Anda di halaman 1dari 123
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT (FR.COP.OPA.PHT) “LDIVANGd \ First Resources Ltd. One Source Infinite Possibilities OPERATIONAL BEST PRACTICES Le mrsourcrs ~ Manual Issue No. Issue Date Issued By Name of procedure Prepared by : Hasoldan Sinaga VP Operations 01 Status : General 4" July, 2012 Code : MN.FR.COP.OPA.PHT Operations CopyNo, : 14 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Approved by : (Spa wz UY Cik Sigih Fangiono Ciliandra Fangiono Dy. CEO CEO ‘No Copying without First Resources Lid, permission except es permite by Document Control Contr (Corporate Sustain) = COMMITTEE STANDARD OPERATING PROCEDURE - OIL PALM AGRONOMY No. Name Position [Steering Committee Operations (SCO) Hasoloan Sinaga Harianto Tanamoeljono Sikin Hutorio Lau Cong Kiong Lion Sanjaya Triyono Widodo Erianto Tinambunan ‘Azaria Yoga ‘Susyanto Toto 10 | Chainchua Chia © eVoner one 11 | Bambang Dwilaksono 12 | Tan Eng Kiong 13 | Benyamin Basuki Yulianto ‘Vice President Operations Managing Director Riau Managing Director Kalimantan Barat Managing Director Kalimantan Timur Deputy Managing Director Kalimantan Timur Director Plantation Riau Director Plantation Kalimantan Barat Director Plantation Kalimantan Timur - Kubar Director Plantation Kalimantan Timur - Nunukan Head Research & Development Head Sustainability Head Internal Audit ‘Senior Manager Leaning & Development Organizing Committee Operations (OCO) Octen Suhadi Pandapotan Sitompul Budi Hermansyah Manager System & Development Manager Agronomy Officer Agronomy REVISION NOTES ‘Section Revision | Revision| Page History of Revision Signature Number Date | Number FR-CSM-COD-6/1-0/01-08-2011 Keterangan : No. Pengendalian Catatan Revisi pada Prosedur bisa disesuaikan dengan identifxasi dokumen dan halaman Prosedur terkait. oak ene ae TABLE OF CONTENTS Tujuan Ruang Lingkup Definisi-Definisi Dokumen Referensi Tanggung Jawab Filosofi, Kebijakan dan Pedoman Pengendalian Hama dan Penyakit 6.1. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah “mengendalikan suatu kehidupan”, 6.2. Mata rantai siklus hidup yang paling lemah dari hama/penyakit 6.3. Pemilihan teknik pengendalian hama/penyakit 64. Pengelola kebun dituntut untuk dapat meramalkan berbagai kemungkinan terjadinya ledakan hama dan penyakit potensial. 6.5. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau disebut Intergrated Pest Management (IPM). 6.8. Sistem Pengamatan Hama dan Penyakit 6.7. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit-UPDKS 6.8. Tikus 6.9. _Kumbang Tanduk (Oryetes rhinoceros) 6.10. Tiathaba 6.11. Rayap 6.12. Adoretus dan Apogonia 6.13. Babi Hutan (Sus scrofa) dan Landak (Hystrix javanicus) 6.14. Tungau Merah (Tetranychus piercei) 6.15. Penyakit-penyakit daun di pembibitan 6.16. Penyakit Busuk Pangkal Batang-Ganoderma (Ganoderma-Basal Stem Rot) 6.17. Penyakit Busuk Tandan Buah-Marasmius (Marasmius-Bunch Rot) 6.18. Penyakit Busuk Pucuk (Spear Rot) 6.19. Kelainan Tajuk (Crown Disease — CD) SOP Code MNIFRGOPOPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES ae a Tsove Date uy, 2012 Revision No, (Dato_| - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT ianoe Status General RINOURCT? Pagel pages Bot 79 1, TUJUAN Untuk memberikan standarisasi sistem pengendalian hama dan penyakit yang berlaku di lingkungan First Resources Group. 2. RUANG LINGKUP Pedoman ini meliputi kebijakan dan pedoman teknis pekerjaan pengendalian hama dan penyal kit secara sistematis di First Resources Group. 3. DEFINISI-DEFINISI 34. 3.2. 3.3. 3.4, 3.5. Hama Organisme (hewan) yang hidup secara alami di lingkungan sekitar kebun dimana keberadaannya dapat merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit ‘Suatu keadaan abnormal dari tanaman yang menyebabkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit biasa disebabkan oleh serangan virus, bakteri, jamur dan sebagainya. Musuh Atami Merupakan aktor/agens pengendali_ hayati (predator, parasit, jamur, virus, dan sebagainya) bagi hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit Pengendalian Hayati Tel pengelolaan hama/penyakit yang dilakukan secara sengaja_ dengan memanfaatkan atau. memanipulasi musuh alami untuk mengendalikan populasi hama/penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Pengelolaan populasi hama/penyakit yang memanfaatkan semua teknik pengendalian yang sesuai, sekompatibel mungkin, dengan tujuan untuk mengurangi populasi atau tingkat serangan hama/penyakit dan mempertahankannya pada suatu ambang di bawah ambang populasi hama/penyakit yang dapat mengakibatkan kerusakan secara ekonomi. 4. DOKUMEN REFERENS! 4a. 4.2. SOP Pemeliharaan Tanaman — CLP Group Kebijakan Teknis Agronomi Kelapa Sawit 5. TANGGUNG JAWAB 5A. Group Manager 5.1.1. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu yang aman dalam kegiatan operasional kebun. 5.1.2. Memonitor penggunaan pestisida yang terdaftar dan terbatas sesuai dengan ijin dan peraturan yang berlaku. [No copying witout First Resources Lia pormission except as prmited by Document Control Center (Corporate Susalnailly) SOP Code MNFR.COP.OPAPHT Teeue Ne. oF OPERATIONAL BEST PRACTICES PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Issue Date duly, 2012 Revision No./Date _| - ae Status General BErOUner® Pagolotnages | Gol 70 5.1.3. Memonitor peredaran limbah kemasan pestisida telah disimpan dan dikelola dengan baik dan aman. 5.2, Manager Kebun / Askep Kebun/ Asisten Afdeling 5.2.1. Mengawasi pelaksanaan pengendalia hama dan penyakit secara terpadu di lapangan telah berjalan sesuai prosedur. 5.2.2. Memastikan pelaksanaan operasional dalam penggunaan pestisida, tenaga kerja/operator penyemprotan telah memakai peralatan pelindung diri sesuai dengan peruntukkannya 5.2.3. Memastikan deteksi dini/ sensus hama dan penyakit berjalan dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. 5.2.4. Memonitor pelaksanaan aplikasi pestisida yang dilakukan sesuai dengan rekomendasi. 5.2.5. Memastikan pemberian extra fooding berjalan secara rutin sesuai ketentuan. 5.3. Petugas Gudang 5.3.1. Memastikan tahapan proses pengambilan dan penyimpanan pestisida telah ‘sesual dengan prosedur yang aman dan tepat. 5.3.2. Penanganan pencampuran pestisida dan penempatannya dalam wadah yang telah ditandai sesuai peruntukkanya, 5.3.3. Memastikan bekas kemasan pestisida di tandai dan disimpan ditempat yang disediakan. 5.3.4, Memastikan bahan extra fooding tersedia di gudang. 5.4. Mantri Hama dan penyakit/ Mantri Sensus 5.4.1. 54.2, 5.4.3. 5.44. 5.4.5. 5.46. Mengawasi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu telah sesuai dengan prosedur/instruksi kerja. Memastikan deteksi dini/ sensus hama dan penyakit berjalan dengan baik sesuai ketentuan yang berlaku. Memastikan petugas sensus paham dan menguasai gejala serangan, deskripsi dan biologi serta faktor lainnya terkait hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Memastikan seluruh tenaga kerja memakai alat pelindung diri sesuai dengan eruntukkannya. Memastikan semua perlakukan pengendalian hama dan penyakit aman bagi hewan dan lingkungan sekitarnya, Memastikan seluruh operator semprot menerima extra fooding sesuai ketentuan. ‘No copying without Firs Resources Lid permission except as permite by Document Control Centr (Corporate Sustsinaity) OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MNFRCOPOPAPHT iss No ot sve Date 1 ay 202 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT [==="**- "2 aa Sis Cenwal RereEneeE Pacipaoe | Tot 55, Petugas Sensus 5.6. 5.5.1. Memahami dan menguasai gejala serangan, deskripsi dan biologi serta faktor lainnya terkait hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. 5.5.2. Melakukan sensus hama dan penyakit sesuai dengan prosedur/instruksi kerja, Petugas Pengendalian Hama dan Penyakit 5.6.1. Melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu sesuai instruksi kerja dan arahan dari mantri. 5.6.2. Memakai APD yang aman dalam melakukan pekerjaan terutama terkait penggunaan pestisida. 5.6.3. Mencuci dan membersihkan diri ditempat yang telah disediakan. No copying without First Resources Lt permission except as permite by Document Control Center (Corporat Sustalnabilly) Tey ‘SOP Code: MINFROOP.OPAPHT Issue No, oF OPERATIONAL BEST PRACTICES Issue Date duly, 2012 Revision No-Date_|- PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Status ‘General Pagetot pages bof 79 6. FILOSOFI, KEBIJAKAN DAN PEDOMAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT 6.4. 6.2. 6.4. 6.5. 6.6, Pengendalian hama dan penyakit tanaman pada hakikatnya adalah "mengendalikan suatu kehidupan”. Oleh karena itu, konsep pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit itu sendiri. Pengetahuan terhadap setiap bagian dan yang dianggap paling lemah dari seluruh mata rantai siklus hidupnya sangat berguna dalam pengendalian hama dan penyakit yang paling efektif. Salah satu mata rantai siklus hidup yang paling lemah dari hama/penyakit dapat dijadikan titk kritis (critical point) yang merupakan dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendalian. pengendalian hamalpenyakit yaitu secara hayati, manual, mekanik, kultur teknik atau kimia dan waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup yang dimaksud. Pengelola kebun dituntut untuk dapat meramalkan berbagai kemungkinan terjadinya ledakan hama dan penyakit potensial. Perkiraan tersebut dapat bertitik tolak dari kondisi tanaman, lingkungan dan serangga atau patogen yang ada Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang baik perlu diterapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) atau disebut Intergrated Pest Management (IPM). Keberadaan hamalpenyakit di lapangan harus dapat dideteksi secara dini (early warning system). Keuntungan deteksi dini adalah _memudahkan tindakan pencegahan maupun pengendaliannya serta mencegah terjadinya ledakan serangan yang tidak terkendali. Biaya pengendalian melalui deteksi dini akan jauh lebih rendah daripada yang tidak menerapkannya. ‘Sistem Pengamatan Hama dan Penyakit 6.6.1. Latar Belakang 6.6.1.1. Ledakan hama dan penyakit tidak tejadi secara tiba-tiba tetapi berawal dari areal yang sempit. Kejadian tersebut dapat diduga sebelumnya bila ada sistem pengamatan yang baik. Pengamatan secara rutin akan menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhimya tindakan tersebut memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian. Selain itu, Kehilangan produksi akan menurun karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit 6.6.1.2. Tindakan pengamatan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan Pengendalian hama terpadu, yang memberi peluang perkembangan musuh alami_sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Detail Sistem Pengamatan Hama dan Penyakit terdapat pada Prosedur Pengendalian HPT. 6.6.1.3. Atas pertimbangan efisiensi maka pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan cara sistem pengamatan dini menggunakan contoh/sampel yang terdistribusi secara merata. "No copying without First Resources Lid permission except as permited by Document Control Center (Corporate Sustainability) OPERATIONAL BEST PRACTICES 50% eve AER COP OPA sue Date + 20 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT =""*-282_1- mikes Sis Cora iene Papetipapes [8 7 6.6.1.4. Sistem pengamatan hama dan penyakit berfungsi yaitu: fa) Mengetahui keberadaan HPT yang diamati b) Menentukan jenis, stadia atau instar hama yang menyerang dan kepadatan populasinya c) Memetakan lokasi serangan hama dan penyakit sehingga dapat diketahui pola sebarannya 4) Hasil pengamatan sejauh mungkin dapat meliputi spotspot serangan hama yang terjadi e) Mengetahui keberadaan musuh alami hama ) Mengetahui kondisi tanaman 6.6.1.5. _Informasi ini sangat penting karena menjadi acuan untuk pemilihan teknik pengendalian yang digunakan dan waktu pelaksanaan pengendalian. 6.6.2. Deteksi Hama dan Penyakit Departemen Riset melalui stafnya bertanggung jawab untuk memberikan bimbingan teknis kepada Mantri Hama di Rayon dalam melakukan deteksi dini. Deteksi dini dilakukan apabila terjadi gejala serangan dan diformulasikan dalam bentuk peta serangan. 6.6.3. Sistem Sensus Hama dan Penyakit Tik Tetap 6.6.3.1 6.6.3.2. 6.6.3.3, 6.6.3.4. Sistem sensus tik tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada baris/tiik sensus yang merupakan jaringan yang meliput seluruh kebun. Ketentuan sensus titik tetap dapat dillhat pada Prosedur Pengendalian HPT. Sistem ini bermanfaat untuk memantau hama utama kelapa sawit, yaitu: a) Hama ulat pemakan daun kelapa sawit yaitu ulat api, ulat kantong dan ulat bulu b) Hama tikus, Hama kelapa sawit selain yang disebutkan di atas, detel menggunakan barisititik sensus. Semua pokok diamati kemudian pokok yang terserang dikendalikan secara tuntas. Ketentuan pokok yang diamati dan pelaksanaan sistem sensus hama dan penyakit dijelaskan pada setiap sub bab selanjutnya berdasarkan masing- masing jenis hama dan penyakit. Setiap afdeling harus‘memiliki petugas sensus hama dan penyakit sendiri sehingga seluruh data hasil sensus per afdeling dapat diproses secara utuh dalam satu kebun dan berkesinambungan petugas sensus di afdeling dibawah tanggung jawan Mantri Sensus. "No copying without First Resource Li, permission except a5 parmited by Document Control Center (Corporate Sustainability) OPERATIONAL BEST PRACTICES 2 —__ ieve Date 1 day 2012 Revison No. Bato PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT * eee Status, General rearrens Pogettpages | toot 78 6.6.3.5. Tim sensus harus dilath untuk: f)_Identifkasi kerusakan tanaman karena hama pemakan daun dan tikus b) Identifikasijenis hama seperti ulat api, ulat kantong dan ulat bulu ©) Identifkasi berbagai stadia dalam siklus hidup hama, seperti telur, larva, kepompong dan stadia dewasa d) Membedakan hama yang sehat dan sakitterparasit fe) Mengenal musuh alami hama 1) Identifikasi hama dan penyakitlainnya 6.6.3.6. Tim sensus tidak boleh sering diganti karena akan mempengaruhi konsistensi hasil pengamatan *bentuk tim profesional". Ketentuan tim sensus dapat dilhat pada Prosedur Pengendalian HPT. 6.6.4. Pengamatan dan Perhitungan Pelaksanaan pengamatan dan perhitungan pada sensus tik tetap dapat dalam Instruksi Kerja Sistem Sensus Hama (WI.FR.COP.OP.PHT.01). 6.6.5. Frekuensi Sensus 66.5.1 6.6.5.2. 6.6.5.3, ‘Sensus hama dan penyakit harus dilakukan terlepas apakah di kebun ada serangan hama dan penyakit atau tidak. Frekuensi sensus yang dianjurkan adalah sebagai berikut: a) Pada situasi normal Sensus hama pemakan daun setahun atau 3 (tiga) bulan sekali. b) Sensus tikus pada areal TBM dilakukan pada 3 (tiga) bulan setelah tanam dan dilakukan 4 (empat) kali setahun atau 3 (tiga) bulan sekali. kukan pada 4 (empat) kali c) Pada situasi terjadi ledakan di daerah serangan 1. Sensus hama pemakan daun dilakukan setiap 2 (dua) minggu sampai situasi normal kembali 2. Sensus tikus dilakukan setiap sebulan sekali atau menyesuaikan dengan siklus hidupnya sampai situasi normal kembali 3. Pada daerah yang tidak terserang, sensus dilakukan sesuai ketentuan Setelah setiap rotasi sensus selesai, manajemen kebun_harus meringkas dan membuatkan rekapitulasi hasil sensus pada Formulir Rekapitulasi Hasil Sensus Hama UPDKS. Rekapitulasi data harus diterima oleh Departemen Riset dan Direktur Plantation paling lambat setiap tanggal 10 pada bulan berikutnya/ akan datang. "No copying without First Resources Lt parmission excopt as pormited by Document Control Centr (Corporat Sustalnabiiy) ‘SOP Code: MN-FRCOP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Issue No, a Issue Date uly, 2012 Revision No./Date _| - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT re. Status General ResoveeTs Pagelot pages tof 78 JENIS-JENIS HAMA KELAPA SAWIT 6.7. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit-UPDKS 6.7.1. Kerusakan Serangan hama ulat api, ulat kantong dan ulat bulu (UPDKS), seringkali menimbulkan masalah yang berkepanjangan karena ledakan serangan (eksplosi) dapat terjadi dari waktu ke waktu. Kehilangan daun pada tanaman muda dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan sehingga dapat memperpanjang masa Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), sedangkan kehilangan daun (defoliasi) yang serius pada Tanaman Menghasilkan (TM) dimana hanya tersisa batang lidinya akan berdampak langsung terhadap penurunan produksi (Tabel 10.1) dan (Gambar 10.1). Tabel 10.1. Penurunan Produksi Tanaman Kelapa Sawit sebagai Akibat Serangan Ulat Api S. asigna. (Sumber : Desmier de Chenon, 1992) Poaucbarete Sea a Tahun Il b) Pasty i Hampir 100 70 93 50 40 78 25 8 29 12 5 "1 Keterangan: a) Serangan hanya sekali b) Terjadi serangan ulang dalam tahun yang Sama 6.7.1.1. Serangan hama yang luas memerlukan biaya pengendalian yang mahal. Hal ini terjadi karena deteksi dini tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga implementasi pengendalian yang tepat tidak dapat dilakukan pada saat serangan masih sempit. 6.7.1.2. Kriteria serangan baru hama UPDKS yaitu daun kelapa sawit bekas gigitan masin terlihat hijau dan segar. Gambar 10.1 Tanaman yang Terserang Hama UPDKS "No copying without First Resources Ltd parmisslon except as parmited by Document Control Centr (Corporate Sustainability) SOP Oo TNFRCOPOPAPAT OPERATIONAL BEST PRACTICES ae “ isso Date uy 202 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT. pm" ae Situs Genera Paste Payectpages | eet 79 6.7.2. Deskripsi 6.7.2.1. Gambar ulat api dapat dilihat pada Gambar 10.2. Gambar 10.2a. Setothosea asigna Gambar 10.2b. Setora nitens Gambar 10.2c. Darna trima Gambar 10.2d. Ploneta diducta Gambar 10.2e. Birthosea bisura Gambar 10.2f. Thosea vetusta Gambar 10.2 Ulat Api en OPERATIONAL BEST PRACTICES = oat ieoue Dt ET Revision Noble PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |= I Pasutpaaes | t8et 70 6.7.2.2. Gambar ulat kantong dapat dilihat pada Gambar 10.3. Gambar 10.3c. Mahasena corbetti Gambar 10.3 Ulat Kantong 6.7.2.3. Gambar ulat bulu dapat dillhat pada Gambar 10.4. Gambar 10.4. Dasychira inclusa Gambar 10.4. C. horsefieldii Gambar 10.4 Ulat Bulu as permed by 0 OPERATIONAL BEST Pracrices [eos | NFREEPOPAPT Issue Date 1 July, 2012 fetta PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT eee a) oe Bond Pentiioms [a 6.7.3. Biologi 6.7.3.1. Siklus hidup hama UPDKS kelapa sawit terdiri dari empat stadia seperti yang terlihat pada Gambar 10.5. dan Tabel 10.2. berikut ini: Stadia Telur Gambar 10.5. Siklus Hidup Hama UPDKS Kelapa Sawit Tabel 10.2. Siklus Hidup Beberapa Jenis UPDKS Kelapa Sawit Breas eur Srey (Hari) | Instar Kepompo | Total Gc a) Ulat Api Setothosea asigna 48 49-51 | VI-VIIL Setora nitens 35 29 VI-VIIL Darna trima 30-39 | V-VI Ploneta diducta 5 34 Vv Thosea bisura 5.9 | 22.35 Thosea vetusta 68 49 Ulat Kantong Mahasena corbetti 16 80 VV Metisa plana 18 50 IV Pteroma pendula 18 50 | IV-v Ulat Bulu Dasychira inclusa 89 | 35-40 Calliteara horsefieldii 8 28 40 93-99 23 55-57 14-14 45-59 13 52 14-18 41-62 25 80-82 30 126 25 93 25 93 8 51-57 9 45 ‘No copying without First Resources Lt. parmission except as pemited by Document Control Centr (Corporate Sustlnabilly) SOP Goce TNFROOPOPAPIT OPERATIONAL BEST PRACTICES oe ‘ (sue Date hay ave PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT | S=="*=-2#_| - ae Sas enw Lod Powstcipapee [1601 79 6.7.3.2. Data siklus hidup setiap jenis UPDKS sangat bermanfaat untuk: a) Memperkirakan kemunculan generasi berikutnya b) Memperkirakan ketersediaan waktu untuk pengendalian 6.7.3.3. Laju perkembangan populasi ulat terutama didukung oleh kemampuan berbiak dan waktu yang digunakan dalam menyelesaikan siklus hidup. Makin tinggi daya berbiak serta makin pendek siklus hidup maka makin cepat pula laju pertambahan populasi. Hal ini berarti bahwa toleransi tethadap Ambang Batas Ekonomi menjadi lebih rendah. Kemampuan bertelur beberapa jenis UPDKS dapat dilihat pada Tabel 10.3. 6.7.3.4. Semakin tinggi daya rusak UPDKS maka toleransi Ambang Batas Ekonomi menjadi lebih rendah. Daya rusak atau jumlah daun yang dapat dikonsumsi oleh tiap ekor UPDKS kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 10.3. Tabel 10.3. Kemampuan Bertelur dan Daya Konsumsi Beberapa Jenis UPDKS rere) ROS) Telur (Butir) Deane ee} (oe) Ulat Api Setothosea asigna Setora nitens Darna trima Ploneta diducta Thosea vetusta Ulat Kantong Mahasena corbetti 2.000 ~ 3.000 100 - 300 Keterangan : Luas daun per pelepah berkisar antara 3-4 m? atau rata-rata 3,5 m? 6.7.4. Pengamatan 6.7.4.1.Pada umumnya suatu sistem pengamatan hanya berlaku untuk satu atau lebih spesies hama yang mempunyai perilaku yang sama. Akan tetapi suatu sistem pengamatan dapat dimodifikasi untuk pemantauan perkembangan populasi hama lainnya. 6.7.4.2. Pengamatan hama UPDKS dilakukan sesuai dengan ketentuan Skema Penentuan Sensus Hama/Penyakit. Pengamatan dilakukan pada Titik Sensus (TS) dan Pokok Sensus (PS). Setiap TS berjumlah 5 (lima) pokok, dari 5 (pokok) tersebut pilih satu pokok (TS) yang serangannya dominan dan lakukan perhitungan pada pokok tersebut. [No copying without First Resources Lia. pormission except as permited by Document Control Centr (Corporat Sustainabilty) ean OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Cote MNFROOP.OPAPHT Tesue No, oF PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Tesue Date a duly, 2012 Revision No. Date _|- Status General Pagelot pages 16ot 70 67.4.3. 67.44, Penghitungan hama UPDKS hanya pada satu pelepah contoh pada pokok TS dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Pelepah yang menunjukkan gejala serangan segar dan memiliki Populasi tertinggi (dominan) tidak ada gejala serangan, pilih satu pelepah yang Dari pelepah tersebut, maka ditentukan jenis hama ulatnya. Untuk hama ulat api dihitung jumlah telur, larva dan kepompong (sehat dan penyakit/parasit), sedangkan hama ulat kantong dan ulat bulu dihitung larva dan pupa. Hasil penghitungan dicatat pada Formulir Perhitungan Serangan Hama UPDKS. 6.7.5. Analisis Data Pengamatan 67.5.1 67.5.2. 67.5.3, 67.5.4, Apabila semua blok telah dilakukan sensus, maka Asisten Afdeling dan Mantri Hama dan Penyakit langsung merekap dan menganalisis data hasil_pengamatan pada Formulir Rekapitulasi Hasil Sensus Hama UPDKS. Dari data tersebut dapat diketahui apakah ada serangan atau tidak. Selanjutnya, bila ada serangan, apakah melewati Ambang Batas Ekonomi atau tidak. Ambang Batas Ekonomi (ABE) dapat diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat/pelepah, dimana di atas rata-rata populasi tersebut tindakan pengendalian perlu dilakukan. ABE UPDKS tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 10.4 Sebagal informasi manaiemen kebun bahwa ABE hanya merupakan anduan. Untuk mengambil keputusan apakah perlu atau tidaknya dilakukan pengendalian, beberapa faktor berikut dapat digunakan sebagai bahan pertimbengan: a) Populasi ulat per pelepah b) Pola penyebaran ulat ©) Keberadaan musuh alami d) tklim, e) Kondisi tanaman Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas maka tindakan pengendalian harus segera dilakukan apabila rata-rata populasi larva sehat di atas ABE, pola penyebaran merata pada setiap titik-titik sensus, keberadaan musuh-musuh alami rendah, kondisi iklim mendukung untuk berkembangnya hama dan kondisi tanaman kurang bagus. Apabila rata-rata populasi sedikit di bawah atau di atas ABE, penyebaran tidak merata, kehadiran musuh alami cukup nyata, iklim kurang mendukung perkembangan hama, kondisi tanaman baik, maka Pengendalian cukup dilakukan secara spot atau hanya diperlukan pengamatan secara intensif. [No copying witout Prt Resources Lid permission except as permited by Document Control Centr (Corporate Sustainabilty) OPERATIONAL BEST PRACTICES ee ones Teeve Date Tay. 2072 Revison no. Bato | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT eee ‘Status General feos Pogolofpoges | traf 79 Tabel 10.4. Ambang Batas Ekonomi (ABE) UPDKS eran Jenis Hama (Ekor/pelepah) (TBMiT™) Ulat Api Setothosea asigna Setora nitens Dama trima Ploneta diducta Thosea bisura Ulat Kantong Mahasena corbetti Metisa plana Pteroma pendula Ulat Bulu Dasychira inclusa Calliteara horsefieldii 6.7.6. Tindakan Pengendalian 6.7.6.1. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampei pada tingkat yang tidak merugikan. 6.7.6.2. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis dan stadia hama, tingkat serangan dan sebaran hama, ketersediaan alat, bahan (insektisida atau agen hayati) atau tenaga, kondisi iklim dan tanaman serta batas waktu yang tersedia untuk pengendalian. Metode pengendalian UPDKS disajikan pada Tabel 10.5. "No copying without First Resources Ltd permission except as permited by Document Control Center (Corporate Sustainabllty) ‘SOP Code MINFRCOP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Tesue No, oI Tesue Date duly, 2012 Revision No. Date_| PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT moe Status ‘General RESOURCES Pagelot pages 18of 79 Tabel 10.5. Beberapa Metode Pengendalian UPDKS. ary Se Ue esata - Bio inseltisida B.t., virus dan jamur - Kenservasi dan ekspioitasi musuh alami - Pengembangan tumbuhan bermanfaat (beneficial plant) - Penyemprotan/pengasapan insektisida kimia - Injeksi batang - Infus akar 6.7.6.3. Kutip ulat (hand picking) Instruksi Kerja pengendalian UPDKS dengan metode pengutipan ulat dapat dilhat pada WILFR.COP.OP.PHT.02. Keuntungan dan kekurangan metode pengutipan ulat yaitu: a) Keuntungan ‘Sangat selektif dan ramah lingkungan. Hal ini Karena pengutipan hanya dilakukan pada ulat yang sehat, sedangkan ulat yang terparasit dan berpenyakit ditinggalkan agar terjadi perbanyakan secara alami. b) Kekurangan 1. Pekerjaan lambat dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak. 2. Tidak sesuai untuk tingkat populasi yang tinggi dan areal luas. 3. Tidak efektif untuk jenis ulat yang berukuran kecil atau ulat yang masih muda 4, Ulat yang masih muda mempunyai ukuran relatif kecil sehingga sult diihat, begitu juga dengan jenis ulat yang berukuran kecil seperti: Metisa plana, Pteroma pendula dan Darna spp. 5. Tidak sesuai untuk tanaman yang sudah tinggi 6. Pengutipan ulat hanya sesuai untuk tanaman berumur kurang dari 5 (lima) tahun ‘No copying without First Resources Lid permission except as permitted by Document Control Centr (Corporate Sustainability) FIRST OPERATIONAL BEST PRACTICES ae ao issue Dat Ty 202 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |e" 9%" 1 Pogaltpages | toot 70 67.6.4, 67.65. 67.66. Kutip kepompong Pengutipan kepompong hanya dapat dilakukan apabila_tingkat serangan rendah dan meliputi areal yang sempit. Instruksi Kerja pengendalian UPDKS dengan metode pengutipan kepompong dapat dilhat pada WLFR.COP.OP.PHT.02. Keuntungan dan kekurangan metode pengutipan Kepompong yaitu: a) Keuntungan Sangat selektif dan aman b) Kekurangan 1. Tidak efektif saat terjadi eksplosi 2. Pekerjaannya sangat lambat 3. Sulit membedakan kepompong yang sakit dan sehat tanpa membuka terlebih dahulu Penggunaan light trap _ a) Pengendalian dengan perlakuan cahaya (light trap) ini merupakan pengendalian hama serangga ulat api pada saat ulat api dalam fase imago (kupu-kupu) yang aktif di malam hari dan tertarik terhadap cahaya. Pengendalian dilakukan pada waktu sore hari sekitar pukul 18.00-19.00 WIB. b) Teknis pelaksanaan light trap ini dilakukan dengan pemasangan sumber cahaya berupa lampu yang digantung di atas bejana berisi solar. c) Sumber cahaya tersebut akan meyoroti dan menerangi jalan sehingga imago dari ulat api ini akan tertarik dan menuju sumber cahaya dan menabrak lampu. Instruksi Kerja pengendalian UPDKS dengan metode light trap dapat dilihat pada WLFR.COP.OP.PHT.02. Penyemprotan insektisida hayati dan pengatur tumbuh 1) Apabila penggunaan insektisida harus dilakukan, maka prioritas harus diberikan kepada insektisida hayati dan pengatur tumbuh. Secara umum insektisida hayati dan pengatur tumbuh bersifat mematikan ulat api, ulat kantong dan ulat bulu, akan tetapi relatif aman terhadap musuh alami, serangga penyerbuk dan juga terhadap operator. Keuntungan dan kekurangan metode penyemprotan insektisida hayati yaitu: a) Keuntungan 1. Efektif terhadap ulat instar muda (| - IV) 2. Aman terhadap musuh alami 3. Aman terhadap operator "No copying without First Resources Lid permission except as prmited by Document Control Centr (Corporat Sustainability) ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Ts5ve Ne. ol sue Dato duly, 2012 Revision No. Date _| - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT nen a Soom RESOURCES Pagelotpages 200 78 b) Kekurangan 1. Kurang efektif terhadap ulat di atas instar IV sehingga diperlukan deteksi awal dan diikuti penyemprotan dengan cepat 2. Karena merupakan racun perut, penyemprotan harus merata ke seluruh pelepah 3. Stok lama pada umumya kurang efektif karena umur simpan pendek. 