Anda di halaman 1dari 69

Mitigasi Resiko Epidemi

Agus Suwandono
GB Kesmas/Epidemiologi, FKM UNDIP
Magister Kesehatan Masyarakat UNDIP, 25 November 2021
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana Non
Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
Definisi Wabah
Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia 1989

Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit


dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang
di daerah yang luas.

Dep Kes RI. DirJen Pemberantasan Penyakit


Menular&Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981

Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan


atau kematian yang telah meluas secara cepat,
baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit
3
Lanjutan Definisi Wabah …
Undang‑undang RI No 4 th. 1984 tentang
wabah penyakit menular
 Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka
Benenson, 1985
 Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit
tertentu pada penduduk suatu daerah, yang
nyata‑nyata melebihi jumlah yang biasa
Last 1981
 Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu
masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian
lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang
4 jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
Di Indonesia
 Pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan
 Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu
(disebut outbreak atau KEJADIAN LUAR BIASA (KLB),
yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi)
atau bahkan lingkup global (pandemi).

 OUTBREAK /KLB : Suatu episode dimana terjadi dua


atau lebih penderita suatu penyakit yang sama dimana
penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
 EPIDEMI : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan
(umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah
tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya
5 meningkat.
PANDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya
telah mencakup wilayah yang luas

ENDEMI
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit),
frekuensinya pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama /berkenaan
dengan adanya penyakit yang secara terus menerus biasa timbul dalam
suatu wilayah tertentu.

KEJADIAN LUAR BIASA


Kejadian Luar Biasa (KLB) salah satu kategori status wabah dalam peraturan
yang berlaku di Indonesia. tatus Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.

Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya


kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
6
Kriteria tentang KLB mengacu pada Keputusan Dirjen No.
451/9. Suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang


sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-
menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut
menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
(jam, hari, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan
menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dalam tahun sebelumnya.
7
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana Non
Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
Pengertian Mitigasi (1)
• Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, 

• Mitigasi diartikan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan


untuk mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan
fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan
dalam menghadapi ancaman bencana

• Jadi harus dilaksanakan sedini mungkin sebelum terjadinya


suatu bencana, baik alam maupun non alam
Pengertian Mitigasi (2)
• Risiko bencana yang dimaksud ini meliputi timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, hilangnya dan kerugian harta
benda (rumah, perabotan dan lain-lain) serta timbulnya
dampak psikologis.
• Dalam Bahasa Inggris, mitigasi bencana disebut disaster
mitigation. Dilansir dari Public Safety Canada, tindakan mitigasi
bencana merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan atau mengurangi dampak serta risiko bahaya
lewat tindakan proaktif yang diambil sebelum bencana terjadi.
• Bisa dikatakan, tindakan mitigasi bencana dilakukan sebelum
bencana yang diprediksi akan terjadi. Untuk tindakan mitigasi
dan prosedurnya disesuaikan dengan kebijakan pemerintah di
setiap negara.
Pengertian Mitigasi (3)
Tujuan mitigasi:

• Tujuan mitigasi bencana Menurut Sigit Sapto Nugroho dan kawan-kawan,


dalam buku Hukum Mitigasi Bencana di Indonesia (2020), tujuan utama dari
adanya mitigasi bencana adalah mengurangi risiko cedera dan kematian
masyarakat atau timbulnya korban jiwa.
• Sedangkan tujuan sekunder dari mitigasi bencana ialah mengurangi
kerusakan dan kerugian ekonomi, termasuk infrastruktur, yang mungkin
ditimbulkan.
• Tujuan lain dari mitigasi bencana, yakni meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana, supaya
masyarakat bisa hidup dengan aman dan nyaman.
• Mitigasi bencana juga ditujukan sebagai landasan perencanaan
pembangunan.
Pengertian Mitigasi (4)
Jenis mitigasi bencana Secara garis besar, mitigasi bencana dibagi menjadi dua
jenis, yaitu:
• Mitigasi struktural Mitigasi struktural merupakan upaya menurunkan tingkat
kerentanan terhadap suatu bencana lewat bangunan tahan bencana. Mitigasi ini
dilakukan dengan melaksanakan pembangunan prasarana fisik yang
menggunakan berbagai pendekatan teknologi tahan bencana. Bangunan tahan
bencana yang dimaksud ialah bangunan dengan struktur baik yang telah
direncanakan, agar bisa bertahan atau meminimalisasi risiko kerusakan dan
timbulnya korban jiwa.
• Mitigasi non struktural Mitigasi non struktural merupakan upaya mitigasi yang
dilakukan selain pembangunan prasarana fisik. Artinya bentuk mitigasi ini bisa
dilakukan lewat pembentukan peraturan oleh pemerintah dan hal lainnya. Upaya
mitigasi non struktural biasanya dilakukan di daerah rawan bencana dan
sekitarnya. Tujuan dari mitigasi ini supaya masyarakat bisa tetap beraktivitas
tanpa rasa takut berlebih dan merasa nyaman serta aman.
Pengertian Mitigasi (5)
Contoh mitigasi bencana
1. Pembentukan undang-undang atau peraturan pemerintah merupakan salah satu
contoh mitigasi bencana non struktural yang biasa dilakukan pemerintah di berbagai
negara.
2. Contoh mitigasi bencana lainnya, yakni:
- Pemetaan daerah rawan bencana, seperti longsor atau banjir.
- Pemetaan dampak bencana letusan gunung berapi. Misal daerah jangkauan awan
panas, hujan abu dan lainnya.
3. Pembangunan rumah, kantor, dan prasarana fisik tahan gempa di Jepang.
4. Melakukan reboisasi di hutan atau kawasan sekitarnya, sehingga saat hujan tiba
tidak terjadi banjir dan longsor. Selalu memperhatikan informasi terkini tentang
kebencanaan lewat pemberitaan atau imbauan BMKG. Misalnya terkait perkiraan cuaca
atau informasi kegempaan.
5. Memahami prosedur kebencanaan, misalnya saat terjadi gempa apa yang harus
dilakukan.
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana
Non Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
Bagaimana dengan mitigasi bencana non-alam?
Ada beberapa acuan utama yang dapat kita pakai
• UU no. 4/ 1984 tentang Wabah Penyakit Menular dan UU no. 6 / 2018
tentang Kekarantinaan Kesehatan
• Inpres no. 4 th 2019 tentang penguatan kapasitas menghadapi wabah,
pandemi global dan kedaruratan akibat NUBIKA
• Kemenko PMK telah menbuat pedoman koordinasi, kolaborasi, kooperasi
dan komunikasi lintas sector pentang penangulangan bencana non alam
• Standar teknis pelayanan dasar pada standar pelayanan minimal
sub-urusan bencana kabupaten /kota (Permendagri 101 tahun
2018)
PEDOMAN KOORDINASI MENGHADAPI KLB/WABAH

Maksud
Sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/kota)
dalam pelaksanaan koordinasi lintas sektor
menghadapi bahaya Kejadian Luar Biasa
(KLB)/Wabah akibat Zoonosis dan Penyakit
Infeksi Emerging (PIE).

Tujuan
Mewujudkan koordinasi lintas sektor yang
terpadu, efektif dan efisien dalam menghadapi
bahaya Bencana Non alam Kejadian Luar
Biasa (KLB)/Wabah akibat Zoonosis dan
Penyakit Infeksi Emerging (PIE).
STANDAR PELAYANAN MINIMUM
Standar teknis pelayanan dasar pada standar
pelayanan minimal sub-urusan bencana
kabupaten /kota (Permendagri 101 tahun 2018)

Informasi Rawan Bencana KIE, Analisis risiko

TTX, pemenuhan alat, bahan,


Pencegahan dan
obat&vaksin, Pemeriksaan
kesiapsiagaan
laboratorium

Penyelamatan dan evakuasi Respon cepat, investigasi dan


korban bencana status kedaruratan

Diantaranya : Rabies, Flu Burung, Antraks, Leptospirosis, Brusellosis, Pes


Inpres 4/2019 tentang penguatan kapasitas menghadapi wabah, pandemi
global dan kedaruratan akibat NUBIKA
Instruksi umum : Instruksi khusus bagi Menko PMK:
1. Menetapkan kebijakan melalui evaluasi, kajian, a) Meningkatkan kapasitas Kementerian dan Lembaga
dan/atau penyempurnaan peraturan perundang- yang berada di bawah koordinasinya dalam upaya
undangan dan mengambil langkah-langkah mencegah, mendeteksi dan merespon berbagai
kejadian yang berpotensi menyebabkan kedaruratan
secara terkoordinasi dan terintegrasi;
kesehatan masyarakat dan/atau bencana nonalam;
2. Penetapan kebijakan dan pengambilan langkah- b) Membuat pedoman peningkatan sinergi, kerja sama,
langkah dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kolaborasi dalam perencanaan, penyusunan,
(sesuai lampiran Renaksi); pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan dalam upaya
3. Pendanaan pelaksanaan Instruksi Presiden; meningkatkan kemampuan mencegah, meneteksi, dan
4. Melaporkan pelaksanaan Instruksi Presiden ini merespons ancaman kedaruratan kesehatan
yang berhubungan dengan kedaruratan masyarakat dan/atau bencana nonalam;
kesehatan masyarakat dan/atau bencana c) Membangun kerangka kerja sama internasional
dalam rangka meningkatkan kemampuan mencegah,
nonalam kepada Presiden melalui Menteri
mendeteksi dan merespons ancaman kedaruratan
Koordinator; kesehatan masyarakat dunia melalui koordinasi dengan
5. Sekretaris Kabinet melakukan pemantauan dan Kementerian Luar Negeri.
evaluasi pelaksanaan Instruksi Presiden ini
berdasarkan laporan dari Menteri Koordinator. Instruksi khusus diberikan kepada 21 Pimpinan instansi (2
Menko, 13 menteri, 6 Kepala lembaga dan Kepala Daerah)
Bagaimana dengan mitigasi bencana non-alam?
• Kemenko PMK telah membuat pedoman koordinasi, kolaborasi,
kooperasi dan komunikasi lintas sector pentang penangulangan bencana
non alam
• Terdiri dari saat pra bencana (penyakit EID  KLB, outbreak, epidemi dan
pandemic), saat bencana berlangsung dan saat pasca bencana itu sendiri
• Mitigasi dapat dilakukan untuk ke tiga-tiganya, tetapi saya mengatakan
bahwa yang terpenting mitigasi harus mulai dan dilaksanakan pada saat
prabencana non-alam
• Coba kita lihat apa yang harus dilakukan pada saat pra bencana non alam
PEDOMAN KOORDINASI

Pelaksanaan setiap tahapan dilakukan secara simultan


sesuai karakter ancaman yang dihadapi
KOORDINASI PRA KLB/WABAH
1. Koordinasi dalam Situasi Tidak Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah
2. Koordinasi pada Situasi Terdapat Potensi Terjadinya Kejadian Luar Biasa
(KLB)/Wabah
3. Alur Koordinasi di tingkat pusat dan daerah
Pada situasi ini berbagai tingkatan pemerintah
mempersiapkan diri agar meminimalkan risiko
Situasi Tidak kemungkinan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah,
Terjadi Kejadian substansi meliputi:
Luar Biasa
1. Pengenalan dan pengkajian ancaman Kejadian Luar
(KLB)/Wabah
Biasa (KLB)/Wabah berdasarkan karakteristik ancaman;
I. Koordinasi
2. Pemahaman tentang kerentanan populasi (hewan dan
Perencanaan
manusia);
II. Koordinasi
3. Penilaian Kapasitas;
Pencegahan
4. Analisis / Penilaian risiko secara cepat terhadap
Output 1 – Rencana kemungkinan dampak Kejadian Luar Biasa
Kontinjensi (KLB)/Wabah;
kedaruratan bencana 5. Pilihan tindakan mitigasi ancaman Kejadian Luar Biasa
akibat KLB/Wabah
Zoonosis dan
(KLB)/Wabah;
Penyakit Infeksi 6. Penentuan mekanisme penanganan darurat bencana
Emerging (PIE) Kejadian Luar Biasa (KLB)/Wabah.
Situasi Tidak Pencegahan merupakan suatu rangkaian tindakan untuk
Terjadi Kejadian mengurangi maupun menghilangkan ancaman atau
Luar Biasa kerentanan terhadap risiko terjadinya Kejadian Luar
(KLB)/Wabah Biasa (KLB)/Wabah, substansi meliputi :
1. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber
I. Koordinasi
bahaya/karakteristik ancaman. investigasi (bila
Perencanaan
diperlukan) dan surveilance
II. Koordinasi
2. Peningkatan imunitas atau ketahanan kelompok rentan
Pencegahan
terhadap ancaman dan dampak Kejadian Luar Biasa
Output 1 – Rencana (KLB)/Wabah baik pada hewan maupun manusia.
Kontinjensi 3. Pengawasan pergerakan barang/benda, alat angkut,
kedaruratan bencana orang dan hewan untuk mengurangi dan
akibat KLB/Wabah
menghilangkan faktor risiko.
Zoonosis dan
Penyakit Infeksi 4. Peningkatan pemahaman Perilaku Hidup Bersih dan
Emerging (PIE) Sehat (PHBS) bagi masyarakat.
5. Komunikasi Risiko.
Koordinasi pada Situasi
Terdapat Potensi Koordinasi kesiapsiagaan secara lintas sektor untuk
Terjadinya Kejadian Luar memastikan kesiapan pelaksanaan tindakan dalam
Biasa (KLB)/Wabah penanganan kedaruratan bencana akibat KLB/Wabah.
Substansi koordinasi meliputi :
1. Koordinasi
kesiapsiagaan 1. Penyusunan rencana kontinjensi (pemutakhiran);

2. Koordinasi mitigasi 2. Pendidikan dan pelatihan SDM;


terjadinya 3. Persiapan, penyediaan dan distribusi logistik dan
KLB/Wabah prasarana serta sarana yang siap digunakan untuk
3. Koordinasi melaksanakan respon penanganan;
peringatan dini 4. Simulasi penanganan darurat :
• Kaji cepat dan Identifikasi kebutuhan sumber daya
Output 2 – Rencana Aksi • Pengaktifan sistem komando penanggulangan
Pengurangan Risiko/ bencana non alam akibat (KLB)/Wabah
Mitigasi KLB/Wabah
• Komunikasi risiko
Zoonosis dan Penyakit
Infeksi Emerging (PIE)
Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak akibat
Koordinasi pada Situasi (KLB)/Wabah. Mitigasi atau pengurangan risiko dilakukan atas
Terdapat Potensi Terjadinya dasar hasil analisis risiko yang telah dilakukan sebelumnya.
Kejadian Luar Biasa Substansi koordinasi meliputi :
(KLB)/Wabah 1. Pengenalan, peningkatan pemahaman dan pemantauan risiko
1. Koordinasi (KLB)/Wabah kepada aparatur pelaksana dan masyarakat 
kesiapsiagaan Investigasi wabah bila meragukan dan diikuti surveilance
2. Peningkatan kesadaran dan komitmen aparatur melalui
2. Koordinasi mitigasi
sosialisasi, pendidikan dan pelatihan
terjadinya
3. Penyusunan rencana tata ruang atau kebijakan lain yang
KLB/Wabah
relevan (sesuai analisis risiko) untuk mengurangi risiko
3. Koordinasi Kejadian Luar Biasa
peringatan dini 4. Mendorong sektor pelayanan publik esensial membuat
rencana keberlangsungan usaha (Bussines Continuity Plan)
Output 2 – Rencana Aksi
Pengurangan Risiko/ 5. Penataan kembali pasar tradisional
Mitigasi KLB/Wabah 6. Penyediaan sarana, lab yang sesuai serta SDM profesional
Zoonosis dan Penyakit dan terampil
Infeksi Emerging (PIE)
Koordinasi pada Situasi
Peringatan dini diperlukan untuk mengambil tindakan
Terdapat Potensi
cepat, tepat dan komprehensif guna mengurangi risiko
Terjadinya Kejadian Luar
terjadinya (KLB)/Wabah. Substansi koordinasi meliputi :
Biasa (KLB)/Wabah
1. Pemberdayaan masyarakat dalam pengamatan dan
1. Koordinasi
pelaporan terhadap potensi (KLB)/Wabah.
kesiapsiagaan
2. Pelaporan dan verifikasi perkembangan penyakit melalui
2. Koordinasi mitigasi
sistem informasi yang sudah ada secara lintas sektor.
terjadinya
KLB/Wabah 3. Pengamatan perkembangan dan analisa epidemiologi
penyakit.
3. Koordinasi
peringatan dini 4. Penetapan keputusan berdasarkan analisis / penilaian
risiko secara cepat (bandingkan dengan saat tidak
Output 2 – Rencana Aksi terdapat potensi).
Pengurangan Risiko/ 5. Pelaksanaan manajemen risiko potensi terjadinya
Mitigasi KLB/Wabah
Zoonosis dan Penyakit
(KLB)/Wabah.
Infeksi Emerging (PIE)
KOORDINASI KLB/WABAH
1. Koordinasi Harmonisasi Status KLB/Wabah dengan Kebencanaan
2. Alur harmonisasi status kedaruratan (di pusat dan di daerah)
3. Kemungkinan hasil rapat koordinasi harmonisasi status
4. Koordinasi Investigasi/Penyelidikan Epidemiologi KLB/Wabah
5. Koordinasi Kaji Cepat
6. Koordinasi Keadaan Darurat Bencana Non Alam
KOORDINASI PASCA KLB/WABAH
1. Pemulihan layanan public
2. Pemulihan dampak ekonomi dsb
3. Pemulihan dampak social budaya dsb
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana Non
Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat
Timbulnya atau meningkatnya dua orang atau lebih yang
kejadian kesakitan/kematian yang menderita sakit dengan gejala-
bermakna secara epidemiologis gejala yang sama atau hampir
pada suatu daerah dalam kurun sama setelah mengkonsumsi
waktu tertentu sesuatu dan berdasarkan analisis
epidemiologi, makanan tersebut
terbukti sebagai sumber
keracunan

Wabah Investigasi atau


Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu
suatu kegiatan penyelidikan atau
penyakit menular dalam
survey yang bertujuan untuk
masyarakat yang jumlah
mendapatkan gambaran terhadap
penderitanya meningkat secara
masalah kesehatan atau penyakit
nyata melebihi dari pada
secara lebih menyeluruh.
keadaan yang lazim pada waktu
dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Timbulnya suatu Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
penyakit menular kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan
tertentu yang selama 3 (tiga) kurun
periode sebelumnya dalam
sebelumnya tidak ada waktu dalam jam, hari kurun waktu jam, hari, atau
atau tidak dikenal pada atau minggu berturut- minggu menurut jenis
suatu daerah turut jenis penyakitnya. penyakitnya.
Kepala dinas kesehatan
Rata-rata jumlah kejadian
kabupaten/kota, kepala
Jumlah penderita baru dalam
periode waktu 1 (satu) bulan
kesakitan perbulan selama 1 dinas kesehatan
menunjukkan kenaikkan dua
kali atau lebih dibandingkan
KRITERIA (satu) tahun menunjukkan
kenaikkan dua kali atau lebih provinsi, atau Menteri
dengan angka rata-rata
jumlah per bulan dalam tahun
KLB dibandingkan dengan rata-
rata jumlah kejadian
dapat menetapkan
sebelumnya.
kesakitan perbulan pada daerah dalam keadaan
tahun berkutnya.
KLB, apabila suatu
Angka kematian kasus suatu daerah memenuhi salah
Terdapat dua orang atau
penyakit (Case Fatality Rate) Angka proporsi penyakit
lebih yang menderita sakit satu kriteria KLB.
dalam 1 (satu ) kurun waktu (Propotional Rate) penderita
dengan gejala-gejala yang
tertentu menunjukkan baru pada satu periode
sama atau hampir sama
kenaikkan 50 % atau lebih menunjukkan kenaikkan dua
setelah mengkonsumsi
dibandingkan dengan angka kali atau lebih disbanding
sesuatu dan berdasarkan
kematian kasus suatu satu periode sebelumnya
analisis epidemiologi,
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
makanan tersebut terbukti
dalam kurun waktu yang sama.
sebagai sumber keracunan.
sama.
Prinsip Penyelidikan Epidemiologi

Tujuan PE

Pengkajian 01 Mengetahui Besaran Masalah


Sistem
Surveilans
yang ada 02 Mengetahui Gambaran Klinis

Faktor Risiko
Evaluasi 03 Mengetahui gambaran
epidemiologi
Program
KLB
Kesehatan

04 Mengetahui Faktor Risiko


02
LANGKAH-LANGKAH
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Langkah-Langkah PE
Penerimaan informasi indikasi KLB 01 06 Penemuan kasus

Penetapan KLB 02 07 Analisis epidemiologi deskriptif

Persiapan turun lapangan 03 08 Menentukan sumber &


cara penularan

Verifikasi diagnosis 04 09 Rekomendasi penanggulangan

Penetapan kasus 05 10 Pembuatan Laporan

11
Diseminasi Laporan
1. Penerimaan Informasi Indikasi KLB

KONFIRMASI AWAL KEBENARAN INFORMASI

Bersifat Tenang
Catat semua informasi
Lapor ke pimpinan
2. Konfirmasi KLB

Melebihi
Penggambaran Insidens
Pola Penyakit “Biasa”

Waspada
Populasi
kasus Berisiko
baru
3. Persiapan Turun Lapangan

ADMINISTRASI

Agenda kerja Rencana kerja analisis data

Transportasi Rencana komunikasi

Tim yang akan turun Lokasi Kerja

Konsep terjadinya penyakit Aspek lingkungan

Perjalanan Penyakit Kuesioner & Pengumpulan Data

Dinamika Penularan Analisis Data

TEKNIK
4. Penetapan Etiologi

Suspek
Probable
Kepastian Konfirmasi
Diagnosa

Hubungan Pemastian • Urutan frekuensi tertinggi


Epidemiologi Diagnosis sampai terendah dari gejala dan
Kasus Primer tanda penyakit.
Kasus Sekunder • Gejala dan atau tanda
patognomonis yaitu gejala dan
Kasus Tidak ada
tanda yang khusus untuk
penyakit tertentu
• Pertimbangan antara
sensitivitas dan spesifitas
5. Penetapan Kasus
 Suspek “Semua orang yang diare, demam,
• Gejala kompatibel atau keram perut pada 8-10 Jan”
• Belum ada konfirmasi lab

 Probable “Semua pengunjung kantin pada 8


• Gejala kompatibel dan Januari dengan diare, demam,
terkait secara epidemiologis atau keram perut.”
• Belum ada konfirmasi lab

 Konfirmasi
“Semua kasus probabel yang
• Bisa jadi mencakup gejala
kompatibel dan kaitan sampel fesesnya positif
epidemiologis Salmonellosis”
• Konfirmasi lab
6. Penemuan dan Perekaman Data Kasus

1. Penemuan kasus secara aktif dengan


Tanda/Gejala Lab Demografi
menghubungi fasilitas kesehatan, No
Tanggal
Hasil
Timbul Jenis
laboratorium, tenaga kesehatan setempat, Kasus
Gejala Diare Muntah Demam Kultur
Feses
Usia
Kelamin

wilayah lain, dan mewawancarai pasien 1 22/10/1 Y Y Data Positif 19 L


9 belum
diambil
2. Membuat line listing, yang berisi ringkasan 2 25/10/1 T Y T Negatif 17 L
9
data mengenai kasus dalam situasi KLB. 3 22/10/1 T Y T Positif 23 P
9
4 27/10/1 Y ? ? Dipros 18 ?
Variabel yang wajib ada yaitu komponen 9 es

definisi kasus, nama kasus atau nomor 5 23/10/1


9
T Y T Positif 21 L

identifikasinya, tanggal timbul gejala, usia, 6 21/10/1 Y Y Y Data 18 P


9 belum
jenis kelamin. Variabel tambahan yaitu diambil

pekerjaan, faktor risiko yang relevan.


Contoh kasus KLB keracunan makanan di Desa Suka Sehat Tahun 2020

masa
kasus inkubasi
(menit)

1 30 Mode
2 45
3 25
4 35
5 60
6 50
7 30
8 20
9 40
10 70 max
11 15
12 10 min
13 30
14 35
15 30
16 45
17 50
18 30
19 40
20 25
  715 35.75
7. Analisis Epidemiologi Desktriptif

 Waktu (kurva epidemi)


– Data ideal: kapan kasus terinfeksi?
– Praktiknya, kapan kasus mulai sakit?
 Tempat (spot map, shaded map)
– Data ideal: di mana kasus terinfeksi?
– Biasanya, di mana kasus tinggal, bekerja?
 Orang (tabel)
– Siapa yang terinfeksi?
– Pembilang dan penyebut
– Kesamaan apa yang dimiliki semua
kasus yang ada?
Usia (tahun) Pria Wanita Total
<1 10 14 24
1-4 18 25 43
15 - 29 33 60 93
30 - 49 57 52 109
50+ 23 26 49
Total 141 177 318
8. Menentukan Sumber dan Cara Penularan

 Common Source Epidemic


– Sumber penyakit yang sama
– Contoh: Keracunan Pangan
 Propagated Epidemic
– Penyebaran dari orang ke orang
– Contoh: Campak, Difteri
 Kombinasi (Common & Propagated)
– Dapat terjadi pada kasus yang mula-mula
terjadi karena satu sumber penularan,
kemudian kasus menularkan kepada anggota
keluarga yang lain tanpa ada kaitan dengan
sumber penularan yang sama sebelumnya
– Contoh: Muntaber

Diadaptasi dari: AFMC Primer on Population Health


9. Rekomendasi Penanggulangan

Rekomendasi A Tindakan Penanggulangan


Rekomendasi B Sumber infeksi, Sumber penularan, orang-orang
Rekomendasi C yang rentan

Tindakan Penanggulangan Tertentu


Dapat dimulai sedini tahap diagnosis kasus
Contoh: Pemberian globulin serum imun pada
anggota keluarga kasus Hepatitis A

Kontak dengan sumber pencemaran


Mencegah kontak dengan sumber sampai
sumber dapat dihilangkan

Penanggulangan sesuai kebutuhan situasi


Imunisasi, diagnosis dini, dan pengobatan
10. Pembuatan Laporan

Judul laporan

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan Penyelidikan
B. Metodologi
C. Hasil Penyelidikan
D. Pembahasan
E. Kesimpulan dan Saran

Abstrak
Daftar Kepustakaan
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana Non
Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
1.1 PENGERTIAN
SURVEILANS…..
Kegiatan pengamatan yang sistematis dan
terus menerus terhadap data dan informasi
tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit
atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan
memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan
secara efektif dan efisien.
Tujuan Surveilans :
 Tersedianya informasi tentang situasi,
kecenderungan penyakit, dan faktor risikonya
serta masalah kesehatan masyarakat dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai
bahan pengambilan keputusan;
 Terselenggaranya kewaspadaan dini
terhadap kemungkinan terjadinya
KLB/Wabah dan dampaknya;
 Terselenggaranya investigasi dan
penanggulangan KLB/Wabah; dan
 Dasar penyampaian informasi
kesehatan kepada para pihak yang
berkepentingan sesuai dengan
pertimbangan kesehatan.
Pembahasan
I. Pengertian KLB/ Wabah/Epidemi/ Pandemi
II. Pengertian Mitigasi Bencana (Alam dan Non Alam)
III. Prinsip-prinsip Pengendalian (termasuk Mitigasi) Bencana Non
Alam
IV. Investigasi KLB/Wabah
V. Surveilance
VI. Diskusi
Penyakit Emerging Baru yang menjadi Concern Global: COVID-19
COVID-19 di Indonesia*:
Pertama kali dideteksi di *per 26 Agustus 2021
Hubei, Wuhan, Tiongkok
pada 1 Desember 2019 Menginfeksi lebih dari 4 juta
orang
Kerabat terdekat dari
Total kematian yang diakibatkan lebih
COVID-19 ditemukan di
kelelawar, dan bisa menyebar dari 120 ribu
ke manusia melalui hewan
Menekan sitem pelayanan
lain yang dikonsumsi
Kesehatan akibat tingginya pasien
yang ditangani
Berdampak signifikan terhadap
perkembangan ekonomi negara

Saat ini telah terdapat Mengancam kualitas hidup


berbagai mutasi varian masyarakat karena kehilangan
covid-19 yaitu: pekerjaan, penurunan kualitas
Per 26 Agustus 2021, telah menginfeksi 223 negara dengan
www.indohun.org

Alfa, beta, delta, gamma, pendidikan, dan perlawanan sosial


total kasus 214.840.399 kasus dan kematian 4.478.366 orang
lambda, kappa

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development
(USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and do not necessarily
reflect the views of USAID or the United States Government.”
Perkembangan % Kasus Aktif, % Kematian, % Kesembuhan Indonesia vs Dunia
100% % Kasus Aktif 10% % Angka Kematian
90% 9%
80% 22 Juli 2021 8% 22 Juli 2021
70% Indonesia: 18.51% 7%
60%
Indonesia: 2.61%
Dunia: 6.92% 6%
50% 5% Dunia: 2.15%
40% 4%
30% 3%
20% 2%
10% 1%
0% 0%
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 2 0 20 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 20 2 0 20 2 0 2 0 2 0 20 2 0 2 0 2 0 2 0 2 1 21 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 21 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 2 0 2 0 20 20 2 0 20 20 2 0 2 0 20 20 20 2 0 20 20 20 20 20 20 2 0 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
/2/ 16/ 30/ 13/ 27/ 11/ 25/ /8/ 22/ /6/ 20/ /3/ 17/ 31/ 14/ 28/ 12/ 26/ /9/ 23/ /7/ 21/ /4/ 18/ /1/ 15/ /1/ 15/ 29/ 12/ 26/ 10/ 24/ /7/ 21/ /5/ 19/ / 2 / 1 4 / 2 6 / / 7 / 1 9 / /1 / 1 3 / 2 5 / /6 / 1 8 / 3 0 / 1 2 / 2 4 / / 5 / 1 7 / 2 9 / 1 0 / 2 2 / / 4 / 1 6 / 2 8 / / 9 / 2 1 / /3 / 1 5 / 2 7 / / 8 / 2 0 / /1 / 1 3 / 2 5 / /9 / 2 1 / / 2 / 1 4 / 2 6 / / 8 / 2 0 / /1 / 1 3 / 2 5 / /7 / 1 9 /
3 3/ 3/ 4/ 4/ 5/ 5/ 6 6/ 7 7/ 8 8/ 8/ 9/ 9/ 0/ 0/ 11 1/ 12 2/ 1 1/ 2 2/ 3 3/ 3/ 4/ 4/ 5/ 5/ 6 6/ 7 7/ 3 3/ 3/ 4 4/ 5 5/ 5/ 6 6/ 6/ 7/ 7/ 8 8/ 8/ 9/ 9/ 10 0/ 0/ 11 1/ 12 2/ 2/ 1 1/ 2 2/ 2/ 3 3/ 4 4/ 4/ 5 5/ 6 6/ 6/ 7 7/
1 1 1 1 1 1 1 1 1

% Kasus Aktif Dunia % Kasus Aktif Nasional % Kasus Kematian Dunia % Kasus Kematian Nasional

100% % Angka Kesembuhan


CATATAN:
80% • Pada awal pandemi, % kasus aktif Indonesia berada di atas rata-rata
dunia dan kondisi ini terus terjadi hingga Agustus 2020
60% • Sejak awal Februari 2021, kasus COVID-19 di Indonesia mengalami
40%
22 Juli 2021 penurunan yang signifikan sedangkan banyak negara lain mengalami
Indonesia: 78.89% perburukan yang mengakibatkan % kasus aktif Indonesia berada di bawah
Dunia: 90.93%
20% rata-rata dunia (selisih hingga -18.5%) dan angka kesembuhan berada
www.indohun.org

jauh di atas rata-rata dunia (selisih hingga +14.97%)


0%
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21 21
• Namun kenaikan kasus pasca libur idul fitri mengakibatkan % kasus aktif
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
2/ 6/ 0/ 3/ 7/ 1/ 5/ 8/ 2/ 6/ 0/ 3/ 7/ 1/ 4/ 8/ 2/ 6/ 9/ 3/ 7/ 1/ 4/ 8/ 1/ 5/ 1/ 5/ 9/ 2/ 6/ 0/ 4/ 7/ 1/ 5/ 9/
3/ 3/1 3/3 4/1 4/2 5/1 5/2 6/ 6/2 7/ 7/2 8/ 8/1 8/3 9/1 9/2 0/1 0/2 11/ 1/2 12/ 2/2 1/ 1/1 2/ 2/1 3/ 3/1 3/2 4/1 4/2 5/1 5/2 6/ 6/2 7/ 7/1
1 1 1 1
Indonesia mulai sama dengan dunia, bahkan per tanggal 18 Juni mulai
berada di atas rata-rata dunia.
% Kasus Kesembuhan Dunia % Kasus Kesembuhan Nasional

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber: Update Data Nasional COVID-19, Bidang Data dan IT, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 22 Juli 2021.
Perkembangan Kasus Positif, Sembuh dan Meninggal COVID-19 Mingguan

Pada level nasional, Secara nasional, jumlah kematian Pada level nasional, terjadi
terjadi kenaikan kasus pada minggu terakhirrr kenaikan kesembuhan

44.1% mengalami kenaikannn


11.9%
dibandingkan dengan 21.8% dibandingkan dengan
pekan sebelumnya dibandingkan dengan pekan sebelumnya
Update Data: 18 Juli 2021

pekan sebelumnya

Feb Apr Jun


Jul

Kenaikan Kasus Tertinggi Kenaikan Kematian Tertinggi Kenaikan Kesembuhan Tertinggi


(dalam sepekan)

(dalam sepekan)
1. Jawa Timur naik 186.5% (15,636 vs 44,804) 1. Jawa (dalam
Timursepekan)
naik 49.8% (1,168 vs 1,750) 1. Jawa Barat naik 37.5% (24,758 vs 34,051)
2. Banten naik >5x lipat (3,875 vs 24,781) 2. D.I Yogyakarta naik 41.8% (285 vs 404) 2. Jawa Timur naik 79.3% (8,704 vs 15,603)
www.indohun.org

3. Jawa Barat naik 30.2% (49,603 vs 64,582) 3. Kalimantan Timur naik 58% (188 vs 297) 3. Banten naik 2x lipat (1,422 vs 4,149)
4. DI Yogyakarta naik 43.6% (11,014 vs 15,821) 4. Jawa Tengah naik 5.9% (1,449 vs 1,535) 4. Jawa Tengah naik 16.5% (15,352 vs 17,881)
5. Kalimantan Timur naik 74.2% (6,096 vs 5. Kepulauan Riau naik 73.8% (84 vs 146) 5. Kalimantan Timur naik 67.9% (2,312 vs 3,881)
10,617)
This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber: Analisis Data COVID-19 Mingguan, Bidang Data dan IT, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 18 Juli 2021.
Situasi COVID-19 di Indonesia
Indonesia saat ini memasuki periode 2nd wave COVID-19. % BOR ICU 34 PROVINSI
Periode
Sampai saat ini, kasus mingguan terus mengalami Juni-Juli BANTEN 90.91%
peningkatan. Per 18 Juli, kasus positif mingguan mencapai 2021 BANGKA BELITUNG 88.52%
MALUKU UTARA 87.50%
350,271 kasus. DI YOGYAKARTA 87.21%
JAWA BARAT 86.83%
KALIMANTAN TIMUR 86.77%
DKI JAKARTA 86.52%
JAWA TIMUR 81.78%
SUMATERA BARAT 80.86%
JAWA TENGAH 80.81%
SUMATERA SELATAN 78.40%
KEPULAUAN RIAU 78.31%

Update Data BOR: 23 Juli 2021


BALI 74.81%
RIAU 71.03%
KALIMANTAN SELATAN 69.84%
NUSA TENGGARA BARAT 68.29%
PAPUA 68.13%
BENGKULU 67.86%
LAMPUNG 67.19%
GORONTALO 62.50%
KALIMANTAN BARAT 62.04%
PAPUA BARAT 59.26%
JAMBI 56.52%
KALIMANTAN TENGAH 55.56%
SUMATERA UTARA 53.66%
SULAWESI UTARA 51.88%
ZONASI RISIKO SULAWESI SELATAN 47.45%
44.83% RS rujukan mulai
www.indohun.org

NUSA TENGGARA TIMUR


KAB/KOTA SULAWESI TENGGARA 43.64% penuh dan tenaga
MALUKU 41.46%
18 28 51 1 KALIMANTAN UTARA 37.04% Kesehatan kewalahan,
SULAWESI TENGAH 30.51%
1 dibuktikan oleh 14
0 SULAWESI BARAT 25.00%
Saat ini, terdapat 180 Kab/Kota dengan Zona Merah, dan didominasi Kab/Kota tidak ACEH 23.14% provinsi dengan BOR
hanya dari Pulau Jawa-Bali, namun juga di luar Pulau Jawa-Bali. 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% ICU
70% >70%
80% 90% 100%

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber: Analisis Data COVID-19 Mingguan, Bidang Data dan IT, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 18 Juli 2021.
Perkembangan Testing dan Positivity Rate di Indonesia (Januari – Juli 2021)
Jumlah Pemeriksaan Spesimen per Hari Jumlah Orang Diperiksa per Hari

Jumlah rata-rata pemeriksaan spesimen harian di bulan Juli mengalami Jumlah rata-rata orang diperiksa harian di bulan Juli mengalami peningkatan
peningkatan +80.00% dibandingkan rata-rata pemeriksaan spesimen harian +98.72% dibandingkan rata-rata orang diperiksa harian di bulan Juni 2021
di bulan Juni 2021

Catatan: Jumlah pemeriksaan dalam grafik di atas per tanggal 2 Maret 2021 menyertakan jumlah pemeriksaan total PCR, TCM, dan Antigen 

Jumlah Orang Diperiksa Mingguan vs Target WHO Positivity Rate Nasional (dalam %)
Indonesia telah mencapai standar jumlah pemeriksaan WHO (1000 orang diperiksa per
1,000,000 penduduk per minggu) sejak pekan kedua Januari 2021. Pada pekan ke-3 Angka positivity rate bulanan di bulan Juni naik hampir 2x lipat
Juli 2021 telah mencapai 4x standar yang ditargetkan oleh WHO. dibandingkan bulan Mei (20.01% vs 10.72%). Pada bulan Juli,
terlihat peningkatan laju penularan di tengah masyarakat
(positivity rate di angka 28.27%)
www.indohun.org

Standar WHO

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber: Analisis Data COVID-19 Mingguan, Bidang Data dan IT, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 per 18 Juli 2021. *Laporan Bidang Data IT Satgas per tanggal 11 Juli 2021
Situasi COVID-19 di Indonesia*
*per tanggal 22 Agustus 2021

Indonesia saat ini telah melewati 2nd wave COVID-19. Sampai saat ini, kasus mingguan telah menurun 5 minggu berturut-
turut. Per 22 Agustus, kasus mingguan sebesar 125.102 kasus atau turun 64% dari puncak kedua
www.indohun.org

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development
(USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and do not necessarily
reflect the views of USAID or the United States Government.”
Penyakit Emerging dalam 30 tahun terakhir:
Dampak pada Interaksi Manusia-Hewan-Lingkungan
Berdampak pada:

Keamanan dan ketersediaan


pangan global

Kebijakan pemberian pakan


ternak

Kebijakan impor-ekspor bahan


pangan

Kebijakan konsumsi hewan


liar/eksotis

Kebijakan aktivitas yang


berpotensi meningkatkan
kontak manusia-hewan
www.indohun.org

Sektor pariwisata karena


penyakit zoonosis di negara
tertentu

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development
(USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and do not necessarily
reflect the views of USAID or the United States Government.”
Trajectory of COVID-19 Policy /Governance

[20 March 2020] [20 July 2020]


[13 March 2020]
President decree [revision of the previous President decree of the National
Ad hoc Committee President decree about National
one] about National Task force of COVID- Committee for COVID-19 and
Task force of COVID-19
19 Economic recovery

[31 March 2020] [3 April 2020]


Intervention
President decree about Large MoH decree about Large Scale [4 August 2020]
Scale Social Distancing (PSBB) Social Distancing (PSBB) President instruction about
discipline & law enforcement
for health protocol
implementation for COVID-19
Status [31 March 2020]
prevention and control
President decree about Determination of public health
emergencies of COVID-19

[6 April 2020] [13 July 2020]


Guidelines MoH decree about COVID-19 Prevention & Control’s MoH decree about COVID-19 Prevention & Control’s
Guideline Guideline 5th Revision

[22 July 2020]


[1 July 2020] MoH decree about technical guideline for reimburse claim
Lab MoH decree about COVID-19 for treatment of patient with emerging infectious disease
Detection Lab Network for hospital which provide COVID-19 treatment

[31 March 2020]


Economic Government decree about State’s finance and financial stability
for COVID-19 response and responding an urgent condition that
threat national economic and financial stability

Sumber: Kemenko PMK, September 2020


Lindungi Bangsa:
Meningkatkan Ketahanan Kesehatan Masyarakat

Pemerintah
Pusat

Disiplin Individu dan


Pemerintah Daerah Kolektif mengubah
Perilaku
Kedaruratan Target >80% masyarakat telah
melaksanakan praktik
Kesehatan Masyarakat protokol kesehatan Meningkatkan
Masyarakat Imun Ketahanan Kesehatan
Istirahat cukup, Masyarakat
Virus melalui Droplet batuk, olahraga teratur, tidak
bersin masuk melalui
Rumah tangga panik, bergembira,
mukosa Mulut, Hidung, dan konsumsi makanan gizi
Mata
Aman seimbang
-Memakai
masker -
www.indohun.org

Iman
Beribadah Menjaga jarak -
sesuai agama Mencuci
1-2 tangan
dan
m
kepercayaan

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber:Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan


COVID-19.
PENANGANAN COVID-19
DENGAN PENDEKATAN 5S1T & KOLABORASI PENTAHELIKS BERBASIS KOMUNITAS

5 S (Strategi, Struktur, Sistem, Skill, Speed) 1 T (Target) Pemerintah

Media
Swasta

STRATEGI STRUKTUR SISTEM SKILL SPEED TARGET


Akademisi Masyaraka
t

Mengedepankan Kolaborasi pusat


Manajemen
penanganan
Kepakaran Kedisiplinan, EDUKASI,
preventif dan daerah (kesehatan komitmen dan
promotif untuk dengan
berbasis gotong
royong, taktis,
masyarakat, militansi, dan rantai Yang sehat tetap sehat, yang SOSIALISASI,
epidemiologi, komando dari pusat kurang sehat harus sembuh,
www.indohun.org

meningkatkan pendekatan
kesehatan pentahelix
dan strategis medis, teknologi sampai ke RT/RW dan yang sakit diobati sampai DAN MITIGASI
masyarakat berbasis alkes, ekonomi, sebagai kunci sembuh. Menurunkan
Dilakukan oleh :
komunitas hukum, sosial, kecepatan penambahan kasus harian
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama,
budaya,dll) penanganan hingga <10.000/hari
Partai Politik, Komunitas Lokal, hingga
ke Tingkat RT/RW
This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”

Sumber:Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan


COVID-19.
Strategi Pengendalian COVID-19 Berjenjang di Indonesia
ALUR KOMANDO DAN KOORDINASI
PENANGANAN COVID-19
Kriteria Zonasi dalam PPKM Mikro dan Skenario Pengendalian di Tingkat RT/RW

Satgas Nasional Lintas K/L, TNI-Polri

Satgas Provinsi
Lintas Organisasi,
Media, dan Swasta
Satgas Kab/Kota

Satgas Kecamatan
Rapat Koordinasi
Rutin dan Berkala
Satgas
Desa/Kelurahan
Menjalankan
Posko
Fungsi
4P Desa/Kelurahan

PENCEGAHAN PENANGANAN PEMBINAAN PENDUKUNG


www.indohun.org

● Edukasi & sosialisasi 3M ● Testing, tracing, ● Penegakan disiplin ● Pencatatan &


● Pembagian masker treatment ● Pengawasan keluar pelaporan kinerja
● Desinfeksi ● Mendukung masuk wilayahh Posko
● Pembatasan jam malam vaksinasi ● Pembubaran
● Pemasangan spanduk kerumunan
● Penutupan rumah ibadah ● Menegur kegiatan
zona oranye/merah kerumunan

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International
@TimPakarSatgasCovid19
Development (USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and
do not necessarily reflect the views of USAID or the United States Government.”
Sumber:Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan
COVID-19.
JOGO TONGGO
adalah JEJARING GOTONG
ROYONG MASYARAKAT SEMESTA

SINERGI ANTARA ASPEK


KESEHATAN, PEMBERDAYAAN &
KEKUATAN SOSIAL POTENSI
MASYARAKAT
Implementasi One Health melalui Pendalaman Core Competencies

SOFTSKILL HARDSKILL

2. 3. Kolaborasi dan Konsep dan Dasar-Dasar


1. Kepemimpinan Kesehatan
Kerjasama Pengetahuan One Kesehatan
Manajemen Ekosistem
Health Masyarakat

5. Komunikasi 6. Budaya dan Perubahan Epidemiologi dan Dasar-Dasar


4. Berpikir Sistem
dan Informatika Kepercayaan Perilaku Analisis Risiko Penyakit Infeksi
www.indohun.org

7. Nilai dan Etika Manajemen


Penyakit Infeksi

This presentation is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development
(USAID). The contents of this publication are the sole responsibility of (Indonesia One Health University Network) INDOHUN and do not necessarily
reflect the views of USAID or the United States Government.”
Kegiatan INDOHUN dalam penanaman nilai One Health pada tenaga kesehatan di
Sektor Pemerintah (1)

1) Pelatihan Diplomasi 2) Pelatihan Manajemen


Kesehatan (Global Health Investigasi KLB/Wabah dng 3. Pelatihan OH-SMART Tools
Diplomacy) Pendekatan One Health
Bertujuan untuk meningkatkan Berfokus pada penguatan kapasitas Bertujuan untuk menganalisis
kemampuan diplomasi bidang kes manajemen dalam mendeteksi, interaksi antar sistem dari
dan hubungan antar-pemangku mencegah & mengontrol wabah sektor/program yang berbeda-beda
kepentingan di tingkat Kab, Prov, zoonosis berbasis OH. Pada tahun dalam penanganan permasalahan
Nasional hingga Internasional. Pada 2018 dan 2019 telah mendapatkan zoonosis dan memperkuat
tahun 2019 bekerja sama dengan akreditasi dari BPPSDM Kemkes koordinasi, kolaborasi &
BBPK Ciloto & BBPKH Cinagara untuk Kurikulum Pelatihan dan komunikasi lintas sektor. Telah
telah mendapatkan akreditasi dari Modul Pelatihan. Kerja sama dg dilaksanakan sebanyak 5 kali dan
BPPSDM KemKes untuk Kurikulum BBPK Ciloto & BBPKH Cinagara bekerja sama dengan BBPK Ciloto.
Pelatihan dan Modul Pelatihan. & BBPKH Cinghara
Kegiatan INDOHUN dalam penanaman nilai One Health pada tenaga kesehatan di
Sektor Pemerintah (2)

4. Pelatihan Global Health True 5. Penelitian & Capacity Builfing 6. One Health Laboratory
Leaders (GHTL) DEAL Network (OHLN)
Telah dilakukan sejak 2014, Global Proyek DEAL (Disease Emergence Proyek ini membantu membangun
Health True Leaders memiliki lebih and Economic Evaluation of Altered dan memperkuat Biosafety &
dari 500 alumni dengan keterampilan Landscapes) merupakan upaya Biosecurity & pemgawasan nya,
kepemimpinan kolaboratif. GHTL awal untuk memahami dampak menghubungkan laboratorium
telah menjangkau lebih dari siswa dari penggunaan lahan dengan fokus universitas dan pemerintah. Ini akan
30 provinsi di Indonesia untuk pada keanekaragaman hayati dan mendukung Pemerintah Indonesia
memperkuat kapasitas mereka. mendokumentasikan dampak dan otoritas terkait dalam
kesehatan yang mungkin timbul dari menetapkan strategi pengawasan
Pelatihan lain: 7) OH Concept, penggunaan lahan terhadap dan pengendalian nasional, dan
8. OH TRACK dsb kesehatan masyarakat Indonesia. untuk berbagi sumber daya
Pengembangan kedepan: Program Pelatihan Epidemiologi berbasis OH Kelas/Online
Bergelar

Terdapat 2 prinsip, yaitu:

Mengedepankan kerjasama
dan kolaborasi multisektoral
PENTING MEMPERMUDAH BIROKRAT
STRUKTURAL MAUPUN FUNGSIONAL
• Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai