Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INSPIRASI

https://doi.org/10.35880/inspirasi.v11i1.182

Implementasi Nilai Etika Dan Moral dalam Membangun Integritas


Kepemimpinan pada Masa Pandemi Covid-19
Implementation of Ethics and Moral Values in Building Leadership Integrity
during the Covid-19 Pandemic

Adang Kurniadi
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Barat, Cipageran Cimahi
Jawa Barat

ABSTRACT HISTORI ARTIKEL


Diterima, 12 Maret 2021
This research is intended to build ethical and moral values in the era of the COVID- Direvisi, 24 April 2021
19 pandemic carried out by organizational leaders of the COVID-19 Task Force. The Disetujui, 02 Juni 2021
study was conducted with a qualitative descriptive. The object of research is the
community as many as 100 people at the time of implementing government policies
in terms of adopting new habits using Moral and Ethics theory, carried out KATA KUNCI
internally and externally during the handling of the COVID-19 pandemic that hit the Etika; Moral; Kepemimpinan;
community with a research period of 3 months since the implementation of the new Integritas; covid-19
habit adaptation. The results show that fundamentally the adaptation of new
habits has a positive or negative effect on the culture of the community in
increasing solidarity. Strengthening public solidarity, people are increasingly
concerned during the pandemic. The task force carried out many good
humanitarian actions for the affected communities.

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk membangun nilai etika dan moral di era pandemik
COVID-19 yang dilakukan oleh pemimpin organisasi Gugus Tugas COVID-19.
Penelitian dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Obyek penelitian adalah
masyarakat sebanyak 100 orang pada saat pelaksanaan kebijakan pemerintah
dalam hal adaptasi kebiasaan baru menggunakan teori Moral dan Etika, dilakukan
secara internal dan eksternal masa penanganan pandemik COVID-19 yang melanda
masyarakat dengan rentang waktu penelitian selama 3 bulan sejak diberlakukannya
adaptasi kebiasaan baru. Hasil penelitian menunjukan secara fundamental adaptasi
kebiasaan baru berpengaruh baik secara positif maupun negatif terhadap budaya
masyarakat dalam meningkatkan solidaritas. Menguatnya solidaritas publik,
masyarakat semakin peduli saat pandemi. Gugus tugas banyak melakukan aksi
kemanusiaan yang baik bagi masyarakat terdampak.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar etika dan moral, namun pada
kenyataannya hanya sebagian orang yang dapat mengimplimentasikan Etika dan Moral yang
baik. Etika dan moral menjadi sangat penting karena dalam dunia sehari-hari perlu didukung
oleh sikap dalam tutur kata yang baik dan tingkah laku (perbuatan) yang baik pula.
Begitupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika kehidupan berbangsa
dan bernegara tidak berlandaskan etika dan moral tentu kehidupan ini akan menemui
masalah-masalah yang sulit dipecahkan karena setiap individu mengedepankan ego masing-
masing tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Dalam kaitannya dengan integritas
pemimpin, kedua hal ini sangat berkaitan erat karena integritas bersumber dari nilai etika dan
moral yang diterapkan dalam sebuah organisasi.

Adang Kurniadi adng@gmail.com


© 2021
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 68

Dalam kesempatan ini penulis melakukan observasi dalam membangun nilai etika
dan moral di era pandemic covid-19, disebabakan semakin meningkatnya kasus Covid-19 di
negara kita, hal ini antara lain terjadi karena masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan
sebagai dampak dari tidak diindahkannya nilai etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari di
masa pandemi ini.
Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya bermuara pada masalah kesehatan, tetapi
melebar pada seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, dan masalah
lainnya. Kondisi ini merupakan cermin dari kurangnya disiplin masyarakat, dan masih
lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran yang dilakukan terhadap penerapan
protokol kesehatan, serta masih belum berfungsinya Gugus Tugas Pencegahan Penyebaran
Covid-19 secara optimal dalam mengedukasi, mengkomunikasikan dan menginformasikan
persoalan covid-19 kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sudah seharusnya penanganan pandemi Covid-19 ini mengedepankan etika dan
moral, agar seluruh permasalahan penanganan Covid-19 ini bisa semakin baik yang
ditunjukkan dengan semakin turunnya jumlah kasus baru, meningkatnya jumlah pasien
sembuh, dan masyarakat semakin disiplin dalam menerapkan kebiasaan baru, memakai
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

