Anda di halaman 1dari 16

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

PERENCANAAN SISTEM PRODUKSI


PADA MANAJEMEN RANTAI PASOK SAYURAN
(Studi Kasus di Kelompok Tani Katata, Kampung Cinangsi, Desa Margamekar,
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat)

ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA


Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Email: anggitakrsm@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Katata dengan tujuan untuk menganalisis
sistem produksi pada manajemen rantai pasok produk sayuran dalam memenuhi
permintaan pasar terstruktur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
kualitatif dan pendekatan sistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengadaan
produk di Kelompok Tani Katata saat ini belum mampu memenuhi permintaan dari Giant
Supermarket akibat dari replikasi perencanaan sistem produksi yang dilakukan berdasarkan
sistem produksi untuk produk reguler dan tidak disesuaikan dengan permintaan pasar.
Sistem produksi yang dapat dilakukan oleh Kelompok Tani Katata dalam memenuhi
permintaan pasar terstruktur adalah dengan merubah sistem produksinya dalam hal ini
dilakukan penjadwalan produksi dan pengalokasian input sesuai dengan permintaan dari
Giant Supermarket.

Kata kunci: Sistem Produksi, Model Perencanaan Produksi, Manajemen Rantai Pasok.

Abtract
This research was conducted in Kelompok Tani Katata, the aim of this study is to analyze
the production system of the vegetable’s supply chain management on fulfilling the market
demand. The method of this research using a qualitative method and modeling-system
approach. The result of this study shows that Katata couldn’t fulfill the market demand
since the production system is the replication of the regular production system planning.
To fulfill the market demand, Katata should change the production system which are the
production's scheduling and input's allocation that suitable to the market demand.

Keywords: Production system, Production Planning Models, Supply chain Management

PENDAHULUAN Subsektor hortikultura terdiri atas buah


Indonesia merupakan negara dan sayuran. Berdasarkan Hasil Riset
agraris dan sektor pertanian mengambil Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan
peranan yang cukup penting. Secara (2013), tingkat konsumsi sayur di
umum, pertanian terbagi atas tiga Indonesia pada umumnya masih rendah
subsektor yakni pangan, hortikultura, dan dibandingkan negara–negara lain di
perkebunan. Subsektor hortikultura dunia, yang mana konsumsi sayuran per
merupakan salah satu komoditas penting kapita hanya sebesar 34.55
di masyarakat dari ketiga sub sektor. kg/kapita/tahun dimana nilai tersebut

89
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

jauh di bawah rekomendasi Food 2015 dan berjalan sesuai dengan


Agriculture Organization (FAO) sebesar perjanjian. Namun, Kelompok Tani
73 kg/kapita/tahun. Katata di akhir tahun 2016 mengalami
Permintaan terhadap sayuran yang penurunan service level akibat
meningkat dari tahun ke tahun dipasok ketidakmampuan Katata dalam
oleh beberapa daerah di Indonesia, salah memenuhi produk baru senilai Rp 5.000,-
satunya adalah Jawa Barat. Kini, Jawa per pack. Permintaan terhadap produk ini
Barat dikenal sebagai salah satu sentra berjumlah 300 pack produk untuk
sayuran di Indonesia. Menurut data komoditas utama Katata per satu kali
jumlah produksi sayuran di Indonesia pengiriman untuk 6 titik.
tahun 2014 berdasarkan provinsi, Menurut Simchi-Levi, et al (2003),
Provinsi Jawa Barat merupakan pemasok manajemen rantai pasok adalah adalah
terbesar produk sayuran di Indonesia sebuah perencanaan yang terpadu,
dengan persentase 23%, kemudian implementasi, koordinasi dan kontrol dari
disusul Jawa Tengah 20%, dan Jawa semua proses bisnis dan kegiatan yang
Timur 14% (Badan Pusat Statistik, diperlukan untuk memproduksi dan
2014). mengirim produk seefisien mungkin yang
Kelompok Tani Katata merupakan dapat memuaskan permintaan pasar.
salah satu bagian dari salah satu sentra Perencanaan sistem produksi
agribisnis sayuran yaitu Kecamatan merupakan salah satu strategi pada rantai
Pangalengan. Keuntungan yang diperoleh pasok yang dilakukan dengan tujuan
Katata dengan tergabungnya di sentra memenuhi permintaan. Melihat jumlah
agribisnis sayuran, Katata kini telah permintaan dari Giant Supermarket yang
mampu menjalin kerjasama dengan Giant membutuhkan jumlah pasokan dan
Supermarket sebagai pemasok sayuran. produksi yang kontinu dengan kuantitas
Kerjasama yang dilakukan berupa dan kualitas yang telah disepakati, maka
pemenuhan pasokan produk reguler dan diperlukan analisis mengenai manajemen
produk baru Giant Supermarket yaitu rantai pasok di Kelompok Tani Katata
produk fresh everyday senilai Rp 5.000,- dalam memenuhi permintaan dari Giant
per pack. Supermarket. Diharapkan dengan adanya
Kerjasama yang dilakukan dengan analisis mengenai perencanaan produksi,
Giant dilakukan dari pertengahan tahun Kelompok Tani Katata mampu

