keperawatan (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : Gangguan
komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan
sistem nilai yang diyakini.

3. Intervensi dan Implementasi

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan


trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi

9
yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang
sesuai dengan latar belakang budaya klien. Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien
tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.

 Cultural care preservation/maintenance


1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan
perawat tentang proses melahirkan dan perawatan
bayi
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat
berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki
klien dan perawat
 Cultural care accomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan
negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan
standar etik.
 Cultural care reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami
informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya
dari budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu

10
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam
bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien
dan orang tua
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem
pelayanan kesehatan Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya
yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya
mereka. Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya
klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang
bersifat terapeutik.
2.4 Pengaruh Sosial pada Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Sehat sering diartikan sebagai efisiensi sosial untuk dapat melakukan


peran dan fungsi dalam masyarakat. Ketika seorang individu sehat secara
otomatis indivdu tersebut akan mampu beremansipasi dalam melaksanakan
hak dan kewajibannya di masyarakat. Sebaliknya, ketika individu terganggu
status kesehatannya, emansipasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya
di masyarakat juga akan terganggu. Kondisi ini dapat merugikan masyarakt
sehingga dengan status kesehatannya tersebut individu diharapkan dapat
mencapai kepuasaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada beberapa
aspek social yang memengaruhi status kesehatan, di antaranya:

1. Umur, Semakin bertambah umur seorang individu, pola penyakit


yang dialami juga akan mengalami pergeseran. Jika dilihat dari
golongan umur, maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya, di kalangan balita banyak yang menderita

11
penyakit infeksi, sedangkan pada golongan usia lanjut lebih banyak
menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung
koroner, kanker dan lainnya.
2. Jenis kelamin, Kecenderungan penyakit terkadang dipengaruhi oleh
jenis kelamin individu. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat beberapa
jenis penyakit yang hanya diderita oleh jenis kelamin tertentu.
Misalnya, di kalangan wanita lebih banyak menderita penyakit
kanker payudara, sedangkan pada laki-laki banyak yang menderita
kanker prostat.
3. Pekerjaan, Terdapat hubungan antar jenis pekerjaan dengan pola
penyakit tertentu. Misalnya, petani mempunyai pola penyakit yang
berbeda dengan pola penyakit pekerja di industry. Di kalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang
dilakukan di sawah dengna lingkungan yang banyak cacing.
Sebaliknya buruh yang bekerja di industry, misalnya di pabrik
tekstil, banyak yang menderita penyakti saluran pernapasan karena
banyak terpapar dengan debu.
4. Sosial ekonomi, Keadaan sosial ekonomi juga dipengaruh pada pola
penyakit dan berpengaruh pada kematian. Misalnya, angka kematian
akan lebih tinggi di kalangan golongan yang status ekonominya
rendah dibandingkan dengan mereka dari golongan status ekonomi
tinggi. Demikian pula obesitas, lebih banyak ditemukan pada
golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, tetapi
malnutrisi lebih banyak ditemukan di kalangan masyarakat yang
status ekonominya rendah.

Menurut Foster (1978), identifikasi individu kepada kelompok berpengaruh


terhadap perilaku kesehatan.

1. Pengaruh konsep diri (self concept) terhadap eprilaku kesehatan,


konsep diri pada diri kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau
ketidakpuasaan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama

12
bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain.
Konsep diri merupakan factor yang penting dalam kesehatan karena
hal ini memengaruhi perilaku masyarakat dan juga perilaku petugas
kesehatan.
2. Pengaruh image kelompok terhadap perilaku kesehatan. Tampilan
(image) seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok.
Misalnya, anak seorang perawat akan terpapar oleh organisasi
keperawatan dan orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak
buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan keperawatan dan
besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi perawat.
3. Pengaruh identifikasi individu kepada kelompok sosialnya terhadap
perilaku kesehatan. Identifikasi individu kepada kelompok kecilnya
sangat penting untuk memberikan keamanan psikologis dan
kepuasaan dalam pekerjaan. Identifikasi tersebut dinyatakan dalam
keluarga besar di kalangan kelompok teman, kelompok kerja desa
yang kecil dan kelompok lain.