TINJAUAN TEORITIS
Etika dan moral
Secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani; ethos; yang berarti adat istiadat
(kebiasaan), kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia. Menurut istilah etika adalah
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat. Konsep etika bersifat
humanistis dan anthropocentris, karena didasarkan pada pemikiran manusia dan diarahkan
pada perbuatan manusia. Dengan kata lain etika adalah aturan yang dihasilkan oleh akal
manusia (Abubakar, 2018; Susanto Arleen, 2009)
Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan
dengan empat hal sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Membahas tentang baik dan buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia
2. Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran, maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal.
3. Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
4. Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.
Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa
moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Dari segi istilah, moral
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, kehendak,
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 69

pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa moral adalah istilah yang digunakan
untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau
buruk, benar atau salah. Acuan moral adalah system nilai yang hidup dan diberlakukan dalam
masyarakat.Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia (Irhandayaningsih, 2013; Samawi, 1998)
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) merupakan suatu realitas abstrak
dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang
dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran.
Kejujuran adalah nilai, tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra
adalah kejujuran itu.
Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk
norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang
berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia
bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan.
Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

METODE PENELITIAN
Artikel ini akan menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menekankan
interpretasi peneliti dalam penelitian. Teknik interpretasi dilakukan sebagaimana yang
disampaikan oleh Stake dalam Qualitative Research: Studying How Things Work yakni
interpretasi mikro dan interpretasi makro. Interpretasi mikro berskala kecil, berorientasi pada
pengalaman perseorangan, dan merupakan pemikiran yang situasional pada suatu hal
tertentu. Sementara interpretasi makro berada pada skala yang lebih luas, berorientasi pada
masyarakat/ sosial, dan merupakan pemikiran yang universal. Kedua teknik interpretasi ini
akan digunakan untuk membentuk artikel yang menyeluruh dan detail, namun seringkali hasil
penelitian kualitatif berupa interpretasi mikro (Stake, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai nilai positif masyarakat saat pandemik COVID
Munculnya inisiatif solidaritas positif antara lain:
1. Inisiatif positif “warga bantu warga” yang isolasi mandiri;
2. Aksi kemanusiaan tanggap darurat COVID-19: solidaritas berbagi nasi bungkus;
3. Berbagi bahan pangan/sembako/kebutuhan hidup pokok, meliputi; menggalang dana
dari lembaga sosial, maupun koorporasi dibelanjakan sembako, lalu didistribusikan ke
warga yang paling terdampak; Bakti sosial untuk melakukan sterilisasi virus di suatu
lingkungan atau prasarana umum dengan cara menyemprotkan desinfektan.
4. Menggalang dana untuk menyumbangkan APD dan Masker
5. Kampanye stay at home dan literasi sosial dengan berbagai cara melakukan imbauan
lewat media sosial, pengumuman dari tempat ibadah, atau tempat sentra informasi
lainnya. nilai-nilai itu muncul dan tumbuh tersemai bersifat sementara dan jangka
pendek, dan oleh karenanya dalam jangka menengah dan panjang memerlukan
intervensi atau fasilitasi pelembagaan, untuk pemberdayaan jangka panjang.
6. Menjaga kebersihan tangan dan wajah
Bersihkan tangan dengan dengan cairan pencuci tangan atau hand sanitizer, apabila
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 70

permukaan tangan tidak terlihat kotor. Namun, apabila tangan kotor maka bersihkan
menggunakan sabun dan air mengalir. Cara mencucinya pun harus sesuai dengan
standar yang ada, yakni meliputi 5 langkah mencucitangan, yaitu tangan bagian
dalam, punggung, sela-sela, ibu jari, mengunci jemari dan memutar ujung-ujung jari.
Dalam kondisi tangan yang belum bersih, sebisa mungkin hindari menyentuh area
wajah, khususnya mata, hidung, dan mulut., karena tangan kita bisa jadi terdapat virus
yang didapatkan dari aktivitas yang kita lakukan, jika tangan kotor ini digunakan untuk
menyentuh wajah, khususnya di bagian yang sudah disebutkan sebelumnya, maka
virus dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh.
7. Terapkan etika batuk dan bersin
Ketika kita batuk atau bersin, tubuh akan mengeluarkan virus dari dalam tubuh. Jika
virus itu mengenai dan terpapar ke orang lain, maka orang lain bisa terinfeksi virus
yang berasal dari tubuh kita. Terlepas apakah kita memiliki virus corona atau tidak,
etika batuk dan bersin harus tetap diterapkan. Caranya, tutup mulut dan hidung
menggunakan lengan atas bagian dalam. Selain dengan lengan, bisa juga menutup
mulut dan hidung menggunakan kain tisu yang setelahnya harus langsung dibuang ke
tempat sampah.

8. Pakai masker
Bagi Anda yang memiliki gejala gangguan pernapasan, kenakanlah masker medis ke
mana pun saat Anda keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain. Setelah
digunakan (masker medis hanya bisa digunakan 1 kali dan harus segera diganti),
jangan lupa buang masker di tempat sampah yang tertutup dan cuci tangan setelah
itu.
9. Jaga jarak (phisical distancing)
Untuk menghindari terjadinya paparan virus dari orang ke orang lain, kita harus
senantiasa menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter. Terlebih, jika orang
tersebut menunjukkan gejala gangguan pernapasan. Jaga jarak juga dikenal dengan
istilah physical distancing. Kita dilarang untuk mendatangi kerumunan, meminimalisir
kontak fisik dengan orang lain, dan tidak mengadakan acara yang mengundang banyak
orang.
10. Isolasi mandiri
Bagi Anda yang merasa tidak sehat, seperti mengalami demam, batuk / pilek / nyeri
tenggorokan / sesak napas, diminta untuk secara sadar dan sukarela melakukan isolasi
mandiri di dalam rumah. Tetap berada di dalam rumah dan tidak mendatangi tempat
kerja, sekolah, atau tempat umum lainnya karena memiliki risiko infeksi Covid-19 dan
menularkannya ke orang lain.

Nilai negatif masyarakat saat adaptasi kebiasaan baru:


1. Munculnya ketegangan, kecurigaan, atau distrust yang di dalamnya potensial dan
beberapa kasus aktual konflik dan kekerasan;
2. Kemerosotan ekonomi melahirkan kemiskinan baru, kesenjangan sosial serta
ketidakpastian survive mereka, dengan segala risiko buruk yang membayanginya;
3. Menerjemahkan physical and social distancing secara berlebihan sehingga mendistorsi
relasi sosial, di antaranya seperti provokasi menciptakan ekslusi sosial (penolakan
pemakaman, penutupan akses dan tindakan yang kontraproduktif)
4. Kerentanan Masyarakat
Sejak protokol kesehatan sebagai isu global, yang secara cepat menjadi bagian penting
kebijakan nasional, misalnya dalam era new normal ini Presiden Jokowi telah
menerbitkan Inpres Nomor 6 Tahun 2020, tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 71

Hukum Protokol Kesehatan dalam Pencegahan dan Pengendalian COVID-19, maka


keharusan melakukan penyesuaian saat menjalankan aktivitas ekonomi, politik,
pelayanan publik, aktivitas lembaga-lembaga swasta, bahkan kehidupan sehari-hari di
level grassroot tidak bisa mengelak dengan aturan yang membawa konsekuensi pada
perubahan perilaku dan secara fundamental memengaruhi budaya masyarakat.
Daya rusak COVID-19 ini memang telah sampai masyarakat bawah. Kondisi ekonomi
mereka termasuk rentan dengan terpaan bencana yang membawa masalah
kemiskinan. Sekalipun daya rusaknya tidak sebesar di perkotaan, terutama yang
bertumpu pada sektor informal maupun kegiatan ekonomi jasa, komunitas desa juga
terkena pengaruh langsung krisis. Eskalasi krisis kota secara bertahap telah meluber
risikonya ke desa, karena jumlah pengangguran dan angka kemiskinan
meningkat.Gelombang pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) dari
sektor industri (manufaktur maupun jasa) di kota, akhirnya mengalir ke desa. Mereka
memilih mempertaruhkan hidupnya ke desa, dibandingkan bertahan dalam situasi
rentan di kota. Pada awal-awal bulan krisis, peristiwa “mudik” atau “pulkam” (pulang
kampung) begitu deras sebagai cara penyelamatan diri. Secara ekonomi politik, corak
kultur komunal mengkanalisasi masalah pada induk komunitasnya. Dengan kalimat
lain, desa dijadikan sebagai tempat
5. Pelanggaran terhadap protokol kesehatan.
Transportasi public, dan meniadakan layanan secara langsung.Seiring diberlakukannya
era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau new normal di masa tanggap darurat Covid -
19, sektor layanan publik yang sempat mengalami pembatasan atau memhentikan
layanan sementara, mulai beraktivitas menyesesuaikan dengan protokol kesehatan
yang telah ditetapkan. Momentum ini tentunya menjadi kelegaan bagi masyarakat
yang sempat tertunda mengakses layanan publik.Namun demikian faktanya mulai
banyak pelanggaran terhadap protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah
di berbagai layanan publik yang secara bertahap mulai dibuka. Kebijakan pemerintah
untuk mendorong masyarakat tetap produktif di masa pandemi, dengan membuka
berbagai layanan publik seperti mall, tempat wisata, pasar, sekolah, dan layanan publik
lainnya yang berpotensi menimbulkan kerumunan, akan membuka peluang
penyebaran virus corona semakin cepat dan meluas, jika tidak dilawan dengan
kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

Pelanggaran terhadap protokol kesehatan semakin meluas karena penegakan hukum


belum optimal dilakukan. Masyarakat dengan santai tidak menggunakan masker di
tempat umum tanpa khawatir terpapar ataupun menularkan virus kepada orang yang
berada di dekatnya. Masyarakat juga lebih senang berkerumum tanpa jaga jarak di
mall-mall, pasar, tempat wisata, atau tempat publik lainnya, dan cenderung tidak
mematuhi himbauan yang disampaikan agar tidak berkerumun. Belum ada sanksi yang
dikenakan kepada para pelanggar, sehingga pelanggaran makin marak.

Salah satu contoh kasus kurangnya penerapan nilai etika dan moral dalam kehidupan
sehari-hari khususnya dalam kondisi pandemi saat ini adalah sebagai berikut: Biaya
Rapid Test hingga Rp 425.000, Ada Bisnis di Atas Bencana? Pemeriksaan rapid test
sudah menjadi syarat untuk masyarakat bepergian di era new normal. Biaya mahal
yang diterapkan Rumah Sakit (RS)/Klinik memunculkan isu ada pihak yang
memanfaatkan pandemi Corona untuk bisnis rapid test.
Berdasarkan telusuran detikcom di tiga RS di Jakarta, masing-masing menerapkan
harga yang berbeda ada yang Rp 290.000, Rp 350.000, hingga Rp 425.000. Padahal
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan surat edaran (SE) mengenai batasan
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 72

tarif rapid test antibodi untuk COVID-19 maksimal Rp 150.000 yang ditetapkan 6 Juli
2020.
Dengan pemerintah menetapkan harga maksimal Rp 150.000, seharusnya pihak
RS/Klinik bisa mengikuti kebijakan tersebut agar tidak terkesan mengambil
keuntungan lebih.
Dengan harga impor alat rapid test yang US$ 3 atau Rp 45.000 (kurs Rp 15.000/US$),
pihak RS/Klinik seharusnya bisa menetapkan harga Rp 150.000.
"Harga impor US$ 3 (satu rapid test). US$ 3 tuh berapa sih Rp 43.000, anggap saja Rp
45.000 deh. Terus ongkos yang lain itu apa apa apa kenapa dijual Rp 350.000?
Menurut saya (maksimal) Rp 150.000 fair lah artinya harus dapat keuntungan nanti
ada tenaga dokter lah, ada penyediaan tempat lah dan sebagainya. kita nggak bisa
bilang impor US$ 3 terus dijual Rp 50.000 itu nggak mungkin juga, tapi jangan Rp
350.000," ungkapnya.
Karena terlihat bagaimana pihak-pihak tertentu memanfaatkan bencana di Negara kita
sebagai suatu ladang untuk menguntungkan diri sendiri padahal sudah jelas bahwa
nilai kemanusiaan menjadi nilai yang sangat penting untuk diutamakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara

Optimalisasi Peran Gugus Tugas


Setidaknya ada dua hal yang harus menjadi perhatian daerah sebelum melaksanakan
Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Pertama, memastikan seluruh masyarakat di daerah tersebut
paham dan mampu melaksanakan protokol kesehatan secara ketat. Untuk itu, diperlukan
edukasi dan sosialisasi secara terus menerus agar nilai-nilai ini terinternalisasi dalam tatanan
kehidupan sehari-hari, dan keseriusan menjaga dan memastikan masyarakat tetap disiplin
dalam melaksanakan protokol kesehatan, bila perlu diterapkan punishmen kepada para
pelanggar disiplin agar timbul efek jera.
Selain itu Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di daerah harus melakukan
kajian data yang teliti dan detail bersama seluruh pakar, ahli dan tokoh masyarakat di
wilayahnya masing-masing. Tujuannya untuk menentukan wilayah mana yang memungkinkan
dibuka kembali, untuk menuju masyarakat produktif tetapi tetap aman dari Covid-19
tergantung dari kesiapan masing-masing daerah serta dukungan dari seluruh elemen
masyarakat. Karena itu Gugus Tugas Daerah agar selalu proaktif berkomunikasi dengan pusat
dan selalu bermusyawarah sebelum menentukan suatu daerah maupun sektor bisa produktif
kembali.

PENUTUP
1. Bahwa untuk keluar dari masalah pandemic covid-19, tidak hanya terletak pada
bahaya yang ditimbulkan oleh virus corona itu sendiri, tetapi lebih kepada
kedisiplinan setiap individu dalam mematuhi protokol kesehatan sesuai etika dan
moral yang berlaku.
2. Peranan pemimpin yang berintegritas dengan menanamkan nilai etika dan moral
sangatlah diperlukan untuk membangun kesadaran masyarakat dalam
memhadapi/perang dengan pandemi covid-19.
3. Dalam menjalani Adaptasi Kehidupan Baru diharapkan semua elemen tidak
memanfaatkan situasi untuk memperkaya diri.
JURNAL INSPIRASI Vol. 12 No. 1, Juni 2021 73

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, R. R. T. (2018). PERSEPSI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP PELANGGARAN
ETIKA. Jurnal Ilmu Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi,
(Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Ilmu Administrasi), 163–178. Retrieved from
http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/149
Daroeso, B. (1989). Dasar Dan konsep pendidikan moral pancasila.
Irhandayaningsih, A. (2013). PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: MENYIKAPI
DEKANDENSI MORAL DI KALANGAN GENERASI MUDA. HUMANIKA, (Vol 17, No 1: Juni
2013). Retrieved from
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/humanika/article/view/5315/4776
Samawi, A. (1998). Pandangan Filsafat Hedonisme tentang Pendidikan Moral. Ilmu Pendidikan:
Jurnal Kajian Teori Dan Praktik Kependidikan, (Vol 25, No 1 (1998)).
Shidik D, 2008, Etika Administrasi Dalam Pelayanan Publik, IIP, Edisi 1, JIA-Fakultas Ilmu
Administrasi (FIA) UNSUB.
------- Modul Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Sistem Administrasi Negara
Republik Indonesia (SANRI) Lembaga Administrasi Negara 2008
Susanto Arleen, Y. K. H. (2009). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi
Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan
Publik. Jurnal Akuntansi Dan Auditing Indonesia, (Vol 13, No 2 (2009)). Retrieved from
https://journal.uii.ac.id/JAAI/article/view/2270/2071
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/18/103200465/simak-panduan- protokol-
kesehatan-pencegahan-covid-19-untuk-sambut-new?page=all.
Nur Rohmi Aida, Inggried Dwi Wedhaswary, "Positif Covid-19 Tanpa Gejala, Bisakah Sembuh
Sendiri”, Jumat, 01 Mei 2020 | 09:03 WIB Sumber: Kompas.com

Anda mungkin juga menyukai