90
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

memenuhi permintaan dari Giant penelitian dan tanya jawab secara


Supermarket, dan kemudian dapat langsung terhadap objek penelitian dalam
memaksimalkan keuntungan yang hal ini informan dari Kelompok Tani
diperoleh Katata. Sumber informasi berasal dari
Ketua Kelompok Tani. Kegiatan
METODE PENELITIAN wawancara dilakukan berdasarkan
1. Objek Penelitian petunjuk wawancara yang berisi hasil
Objek dari penelitian ini adalah rancangan pertanyaan. Sedangkan
sistem produksi yang telah diterapkan pengumpulan data sekunder dilakukan
dalam rantai pasok sayuran di Kelompok melalui studi literatur yang berhubungan
Tani Katata untuk memenuhi permintaan dengan masalah yang diteliti.
dari Giant Supermarket.
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Metode Penelitian a. Keadaan umum Kelompok Tani
Metode penelitian yang digunakan Katata
dalam penelitian ini adalah kualitatif dan Katata merupakan satu-satunya
pendekatan sistem. Pendekatan sistem kelompok tani yang berada di Desa
merupakan salah satu proses pemecahan Margamekar dan didirikan sejak 9
masalah secara sistematis yang Desember 2009. Kegiatan di Kelompok
menghasilkan sebuah solusi. Pendekatan Tani Katata didampingi oleh Universitas
sistem adalah sebuah metodologi yang Padjadjaran melalui Laboratorium
bersifat rasional hingga bersifat intuitif Agribisnis dengan nama KAPALINDO
yang mamou memecahkan masalah untuk (Katata – Padjadjaran Agro Logistika
mencapai tujuan tertentu (Eriyanto, Indonesia). Pendampingan dilakukan
2003). langsung terhadap petani oleh Agrilogics
untuk membantu para petani atau
3. Teknik pengumpulan data produsen kecil sayuran agar dapat
Teknik pengumpulan data yang memasok produknya ke pasar terstruktur.
digunakan dalam penelitian ini dengan Komoditas yang dibudidayakan
mengumpulkan data primer dan oleh Katata merupakan komoditas
sekunder. Data primer diperoleh melalui hortikultura diantaranya adalah baby
observasi langsung terhadap objek kenya bean (buncis), white radish

91
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

(lobak), tomat lokal, tomat beef, tomat pengiriman barang dan ketentuan
cherry, kubis, wortel baby, wortel permintaan sayuran.
holland, dan kentang granola. Sayuran
utama yang dibudidayakan oleh Katata b. Manajemen Rantai Pasok
adalah wortel baby, baby kenya bean, 2.1. Aliran Barang
kentang granola, tomat beef, dan tomat
lokal.
Kelompok Tani Katata menjalin
kerjasama dengan beberapa pasar
terstruktur, salah satunya adalah Giant
Supermarket. Kerjasama diantara Giant
dan Katata dilakukan sejak tahun 2015,
Gambar 1. Aliran Barang Kelompok Tani Katata
yang mana diberlakukan kontrak berupa
MoU diantara kedua belah pihak. Pelaku rantai pasok yang pertama

Kerjasama yang dilakukan merupakan adalah petani anggota dan petani mitra

hasil kolaborasi diantara pihak yang mengirimkan hasil produknya

universitas, dalam hal ini adalah berupa keempat komoditas kepada

Kelompok Riset Agrilogics Universitas Katata. Dalam memenuhi jumlah

Padjadjaran, bersama pihak swasta atau permintaan dari Giant Supermarket,

industri, dan pemerintah dalam Katata melakukan pembelian barang

membantu para petani atau produsen tidak hanya dari petani anggota tetapi

kecil sayuran agar dapat memasok juga dari petani mitra dengan jumlah

produknya ke pasar terstruktur. pembelian dari petani mitra yang

Produk yang dikirimkan ke Giant berfluktuasi sesuai kebutuhan. Produk

Supermarket dikategorikan dua yaitu yang diperoleh dari petani biasanya

produk reguler dan produk off grade dikirim langsung oleh petani atau diambil

dengan harga Rp 5.000,- per pack. Pada langsung oleh Katata dengan biaya

kedua produk tersebut diberlakukan dua transportasi sebesar Rp 700.000,- dalam

kontrak yang berbeda dari segi kualitas satu kali kirim. Kelompok Tani Katata

dan kuantitas terhadap komoditas yang selanjutnya melakukan proses

dikirimkan, sistem pembayaran, penanganan pasca panen berupa sortase,


grading, pencucian, dan packaging. Pada

92
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

keempat komoditas, Katata Aliran uang dalam rantai pasok


memberlakukan grading reguler dan off sayuran merupakan aliran dengan arah
grade. Kemudian, Katata yang terbalik dari aliran barangnya.
mendistribusikan produk senilai Rp Aliran uang dimulai dari Giant
5.000,- per pack ke Giant Supermarket Supermarket selaku pasar terstruktur
seminggu 2 kali untuk cabang Purwakarta sebagai konsumen akhir dalam rantai
dan Padalarang dan seminggu 3 kali pasok di Kelompok Tani Katata. Harga
untuk cabang Pasteur, Setrasari, Istana sayuran yang dibayarkan untuk produk
Plaza, dan Suci. Pada produk ini senilai Rp 5.000,- per pack dibayar
diberlakukan juga retur barang, yang dengan harga Rp 4.250,- per pack, yang
mana kegiatan pengembalian (return) mana nilai ini merupakan harga setelah
jarang diberlakukan saat Katata mengirim penambahan pengemasan (packaging)
produk sesuai jadwal. Kemudian apabila dan transportasi. Namun, harga tersebut
barang retur masih dalam kondisi fresh dibayarkan setelah perhitungan produk
atau masih bisa dijual, Kelompok Tani retur dari Giant Supermarket.
Katata biasanya menjual kembali ke Pembayaran dilakukan menggunakan
pedagang sayur eceran yang datang ke nota pembayaran yang kemudian akan
gudang Katata. Sedangkan, Agrilogics dibayarkan setelah waktu 14 hari.
pada rantai pasok berfungsi sebagai pihak Pembayaran yang dilakukan oleh Giant
yang melakukan pencatatan pengiriman Supermarket akan langsung dikirim
barang Katata ke Giant Supermarket kepada pihak Katata. Pada proses
sehingga tidak ada miss diantara pembayaran ini, pihak Agrilogics
keduanya. melakukan pencatatan sehingga tidak ada
2.2. Aliran Uang kesalahan dalam pengiriman uang.
Kegiatan pencatatan oleh agrilogics
dilakukan karena Katata merupakan
pihak yang tergabung sebagai
KAPALINDO. Ini dilakukan untuk pola
kordinasi yang baik diantara ketiganya.
Sedangkan untuk pembayaran dari pasar
tradisional, Kelompok Tani Katata
Gambar 2. Aliran Uang Kelompok Tani Katata
menerimanya dalam waktu 14 hari dan

93
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

pembayaran langsung dari pedagang diperoleh dari Giant Supermarket


eceran. Selanjutnya kelompok Tani selanjutnya disampaikan kepada petani
Katata membayar kepada kordinator dan melalui obrolan langsung ataupun via
petani menggunakan m-banking. media sosial berupa Whatsapp grup.
Sedangkan informasi yang diperoleh
2.2.1. Aliran Informasi Katata dari petani berupa informasi
jumlah produk yang diproduksi oleh
petani.

2.3. Sistem Produksi Aktual


Sistem produksi yang diadopsi oleh
Kelompok Tani Katata untuk produk
senilai Rp 5.000,- per pack dilakukan
Gambar 3. Aliran Informasi Kelompok Tani
Katata berdasarkan replikasi sistem produksi

Aliran informasi dalam rantai pasok yang diterapkan pada produk reguler.

berupa aliran yang berlaku dua arah. Produk reguler Kelompok Tani Katata

Informasi rantai pasok di Katata berasal merupakan produk yang dipasok dengan

dari Agrilogics ataupun dari Giant spesifikasi grade dan ukuran tertentu.

Supermarket. Informasi yang didapat dari Untuk produk senilai Rp 5.000,- per

Agrilogics dan Giant Supermarket adalah pack, tidak ada pola penentuan luasan

jika Giant Supermarket memperoleh tanam hingga proses on farm karena

kendala ataupun klaim ataupun informasi sistem produksi yang diaplikasikan

pengembangan, pasar dan teknologi. menginduk pada sistem produksi produk

Agrilogics merupakan pihak ketiga yang reguler. Pengadaan produk ini merupakan

berfungsi sebagai pihak yang hasil produk sisa atau off grade dari

menyampaikan masalah tersebut dan juga produk reguler. Dengan keadaan tersebut,

sebagai supporting actors yang Kelompok Tani Katata mengelami

melakukan konsolidasi pada masalah kesulitan untuk memenuhi permintaan

tersebut. Walaupun begitu, Kelompok yang kontinu dari Giant Supermarket

Tani Katata masih memperoleh informasi untuk produk senilai Rp 5.000,- per pack.

dari pihak Giant mengenai spesifikasi dan Sehingga untuk mendapatkan keuntungan

jumlah permintaan. Informasi yang yang maksimal, Kelompok Tani Katata

94
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

diharuskan merencanakan sistem Pada setiap sistem produksi yang


produksi yang berbeda dengan produk diberlakukan oleh Kelompok Tani
reguler yang mana sistem produksi Katata, diberlakukan pola tanam, pola
disesuaikan dengan permintaan pasar panen, dan pola simpan. Pola tanam
yang dimulai dari tahap penentuan luas berupa perhitungan mengenai jumlah
dan waktu tanam pada masing–masing populasi yang akan ditanam dan interval
komoditas. waktu dari masing masing komoditas,
Pada produk senilai Rp 5.000,- per pola panen berhubungan dengan rentang
pack tidak diberlakukan grading khusus hari pada pemanenan yang akan
dari Giant. Karena pihak dari Giant tidak dilakukan, dan pola simpan berupa
memberlakukan spesifikasi khusus dari strategi penyimpnan pada masing masing
segi ukuran untuk keseragaman produk produk untuk dapat memenuhi
tersebut, pihak Giant hanya menetapan permintaan pada setiap kali pengiriman
bahwa dalam satu kemasan berisi produk yang dilakukan oleh Kelompok Tani
dengan ukuran yang sama. Sehingga Katata. Keempat komoditas memiliki
diantara satu kemasan dengan yang pola simpan yang berbeda, diantaranya
lainnya memiliki karakteristik ukuran adalah 1-2 hari untuk wortel, 2 hari untuk
produk yang berbeda pula. Perencanaan tomat dan buncis, dan 3-4 bulan pada
produk senilai Rp 5.000,- per pack kentang. Pada proses penyimpanan
dilakukan dengan tujuan menghasilkan terdapat beberapa perlakuan diantaranya
produk hasil panen on grade untuk adalah dengan penyimpanan di ruang
produk senilai Rp 5.000,- per pack yang kering dan tertutup, disimpan di
dengan jumlah produk lolos sortir sebesar dalam keranjang, dan ditutup kain hitam
95% dan tidak dalam bentuk off grade untuk kentang agar tidak terjadi greening.
produk reguler. Melihat jumlah Sistem produksi yang diberlakukan oleh
permintaan dari Giant Supermarket yang Kelompok Tani Katata untuk produk
membutuhkan jumlah pasokan dan reguler, dapat dilihat pada diagram pada
produksi yang kontinu dengan kuantitas gambar berikut:
dan kualitas yang telah disepakati, maka
diperlukan perencanaan produksi yang
optimal pada komoditas buncis, tomat,
wortel, dan kentang.

95
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

dalam perlakuan rotasi tanaman. Rotasi


tanaman ditentukan berdasarkan siklus
tanam, perbedaan famili dari kedua
komoditas, dan adanya perbedaan pada
hama yang dapat menyerang kedua
komoditas yang diusahakan. Namun,
hingga kini Katata masih belum
mempunyai perencanaan luasan tanam
dan rotasi tanam yang sesuai dengan
permintaan produk senilai Rp 5.000,- per
pack.
2.3.2. Penentuan Kebutuhan Benih
Penentuan kebutuhan benih
dilakukan untuk memaksimalkan hasil
yang akan diperoleh dari Kelompok Tani
Gambar 4. Sistem Produksi Produk Reguler
Katata. Ketersediaan benih diperoleh dari
beberapa sumber, diantaranya dari
2.3.1. Penentuan Luas dan Rotasi
penangkar benih dan dari Kelompok Tani
Tanam
Katata.
Penentuan luas tanam dan rotasi
Katata mengembangkan beberapa
tanaman di Katata dilakukan berdasarkan
benihnya secara mandiri dari biji pada
permintaan dari mitra ataupun hasil
kentang. Karena kentang di lahan di
perhitungan dari keberagaman produk
tanam dalam bentuk bibit. Perlakukan
yang akan dipasarkan. Pola perilaku
pembibitan dilakukan di tempat yang
tersebut tergambar dengan adanya garis
berbeda dengan lahan produksi. Benih
putus-putus pada Gambar 12. Kelompok
wortel yang digunakan oleh Katata
Tani Katata dalam pengadaan produk
adalah benih wortel Sibayak yang
terkadang diperoleh dari petani mitra saat
merupakan hasil pengembangan produksi
petani anggota tidak mampu memenuhi
benih yang dilakukan oleh Katata.
target pasokan untuk perusahaan mitra
Sedangkan untuk komoditas lainnya
permitra saat itu. Penentuan luas tanam
diantaranya adalah valurro dan larissa
dilakukan berdasarkan permintaan. Selain
itu, terdapat beberapa pertimbangan

96
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

untuk tomat, baby kenya bean untuk 0,14 ha membutuhkan waktu sekitar
buncis, dan granola L untuk kentang. empat hari dengan tenaga kerja sebanyak
2.3.3. Persiapan dan Pengolahan 3-4 orang tenaga kerja pria.
Lahan Kegiatan pengolahan lahan
Persiapan lahan merupakan salah selanjutnya adalah pengaplikasian pupuk
satu komponen penting dalam budidaya kandang, kimia, 4 kg Nematisida, dan
untuk menghasilkan produksi yang satu set dekomposer. Lahan seluas 100
maksimal. Kegiatan persiapan lahan tumbak atau 1400 m2 membutuhkan
terdiri atas beberapa proses diantaranya pupuk kandang,, NPK, dan SP-36 yang
adalah pengolahan tanah, pembuatan alur berbeda beda. Untuk tomat membutuhkan
tanam atau garit, pemberian pupuk, 5 ton pupuk kandang, 100 kg NPK, dan
aplikasi dekomposer, pembumbunan, 100 kg SP-36. Untuk buncis
penghalusan guludan, dan pemasangan membutuhkan 2,5 ton pupuk kandang, 50
mulsa. kg NPK, dan 100 kg SP-36. Untuk
Kegiatan pengolahan tanah kentang membutuhkan 5 ton pupuk
dilakukan dengan pencangkulan dan kandang dan 200 kg. Kemudian untuk
penggunaan traktor. Pada kegiatan wortel membutuhkan 500 kg pupuk
pengolahan tanah dilakukan berbarengan kandang dan masing-masing 25 kg NPK
dengan pembuatan alur tanam atau garit dan SP-36.
dengan ukuran lebar garit dan lebar parit Pengaplikasian pupuk dengan cara
yang berbeda beda untuk setiap ditaburkan secara merata pupuk kandang
komoditas tetapi dengan panjang yang terlebih dahulu pada lahan yang telah
disesuaikan dengan plot lahan dan tinggi dibuat bedengan, kemudian disempot
25 cm. Lebar garit untuk kentang adalah dekomposer dan diolah lagi
80 cm dan lebar parit 20 cm, tomat menggunakan traktor ataupun cangkul.
dengan lebar garit 120 cm dan lebar parit Kemudian setelah pengomposan selama
40 cm, wortel 60 cm dengan lebar parit seminggu ditambahkan pupuk kimia pada
20 cm, dan buncis dengan lebar garit 100 lahan dan ditaburkan nematisida.
cm dengan lebar parit 40 cm. Kegiatan Perlakuan selanjutnya adalah
persiapan lahan yang dimulai dari diberlakukan pembumbunan dan
pengolahan tanah sampai dengan penghalusan guludan agar tanah kembali
pembuatan alur tanam untuk luasan lahan rata. Setelah pembumbunan,

97
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

diberlakukan penghalusan guludan agar Kegiatan penyiraman dilakukan


tanah kembali rata dan pemasangan sesuai dengan cuaca, yang mana pada
mulsa sebanyak 2 rol (@rol = 60/120 x musim hujan tidak ada kegiatan
600 m x 0,35 mm) untuk lahan seluas penyiraman sama sekali dan jika musim
1400 m2. Pemasangan mulsa dilakukan kemarau dilakukan rata rata 3-4 hari
saat cuaca sedang panas untuk sekali dan 1-2 hari sekali pada awal
memudahkan pemasangan. penanaman.
2.3.4. Penanaman Kegiatan penyiangan pada
Penanaman bibit diawali dengan umumnya dilakukan saat daun terluar
pembuatan lubang tanam berupa dari pohon belum menyentuh tepi luar
pemberian lubang pada mulsa pemasangan ajir dilakukan pada masa
menggunakan anglo yang merupakan alat awal tanaman. Penyiangan dilakukan
pelubang mulsa. Kemudian dilanjutkan sekitar lubang tanam dan pada pair
oleh penanaman bibit atau benih yang dengan hati-hati. Pemasangan ajir
telah di bibitkan sebelumnya pada tempat dilakukan setelah kegiatan penyiangan
yang berbeda. Pada satu lubang mulsa dengan pemasangan di tepi plastik mulsa.
diisi satu bibit atau benih tanaman. Pada Pemasangan ajir dilakukan dengan tujuan
kentang, bibit yang digunakan untuk agar saat tanaman tumbuh tinggi,
luasan lahan sebesar 1.400 m2 adalah tanaman tidak rebah dan akan
4000 populasi bibit untuk kentang. menyulitkan waktu panen dan buah tidak
Sedangkan untuk buncis ditanam dalam akan kotor terkena tanah. Kegiatan
bentuk benih yaitu sebanyak 4 kg, wortel pengendalian susulan dilakukan pada
0.5 kg, dan tomat 2 pack benih. pupuk daun atau yang juga merupakan
2.3.5. Pemeliharaan pestisida dengan jumlah maksimal 6 kali
Kegiatan pemeliharaan merupakan pemupukan susulan. Interval
salah satu kegiatan yang paling penyemprotan pupuk daun pada setiap
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas tanaman berbeda beda yaitu 4-6 kali
tanaman pada saat panen. Kegiatan dalam satu musim tanam dengan alokasi
pemeliharaan berupa pemupukan, 25 drum pestisida untuk luasan 0,14 ha.
penyiraman, penyiangan, pemasangan Selain itu, pada proses
ajir, dan pengendalian Organisme pemeliharaan terdapat proses yang hanya
Pengganggu Tanaman (OPT). dilakukan untuk wortel yaitu

98
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

penjarangan. Penjarangan dilakukan dan kemudian diangkut ke packing


setelah tumbuh daun pada wortel. house. Di tempat packing house, sayuran
Penjarangan dilakukan dengan tujuan ditimbang untuk kemudian sortase
wortel dapat tumbuh subur dan tinggi dan kembali dan ditulis di nota sesuai jumlah
dilakukan pada tanaman yang terlalu yang didapat. Setelah penimbangan,
panjang dan pendek. Penjarangan sayuran kemudian dicuci dan di-sortase
prinsipnya dilakukan untuk mengurangi kembali dan di-wrap.
banyaknya tanaman 2.3.8. Pengadaan
2.3.6. Panen Pengadaan merupakan salah satu
Kegiatan panen pada masing proses vital pada sistem produksi.
masing komoditas memiliki waktu yang Pengadaan berhubungan dengan pola
berbeda beda, diantaranya adalah panen pasokan yang dilakukan Kelompok Tani
komoditas wortel dilakukan 100 hari Katata berdasarkan hasil produksi yang
setelah tanam, komoditas tomat mampu dipeoleh petani sesuai dengan
dilakukan 130 hari setelah tanam, buncis permintaan pada produk senilai Rp
70 hari setelah tanam, dan kentang 110 5.000,-. Selama ini pengadaan produk
hari setelah tanam. diambil dari hasil produk off grade untuk
Cara pemetikan dari masing masing produk reguler. Dalam memenuhi
tanaman berbeda-beda. Untuk tanaman permintaannya, Kelompok Tani Katata
wortel dan kentang dilakukan dengan memperoleh produk baik dari petani
cara menarik tangkai beserta daun secara anggota ataupun petani mitra. Jumlah
perlahan-lahan dengan bantuan cangkul transaksi yang dilakukan dengan petani
untuk mengeluarkan umbi. Pencangkulan mitra ini tidak menentu karena tergantung
dilakukan secara berhati-hati agar tidak dengan situasi.
merusak umbi. Sedangkan untuk buncis 2.3.9. Pemasaran
dan tomat dipetik secara hati-hati dari Kegiatan pemasaran dilakukan
tangkainya. berdasarkan kontrak yang telah dibentuk
2.3.7. Pasca Panen diantara Katata dengan perusahaan mitra.
Kegiatan pasca panen dimulai dari Katata akan mengirimkan jumlah barang
penyusunan dan sortase tahap satu oleh sesuai permintaan dari perusahaan mitra.
petani ke dalam keranjang seukuran berat Namun, terdapat pengecualian pada
25kg dengan rapih tidak terlalu penuh produk senilai Rp 5.000,- per pack yang

99
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

mana meskipun Katata tidak mampu jenis pola tanam dimana dilakukan
memenuhi permintaan dari Giant penanaman lebih dari satu jenis tanaman
Supermarket, namun tidak diberlakukan yang tidak sefamili secara bergilir pada
sanksi apapun. satu luasan lahan dalam satu musim
tanam dengan urutan waktu tertentu
2.4. Usulan perbaikan Sistem Produksi dengan tujuan memutus siklus hidup
Usulan perbaikan sistem produksi hama dan penyakit tanaman. Mohler
yang dapat mendukung Kelompok Tani (2009) juga menyebutkan bahwa rotasi
Katata dalam memenuhi permintaan dari tanam yang baik adalah kemampuan
Giant Supermarket untuk produk senilai menyeimbangkan usaha tani sesuai
Rp 5.000,- per pack dimulai dari proses peluang pasar dan manajemen logistik,
penentuan lahan tanam dan rotasi tanam manajemen operasi, dan pemilihan
yang sesuai dengan penjadwalan yang tanaman secara biologis. Rotasi tanam
merupakan hasil model optimasi pada yang dapat dilakukan untuk memenuhi
lampiran hingga proses pasca panen. permintaan pada keempat komoditas
Proses penentuan lahan tanam dan rotasi adalah:
tanam merupakan proses vital dalam a. Tomat dengan buncis
pemenuhan permintaan karena luasan Rotasi tanam yang dapat dilakukan
lahan dan kombinasi rotasi tanam akan antara tomat dengan buncis sesuai
menentukan hasil yang mampu model optimasi adalah tomat
diproduksi. Berikut adalah perencanaan terlebih dahulu ditanam sebelum
sistem produksi optimal yang dapat buncis yang kemudian dapat
diterapkan di Katata: dirotasikan kembali sesuai dengan
2.4.1. Penentuan Luas dan Rotasi siklus awal yaitu tomat lagi
Tanam kemudian buncis. Luas total lahan
Penentuan rotasi tanaman tanam yang dibutuhkan untuk
dilakukan untuk dapat menyesuaikan keduanya adalah 0.29 ha dengan 33
permintaan pasar, dalam hal ini pola plot lahan seluas 86.33 m2. Secara
pemenuhan dan pengadaan barang dan teknis, penanaman yang dilakukan
menyeimbangkan kondisi tanah. per minggu adalah penanaman per
Sukmana (2012) menyebutkan bahwa satu plot lahan.
rotasi tanaman merupakan salah satu

100
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

b. Buncis dengan wortel kekurangan benih pada saat penyulaman


Kombinasi rotasi tanam kedua yang dan juga pada saat sortase benih. Total
dapat dilakukan adalah buncis benih yang diperlukan dalam satu tahun
dengan wortel yang mana buncis masa produksi adalah:
ditanam terlebih dahulu lalu setelah a. Buncis = 150.000 benih
satu siklus kemudian dilakukan b. Tomat = 22.400 benih
penanaman wortel begitupun pada c. Wortel = 350.000 benih
siklus selanjutnya. Luas total lahan d. Kentang = 30.000 benih
tanam yang dibutuhkan untuk 2.4.3. Persiapan dan Pengolahan
keduanya adalah 0,97 ha dengan Lahan
total plot lahan 27 plot dengan Pada umumnya secara teknis
luasan per plot 361,1m2. perlakuan persiapan dan pengolahan
c. Kentang dengan buncis lahan yang dilakukan adalah sama
Rotasi tanam yang dapat dilakukan dengan perlakuan pada produk reguler.
antara kentang dengan buncis Perbedaan antara produk reguler dan
sesuai model optimasi adalah produk senilai Rp 5.000,- per pack
kentang ditanam terlebih dahulu terletak pada alokasi sumber daya yang
ditanam sebelum buncis yang dibutuhkan. Kegiatan persiapan lahan
kemudian pada siklus selanjutnya hingga pembuatan alur tanam untuk
ditanam kembali kentang dan masing masing kombinasi dilakukan
buncis. Luas total lahan tanam yang secara bersamaan pada keseluruhan lahan
dibutuhkan untuk keduanya adalah pada masa awal tanam dan tidak
adalah 0.45 ha dengan total plot dilakukan per luasan plot lahan untuk
lahan yang dibutuhkan adalah 29 mengurangi pengeluaran.
plot dengan luasan masing- masing Perlakuan pembumbunan dan
2.
plot 154,7 m penghalusan guludan sama dengan
2.4.2. Penentuan Kebutuhan Benih perlakuan produk reguler. Sedangkan
Jumlah benih yang digunakan alokasi jumlah mulsa yang dipasang
untuk menanam benih merupakan jumlah adalah 8 rol untuk tomat, 12 rol untuk
benih yang dibutuhkan dengan kentang, 40 rol untuk buncis, dan 28 rol
penambahan 25% dari total kebutuhan untuk wortel.
benih sesungguhnya untuk mencegah

101
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

2.4.4. Penanaman proses pemeliharaan terkait dengan


Proses penanaman benih atau bibit jumlah pestisida yang dibutuhkan, berikut
diawali dengan pembuatan lubang tanam adalah jumlah yang dibutuhkan untuk
berupa pemberian lubang pada mulsa masing-masing komoditas untuk satu
menggunakan anglo yang merupakan alat tahun:
pelubang mulsa. Pada satu lubang mulsa a. Buncis = 200 drum
diisi satu bibit atau benih tanaman. Proses b. Tomat = 200 benih
penanaman dilakukan setelah 2 MST. c. Wortel = 70 benih
Secara teknis penanaman dilakukan d. Kentang = 102 benih
sesuai plot lahan yang dibutuhkan pada 2.4.6. Panen
minggu tersebut Untuk memudahkan Kegiatan panen untuk memenuhi
perhitungan plot lahan bagi petani maka kebutuhan dari Giant Supermarket mulai
penanaman disesuaikan dengan jumlah dari waktu panen dan jumlah luasan
benih yang dibutuhkan per satuan plot lahan yang dipanen dilakukan sesuai
lahan. Alokasi benih per plot yang model optimasi. Setiap komoditas
dibutuhkan untuk masing – masing memiliki waktu dan volume panen yang
komoditas adalah sebagai berikut: berbeda di setiap minggunya namun
a. Buncis = 3.523 benih memiliki hasil yang sesuai dengan
b. Tomat = 740 benih volume permintaan dari Giant
c. Wortel = 3.097 benih Supermarket. Kegiatan panen pada tomat
d. Kentang = 826 benih untuk satu luasan plot lahan dalam satu
2.4.5. Pemeliharaan siklus dapat dipanen enam minggu
Secara teknis proses kegiatan berturut-, buncis dapat dipanen 3 minggu
pemeliharaan dilakukan sama dan sesuai berturut-, sedangkan wortel dan kentang
dengan pemeliharaan produk reguler. dipanen satu minggu sekali.
Kegiatan penyiraman dilakukan sesuai
dengan cuaca, yang mana pada musim 2.4.7. Pasca Panen, Pengadaan, dan
hujan tidak ada kegiatan penyiraman Pemasaran
sama sekali dan jika musim kemarau Kegiatan pasca panen, pengadaan,
dilakukan rata rata 3-4 hari sekali dan 1-2 dan pemasaran dilakukan sesuai dengan
hari sekali pada awal penanaman. prosedur pada produk reguler. Proses
Alokasi input yang dibutuhkan dalam pasca panen meliputi sortase hingga

102
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. 2017. 3(2): 89-104

pengangkuan ke packing house. Karena belum memiliki prosedur sistem produksi


produk senilai Rp 5.000,- per pack ini untuk produk senilai Rp 5.000,- per pack
tidak memiliki spesifikasi ukuran khusus sehingga pengadaan produk merupakan
sehingga produk ini memiliki total hasil dari produk off grade dari produk
persentase lolos sortir yang lebih banyak reguler yang volumenya berfluktuatif dan
dibandingkan dengan produk reguler menyebabkan Katata mengalami
yaitu 95% dengan jumlah 5% defect. penurunan service level.
Namun untuk menghindari kekurangan Perencanaan sistem produksi yang
volume pasokan, hasil model optimasi dapat mendukung Kelompok Tani Katata
telah dibentuk dengan penyesuaian dalam memenuhi permintaan dari Giant
jumlah defect sebesar 5%. Di tempat Supermarket dengan penjadwalan pola
packing house, sayuran ditimbang penanaman dan pengalokasian sumber
sayuran kemudian dicuci dan di sortase daya dan input sesuai yang dibutuhkan
kembali dan di-wrap lalu dikirimkan oleh pada masing masing proses dalam sistem
pihak Katata ke masing-masing cabang produksi. Pengalokasian input meliputi
Giant sesuai kesepakatan. penentuan luas tanam, penentuan
kebutuhan benih, penentuan penanaman
PENUTUP bibit atau benih per minggu, penentuan
Kesimpulan kebutuhan bahan untuk pemeliharaan,
Kesimpulan yang didapatkan penentuan waktu panen, hingga kegiatan
berdasarkan dari hasil penelitian yaitu pasca panen.
sistem produksi yang diadopsi Kelompok
Tani Katata untuk memenuhi permintaan Saran
dari Giant Supermarket terhadap produk Berdasarkan hasil dari penelitian
senilai Rp 5.000,- per pack belum ini, Kelompok Tani Katata perlu merubah
optimal. Karena sistem produksi yang sistem produksinya, dalam hal ini
diterapkan merupakan sistem produksi pengadaan barang, dan mengalokasikan
yang direplikasi dari sistem produksi input sesuai dengan permintaan dari
produk reguler yang menyebabkan Giant Supermarket.
Kelompok Tani Katata belum mampu
memenuhi permintaan dari Giant
Supermarket. Kelompok Tani Katata

103
Perencanaan Sistem Produksi Pada Manajemen Rantai Pasok Sayuran
ANGGITA KHARISMA, TOMY PERDANA

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Kelompok Tani Katata yang telah
memberikan izin untuk melakukan
penelitian ini. Terima kasih kepada Kang
Kusnandar, selaku mahasiswa program
doktor di Delft Technology of university
selaku mentor yang telah membantu
dalam memahami mengenai tema yang
dibahas dan proses pendekatan sistem.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2014. Data
Produksi Tanaman Sayuran 2014.
Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem:
Meningkatkan Mutu dan Efektivitas
Manajemen. Bogor: IPB Press.
Kementerian Kesehatan. 2013. Hasil
Riset Kesehatan Dasar
Kementerian Kesehatan (2013).
Mohler, L.C., dan Johnson. S.E. 2009.
Crop Rotation on Organic Farms:
A Planning Manual. New York:
NRAES.
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., dan
Simchi-Levi, E., 2003. Designing
and Managing the Supply Chain:
Concepts, Strategies, and Case
Studies, McGraw- Hil.
Sukmana, W.A. 2012. Pola Tanam.
Jakarta: Wedetama Widya Sastra

104

Anda mungkin juga menyukai