3, April 2019 35
ABSTRAK
Pemenuhan kebutuhan seksual merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Beberapa
keadaan mengakibatkan manusia hampir tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya secara
normal, diantaranya yang terjadi pada para penghuni lembaga pemasyarakatan (Lapas).
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dilakukan penelitian tentang Analisis Perilaku
Pemenuhan Kebutuhan Seksual Penghuni di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Manado.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif pada
bulan September 2018 – Pebruari 2019 di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan (LPP) Manado.
Informan dari penelitian ini terdiri dari 7 informan. Instrumen dalam penelitian ini yaitu
wawancara mendalam yang berisi daftar pertanyaan yang berkaitan dengan perilaku pemenuhan
kebutuhan seksual di LPP Manado. Validasi data dengan menggunakan metode Triangulasi. Hasil
penelitian menunjukkan pemenuhan kebutuhan seksual penghuni yang belum menikah adalah
berpegangan tangan dan berkhayal melakukan hubungan seksual. Bagi penghuni yang sudah
menikah, cara pemenuhan kebutuhan seksual dengan berpegangan tangan, berkhayal melakukan
hubungan seksual dan masturbasi. Pemenuhan kebutuhan seksual penghuni yang belum menikah
dan yang menikah adalah dengan berpegangan tangan, berkhayal melakukan hubungan seksual
dan masturbasi. Pemenuhan kebutuhan seksual penghuni yang menikah hanya dengan
mengunjungi keluarga (CMK). Saat ini, tidak ada kebijakan pemenuhan kebutuhan seksual untuk
penghuni perempuan.
ABSTRACT
Fulfillment of sexual needs is an important thing in human life. Some conditions cause humans to
barely be able to fulfill their sexual needs normally, including those that occur in prisoners
(Lapas). Based on the description above, a study was conducted on the Analysis of Occupational
Sexual Needs Behavior in the Manado Women's Penitentiary. This research is descriptive
research. The study was conducted with a qualitative method in September 2018 - February 2019
at the Manado Women's Penitentiary (LPP). Information from this study was collected from 7
informans. The instrument in this study was an in-depth interview which lists questions related to
sexual fulfillment behavior at LPP Manado. The data was validated using Triangulation method.
The results showed that the fulfillment of the sexual needs of unmarried residents was holding
hands and sexual fantasy. For married residents, the fulfillment of the sexual needs was holding
hands, sexual fantasy and masturbation. The fulfillment of sexual needs of unmarried and married
residents was by holding hands, sexual fantasy and masturbation. Sexual needs fulfillment of
married residents is only by visiting the family (CMK). Currently, there is no policy of sexual
needs fulfillment to women prisoners.
seperti ini tetap dapat dikategorikan laki yang tidak memiliki riwayat
sebagai sesuatu yang normal secara penahanan.
seksual (Febrian, 2011). Saat dimana Penelitian “Criminal Justice
kebutuhan biologis tidak dapat Handbook Series handbook On Women
disalurkan, narapidana yang sementara And Imprisonment” melaporkan data
menjalani hukuman dan sedang berada dari berbagai dunia menunjukkan
dalam lembaga pemasyarakatan, bahwa, mayoritas tahanan wanita secara
cenderung berfantasi seks. global adalah ibu. Sebagai contoh:
Yap et al (2010) dalam Brasil yang adalah penjara wanita
penelitian “Sexual practices and dental terbesar, 87 persen tahanan wanita
dam use among women prisoners - A adalah ibu, di Federasi Rusia, 80 persen
mixed methods study” menemukan 71 wanita terpidana adalah ibu; di Amerika
dari 199 (36%) wanita melaporkan Serikat, sebesar 80 persen tahanan
melakukan hubungan seks dengan wanita adalah ibu, dengan tiga perempat
narapidana lain. Martins, et al (2018) memiliki anak di bawah 18 tahun; di
meneliti “Sexual behavior and sexually Inggris, sebanyak 66 persen tahanan
transmitted diseases among the female perempuan adalah ibu, 55 persen
partners of inmates”. Hasil penelitian ini memiliki setidaknya satu anak di bawah
menunjukkan bahwa 40,8% wanita 16 tahun, dan 34 persen adalah orang tua
melaporkan dalam 12 bulan terakhir tunggal sebelum masuk penjara;
lebih dari satu pasangan seksual, dan Demikian juga di Lebanon, 49 persen
49,7% dari mereka melaporkan narapidana wanita memiliki anak di
mempunyai riwayat IMS sebelumnya. bawah 16, termasuk 13 persen dengan
Hasil ini berbeda dengan yang anak di bawah 10 ditambah 19 persen
dilaporkan dalam sebuah penelitian yang lebih lanjut dengan anak di bawah 5
dilakukan pada 175 pasangan wanita tahun; di Rwanda, sebesar 45 persen
dari narapidana di Amerika Serikat, tahanan wanita memiliki anak di bawah
yang melaporkan bahwa 50% wanita 16 tahun, termasuk 15 persen
melaporkan mempunyai pasangan mempunyai anak di bawah 10 tahun
seksual lain sementara pasangan mereka ditambah 10 persen lebih lanjut dengan
berada dalam penjara. Laki-laki yang anak di bawah 5 tahun; di Armenia dan
memiliki riwayat penahanan, lebih Georgia, sebanyak 78 persen tahanan
rentan tiga sampai enam kali untuk wanita adalah ibu. Pada Mei 2013, di
tertular HIV dan PMS lain daripada laki- Georgia ada 486 anak dengan ibu di
penjara dan 221 anak di Armenia.
