Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KIMIA ANALISIS

“MATODE TITRASI NITRIMETRI”

OLEH

KELOMPOK V (LIMA)
KELAS B-S1 FARMASI 2020

1. Rizqi Khoirullah H. Hasan (821420065)


2. Intan Nusi (821420044)
3. Arini (821420050)
4. Wulan Apriliyani Putri (821420056)
5. Tirta Cahnia Usuli (821420062)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM S1-FARMASI
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi allah yang telah memberi kemudahan sehingga
Makalah Kimia Analisis dengang judul “Matode Titrasi Nitrimetri” Dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun dan perbaikan penyusunan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Gorontalo , April 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................1
1.2 Tujuan Pembelajaran.............................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................3
2.1 Teori Reaksi Nitrimetri .........................................................3
2.2 Prinsip Titrasi Nitrimitri.........................................................4
2.3 Indikator Nitrimitri.................................................................4
2.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan..........................................6
2.5 Jenis-Jenis Reaksi Nitrimitri..................................................7
BAB III KESIMPULAN...............................................................8
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kimia Analisis adalah bagian dari ilmu kimia yang bertujuan untuk
mengetahui komponen atau komposisi suatu zat atau senyawa anorganik,
organik, hasil sintesis maupun biosintesis di dalam campurannya. Kimia
analisis dibagi dalam 2 bidang yaitu Analisa Kualitatif dan Kuantitatif.
Analisa kualitatif adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
jenis/ identitas sedangkan Analisa kuantitatif bertujuan untuk mengetahui
jumlah dan komposisi zat. (Harmita, 2006).

Berdasarkan pengukuran, analisa kuantitatif dibagi atas 3 bagian


yaitu analisa titrimetri, analisa gravimetrik dan analisa instrumental.
Analisa titrimetri melibatkan pengukuran volume suatu larutan dengan
konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit.

Metode titrasi Nitrimetri atau biasa disebut dengan titrasi diazotasi


yaitu metode penetapan kadar secara kualitatif dengan menggunakan
larutan baku NaNO₂. Nitritimetri merupakan cara analisa volumetri yang
berdasarkan pada reaksi pembentukan garam diazonium. Metode nitrimetri
didasarkan pada reaksi antara amina aromatik primer dengan natrium nitrit
dalam suasana asam membentuk garam diazonium (dikenal dengan reaksi
diazotasi). Garam diazonium ini terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa
yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu dibawah 15
derajat Celcius dalam senyawa asam. Titrasi diazonium berdasarkan pada
pembentukan garam diazonium dari gugus aromatis bebas yang direaksikan
dengan asam nitrit, asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan
natrium nitrit dengan suatu asam.
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang
mengandung gugus – NH2 (amin) aromatis primer atau zat lain yang dapat
dihidrolisis/direduksi menjadi amin aromatis primer. Reaksi diazotasi telah
digunakan secara umum untuk penentapan gugus amino aromatis dalam
industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan silfanilamida dan
semua senyawa – senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Senyawa – senyawa yang dapat ditentukan dengan metode
nitritimetri adalah seperti sulfamerazin, sulfadiazin, dan sulfanilamid.
Didalam dunia farmasi senyawa-senyawa ini sangat berguna seperti obat
antimikroba yang berasal dari sulfanilamid. Selain senyawa-senyawa
tersebut, pemanis buatan seperti natrium siklamat bisa ditetapkan kadarnya
menggunakan metode nitrimetri. Melihat kegunaannya maka nitrimetri
merupakan salah satu metode analisis yang diperlukan untuk menganalisis
senyawa-senyawa tersebut.
1.2 Tujuan Pembelajaran
1. Agar Mahasiswa Mengetahui Metode Titrasi Nitrimitri
2. Agar Mahasiswa Mengetahui Prinsip Titrasi Nitrimetri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Reaksi Nitrimetri (Diazotasi)


Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada
reaksi pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari
hasil reaksi antara senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas,
pada suhu di bawah 15°C dalam senyawa asam. Titrasi diazotasi
berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatis
bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh
dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Harjadi, 2003:
79).
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam
nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium
nitrit dengan suatu asam. Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada
dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu
komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya
tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan
selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan
oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen
titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka
juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung
(Harjadi, 2003: 227).
Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar secara
kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Metode ini
didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Dalam Nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk
nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M)
karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Rohman, 2007).
Metode titrasi nitrimetri disebut juga dengan diazotasi yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku
natrium nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi
antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium (Gholib dkk, 2007).
2.2 Prinsip Titrasi Nitrimetri
Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :

1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer


(amin aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang
memiliki gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat
yang memiliki gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol
dan fenasetin. Contoh zat yang memiliki gugus nitroaromatik adalah
kloramfenikol.
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder.
Contoh zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang
memiliki gugus hidrazida adalah INH.
4. Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi
dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium


yang terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas
nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk
mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam
erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es.

