Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“HAK ASASI MANUSIA, DEMOKRASI, DAN
KORUPSI DALAM PRSEPEKTIF ISLAM”

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Aziddin Harahap S.H.M.P.D

DI SUSUN OLEH:
CINTA ITO

Y-ULB ASAM JAWA


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hak
Asasi Manusia, Demokrasi, dan Korupsi dalam Perspektif Islam”. Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam di Universitas Labuhanbatu.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kotapinang, 5 November
2021

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................1
Bab II Pembahasan...........................................................................................2
2.1 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam.................................2
2.2 Demokrasi Dalam Pandangan Islam.................................................3
2.3 Korupsi Dalam Pandangan Islam......................................................6
BAB III Penutup...................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................8

DAFTAR PUSAKA............................................................................................................9
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Hukum, HAM, dan Demokrasi Dalam islam berisi tentang penjelasan
konsep-konsep hukum islam, HAM menurut islam dan demokrasi dalam Islam
meliputi prinsip bermusyawarah dan prinsip dalam ijma’. HAM dan Demokrasi
merupakan konsepsi kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah
peradaban manusia di seluruh penjuru dunia. HAM dan demokrasi juga dapat
dimaknai sebagai hasil perjuangan manusia untuk mempertahankan dan mencapai
harkat kemanusiaannya, sebab hingga saat ini hanya konsepsi HAM dan
demokrasilah yang terbukti paling mengakui dan menjamin harkat
kemanusiaan.Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seperangkat
hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian
disebut dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya
sebagai manusia yang merupakan karunia Sang Pencipta.
Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan hak-hak
yang sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama
dalam interaksi sosial. Namun kenyataan menunjukan bahwa manusia selalu
hidup dalam komunitas sosial untuk dapat menjaga derajat kemanusiaan dan
mencapai tujuannya. Hal ini tidak mungkin dapat dilakukan secara individual.
Akibatnya, muncul struktur sosial. Dibutuhkan kekuasaan untuk menjalankan
organisasi sosial tersebut.
Terdapat banyak ungkapan yang dapat di pakai untuk menggambarkan
pengertian korupsi, meskipun tidak seutuhnya benar. Akan tetapi tidak terlalu
menjauh dari hakikat dan pengertian korupsi itu sendiri. Ada sebagian yang
menggunakan istilah “ikhtilas” untuk menyebutkan prilaku koruptor, meskipun
dalam kamus di temukan arti aslinya yaitu mencopet atau merampas harta orang
lain.
Realitanya praktikal korupsi yang selama ini terjadi ialah berkaitan dengan
pemerintahan sebuah Negara atau public office, sebab esensi korupsi merupakan
prilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di pemerintahan yang
terletak pada penggunaan kekuasaan dan wewenang yang terkadung dalam suatu
jabatan di sau pihak dan di pihak lain terdapat unsure perolehan atau keuntungan,
baik berupa uang atau lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hak asasi manusia menurut perspektif Islam?
2. Bagaimana demokrasi menurut perspektif Islam?
3. Bagaimana korupsi menurut perspektif Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui hak asasi manusia menurut perspektif Islam
2. Memahami demokrasi menurut sudut pandang Islam
3. Memahami korupsi dalam perspektif Islam

1
Bab II
Penjelasan

2.1 Hak Asasi Manusia Menurut Pandangan Islam


Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat siapapun. Hak diartikan sebagai kewenangan atau kewajiban
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Adapun asasi bermakna
segala sesuatu yang bersifat dasar, prinsip, fundamental, yang selalu melekat pada
obyeknya. Sedangkan manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal budi. Jadi,
hak asasi manusia adalah sesuatu yang senantiasa melekat dan paling fundamental
bagi manusia.
Jika dibandingkan antara hak asasi manusia dari sudut pandang barat dan
Islam. Maka terdapat perbedaan. Hak asasi manusia menurut pemikiran barat
semata-mata bersifat antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat pada manusia.
Adapun hak asasi manusia dilihat dari sudut pandang Islam bersifat teosentris.,
artinya segala sesuatu berpusat kepada Tuhan. Ini bermakna bahwa dalam Islam,
manusia pertama-tama harus meyakini ajaran pokok Islam yang dirumuskan
dalam dua kalimat syahadat, yakni pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan-Nya. Barulah setelah itu manusia melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik menurut isi keyakinannya itu.
Di dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
HAM, selanjutnya disingkat dengan UU HAM dan pasal 1 angka 1 Undang-
Undang No.26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pengertian HAM
disebutkan sebagai berikut:
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan oleh Undang-Undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntunan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Hak-hak asasi manusia memperoleh landasannya dalam Islam melalui
ajaran-Nya yang paling utama, yaitu tauhid (mengesakan Tuhan). Karena itu, hak-
hak asasi manusia dalam Islam lebih dipandang dalam perspektif teosentris.
Walau demikian, ajaran tauhid tersebut berimplikasi pada keharusan prinsip
persamaan, persaudaraan, dan keadilan antar sesame manusia, dan prinsip
kemerdekaan dan kebebasan manusia. Prinsip-prinsip tersebut telah menjadi
landasan bagi pembentukan peradaban masyarakat muslim awal sehingga
menempatkan dunia Islam beberapa abad di depan Barat.
Setidaknya ada dua hal yang menjadi dasar hak-hak asasi manusia dalam Al-
Qur’an. Dasar pertama, yakni Allah menjadikan manusia sebagai mustaqlif di
muka bumi. Ini berarti manusia resmi diberi amanat sebagai representasi Tuhan
(khalifah) di muka bumi. Dalam menjalankan amanat sebagai khalifah, tugas
pokok dan fungsional yang harus diemban manusia adalah melaksanakan hukum
Tuhan di muka bumi ini dengan cara yang benar. Implikasinya adalah terdapat
hak-hak civil berupa hak-hak politik (siasi) pada diri setiap individu.
Islam mengajarkan bahwa manusia semuanya sama, tidak ada kelebihan
seseorang disebabkan ras, jenis kelamin, kekayaan, dan status sosial, dan
sebagainya, termasuk agama. Karena itu, tidak ada alasan bagi seseorang untuk
merampas hak atau kesempatan orang lain. Sejalan dengan itu, Islam mengajarkan
bahwa keadilan dalam segala bentuknya merupakan keharusan dan kunci
kelangsungan.
Dalam Islam terdapat beberapa prinsip-prinsip masyarakat Islam,
diantaranya:
1. Persamaan yang merata di antara segenap manusia, baik di antara per
orangan maupun kumpulan, baik diantara jenis bangsa maupun warna
kulit, ataupun antara yang mememrintah dengan yang diperintah.
2. Keadilan yang mutlak disegala lapangan: politik, ekonomi dan sosial.
3. Kemerdekaan dalam seluas-luas arti kata, baik mengenai spiritual maupun
mengenai kepentingan material.
4. Persaudaraan yang mendalam karena dorongan semangat keagamaan
yang suci.
5. Persatuan yang bulat, berdasarkan persaudaraan.
6. Saling membantu dan membela dari segala gangguan.
7. Memelihara kesopanan dan kehormatan, baik mengenai masyarakat
umum maupun mengenai kekeluargaan ataupun perseorangan.
8. Menjunjung akhlak yang mulia dan sifat-sifat utama.
9. Memiliki bersama (istikhlaf) segala benda ciptaan Tuhan di darat, lautan,
dan udara, ataupun di angkasa raya.
10. Meratakan kekayaan di antara segala manusia, baik secara pribadi (harta
warisan, pembayaran zakat, dan sedehak-sedekah yang lainnya), maupun
dengan campur tangan pemerintah.
11. Mengasihani sesama makhluk dan berbuat kebajikan (sosial).
12. Memegang teguh prinsip “musyawarah”.

Hak asasi manusia tidak terlepas dari persoalan etika dan ke yakinan.
Keyakinan (cara pandang) sebagai fondasinya, sementara etika berkaitan dengan
“prosedur pelaksanaannya”. Keyakinan yang menjadi fondasinya adalah martabat
manusia dan kesamaan manusia. Konsep HAM, etika, dan keyakinan yang
menjadi fondasinya seharusnya sejalan. Pelaksanaan HAM tanpa memperhatikan
etika yang melekat padanya akan meruntuhkan fondasinya sendiri.

2.2 Demokrasi Dalam Pandangan Islam


Demokrasi secara etimologi berasal dari kata Yunani, demos (rakyat) dan
kratos (berkuasa) sehingga berarti “rakyat berkuasa”. Adapun secara istilah,
dikenal berbagai macam demokrasi. Ada demokrasi konstitusional, demokrasi
parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila, dan sebagianya.
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang membuka selebarnya kepada arus
akuntabilitas publik, juga memberikan penekanan pada fungsi kontrol atau dengan
kata lain check and balance dari semua pos-pos kekuasaan yang ada. Dari sini
diharapkan akan lahir keadilan yang secara mekanis memberikan kebaikan secara
menyeluruh kepada masyarakat.
Karena konsep syura merupakan gagasan politik utama dalam al-Qur’an,
sistem politik demokrasi nampaknya lebih dekat kepada cita-cita politik Qurani,
sekalipun tidak semestinya identik dengan praktik demokrasi barat.
Cita-cita politik islam adalah untuk menciptakan tata sosial yang anggun
dan hidup di muka bumi yang adil didasarkan pada etika. Hal ini menunjukan
bahwa ide tauhid dan kemaunusiaan yang begitu sentral dalam islam telah
memberikan ontologi bagi bangunan sebuah masyarakat dan peradaban yang
hendak dibangun. Di atas landasan ontologi yang kuat, masyarakat yang hendak
dibangun itu haruslah terbuka, demokratik, toleran dan damai. Empat ciri-ciri
tersebut hendaklah menjadi acuan bagi semua gerakan pembangunan moral dan
masyarakat di dunia ini.
Dalam sistem demokrasi yang diinginkan islam, nilai-nilai intelektual dan
nilai-nilai spiritual haruslah saling melengkapi. Demokrasi harus mempunyai
orientasi moral. Dibawah demokrasi spiritual, masalah keadilan tidak lagi menjadi
isu politik karena lawannya berupa ketidakadilan dinilai masyarakat sebagai
budaya yang amat rendah dan tak patut dilakukan oleh manusi beradab.
Politik demokratis memerlukan toleransi, tanpa toleransi sosial, manusia
tidak akan bisa hidup dengan damai. Dalam demokrasi semua harus
bersatu,menghargai perbedaan dan tidak membiarkan perbedaan masing-masing
membedakan mereka sebagai masyarakat dan sebagai manusia.
Terdapat 3 prinsip umum ketatanegaraan dalam pandangan islam:
1. Prinsip Musyawarah (shura)
[42:38] Asy-Syura: Ayat 38 - ‫الشورى‬

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka.

[3:159] Ali 'Imran (Keluarga 'Imran): Ayat 159 - ‫آل عمران‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut


terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu]. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.
Ayat pertama menggambarkan bahwa dalam setiap persoalan yang
menyangkut masyarakat atau kepentingan umum Nabi selalu mengambil
keputusan setelah me-lakukan mesyawarah dengan para sahabat-nya. Ayat
kedua menekankan perlunya diadakan musyawarah, atau lebih tegasnya umat
Islam wajib bermusyawarah dalam memecahkan setiap masalah kenegaraan.
Kewajiban ini terutama dibebankan kepada setiap penyelenggara kekuasaan
negara dalam melaksanakan kekuasaannya.

Musyawarah dapat diartikan sebagai suatu forum tukar-menukar pikiran,


gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam memecahkan
suatu masalah sebelum tiba pada suatu peng-ambilan keputusan. Jika dilihat
dari sudut kenegaraan, maka musyawarah adalah suatu prinsip konstitusional
dalam Islam yang wajib dilaksanakan dalam suatu pemerintahan dengan
tujuan untuk men-cegah lahirnya keputusan yang merugikan kepentingan
umum atau rakyat. Dengan demikian musyawarah berfungsi sebagai “rem”
atau pencegah kekuasaan yang absolut dari seorang penguasa atau kepala
negara.

2. Prinsip Keadilan (al-‘adl)


[4:135] An-Nisa' (Wanita):Ayat 135 - ‫النّساء‬

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar- benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin,
maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat tersebut di atas sekurang-kurangnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Orang-orang yang beriman wajib me-negakkan keadilan.
b. Setiap mukmin apabila ia menjadi saksi ia diwajibkan menjadi saksi
karena Allah dengan sejujur-jujurnya dan adil..
c. Manusia dilarang mengikuti hawa nafsu.
d. Manusia dilarang menyelewengkan ke-benaran.

Keadilan merupakan salah satu prinsip yang sangat penting dalam


Alquran. Oleh karena Allah sendiri memiliki sifat Maha Adil. Keadilan-Nya
penuh dengan kasih sayang kepada makhluk-Nya (rahman dan rahim). Dalam
Islam, keadilan adalah kebenaran. Kebenaran adalah merupakan salah satu
nama Allah.

Apabila prinsip keadilan dibawa ke fungsi kekuasaan negara, maka ada


tiga kewajiban pokok bagi penyelenggara negara atau suatu pemerin-tahan
sebagai pemegang kekuasaan, yaitu:
 Kewajiban menerapkan kekuasaan negara yang adil, jujur, dan bijaksana
 Kewajiban menerapkan kekuasaan kehakiman yang seadil-adilnya
Kewajiban penyelenggara negara untuk mewujudkan suatu tujuan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di bawah keridhaan Allah.
 Kewajiban penyelenggara negara untuk mewujudkan suatu tujuan
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di bawah keridhaan Allah.

3. Prinsip Egaliteranisme (musawah)


Allah telah menciptakannya dari pasangan laki-laki dan wanita. Pasangan
yang pertama adalah Adam dan Hawa, kemudian dilanjutkan oleh pasangan-
pasangan lainnya melalui suatu pernikahan atau keluarga. Jadi semua manusia
melalui proses penciptaan yang “seragam” yang merupkan suatu kriterium
bahwa dasarnya semua manusia adalah sama dan memiliki kedudukan yang
sama. Inilah yang disebut prinsip persamaan.

Oleh karena itu tidaklah sepatutnya masyarakat dibedakan dalam haknya


sebagai masyarakat dalam poltik islam. Tiap masyarkat mempunyai hak yang
setara maupun dia kaya atau miskin, laki-laki ataupun perempuan.

2.3 Korupsi Dalam Pandangan Islam


[4:29] An-Nisa' (Wanita):Ayat 29 - ‫النّساء‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dalam hukum Islam disyariatkan Allah SWT demi kemaslahatan manusia


dan diantara kemaslahatan yang ingin diwujudkan dalam syariat hukum tersebut
adalah harta yang terpelihara dari pemindahan hak milik yang tidak menurut
dengan prosedur hukum dan juga dari pemanfaatannya yang tidak sejalan dengan
kehendak Allah SWT. Karena itulah, larangan merampas, mencuri, mencopet dan
lainnya menjadi pemeliharaan keamanan harta dari kepemilikan yang tidak sah.
Larangan memakainya sebagai taruhan judi dan juga memberikan pada orang lain
yang diyakini akan dipakai untuk perbuatan yang maksiat, sebab penggunaan
yang tidak sesuai dengan jalan Allah SWT jadikan kemaslahatan yang dituju
menjadi tidak tercapai. Ulama fikih juga sepaham dan berkata jika perbuatan
korupsi merupakan haram dan juga terlarang sebab menjadi hal yang bertentangan
dengan maqasid asy-syariah.
Istilah dari penggunaan mempunyai pengartian yang luas seperti
menyantap, mengeluarkan untuk keperluan ibadah, keperluan sosial dan lain
sebagainya. Menggunakan harta kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama
saja dengan hasil rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram lainnya.
Dengan cara meraihnya yang sama, maka hukum menggunakan hasilnya juga
tentunya sama. Ulama fikih dalam urusan ini juga sepakat jika menggunakan harta
yang didapat dengan cara terlarang maka hukumnya adalah haram karena prinsip
harta tersebut bukan menjadi milik yang sah namun milik orang lain yang didapat
dengan cara terlarang.
Para ulama juga menggunakan kaidah fikih yang memperlihatkan
keharaman dalam memakai harta korupsi yakni “apa yang diharamkan
mengambilnya, maka haram juga untuk memberikan atau memanfaatkannya.”
Selama hasil dari perbuatan diharamkan untuk menggunakannya, maka
selama itu juga pelaku akan diharuskan untuk mengembalikan pada pemilik harta
yang sah. Apabila ulama fikih sepakat untuk mengharamkan menggunakan harta
kekayaan yang didapat dengan cara korupsi, maka mereka berbeda pendapat
mengenai akibat hukum dari menggunakan hasil korupsi itu.
Bab III
Penutupan

3.1 Kesimpulan
1. Hak Asasi Manusia menurut pemikiran barat semata-mata bersifat
antroposentris, artinya segala sesuatu berpusat kepada manusia, sehingga manusia
sangat dipentingkan. Sedangkan ditilik dari sudut pandang Islam bersifat
teosentris, artinya, segala sesuatu berpusat kepada Tuhan, sehingga Tuhan sangat
dipentingkan.
2. Demokrasi Dalam Islam menjunjung tinggi Keadilan Atas hak-hak
masyarakat sebagai manusia agar tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan
damai.
3. Pada dasarnya korupsi adalah mengambil hak milik orang lain yang
dimana itu tetap tidak dibenarkan dalam islam

3.2 Saran

1. Sebagai Umat Islam, kita sebaiknya memahami dengan baik sitem


pemerintahan islam dengan baik
2. Sebaiknya kita menanamkan sikap toleransi pada diri kita masing masing
untuk menciptakan kehidupan yang lebih damai
Daftar Pustaka

1. Andi Herawati. 2016. Konsep Ketatanegaraan Dalam Islam. Makalah. Dikutip


dari
http://jurnaldiktum.blogspot.com/2015/01/800x600-normal-0-false-false-false-in-
x.html
2. Zuliaden Jayus. 2014. Korupsi Menurut Islam. Makalah. Dikutip dari
http://zuliaden-jayus.blogspot.com/2014/08/makalah-korupsi-menurut-islam.html
3. Muhammad Salim. 2013. Hukum, Ham, dan Demokrasi Dalam Islam. Makalah.
Dikutip dari http://serbamakalah.blogspot.com/2013/03/hukum-ham-dan-
demokrasi-dalam-islam_6683.html

Anda mungkin juga menyukai