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 39
karena latar belakang khas dari para di Penjara sejak 1995, mendukung
wanita ini yang sering kali termasuk Negara-negara Anggota dalam
pengguna narkoba suntikan, pelecehan meningkatkan kesehatan masyarakat
dan kekerasan seksual, kerja seks dan dengan menangani perawatan kesehatan
praktik seksual yang tidak aman di penjara dan memfasilitasi hubungan
(Anonim, 2008). Sistem yang ada di antara kesehatan penjara dan kesehatan
penjara seringkali tidak bisa memenuhi masyarakat.
kebutuhan khusus perempuan oleh Criminal Justice Handbook
karena sesuai aturan telah dirancang Series (2014) dalam “Handbook On
oleh dan untuk kesehatan wanita dan Women And Imprisonment”
laki-laki. menekankan bahwa perempuan rentan
Perempuan di penjara terhadap pelecehan seksual dan bentuk-
membutuhkan akses gratis ke berbagai bentuk kekerasan lainnya dalam
layanan kesehatan khusus gender. Harus penahanan, hal ini memungkinkan untuk
diakui bahwa perempuan dan laki-laki memaksa mereka mengakui pelanggaran
berbeda dan bahwa perlakuan yang yang tidak mereka lakukan. Interogasi
sama antara laki-laki dan perempuan oleh laki-laki dalam sekelompok
tidak menghasilkan hasil yang sama. masyarakat cenderung untuk
Tahanan perempuan harus menerima mengintimidasi perempuan yang sampai
informasi dan pendidikan tentang semua sekarang tidak ada hubungan dengan
tindakan perawatan kesehatan preventif laki-laki yang tidak terkait. Hal ini
yang relevan. mengandung ancaman pelecehan
Menurut Van den Berg et al, seksual, terlepas dari apakah ancaman
(2011) kesehatan di penjara adalah itu diwujudkan atau tidak.
bagian tak terhindarkan dari kesehatan Gender Specific Standards to
masyarakat dimana ada interaksi intensif Improve Health and Wellbeing for
antara penjara dan masyarakat. Women in Prison in England yang
Penanganan kesehatan masyarakat dipublikasikan Maret 2018
termasuk di dalamnya mengatasi merekomendasikan agar dalam skrining
masalah kesehatan di lapas sangatlah kesehatan awal saat masuk dalam
penting guna meningkatkan kesehatan penjara, ditanyakan tentang aktivitas
masyarakat secara keseluruhan. Kantor seksual, kehamilan, penggunaan
Regional Organisasi Kesehatan Dunia kontrasepsi dan siklus menstruasi,
(WHO) untuk Eropa telah secara khusus memberikan saran dan intervensi yang
mengakui hal ini oleh Proyek Kesehatan diperlukan jika relevan. Dalam standard
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 42
yang tinggal dalam lingkungan yang bahwa beberapa aktivitas seksual yang
homogen, dalam arti narapidana laki- dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan,
laki dan narapidana perempuan tinggal seperti masturbasi, praktek
di tempat yang berbeda, sering homoseksual, kekerasan seksual sampai
mengalami ketidakwajaran seksual pada bisnis seks merupakan temuan
(sexual perversion). Peristiwa yang nyata didapatkan di lapangan.
homoseksual banyak ditolerkan dalam Keadaan seperti ini diharapkan dapat
penjara dan asrama yang adalah tempat mendorong pemerintah untuk
para kaum pria berdiam terpisah dari memperhatikan kebutuhan seksual
kaum wanita. narapidana melalui suatu model hukum
Sulistyawan (2010) dalam yang humanis, misalnya melalui
penelitiannya “Membangun Model penerapan Cuti Mengunjungi Keluarga
Hukum yang Memperhatikan (CMK).
Kebutuhan Seksual Narapidana di Hubungan intim antara
Lembaga Pemasyarakatan: Telaah narapidana dengan pasangan sahnya
Paradigma Konstruktivisme” merupakan hak asasi yang harus
menunjukkan keterkaitan erat antara hak dipenuhi diantaranya dengan penyediaan
atas kebutuhan seksual dengan hak-hak fasilitas bilik cinta atau ruang untuk
sipil dasar yang terdapat dalam aturan- berhubungan intim. Sayangnya, penjara
aturan HAM baik secara nasional di Indonesia saat ini masih berhadapan
maupun internasional. Pengingkaran dengan beberapa permasalahan klasik.
terhadap adanya kebutuhan biologis bagi Kelebihan kapasitas, terbatasnya dana
narapidana merupakan pengingkaran pemenuhan kebutuhan sehari-hari
pula terhadap state of nature (sifat narapidana, persoalan higienitas dan
alamiah) seorang narapidana sebagai keterbatasan tempat masih menjadi
manusia. Berbagai temuan mengenai perhatian. Hal ini menyebabkan sulit
aktivitas pemenuhan kebutuhan seksual diwujudkan penyediaan fasilitas khusus
narapidana di Lembaga Pemasyarakatan bagi para narapidana dalam sebuah
merupakan fenomena yang tidak bisa kebijakan.
diabaikan. Pembahasan yang menarik
Citrawan, (2013) dalam untuk dikaji menurut Demartoto, (2013).
penelitian mereka “Seksualitas Dalam Dalam buku “Seks, Gender, dan
Penjara: Studi Tentang Kebutuhan Seksualitas Lesbian” adalah sisi negatif
Biologis Narapidana Dari Perspektif penjara di Indonesia dengan munculnya
Hak Asasi Manusia” menunjukkan fenomena epidemiologi tumbuh
Jurnal KESMAS, Vol. 8 No. 3, April 2019 46