2.3 Indikator Nitrimetri


Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indicator luar, indicator dalam dan indicator potensiometri (Gandjar,2007) 

a)   Indicator Luar


Indicator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau
kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi
iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna
biru segera. Indicator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0.05-0.10 ml
natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
KI   +   HCl   à   KCl   +   HI
2 HI   +   2 HONO   à   I2   +   2 NO   2 H2O
I2   +   Kanji   à   Kanji Iod (biru)

Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi
pada pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru
segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di
udara. Hal ini disebabkan karena oksidasi iodide oleh udara (O2) menurut
reaksi :

4 KI   +    4 HCl   +   O2   à   2 H2O   +   2 I2   +   4KCl


I2   +   kanji   à kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti diatas dilakukan lagi setelah 2 menit.
Kelebihan :
1.      Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih
jelas

Kekurangan :
1.       Larutan yang akan dititrasi harus didinginkan
2.       Terlalu sering menotol menyebabkan adanya kemungkinan zat
terbuang
3.       Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15oC

b)        Indikator Dalam
Indicator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru.
Tropeolin OO merupakan indicator asam basa dan berwarna kuning bila
dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru
sebagai pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi
perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau tergantung senyawa yang
dititrasi.
Kelebihan :
1.    Cara kerja cepat dan praktis
2.    Dapat dilakukan pada suhu kamar
Kekurangan :
1.   Penggunaan terbatas hanya untuk beberapa zat saja, untuk beberapa zat 
lainnyaperubahannya tidak jelas
Pemakaian kedua indicator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada
indicator luar harus diketahui dahulu perkiraan jumlah titran yang
diperlukan, sebab kalau tidak diketahui perkiraan jumlah titran yang
diperlukan, maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai
titik akhir titrasi atau belum. Disamping itu, kalau sering melakukan
pengujian, dikhawatirkan akan banyak larutan yang dititrasi (sampel) yang
hilang pada saat pengujiantitik akhir. Sementara itu pada pemakaian
indicator dalam, walaupun pelaksanaanya mudah tetapi seringkali untuk
senyawa yang berbeda akan memberikan warna yang berbeda.

c) Indikator Potensiometri
Untuk mengatasi hal ini, maka digunakan metode pengamatan titik
akhir secara potensiometri. Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada
dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu
komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya
tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan
selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan
oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain potensial titik ekivalen
titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka
juga harus B diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung
(Marzuki, 2013: 84).

2.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Reaksi Diazotasi


Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi (Wunas, 2003:
105):
1. Suhu. Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih
kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium
nitrit dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam
diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil.
2. Kecepatan reaksi. Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi
barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-
lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan
natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
2.5 Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat
berguna untuk analisis antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan
asam benzoat. Titrasi dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang
diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik primer diubah menjadi
garam diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit
(Watson, 2010).

Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi:

1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin aromatis


primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007).

Penjelasan dari reaksi diatas :

a.    Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara in situ)
direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan tertentu ion
nitronium (NO2-) yang merupakan spesies nukleofilik, adalah ion
nitrit (NO2-)  yang terdapat pada asam nitrit, dengan bahwa sesama
muatan sejenis tidak dapat bereaksi.

b.    Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2, yang


berperan sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan
nitrobenzena sehingga anilin akan terbentuk.

c.    Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit


(NO2-) untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan karena
asam nitrit tidak dapat dibuat secara langsung karena asam nitrit
dengan mudah teroksidasi menjadi asam nitrat (HNO3-) apabila
tidak diisolasi dengan benar. Reaksi 3 inilah yang disebut reaksi
diazotasi dengan benzena daiazonium sebagai produknya.
d.   Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga reaksi
diazotasi disarankan berlangsung pada suhu rendah (biasanya
0oC). Penambahan air disertai protonisasi sebagai pemacu reaksi
akan mensubtitusi klorida yang terdapat dalam
benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai elektronegativitas yang
besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium) tersebut tidak
begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi benzenadiazonium
akan terurai dan tertata ulang membentuk fenol.

2. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan Rohman,


2007).

Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang


terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk
selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium. Senyawa-senyawa yang mempunyai
gugus nitro aromatis seperti kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).

3. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman,


2007).

Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi terlebih


dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis
primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diazonium.
BAB III
KESIMPULAN

Metode titrasi Nitrimetri merupakan metode penetapan kadar secara


kuantitatif dengan menggunakan larutan baku Natrium Nitrit. Metode ini
didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer
dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium.
Prinsip Titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi antara lain, pembentukan
garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan
gugus nitro aromatik), pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik
sekunder, pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida dan pemasukan gugus
nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit
dalam suasana asam.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, I. G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

Gholib, Ibnu dan Rohman, Abdul, 2007, Kimia Farmasi Analisis Pustaka Pelajar,
Jogjakarta.

Harjadi, W, 2003, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.

Harmita. 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi edisi I .


Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

Marzuki, A, 2013, Kimia Analisis Farmasi, Dua Satu Press, Makassar.

Rohman, Abdul. 2007.”Kimia Farmasi Analisis”. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Watson, 2010, Asas Pemeriksaan Kimia, UI press, Jakarta.

Wunas, J, S, 2003, Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif, UNHAS, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai