Mustari Pide
Abstract
The 1999 Regulation Number 22 gives a wide opportunity for the local people to participate
in the government and development. To make the efforts grow, develop and well adopted
the civil society existence is need to articulate them. It could articulate the people interest
if it solid a support from the local government and local people.
Pendahuluan
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 lingkupnya dan sering hanya menyangkut kasus-
tentang Pemerintahan Daerah memberi kasus tertentu. Karena itu agar kepentingan
kesempatan yang besar dan luas pada masyarakat yang beragam itu dapat tersalurkan
masyarakat daerah untuk berpartisipasi dalam dengan balk diperlukan "agen" dalam bentuk
pemerintahan dan pembangunan di organisasi yang iebih teratur dan berwibawa
daerahnya. Masyarakat daerah secara individu untuk mengartikulasikan kepentingan dan
sudah tentu agak sulit berpartisipasi secara kebutuhan masyarakat tadi agar dapat
iangsung dalam pemerintahan dan diperjuangkan sebagai salah satu aiternatif
pembangunan balk itu karena terbatasnya untuk dijadikan sebagai kebijakan daerah.
rata-rata kemampuan Individu. atau karena Aiternatif tersebut bersama alternatif-altematif
kebutuhan, tuntutan dan kepentingannya lainnya dlpadukan (diagregasikan) oleh partai-
sangat beragam; ataupun karena partisipasi partai politik dan DPRD, menjadi alternatif-
secara sendiri-sendlrl atau dengan kelompok altematif yang iebih sedikit jumlahnya, Iebih
yang keel! sering kurang didengarkan oleh sempuma dan Iebih terarah dan oleh DPRD
lembaga pengambi! keputusan di daerah. bersama Kepala Daerah dibahas dan dipilih
Ada kalanya suara pemimpin-pemimpin untuk dijadikan Peraturan Daerah atau dalam
non-formal didengar oleh para pengambi) bentuk kebijakan lain. Agen tersebut biasa
keputusan tetapi biasanya terbatas ruang disebut sebagai civil society.
135
Civil societysemg diteijemahkan sebagai mempunyai misi dl bidang pembangunan,
"masyarakat sipil" dan belakangan ini juga bergerak sebagai pressure groups dan
sering disebut "masyarakat madani"^ adalah sebagainya. Bahkan organisasi-organisasi
bidang kehidupan sosial yang terorganisasi yang masuk civil society "\n\ tidak jarang
secara sukarela, mandiri dalam arti self-gen berbicara mengenai politik dan pemerintahan
erating dan self supporting otonom dari dan mempengaruhi sistem politik dan
pengaruh kekuasaan pemerintah dan hanya keputusan politik atau kebijaksanaan pejabat
tunduk pada ketentuan peraturan perundang- pemerintah agar kebijaksanaan itu tidak
undangan.C/V/Z society mencakup lembaga- meruglkan organisasi dan anggotanya. Ini
lembaga atau kelompok-kelompok yang dibenarkan dan membuat demokrasi itu hidup
sangat luas baik formal ataupun non formal dan menjadi budaya politik masyarakat yang
yang meliputi bidang-bidang kehidupan: 1) panting. Bedanya dengan partai politik iaiah
ekonomi (organisasi ekspor-impor, pertekstilan, bahwa civil society tidak turut serta ambil
perkumpuian koperasi, kamar dagang dsb); bagian atas nama organisasinya dalam
2) kebudayaan (organisasi berdasarkan suku- pemilu sedang partai politik ambil bagian
bangsa, kedaerahan, kekerabatan, kesenian dalam pemilu atas nama partainya itu.