2.5 Implementasi Sosial-Budaya Dalam Asuhan Keperawatan

Berbagai upaya dilakukan oleh perawat untuk memperbaiki status


kesehatan masyarakat, termasuk mempelajari unsure social dan kebudayaan
masyarakat. Melalui proses keperawatan, khususnya pada tahap pengkajian
perawat perlu mengkaji unsure social masyarakat seperti umur, jenis
kelamin, pekerjaan, social ekonomi dan unsure budaya.

Sistem kepercayaan tertentu berkaitan dengan pemilihan menu


makanan. Pemeluk beragama Islam tidak makan daging babi, meskipun
diolah dengan baik. Secara medis sudah terbukti bahwa daging babi yang
dikonsumsi mentah atau setengah matang dapat menularkan cacing pita
(Taenia solium). Perawat tidak dapat menganjurkan masyarakat yang
beragama Islam untuk makan daging babi.

13
Sangat penting bagi perawat untuk mempelajari sistem organisasi di
masyarakat. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, perawat akan
mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana
yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana
yang disegani. Perawat akan menemukan key person untuk dijadikan kader
kesehatan. Dengan pengetahuan tersebut maka perawat dapat menentukan
strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku
kesehatan masyarakat menuju perilaku sehat dan perbaikan status kesehatan
masyarakat.

Perawat harus memiliki pengetahuan tentang kesehatan masyarakat.


Dengan menguasai pengetahuan tersebut, akan membantu mereka dalam
menentukan pengetahuan mana yang perlu ditingkatkan, diubah, dan
kesehatan. Sebagai contoh, hasil penelitian Sudarto Kresno (2008)
meunjukkan bahwa konsep masyarakat tentang penyebab penyakit diare
berbeda dengan konsep medis. Menurut masyarakat, penyebab penyakit
diarea pada bayi adalah karena bayi tersebut sedang mengalami proses
peningkatan kepandaiannya. Bayi yang semula hanya bisa merangkak
kemudian meningkat bisa berdiri, maka dalam proses perubahan tersebut,
bayi akan mengalami diare dan hal tersebut dianggap wajar sehingga tidak
perlu diobati. Selain itu, bayi yang baru tumbuh gigi juga bisa
mengakibatkan diare. Masyarakat juga berpendapat bahwa penyakit yang
disebabkan oleh guna-guna, gangguan roh halus, pergantian cuaca atau dosa
manusia. Penelitian yang dilakukan di pedesaan daerah Kabupaten Soe,
Nusa Tenggara Timur, menunjukkan bahwa bayi yang sakit disebabkan oleh
dosa kedua orang tuanya sehingga untuk menyembuhkan anak yang sakit
ISPA, kedua orang tuanya harus mengutarakan dosa mereka dan meminta
maaf. Pertama kali mereka mencari pertolongan pengobatan kepada tim doa
dan jika tidak sembuh kemudian mereka mencari pertolongan pengobatan
ke pelayanan kesehatan (Sudarto Kresno 2008). Petugas kesehatan perlu
mempelajari bahasa lokal dan istilah lokal tentang penyakit. Penguasaan

14
bahasa lokal, tidak hanya sekadar untuk memudahkan berkomunkasi dengan
masyarkaat. Umumnya masyarakat mempunyai istilah lokal tentang suatu
penyakit yang berbeda dengan istilah penyakit yang digunakan perawat.

Berikut ini diuraikan beberapa pertimbanga umum terkait dalam memenuhi


kebutuhan dasar nutrisi pada masyarakat

1. Untuk menjaga fungsi metabolism tubuh diperlukan kecukupan


karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, elektrolit dan elemen
lain. Table di bawah ini menunjukkan fungsi nutrient ini. Nutrient
yang dianjurkan setiap hari, yaitu yang mengandung lima kelompok
makanan sedangkan kelompok keenam yaitu lemak, minyak dan
gula dianjurkan untuk dimakan sewaktu-waktu, kelompok ini tidak
boleh melebihi 30% dari masukan kalori seluruhnya.
2. Factor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi meliputi usia, aktivitas,
jenis kelamin, status kesehatan, dan metabolism tubuh.
3. Factor yang memengaruhi masukan nutrisi meliputi bersangkutan
(nafsu makan, kemampuan mengunyah dan menelan, kemampuan
fungsional, status psikologis dan budaya) dan structural (sosialisasi,
keungnan, kemampuan memperoleh dan menyiapkan makanan,
fasilitas dan transportasi) (Millier,1995)
4. Tubuh memerlukan zat gizi minimal untuk kesehatan dan
pertumbuhan. Selama rentang kehidupan kebutuhan individu
bervariasi.
5. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolism
menyebabkan penurunan berat badan, memburuknya kesehatan dan
penurunan kemampuan tubuh memperbaiki sel yang rusak.
Metabolism akan meningkat pada keadaan trauma, infeksi dan
kanker.

Selama beberapa abad diet telah digunakan di beberapa Negara


untuk penatalaksanaan kondisi penyakit yang spesifik, meningkatkan

15
kesehatan selama kehamilan, merangsang pertumbuhan bayi dan anak, serta
digunakan untuk memperpanjang umur harapan hidup (Boyle dan
Andrewm, 1989)

1. Pada beberapa budaya, sehat dipandang sebagai suatu pernyataan


keseimabngan antara cairan tubuh (darah, flegma, empedu hitam,
empedu kuning). Keadaan sakit disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara cairan hormonal yang menyebabkan kekeringan yang
berlebihan, menggigil, panas atau basah. Sebagai contoh, nyeri perut
bagian atas diyakini disebabkan oleh makanan yang berlebihan,
diidentifikasi sebagai menggigil. Makanan, tumbuhan dan obat-
obatan diklasifikasikan seperti panas, basah, dingin, atau kering.
Makanan, tumbuhan dan obat-obatan digunakan untuk
mempertahankan tubuh dalam keseimbangan yang alami. Misalnya
buah pisang diklasifikasikan sebagai suatu makanan yang dingin
tetapi jagung dikasifikasikan sebagai makanan yang panas (Boyle
danb Andrew, 1989)
2. Kekurangan laktosa pada orang dewasa dilaporkan banyak terjadi
pada penduduk di dunia. Sejumlah 49% terjadi pada orang Asia,
90% pada orang Negro Afrika, 79 orang Indian Amerika, 75% pada
orang Amerika kulit hitam, 50% orang Amerika-Meksiko, dan 17%
pada orang Amerika kulit putih (Overvield, 1985)
3. Latihan nutrisi dapat digolongkan sebagai kegiatan yagn
menguntungkan, murni dan penuh kehangatan. Manfaat dan
kemurnian harus didukung. Latihan yang hangat harus didukung
dengan sensitivitas dan penjelasan pengaruh mentalnya (Boyle dan
Andrew,1989)
4. Makan secara berkelompok dapat dianjurkan pada beberapa situasi
(rehabilitasi jangka panjang, kesehatan mental) dapat menjadi
konflik budaya (Contoh, laki-laki makan bersama wanita) (Boyle
dan Andrew, 1989)

16
5. Makan digunakan oleh orang Italia untuk meningkatkan kesehatan
fisik dan psikologis. Anggur merupakan makanan yang sering
digunakan bersama pada saat makan (Ginger dan Davidhizar, 1991)
6. Mempertahankan diet yang halal pada orang Yahudi adalah sebuah
kemungkinan walaupun di dapurnya terdpaat makanan yang tidak
halal. Ikan dengan sirip merupakan diet yang dibutuhkannya. Piring
kertas disposibel akan digunakan sehingga hidangan daging dan susu
tidak bercampur. (Ginger dan Davidhizar, 1991)

17
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan


perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.
Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau
suatu masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti
tingkat pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan pemilikan barang. Setiap
individu atau masyarakat pasti menginginkan status sosial ekonomi yang
lebih baik. Namun pada kenyataannya masih banyak individu atau
masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah. Dalam hal ini
implementasi keperawatan sangatlah diperlukan untuk mengatasi masalah
perekonomian masyarakat terutama dalam hal kesehatan
3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak luput dari kesalahan.


Jadi kami mohon maaf dan mohon perbaikan demi kelancaran
pembelajaran ini. Diharapkan agar dosen bisa memberikan materi lebih
jelas mengenai paper ini agar kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi bisa
memahaminya dengan mudah.

18

Anda mungkin juga menyukai