LAHAN KERING
Tanah Ultisol
Tanah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,
sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan. Tanah
ini dapat dijumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Tanah Ultisol
dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Namun
sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen masam.
Ciri ciri
Tanah Ultisol bisa dicirikan oleh:
1. Tanah Ultisol mempunyai penampang tanah yang dalam sehingga menjadi media
yang baik bagi prertumbuhan tanaman.
2. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan
bahan organik.
3. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P
Pemanfaatan tanah ultisol untuk perkembangan tanaman perkebunan seperti perkebunan
kelapa sawit, karet, dan hutan industri, terutama Sumatera dan Kalimantan. Namun,
pemanfaatan tanah ultisol pada tanaman pangan karea dapat menghambat laju pertumbuhan
tanaman.
Permasalahan
1. Kemasaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organik
rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Tetapi dapat diatasi dengan:
Pengapuran
Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari sangat masam
atau masam ke pH netral, serta dapat menurunkan kadar Al. Jadi, pemberian
kapur dapat mengatasi masalah kemasaman tanah dan juga menjamin tanaman
dapat bertahan hidup serta berproduksi bila terjadi kekeringan.
Pemupukan fosfat
Tanah ultisol memiliki kadar P yang rendah, sehingga pemupukan ini menjadi
salah satu cara pengolahan tanah ultisol. Pemberian P terhadap tanah ultisol
dapat menaikkan ketersediaan P dalam tanah.
Bahan organik
Dengan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah dan membuat
struktur tanah menjadi lemah dan mudah diolah sehingga dapat mencegah
erosi.
2. Rendahnya pengetahuan dan sumber pembiayaan petani, terutama untuk pengadaan
pupuk P, kapur, dan pupuk kandang.
Untuk memacu penerapan hasil-hasil penelitian dapat memanfaatkan tenaga penyuluh
pertanian yang ada untuk memantau tingkat adopsi teknologi yang dihasilkan oleh
petani.
TEKNOLOGI PETERNAKAN : LIMBAH PETERNAKAN URINE SAPI
SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR
Saat ini penggunaan pupuk organic semakin meningkat seiring berkembangnya pertanian.
Salah satu peluang yang dapat digunakan dalam bidang peternakan yaitu kotoran dan limbah
urine sapi sebagai bahan baku pembuatan pupuk cair organik. Dengan sentuhan inovasi
teknologi, limbah urine dapat diproses menjadi pupuk cari dengan kandungan hara yang
tinggi berbahan limbah urine (biourine) sebagai nutrisi tanaman.
Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Cair (Biourine)
1. Untuk menyuburkan tanaman
2. Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah
3. Untuk menguarangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar
4. Untuk membantu revitalisasi produktivitas tanah
5. Untuk meningkatkan kualitas produk
Keunggulan Penggunaan Pupuk Organik Cair (Biourine) yaitu volume penggunaan lebih
hemat dibandingkan pupuk organik padat, serta pengaplikasiannya lebih mudah karena dapat
diberikan dengan cara penyemprotan atau penyiraman.
Rohani, S. (2017). Model Pemanfaatan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair Kecamatan
Liburen Kabupaten Bone. Panrita Abdi-Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 1(1), 11-15.
Sugiyono, A. (1998, October). Kendali Sistem Energi Untuk Pertanian Rumah Kaca.
In Prosiding Seminar Nasional Penerapan Teknologi Kendali dan Instrumentasi pada
Pertanian, BPPT (pp. S5-5).