dsb); 3) keagamaan; 4) pendldlkan dan Biasanya civil society memberi kebebasan
informasi (organisasi gum, perguman swasta, kepada para anggotanya untuk memilih partai
wartawan, penerbit, pelajar, mahasiswa dsb.); (dalam sistem proporsional) atau orang yang
5)gmp-grup kepentingan atau interest groups dicalonkan partai (sistem distrik) dalam pemilu
(organisasi buruh, nelayan, tani, veteran, untuk duduk sebagai wakilnya di lembaga
pensiunan, organisasi-organisasi profesional perwakilan dan eksekutif, walaupun tidak
lalnnya dan serbagainya.); 6)gerakan-gerakan jarang pengums civil societymemberi arahan
atau movements atau seringjugadisebutgmp pada para anggotanya untuk memilih partai
penekan atau pressure groups (organisasi atau orang tertentu dalam suatu pemilu.
lingkungan hidup, perlindungan konsumen, Hubungan civil society dengan pemerintahan
bantuan hukum non profit); 7) pembangunan dan demokrasi, dapat dijelaskan sebagai
(lembaga swadaya masyarakat, perbaikan gizl berikut ini:^
dan kesehatan, keluarga berencana dsb.); 8)
"Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah
organisasi kemasyarakatan lainnya (pengamat
salah satu unsur yang hidup
pemilu, pengamat DPR, pengamat kompsi,
berdampingan dalam suatu struktur sosial
fomm diskusi dan pengkajlan dansebagainya).
dari lembaga-lembaga yang banyak dan
Pembldangan dari civil society di atas
bervariasi, partai politik, organisasi dan
tidak peiiu ketat, bidang ekonomi sering juga
. assosiasi. Keanekaragaman ini disebut
larry Diamond. "Toward Democratic Consolidation." Juma/ofDemocracyVol. 5 No. 3July 1994. Him.
5-6.
^United States Information Agency. ApakahDemokrasiItu?.Publikasi Oktober 1991. Him. 5-6.
137
dalam pemerintahan dan pembangunan Pasal 11 ayat (2): yaitu bidang pemerintahan
didaerahnya. Tidak kurang dua rumusan wajib dilaksanakan Daerah
arahan dan 14 pasal melalui ayat atau butir Kabupaten dan kota meliputi:
pasal atau ayatnya yang mengatur pekerjaan umu'm, kesehatan,
kesempatan atau keharusan masyarakat pendldikan dan kebudayaan,
daerah berpartisipasi dalam pemerintahan pertanian, perhubungan, Industri dan
dan pembangunan didaerahnya dalam UU perdagangan, penanaman modal,
No. 22 Tahun 1999. Arahan dimaksud dimuat lingkungaan hidup, pertanahan,
dalam TERTIMBANGAN" undang-undang koperasi dan tenaga kerja.
tersebut dengan rumusan: Pasal 18 ayat (1) h: DPRD mempunyai tugas
dan wewenang menampung dan
butirb : bahwa dalam penyelenggaraan
menindaklanjuti aspirasi daerah
Otonomi Daerah, dipandang perlu
dan masyarakat;
• untuk lebih menekankan pada
Pasal 22 butir c, d dan e: DPRD mempunyai
prinsip-prinsip demokrasi, peran
kewajiban memblna demokrasi
serta masyarakat, pemerataan dan
dalam penyelenggaraan
keadiian, serta memperhatikan
Pemerintahan Daerah;
potensi dan keanekaragaman
meningkatkan kesejahteraan rakyat
Daerah:
di daerah berdasarkan demokrasi
butirc : bahwa dalam menghaadapi
ekonomi, dan memperhatikan dan
perkembangan keadaan, balk di
menyaiurkan aspiraasi, menerima
dalam maupun di !uar negeii, serta
keluhan dan pengaduan
tantangan persaingan global,
masyarakat, serta memfasilitasi
dipandang perlu menyelenggarakan
tindk lanjut penyelesaiannya;
Otonomi Daerah dengan
Pasal 33butir j:Yang dapatditetapkan menjadi
memberikan kewenangan yang
Kepala Daerah (beriaku juga bagi
luas, nyata dan bertanggung j'awab
Waki! Kepala Daerah) adalahwarga
kepada daerah secara proporsional,
negara Republik Indonesia dengan
yang dtwujudkan dengan peraturan,
syarat: mengenal daerahnya dan
pembagian keuangan Pusat dan
dikena! oleh masyarakat di
Daerah, sesuaidenganprinsip-prinsip
daerahnya;
demokrasi, peran serta masyarakat,
Pasal 43 butir c, e dan f: Kepala Daerah
pemerataan dan keadiian, serta
mempunyai kewajiban menghormati
potensi dan keanekaragaaman
kedaulatan rakyat, meningkatkan
daerah, yang dilaksanakan dalam
taraf kesejahteraan rakyat dan
kerangka Negara Kesatuan
memelihara ketentraman dan
Republik Indonesia.
ketertiban masyarakat;
Pasal-pasa! yang memberikan kesempatan Pasal 48 butir b : Kepala Daerah dilarang
untuk berpartisipasi bagi masyarakat daerah, membuat keputusan yang secara
setidaknya diatur dalam: khusus memberikan keuntungan
139
harus duduk bersama dan berdialog atau memperjuangkannya untuk dijadikan
berdiskusi bahkan dengan perorangan (tokoh keputusan pemerintah daerah atau keputusan
non formal) agar diperhitungkan oleh politik lalnnya, agar semuanya
pemerintah dan kekuatan politik yang ada di menguntungkan daerahnya yang pada
daerah tersebut. CM! society ini harus kuat gilirannya juga masyarakat Indonesia secara
iegltimasinya dari masyarakatdaerahnya, misi keseluruhan. Dengan demikian civil society
dn visinya jelas, dan tingkah laku para menjadi salah satu unsur penting dan
pengurusnya di pusat maupun di daerah berpengaruh dalam sistem politik di
sampai ke pedesaan harus dapat dijadikaan daerahnya, tanpa ikutserta dalampartai politik.
teladan masyarakat. Yang jelas civil society Dapat menjadi unsur penting dalam sistem
tersebut yang akan berpartlsipasi dalam politik berarti diakui mempunyai kompetensi
perundingan, diskusi dalam perencanaan "mengartikulasikan" kepentingan anggota
pembangunan dan dalam penentuan orang- masyarakat daerahnya bahkan tidak
orangnya dalam suatu sistem politik, harus berlebihan blla diakui berkompetisi
mempunyai kekuatan dan kemampuan sesuai "mengaregasikan" artikulasi kepentingan tadi
bidang-bidang tadi, kaiau tidak maka hanya untuk dijadikan sebagai alternatif
jadi penonton yang baik atau penonton yang kebijaksanaan pemerintah daerah. Artikulasi
frustasi dalam pemerintahan dan kepentingan adalah:^
pembangunan. - merupakan cara yang lazim ditempuh
Setiap civil society daerah harus oleh anggota masyarakat agar
mempunyai kemampuan dan kekuatan "plus" kepentingan, kebutuhan atau tuntutannya
baik dari segi organisasi, kepengumsan, misi dapat terpenuhi dengan memuaskan.
dan visihya dan terutama penguasaannya Berbagai macam kepentingan itu dapat
dalam'mengakses dan mengolah informasi terpenuhi oleh sistem politik bilamana
lokal, regional, naslonal dan intemasional, dikemukakan secara nyata, baik melalui
karena siapa menguasai informasi, maka organisasi maupun lembaga-lembaga
umumnya menguasai percaturan dan isu-isu yang ada dalam masyarakat. Agregasi
bidang-bidang yang ditekuninya. Dengan kepentingan merupakan suatu fungsi in
kemampuan dan ketentuan seperti itu setiap putyang memadukan semua kepentingan
civil society mampu membaca, mengkaji yang telah diartikulasikan.
peluang yang diberikan UU No. 22 Tahun
1999 kepada masyarakat, memilih dan Suatu civil society bila mampu
merencanakan bidang-bidang mana yang mengartikulasikan kepentingan masyarakat
ditekuni atau diambilnya sebgai partisipasinya bahkan lebih dari itu mampu merubahnya
dalam pembangunan daerahnya. Kemudian menjadi agregasi kepentingan maka civil
society tersebut dapat disebutkan punya
^Gabriel AAlmod. 1978. Comparative Politic System, Process, andPolicy. Boston: Little Brown and
Company.
lingkungan lingkungan
'Robert Mass. The Issue of Governance InInternational Cooperation. Berlin Agustus 1997.
®David Osbome &Ted Gpebler. 1992. Reinventing Govemmenf. Addision Wesley. New York: Pub.
Com. Inc. Him.4
143
b) Community - owned Goverment pemerintah mereka akan cenderung
(pemerintah yang dimiliki rakyat). memanfaatkan jasa swasta. Karena itu
Pemerintah menciptakan kondisi di mana pemerintah sekarang harus lebih banyak
masyarakat merasa bahwa pemerintah mendengrkn aspirasi pelanggan dengan
yang ada itu adalah milik mereka. Di sin! berbagai metode yang modem dan lebih
pemerintah lebih memberi kewenangan akurat.
kepada masyarakatdaripadamemberikan g) Enterprising 6oirem/r)enf.(pemerintah
pelayanan. Mai tersebut didasarkan pada yang dikelola dengan semangat
asumsi bahwa masyarakat lebih wiraswasta). Karakteristik pemerintah yang
memahami masalah-masalah yang bersemangat wiraswasta iaiah
mereka hadapi daripada or^ng lain. memandang pengeluaran dalam
c) Competitive Govem/nenf (pemerintah prespektif investasi, artinya uang akan
yang kompetitif). Pada kedudukan seperti didapat apablla melakukan investasi.
ini pemerintah menyuntikkan persaingan h) Anticipatory Government (pemerintah
dalam penyeienggaraan jasa dengan pihak yang antisipatif). Pemerintah seperti ini
swasta. Jadibukan hanyaswastayang bisa adalah yang berorientasi mengantisipasi
efisien, pemerintah juga bisa efisien. masalah dan menangkap peluang masa
d) Mission - Driven Government (pemerintah depan ketimbang lebih asyik menangani
' yang dikendalikan oleh misi). Kegiatan krisis demi krisis.
pemerintah didasarkan padamisi yaitu apa i) Decentralized Govemmenf (pemerintah
yang ingin dicapai, bukan padaaturan yang yang terdesentralisasi). Pemerintah seperti
meiandasi kegiatannya. Bila kita ini adalah yang dapat melonggarkan
terperangkp pada aturan bisa jadi tuj'uan hubungan hierarkis lewat pelimpahan
yang akan dicapai malahantidaktercapai, kewenangan kepada organisasi yang lebih
karena peraturan sering kali teriambat rendah untuk mengambll keputusan dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam tiap organisasi publik diterapkan
yang cepat terjadi. manajemen partislpatif.
e} Result - Oriented Government (pemerintah j) Market -oriented Govemmenf (pemerintah
yang berorientasi pada hasil). Pemerintah yang berorientasi kepada pasar).
lebih mengutamakan mengeluarkan dana ' Pemerintah seperti ini adalah yang
untuk hasil yang ingin dicapai (oi/^u/s)bukan mampu mengemudikan dan membuat
mengutamakan pembiayaan pada struktur pasar untuk menciptakan insentif
masukan-masukan (inputs), yang menyebabkan orang bergerak ke
f) Customer-Driven Govemment{pen\enntah arah yang dikehendaki oleh monuniti dan
yang berorientasi pada pelanggan). membiarkan mereka mengambll
Pemerintah seperti ini mengutamakan keputusan sendiri. Bila pemerintah dapat
kebutuhan pelanggan yaitu masyarakat, menciptakan insentif yang mempenganjhi
bukan kebutuhan birokrasi. Sering terjadi keputusan pasar, berarti dapat
bahwa masyarakat yang tidak melipatgandakan dampaknya sampai
memperoleh perlakuan yang balk dari beratus kali lipat.
Pemerintah daerah yang dapat dari yang seiama ini kita anut(tradisi) kesikap
menyesuaikan diri atau mengarah pada good mental yangmodem tetapibukanwestemisasi,
governance dan menerima paradigma baru kita harus menerima modernisasi.^ Kita harus
melalui reinventing government akan berani mengubah sikap mental kita ke arah
memudahkan daerah tersebut memasuki yang lebih baik untuk kemajuan masyarakat
AFTA, APEC dan mengundang investasi luar kita ke depan ini yang banyak tantangan dan
negeri di samping yang telah disebut pada peluang bagi kita.
bagian atas yaitu mendorong untuk Masalah sikap mental ini kami sependapat
memberdayakan masyarakat, menumbuhkan dengan gagasan yang mengatakan:'^
prakarsa dan kreativitas, menlngkatkan peran
Sikap mental adalah suatu istilah populer
serta masyarakat dan memben peluang bagi
untuk dua konsep yang dengan Istilah
prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan
ilmiah disebut "sistem nilai budaya" (Culture
serta memperhatikan potensi dan
value system) dan "sikap" (attitude)'. Sistem
keanekargaman Daerah. UU No. 22 Tahun
niiai budaya adaiah suatu rangkaian dari
1999 dengan jelas juga menyatakan bahwa
konsep abstrak yang hidup dalam aiam
derah dapat mengadakan kerjasama yang
pikiran sebagian besar dari warga suatu
saling menguntungkah dehgan lembaga/
masyarakat. mengenai apa yang harus
badan di lur negeri, sehingga kedua konsep
dianggap penting dan berharga daiam
diatas sangat mendukung ketentuan tersebut
hidupnya. Dengan demikian suatu sistem
Dukungn pemerintah daerah saja belum
nilai budaya itu biasanya merupakan
cukup, masih perlu dukungan dari faktor
bagian dari kebudayaan yang berfungsi
ekstemai iainnya yaltu masyarakat daerah.
sebagai pengarah dan pendorong
kelakuan manusia. Karena sistem nilai
2. Faktor Masyarakat
budaya itu hanya merupakan konsep-
Dapat dikatakan bahwa masyarakat di konsep yang abstrak, tanpa perumusan
daerah sekarang in! masih kuat tradisi yang yang tegas, maka konsep-konsep itu
kurang menunjang pembangunan, tetapi biasanya hanya bisa dirasakan tetapi
tradisionai bukan berarti tidak dinamis dan sering tidak dapat dfnyatakan dengan
tidak mau mengalami perubahan melainkan tegas oleh warga masyarakat yang
karena sikap mental anggota masyarakatnya bersangkutan ... maka sering amat
yang umumnya masih lambat berubah. itu mendarah daging pada mereka dan sukar
bukan berarti masyarakatkite tidak mengaiami, dirobah atau diganti dengan konsep-
kemajuan, tetapi beium sebagaimana konsep baru. Sikap bukan merupakan
diharapkan. Sikap mental kita harus berubah
145
bagian dari kebudayaan, tetapi untuk diperbaiki. Sikap yang aktif yang
merupakan suatu hal kepunyaan para harus dinilai tinggi sebagai pengarah
individu warga masyarakat. Suatu sikap tindakan utama bukan sikap yang pasif dan
adalah potensi pendorong yang ada fatalistis. Jangan mengihgkari hidup dan
dalam jiwa individu untuk bereaksi melarikan diri kepad kebtiln atau hal-hal
terhadap lingkungannya beserta segala yang trasendental.
hal yang ada di dalam lingkungannya Itu, 2. Harus menilai tinggi konsepsi bahwa
dalam hal in! berupa manusia lain, orang mengintensifkan karyanya untuk
binatang, tumbuh-tumbuhan, benda atau menghasilkan lebih banyak karya lagi.
konsep-konsep. Sikap individu itu Aktivits jangan hanya ditujukan kepada
biasanya ditentukan oleh tiga unsur, lalah usaha untuk mencari makan memenuhi
kegiatan fisik dari individu. keadaan kebutuhan primer, dan mendambakan
jiwanya dan norma-norma serta konsep- pekerjaan sebagai pegawai yang duduk
konsep nilai budaya yang dianutnya. di belakang meja saja. Mentalitas
Dengan konsep di atasmaka kita tentunya pegawai yang hanya mementingkan karya
akan sependapat bahwa sikap mental untuk naik pangkat dan kedudukan hams
masyarakat kita harus mengalami perubahan dibuang jauh-jauh. Demikian juga
ke arah yang lebih baik kalau tidak, mungkin kegiatan untuk mencari gelar-gelar
akan menjadi penonton yang frustasi dalam akademis tanpa mementingkan ketrampilan
pemerintahan dan pembangunan terutama di keahlian yang ada dibelakangnya hams
daerah.
jugadisingkirkan. Sikap mental seperti itu
Kita tidak hanya bisa mengatakan bahwa terang meremehkan kwalitas, karya serta
sikap mental kita belum cukup baik untuk hasllnya tidak mendorong orang untuk
tabah dan ulet.
berpartisipasi dalam pembangunan, tetapi kita
harus memberi arahan juga bagaimana 3. Hams merasakan keinginan untuk dapat
sebaiknya mental bangsa Indonesia agarbisa menguasai alam serta kaidah-kaidahnya.
berpartisipasi optimal dalam pembangunan Keinginan untuk menguasai alam dan
tersebut. Ada 5 (lima) konsep sistem nilai kaidah-kaidahnya itu adalah sumber dari
budaya" yang cocok untuk pembangunan, ilmu pengetahuan. Pembangunan
yaitu: ekonomi yang modem dalam tahap lebih
lanjut yaitu industrialisasi hanya bisa
1. Dalam menghadapi hidup, orang harus dicapai dengan ilmu pengetahuan dan
menilal tinggi unsur-unsur yang teknologi. Kalau kita terns menglmporilmu
menggembirakan dari hidup; dan bahwa pengetahuan dan teknologi kita hanya
ada kesengsaraan, bencana, dosa dan menjadi bangsa kelas dua yang tems
keburukan dalm hidup memang harus menjadi konsumen teknologi negara-
disadari dan hal Itu semuanya adalah negara maju.
4. Dalam segala aktivitas hidup, orang hams telah mengarah untuk memberdayakan
sebanyak mungkin berorientasi ke masa masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
depan. Suatu organisasi ke masa depan kreativitas masyarakat dan meningkatkan
sangat perlu, karena sikap mental seperti peranserta masyarakat, tinggal bagaimana
itu merupakan pangkal dari keinginan menggerakkan masyarakat agar berada pada
untuk menabung dan juga mendorong posissi seperti itu. Pemerintah dan civii society
orang untuk merencanakan hidupnya akan berperanan besar untuk itu, dan apabila
setajam mungkin ke masa yang akan civil society dapat menjadi salah satu agen
datang. Sifat yang sering mengenang dan utama dalam perubahan daerah ke
merindukan masa lalu yang jaya dan enak masyarakat modem, maka masyarakat kita itu
bag! sementara masyarakat kita akan akan memberikan dukungan pada civil society
mudah mengarahkan kita ke arah dalam melaksanakan visi dan misinya. Itu
kekecewaan bahkan mungkin frustasi. berarti juga civil society dapat mengklim atau
5. Dalam menghadapi keputusan- memposisikan dirinya sebagai salah satu
keputusan orang hams bisa berorientasi organisasi yang berhak mengartikuiasikan
kesesamanya, menilai tinggi kerjasama kepentingan atau tuntutan masyarakat
dengan orang Iain, tanpa meremehkan daerahnya bahkan kalau mungkin
kwalitas individu dan tanpa menghindari mengagregasikan kepentingan dan tuntutan
tanggung jawab sendiri. Konsep kelima tersebut menjadi salah satu alternatif untuk
ini mengajarkan kita agar jangan terlalu dijadikan output oieh pemerintah daerah/
berorientasi ke atas. Mentalitet berorientsi nasional dan badan-badan atau institusi
ke atas membuat orang segan untuk lainnya.
memutuskan sesuatu yang belum pemah
dialami, dan hams menunggu contoh dan Simpulan
restu dari orang-orang yang lebih tuaatau
iebih tinggi pangkat dan kedudukannya. Sebagai penutup dari tulisan ini, maka
Mentalitet seperti ini membuat orang dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
bermental pegawai dan kurang berani 1. UU No. 22 Tahun 1999 tentang
berdiri sendiri dan bertanggung jawab. Pemerintahan Daerah telah memberi
Perubahan sikap mental masyarakat ke kesempatan kepada masyarakat Daerah
arah yang disebutkan di atas akan mendorong untuk berpartisipasi dan berprakarsa
partisipasi masyarakat daiam pemerintahan dalam pemerintahan dan pemtiangunan
dan pembangunan secara optimal. melalui pertimbangan pasal-pasalnya dan
Masyarakat (daerah ) akan lebih mudah penjelasan umumnya.
mendukung civil society apabila memiliki 2. Agar partisipasi dan prakarsa masyarakat
sikap mental seperti yang dikemukakan di atas. tersebut dapat tumbuh dan terpeliharaa
Masalahnya, membawa masyarakat derah berkembang dan tersalurkan, dibutuhkan
lebih maju di samping membutuhkan waktu, kehadiran civil society di daerah tersebut
juga dana dan daya. UU No. 22 Tahun 1999 untuk mengartikulasikannya.
147
3. Agar dapat mengartikuiasikan kebutuhan Dove, Michael R. 1985. Peranan
dan tuntutan masyarakat daerah maka Kebudayaan Tradisional Indonesia
c/V//soc/e(/tersebut harus solid dalam art) dalam Modernisasi. Yogyakarta:
benar-benar memenuhi kriteria sebagai Yayasan Obor Indonesia.
civil societyseiia mendapatdukungan dari
Easton,David. 1984.KerangkaKerjaAnalisa
pemerintah daerah dan masyarakat
Sistem Politik. Jakarta: Bina Aksara.
daerah itu sendlri. •
Mass, Robert The Issue of Good Governance
In International Cooperation. Berlin.
Daftar Pustaka
Agustus 1997.
Aimed, Gabriel A. 1978. Comparative Politics
Koentjaraningrat. 1979. Manusia dan
System Process and Policy. Boston:
Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Little. Brown and Company. Jambatan.
Budiardjo, Miriam. 1994. Demokrasi di Osborne, David & Ted Goebler. 1992.
Indonesia. Jakarta: Gramedia
Reinventing Government,
Pustaka Utama.
Addision Wesley. New York: Pub.
Clark, Robert P. 1989. Menguak Kekuasaan Comp.lnc.
dan Politik di Dunia Ketiga. Jakarta: Schoorl, J.W. 1980. Modernisasi, Jakarta:
Eriangga. Gramedia.
Dahl, Robert A. ^%5.Analisa Politik Modem.
United States Information Agency. Apakah
Jakarta: Bum! Aksara.
Demokrasi itu. Publikasi. Oktober
Diamond, Larry. "Toward Democratic 1991.
Consolidation." Jurnal of Democracy
Vol. 5 No. 3 July1994