2) Insektisida hayati yang biasa digunakan adalah Bacillus thuringiensis meliputi: Dipel, Bactospeine, Thuricide, Florbac dan dan Delfin, sedangkan insektisida pengatur tumbuh yaitu Atabron. 3) Penggunaan Bacillus thuringiensis (B.t) Insektisida hayati B.t. umumnya hanya efektif terhadap larva-larva dari Lepidoptera. Untuk mendapatkan keefektivan B.t. secara maksimal, faktor-faktor kris yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: a) Ketepatan waktu ‘Waktu yang tepat untuk aplikasi B.t. adalah waktu menjelang menetasnya telur menjadi ulat atau pada saat ulat masih baru saja menetas sampai instar IV. Ulat yang masih muda juga sangat peka terhadap kondisi lingkungan yang tidak baik. b) Peliputan semprotan Agar spora bakteri atau Kristal protein bakteri dapat termakan oleh ulat maka penyemprotan pada tajuk tanaman harus benar- benar merata. ¢) Penyimpanan Penyimpanan harus di tempat yang baik, ruangan panas dan lembab harus dihindari_karena akan menurunkan keefektivannya. Penyemprotan dan peralatan Insektisida B.t dapat diaplikasikan balk menggunakan volume tinggi, rendah atau ultra rendah (Tabel 10.6). Pada saat Penyemprotan insektisida B.t. dapat dicampur dengan fungisida atau pupuk daun atau surfaktan yang tidak bersifat basa karena pH yang tinggi dapat menurunkan_keefektifan B.t. Kondisi pH yang sesuai adalah 4,0 — 8,5. Jenis insektisida B.t, kandungan bahan aktif dan dosis aplikasi untuk ulat api disajikan pada Tabel 10. No copying without First Resources Ltd pormiesion except as prmited by Document Conto! Center (Corporate Sustalnabliy OPERATIONAL BEST PRACTICES oP Case WFR CDP OPAPIT Tsue ate iy, 202 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |So=="N2-Dee_) = Pagel pages | 21 70 6.7.6.7. _Insekti Tabel 10.6. Jenis Alat dan Volume Semprot yang Digunakan untuk Penyemprotan Insektisida Penson Dene h Me cd een) ‘Sangat Tinggi > 600 EPS Sedang 400-600 PKS, Rendah dan Sangat Rendah_ | 100- 400 MB Ultra Rendah <50 Fogger Tabel 10.7. Jenis Insektisida B.t, Kandungan Bahan Aktif dan Dosis untuk Ulat Api Deni EM UP aed DES uy Bacillus thuringiensis 16.000 VU Mg Bacillus thuringiensis 56.000 /U Mg 300 Bacillus thuringiensis 7.500 JU Mg la kontak a) Merupakan suatu kebijakan perusahaan bahwa penggunaan insektisida Kontak harus seminimal mungkin dan sebelum menggunakannnya manajemen kebun harus berkonsultasi dengan Departemen Riset. b) Syarat-syarat penggunaan insektisida kontak yang harus dipenuhi vyaitu: 1. Rata-rata populasi ulat per pelepah sangat tinggi 2. Instar ulat dalam keadaan “overlapping” 3. Serangan meliputi areal yang luas dan ulat di atas instar IV 4, Musuh alami sedikit atau tidak ada 5. Kondisi ingkungan mendukung perkembangan hama ) Keuntungan 1.Daya bunuhnya cepat dengan persentase kematian tinggi 2.Biayalha relatif rendah 3.Cakupan semprotan cepat, misalnya: menggunakan alat fogger 4.Sesuai untuk populasi yang sangat tinggi dan “overlapping” [No copying without First Resources Lia permission except as permite by Document Control Center (Corporate Sussinbity) SOP Code INFR.COP OPAPHT Tesue No, oF Tesue Date ly, 2012 OPERATIONAL BEST PRACTICES Revision No./Date | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Elen Status General Resources Pagelot pages ot 79 4) Kekurangan 1.Spektrum lebar sehingga mematikan musuh-musuh alami seperti parasit, predator dan serangga penyerbuk 2.Berbahaya bagi operator 3.Menyebabkan pencemaran lingkungan dan dapat menimbulkan resistensi e) Dosis Dosis insektisida kontak untuk ulat api, ulat kantong dan ulat bulu terdapat pada Tabel 10.8. Tabel 10.8. Dosis Insektisida Kontak untuk UPDKS, Pe eM enoconceune Jenis Ham oe earn aati Ulat Api | | | ‘Setothosea asigna _|Deltametrin 200 | 0,025 | 0,040 | 0,100 |Setora nitens Lamda sihalotrin| 200 | 0,025 | 0,040 0,100 [Dama trima Betasiflutrin 225 | 0,040 | 0,050 0,150 Ploneta diducta Sipermetrin 300 | 0,050 | 0,075 | 0,200 Ulat Bulu | |Dasychira inclusa | (Caliteara horsefieldt | at xertong | | IMahasena corbeti_ —_|Asefat 650 | 0,100 | 0,160 | 0,430 |Metisa plana 6.7.6.8. Injeksi batang Pada tanaman yang berumur di atas 7 tahun dengan kanopi sudah tinggi, penggunaan insektisida sistemik dengan cara injeksi batang akan memberikan hasil yang sangat efektif. Jenis insektisida dan dosis, yang dianjurkan untuk injeksi batang dapat didiskusikan dengan Departemen Riset. Instruksi pengendalian UPDKS dengan metode injeksi batang terdapat pada WI.FR.COP.OP.PHT.02. Keuntungan dan kekurangan metode injeksi batang yaitu: a) Keuntungan 1. Sangat selektif 2. Efektif terhadap semua instar ulat 3. Relatif aman terhadap musuh alami, lingkungan dan operator 4, Sesuai untuk tanaman yang sudah tinggi dan areal yang bergelombang 5. Sesuai untuk serangan spot ‘Ne copying without ist Resources Lc. permission excep as permitted by Document Control Center (Corporate Sustainabilty) FIRST OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPHT Issue No, oO PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT seve Date uly, 2072 Revision No. Date_|- Status ‘General Pagelot pages 230f 79 67.69, 6.7.6.10. b) Kekurangan 1. Sangat mahal 2. Tidak sesu 3. Pekerjaan lambat intuk tanaman muda Infus akar Infus akar merupakan salah satu cara aplikasi insektisida sistemik yang sangat sederhana, tetapi memerlukan ketelitian dan kehati-hatian dalam pelaksanaannya. Jenis dan dosis insektisida yang akan digunakan dapat didiskusikan dengan Departemen Riset. Teknik infus akar meliputi beberapa tahapan yaitu: mencari akar, memotong akar dan pemasangan plastik berisi insektisida. Instruksi Kerja infus akar terdapat pada WI.FR.COP.OP.PHT.02. Keuntungan dan kekurangan metode infus akar yaitu: ) Keuntungan 1. Sangat selektif 2. Sangat efektif untuk tanaman muda 3. Sesuai untuk serangan sporadik 4. Aman terhadap lingkungan dan musuh alami 5. Tidak memerlukan peralatan khusus b) Kekurangan 1.Sangat mahal 2.Bekerja lambat, 1 tim (2 orang) = 60 pokok/hari 3. Diperlukan tenaga kerja terampil Konservasi dan eksploitasi musuh alami 1) Tujuan dari konservasi dan eksploitasi musuh alami adalah menghindari peningkatan populasi yang dapat menyebabkan terjadinya eksplosi hama dan mengembalikan keseimbangan ekosistem tersebut sehingga perlakuan insektisida dapat dikurangi 2) Di perkebunan kelapa sawit musuh alami UPDKS yang cukup potensial dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu: a) Predator Tabel 10.9 dan Gambar 10.6 menunjukkan beberapa predator yang cukup potensial terhadap UPDKS yaitu: ‘No copying without Frst Resources Ltd pormission except as permite by Document Conta! Center (Corporat Sustalnbilly) eeeee OPERATIONAL BEST PRACTICES = = we |FRCOP.OPAPHT, Tesue Date $F hy, 2042 Revision Ne (Dato | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT mo Pagelotpages | 2408 79 Tabel 10.9. Predator UPDKS. Pere eee gee) Pentatomidae, Hemiptera Memangsa dengan menusuk dan menghisap Telurnya diletakkan —secara berkelompok pada daun tanaman kelapa sawit yang masih muda sampai yang sudah tua Serangga muda berwama kemerahan dan —_belum mempunyai sayap dan biasanya hidup berkelompok. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 10.3a-b. Siklus hidupnya + 2 (dua) bulan dan dalam waktu 1 (satu) hari mampu memangsa 2 - 6 ekor ulat api Inang alternatif Y Pada pertanaman kelapa sawit yang masih muda, predator hidup eee Reduviidae, Hemiptera Predator kantong, utama —_ulat selain itu juga memangsa ulat lain Memangsa dengan cara menusuk dan menghisap Nimfanya tanaman hidup pada Penutup tanah (LCC) dan stadium dewasa dapat terbang dan mencari mangsa pada daun sawit Siklus hidupnya + 4 (empat) bulan Untuk memakan seekor ulat ukuran sedang diperlukan waktu 2-4 jam Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 10.3c. dengan memakan ulat yang hidup pada LCC. Y Pada pertanaman dewasa/tua, makanan predator adalah ulat yang tinggal pada pakis-pakisan yaitu jenis Diplazium asperum ¥ Jenis pakis tersebut sangat disukai oleh larva Hymenoptera symphyla dan Neostrombeseros luckti yang merupakan makanan alternatif Sycanus "No copying without First Resources Ltd parmission except as permitted by Document Control Centr (Corporate Sustainailty) eee OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPHT Teeue Ne, oF PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT issue Date 1 July, 2012 Revision No./Date | - Slats General Pagelof pages: of 78 Gambar 10.6b. Cosmolestes picticops Gambar 10.6c. Sycanus dichotomus Gambar 10.6a. Nimfa Cantheconidea spp. Gambar 10.6. Predator UPDKS b) Parasit 1. Parasit hidup di dalam tubuh inangnya. Apabila parasit tersebut berasal dari golongan serangga disebut parasitoid, sedangkan apabila berasal dari golongan lain disebut parasit. Parasit pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih kecil dari inangnya. Berbagai macam parasit pada stadia inangnya beserta gejala-gejalanya dapat dilihat pada Tabel 10.10 dan Gambar 10.7. 2. Stadium dewasa parasitoid untuk —mempertahankan hidupnya memeriukan makenan yang cukup. Beberapa serangga dewasa parasit sangat bergantung pada tanaman lain yang menghasilkan serbuk sari dan nektar. Contoh tanaman yang berasosiasi dengan serangga dewasa parasit adalah Casia spp., Euphorbia spp., LCC, Ageratum dan lain- lain. Untuk proses kelangsungan hidup parasit, gulma-guima tersebut diharapkan tetap ditinggalkan di lapangan. [No copying without First Resources Lt permission except ss permite by Document Conto! Centr (Corporat Susialnbilty) ‘SOP Code MIN-FRCOP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Tesve No 1 Issue Date 1° duly, 2012 Revision No./Date - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT ie Sats General feourers Pagelofpages [2801 79 Tabel 10.10. Jenis Parasit, Stadia Inang dan Gejala-gejala Serangan pada Ulat Api cr cr Cone Rd Tour |S.asigna | Tolurtrparasit berwama coklt mude-titam. 'S.ntons __|- Satutelur ult api chasikan + 25 ekor parasitoid [Dama spp. _|-Terdapat bang-tubang kecl pada permukaan ts- ‘ur ulat 2p, sebagal anda parasitdewasa kolur. Uat [Dama spp. | Utatyangterserang morjad tidak aki, mena ee ee [Parasa spp. | dike tengah anak daun dan kemudlan mat |spinaria spinator 'Sasigna _|-kepompong terparasitkadang-kadang berada d- \ehneumonicae) S.nitene dalam tubuh lava (Spinria atau a permukaan IFomicia sp. 'S. asina baw tubuh larva (Fomicia dan Apanteles), C.albigutttus | biasanya pada lana instar I-V Chactoxoristajavena Kepompong|S. asigna _|- Parasit meetakkan tur pada saat ust ap kan Chiorocryptus purpuratus ‘Sites berkepompong,parast menetas 6 dalamnya dan keluar membentuk ibang Kec pada petmukaan okon, eee Gambar 10.7. Parasit Ulat dan Kepompong ©) Patogen Perkembangan patogen umumnya memerlukan kelembaban yang tinggi. Kondisi tersebut terjadi pada musim hujan. Oleh sebab itu, pada umumnya di musim hujan sangat jarang/sedikit terjadi eksplosi UPDKS. Patogen dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai dengan ketersediaan inangnya. Pemencaran patogen di lapangan juga sangat dipengaruhi oleh percikan air hujan. Patogen yang biasa dijumpai menyerang ulat api dan ulat kantong terdapat pada Tabel 10.11 ‘No copying without First Resources Ltd parmission excopt as pormited by Document Control Center (Corporate Sustainability) eeeee SOP Gove MNFROOPOPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Ee oe c ‘sue Date Fy, 2018 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT. -="""*-s2_| - Sits oneal Pogattpagee [at ol 79 Tabel 10.11. Patogen Ulat Api dan Ulat Kantong Brrorts ¥ Pada kondisi lingkungan yang |“ Jamur patogen yang biasa sesuai untuk perkembangan | — menginfeksi ulat Setothosea virus, tingkat patogenesitas | _asigna, Setora nitens, Dama virus dapat mencapai hampir | —_trima, Parasa lepida dan ulat 100% dalam waktu 2-3 minggu | lainnya adalah Cordyceps setelah penyemprotan. Tingkat patogenesitas Faktor-faktor yang| berkisar antara 13 — 80% menentukan efektif serangan| tergantung pada _tingkat virus yaitu: jenis virus, lama| kelembaban tanah_— dan. penyimpanan dan cuaca jumlah sumber inokulum Virus Keefektifan virus ulat api ditentukan oleh beberapa faktor: 1 2 3) ) Jenis virus Tidak semua jenis virus ulat api akan efektif terhadap semua jenis ulat api, tetapi jenis ulat api tertentu mempunyai virus tertentu juga. Contoh, virus ulat api Sefora nitens tidak efektif terhadap Setothosea asigna dan sebaliknya. ) Lama penyimpanan Ulat api terinfeksi virus yang masih segar akan lebih efektif dari pada yang telah disimpan lama. Walaupun demikian, virus yang disimpan pada suhu -30 °C selama 6 (enam) tahun masih menunjukkan keefektifannya. ) Cuaca Cuaca yang paling balk untuk aplikasi virus adalah pada musim hujan dan waktu aplikasi pada pagi atau sore hari. Jika pada musim kemarau sebaiknya dilakukan sepagi mun Sinar_ UV menyebabkan degradasi virus sehingga menjadi kurang/tidak efektf. Cara identifikasi yang betul terhadap ulat terinfeksi virus yaitu dengan melihat gejala serangan sebagai berikut: 1) Ulat yang terserang menja idak/kurang aktif dan berhenti makan. 2) Pola wama pada tubuh ulat instar tua menjadi kabur dan lambat laun 3) 4) Tubuh ulat menjadi lunak dan ba memudar. Duri-duri pada permukaan atas tubuh tidak akan mengembang atau membuka apabila ulat diganggu. bawah tubuh lembek. 5) Warna tubuh berubah secara cepat menjadi kemerahan atau coklat gelap. "No copying witout First Resources Lid, permission except as permited by Document Control Centr (Corporate Sustain) OPERATIONAL BEST PRACTICES —— nooo Tove Dato 1 ay 2012 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT [52=o""*-©s2_~ cae sits Gener rontnen Pawetcipanee [280 70 6) Tubuh ulat memipih dan mengeluarkan cairan kental berwarna putih ‘sampai kuning kecoklatan. 7) Ulat jatuh ke tanah (untuk ulat tua) atau tetap lengket di daun (untuk ulat muda) dan ulat mulai mati. 8) Bentuk ulat yang terserang virus dapat dilihat pada Gambar 10.8. Gambar 10.8. Darna trima yang Terinfeksi Virus + Instruksi Kerja pembiakan dan penyimpanan virus dapat dillhat pada WLFR.COP.OP.PHT.03. * Dosis aplikasi virus Intruksi_penyiapan Virus Stock Solution (VSS) dapat dilinat pada WLFR.COP.OP.PHT.03. Dosis aplikasi VSS adalah 300 mi/ha. Alat aplikasi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10.12. Tabel 10.12. Alat Aplikasi VSS A COTTUS DER y Eri Sg (mit (Liter/Ha) (eae) Engine Power Sprayer ‘400 0,75 Pneumatic Knapsack Sprayer 300 1,00 Mist Blower 150 2,00 Fogger 5 60,00 Jamur * Cara infeksi dan gejala serangan: 1) Spora Cordyceps menginfeksi larva instar terakhir saat turun ke tanah untuk berkepompong 2) Spota Cordyceps menempel dipermukaan tubuh larva saat larva masuk ke dalam tanah (di pangkal batang, tepi piringan dan di bawah rumpukan pelepah di gawangan) No copying without First Resourcos Lia. parmission except as pormited by Document Control Canter (Corporat Sustalnabiliy) ee OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MIN-FRCOP.OPAPHT Issue No, a PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Issue Date uly, 2012 Revision No./Date _|- Status ‘General Pagelot pages 2901 73 3) Spora Cordyceps akan berkecambah dan menginfeksi prepupa. Selanjutnya miselium berwarna putin tumbuh menyelimuti tubuh pupa sehingga pupa mati dan menjadi mumi 4) Bila kondisi tanah cukup lembab, dari permukaan kokon akan keluar badan buah berbentuk seperti jari-jari tangan berwarna kemerahan 5) Dari saat infeksi sampai terbentuknya badan buah diperlukan waktu minimum 40 hari 6) Ciriciri Kepompong yang terinfeksi Cordyceps dapat dilihat pada Gambar 10.9. Cordyceps dapat bertahan di tanah serta berkembang pada kepompong bila kelembaban di tanah cukup dan tersedianya ulat instar terakhir. Cara aplikasi Cordyceps dapat dilihat pada WI.FR.COP.OP.PHT.02. ‘Gambar 10.9. Kepompong Setora nitens yang Terserang Cordyceps 6.7.6.1. Pengembangan tumbuhan bermanfaat (beneficial plant) a) Tanaman-tanaman nectariferous yang hidup di areal terbuka di sekitar tanaman kelapa sawit adalah tempat berkembangnya musuh alami dari ulat kantong maupun ulat api. b) Contoh dari tanaman yang bermanfaat yaitu Antigonon leptopus, Cassia cobanensis, Euphorbia heterophylla dan Tumera sp. (Gambar 10.10). No copying without First Resources Lid. permission except os permitted by Document Control Center (Corporate Sustainabiiy) ‘SOP Code MN-FRICOP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Tesue No, a Issue Dato duly, 2012 Revision No, Date PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT | cama Pagelot pages 00 72 Antigonon feptosus Bunga air mata pengantin Cassia cobanensis Kacang kasia Patik mas Euphorbia heterophylla Turnera subulata Bunga pukul delapan Turnera ulmifolia Bunga pukul tujuh Gambar 10.10. Tumbuhan bermanfaat (Beneficial Plant) No copying without First Resources Lid permission except as permed by Document Control Center (Corporate Sustainabiiy) SOP Code MWNFR.COP.OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES ae af Issue Date 1 duly, 2012 Revision No. Date | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT Te ‘Status General RESOURCES Pagel pages 3tof 78 ©) Pengembangan Cassia cobanensis - Casia sudah dapat dipanen + 4 bulan setelah tanam, yakni dengan citi polong kering berwamna coklat kehitaman dan biji keras berwama coklat tua. = Polong dipecah agar biji terlepas, kemudian dijemur sampai kering + 3 hari agar tidak terinfeksi oleh cendawan. - Benih direndam dalam air panas kuku + 15 menit dan larutan fungisida 0,5% selama + 10 menit dengan tujuan untuk meningkatkan persentase biji tumbuh. - Benih ditanam langsung di lokasi siap tanam (tanah sudah digemburkan), berbaris dipinggir jalan atau spot-spot di areal terbuka. Jika tidak ada hujan, areal tanam periu disiram terlebih dahulu agar tanah tetap lembab. d)Pengembangan Tumera sp. = Pengembangan Turnera sp. disamping dengan biji, dapat juga dengan stek cabang muda yang sudah berkayu. = Sediakan polybag kecil yang sudah terisi tanah dengan kondisi tanah padat dan lembab. : = Batang stek yang hendak ditanam terlebih dahulu perlu diberi disinfektan fungisida 0,5% selama + 10 menit dengan tujuan agar tidak terinfeksi oleh cendawan. = Stek ditanam per polybag atau stek juga bias langsung ditanam di lapangan jika musim hujan. - Akar biasanya sudah tumbuh pada usia + 2 minggu setelah stek ditanam, tetapi baru dapat dipindahkan ke lapangan jika sudah tumbuh normal + 2 bulan. - Bibit kemudian ditanam langsung di lokasi siap tanam (tanah sudah digemburkan), berbaris dipinggir jalan atau spot-spot di areal terbuka. [No copying without First Resources Lid permission except as permitted by Document Control Center (Corporate Sustain) Eee SOP Gots TNFROOPOPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES Tasve No. om iso Date hy 202 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT | ==e"8=.ate_| - Sans Genera Pegucfpeges | 20h 79 6.8, Hama Tikus 6.8.1. Kerusakan 6.8.1.1. 6.8.1.2. 6.8.1.3. 6.8.1.4. Tikus menimbulkan Kerusakan karena mengerat beberapa bagian tanaman kelapa sawit. Pada pembibitan, bagian ujung jaringan muda dikerat sehingga menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian bibit. Berdasarkan hasil penelitian dinamika populasi tikus diketahui bahwa pada 9 bulan setelah aplikasi rait-bait, populasi tikus kembali pada tingkat yang sama dengan populasi tikus sebelum dikendalikan (populasi asal). Hal ini disebabkan Karena masih adanya sebagian populasi yang masih hidup sewaktu dilakukan pengendalian, sehingga dengan berjalannya waktu, populasi asal dapat tercapai kembali. Pada TBM, tikus menyerang umbutltiik tumbuh. Gejala serangannya berupa bekas gerekan, lubang-lubang pada pangkal pelepah bahkan sering ditemui pelepah yang putus/terkulai. Kadang-kadang dijumpai ‘serangan hama ini sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 (satu) tahun sehingga menyebabkan kematian tanaman (Gambar 10.11). Pada keadaan tertentu, kerugian dapat mencapai 90% pada saat itu. 7 Pada TM, tikus memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang. Selain itu, tikus juga menyerang bunga betina dan bunga jantan (Gambar 10.10). Seekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp + 4 gram/hari, sehingga kehilangan i + 5% dari produksi normal. Gambar 10.11. Kerusakan Serangan Tikus pada Tanaman dan Buah [No copying without First Resources Lid permission except as permitted by Document Control Centr (Corporate Susainbliy) Ene SOP Cote TALFR.GOP OPAPHT OPERATIONAL BEST PRACTICES mars of Issue Date 4% July, 2012, Revision No. bate | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT. poem Sits General Pageictpages | S308 79 6.8.2. Biologi dan Deskripsi Beberapa jenis tikus yang banyak dijumpai merusak tanaman kelapa sawit, adalah Rattus tiomanicus, Rattus-rattus diardii dan Rattus argentiventer (Gambar 10.12). Di antara ketiga tikus tersebut yang paling dominan adalah R. tiomanicus. Simulasi/estimasi_ perkembangbiakan tikus dapat dillhat pada Gambar 10.13. Deskripsi perilaku dan sifat-sifat tikus terdapat pada Tabel 10.13. Rattus tiomanicus Rattus argentiventer Rattus rattus diardii Gambar 10.12. Jenis Tikus yang Biasa Merusak Tanaman Kelapa Sawit ‘360 keturunan + 72 induk 660 keturunan + 12induk Sbulan ‘kemudian 10 keturunan + 2induk 3 bulan kemudian Gambar 10.13. Simulasi/Estimasi Perkembangbiakan Tikus ‘No copying without First Rescurces Ltd permission except as parmited by Document Control Center (Corporate Sustaabily) OPERATIONAL BEST PRACTICES — —_-! Issue Date 1% July, 2012, PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT [S2=""-#2_|- ie Sis Cone orcad Pagucipapee | S40f 79 Tabel 10.13. Deskripsi Perilaku dan Sifat-sifat Tikus 7 Bence i ee en | Ce tg Deere ee ‘Nama Umum Titus pohon Ficus sawah [Tas rumah Perilaku 1) Memakan sampai kere! | 1 Memakan brondolan | 4. Memakan sampai kernel totap tidak rusak ‘ering mengerat sampai | — tetapi tidak rusak kernel 2. Sarang terbuat dari 2 Tidak suka memanjat_ | 2. Sarang terbuat dari daun ppotongan daun yang masin|jarang merusakkelapa |” segar dan dlletakkan hijau dan dietakkan pada | sawit umur diatas 7 tahun] pada tanah di baweh tanah di bawah naungan rumpukan polepah atau d Ccontoh di bawah rumpukan falas pokok polopah atau datas pokok IMorfologi 1. Panjang kepata/ {140-175 mm 1150-190 mm 140 -190 mm badan l2. Wama bulu bagian {Colt beludra Kasar, coklat pudar Ikasar dan collat tetap| ‘atas/punggung Is. Wama bulu bagian bawah ls. wama ekor [Putting Susu 1. dada [2 Belakang |Porkombangbiakan +. Matang seksual J2. Masa bunting la. Masa meiahirkan [4 Jumiah anak per kelehiran lbercampur dengan rambut-_|wama kadang-kedeng rambut kuning dan hitam — |oervariasi Put bersih kadang-kadang _|Abu-abu keperakan sering[Abu-abu cerah sampai agak Ikekuningan \dengan garis memarjang |kabur coklt kemerahan bberwama lebin golap > \coiap merata \Gelap merata JGotap merata I2 pasang [3 pasang 2 pasang Is Pasang Is Pasang Is Pasang lRata-ata 3 bulan [Rata-rata 3 bulan Rataata 3 bulan [3-4 minggu [3-4 minggu [3-4 minggu |sepanjang tahun \sepaniang tahun |sepanjang tahun |rewan polestrus) |newan potestrus) |(hewan polestrus) 1-10 ekor Ib-7 ekor 11-11 ekor 6.8.3. Makanan dan habitat 6. 68.3.2. 1. Untuk dapat hidup dan berkembang biak, tikus ~membutuhkan makanan, air, mineralivitamin dan tempat. berlindung (shetter) Makanan yang dibutuhkan oleh tikus biasanya terdiri dari tiga golongan besar yaitu karbohidrat, lemak dan protein. Di dalam ekosistem perkebunan kelapa sawit tikus dapat memperoleh kebutuhannya yaitu: a) Makanan * Karbohidrat : Umbut dan buah/bunga kelapa sawit, akar dan bij- biji rumput * Lemak : Buah kelapa sawit, serangga, siput/keong dan lai lain " Protein : Serangga (serangga penyerbuk Elaeidobius dll.), siput/keong, cacing dan binatang kecil lainnya No copying witout First Resource Ltd permission except as permite by Document Control Centar (Corporte Sustainability) ee eee OPERATIONAL BEST PRACTICES = — we FR.COP.OPAPHT, Ise Dae ay 2072 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |S™=""2 O00 | —_ Pagelof pages 35 of 79 b) Mineral/Vitamin : Bij-biji gulma, tanah dan bahan organik ©) Air : Paritsungai dan bagian-bagian tanaman 4) Berlindung di bawah rumpukan kayu/pelepah kelapa sawit atau di dalam lubang di bawah tanah. 6.8.4, Jenis Racun Tikus 6.8.4.1 6.8.4.2. 6.8.4.3, Racun tikus yang biasa digunakan dikelompokkan ke dalam golongan kronik (Chronic). Racun kronik merupakan antikoagulan yaitu apabila tikus makan pada jumlah yang cukup, akan menyebabkan pendarahan secara terus menerus Karena racun tersebut mencegah proses pembekuan darah. Jenis, bahan aktif dan tipe racun kronik terdapat pada Tabel 10.14. Kebijakan perusahaan yaitu menggunakan jenis racun tikus antikoagulan generasi |. Sebagai catatan dalam aplikasi, bahwa Antikoagulan Generasi Il dapat menyebabkan kematian predator tikus, seperti: burung hantu, elang atau kucing hutan akibat keracunan sekunder, ‘Tabel 10.14. Jenis Racun Kronik untuk Tikus, Woes or Coca ata eee | Sa ae Coumatetraly! | 375 10 100 AGI Broadifacoum| 60 4 250 AGI Bromadioion 25 3 330 AGI Flocumafen 50 4 250 AGI Keterangan: AG = Antikoagulan Generasi 6.8.5. Pengamatan 6.8.5.1. 6.8.5.2. Pengamatan hama tikus dilakukan sesuai dengan ketentuan Skema Penentuan Sensus Hama/Penyakit. Pengamatan hama tikus dilakukan pada _setiap Barisan Sensus (BS). BS merupakan barisan-barisan tanaman di lapangan dimana didalamnya terdapat pokok sensus. Penghitungan di atas diberlakukan pada semua pokok dalam BS. Pokok yang mengalami keratan dilakukan penjumlahan untuk mengetahui persentase serangan. Ketentuan keratan yang dihitung sesuai dengan Kriteria Serangan. Formulir Perhitungan Serangan Hama Tikus. No copying without First Resources Lid, permission except as permite by Document Control Centr (Corporate Sustainability) Eee OPERATIONAL BEST PRACTICES ee eee nee Issue Date ly 2012 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |e" O00 1 —_ Pogelofpeges | 960 78 6.8.6. Analisis Data Pengamatan 6.8.7. 68.8. 6.8.6.1. 6.8.6.2, Apabila semua blok telah dilakukan sensus, maka Asisten Afdeling dan Mantri Hama dan Penyakit langsung merekap dan menganalisis data hasil pengamatan pada Formulir Rekapitulasi Hasil Sensus Hama Tikus. Dari data tersebut dapat diketahui apakeh ada serangan atau tidak. Selanjutnya, bila ada serangan, apakah melewati Ambang Batas Ekonomi atau tidak. Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas maka tindakan pengendalian harus segera dilakukan apabila serangan baru di atas ABE, pola penyebaran merata pada setiap baris sensus, keberadaan predator pemakan tikus, kondisi iklim mendukung untuk berkembangnya hama dan kondisi tanaman kurang bagus. Kriteria Serangan 6.87.1. 6.8.7.2. 6.8.7.3. 6.8.7.4. Pokok Terserang - TBM Identifikasi dilakukan secara visual pokok kelapa sawit. Pokok terserang yaitu pokok dimana terdapat keratan pada pangkal pelepah Pokok Terserang - TM Identikasi dilakukan melalui grading di TPH dan Pabrik. Buah-buah yang terserang yaitu buah dimana ada keratan baru. ‘Ambang Batas Ekonomi Terdapat 5 % pokok terserang baru/blok pada areal TM. Areal TBM tidak melihat ABE. Nilai 5% pokok terserang baru hanya merupakan panduan. Dalam keadaan tertentu, pengumpanan mungkin perlu dilakukan pada blok dimana ABE < 5% jika terlihat serangan tikus yang nyata pada blok di sekitarnya Pengendalian Tikus 6.8.8.1 Rekomendasi pengendalian tikus adalah sebagai berikut: a) Pembibitan Pemberian racun tikus b) TBM : Pemberian racun tikus ©) TM1-4 : Pemberian racun tikus d) TM5-6 : 50% pembiakan burung hantu dan 50% racun tikus e) TM7 1 100% pembiakan burung hantu "No copying without First Resources Lid permission except as permited by Document Control Center (Corporate Sustainability) ean OPERATIONAL BEST PRACTICES ‘SOP Code MINFRCOP.OPAPHT iso Ne a Issue Date 4 July, 2012, PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT |e" 1 Pape pes 6.8.8.2. Pembibitan 6.8.8.3, 6.8.8.4. 6.8.85. a) Pada pembibitan diletakkan paralon 2 inci dengan panjang 20-30 ‘om yang berisi 2-3 butir racun tikus pada tempat-tempat tertentu yang rawan serangan tikus sesuai kebutuhan. b) Apabila terjadi serangan pada pembibitan, maka _kampanye Pengumpanan harus diberikan di sepanjang baris polybag sebelah luar (sampai 3 polybag ke arah dalam) dan itu dilakukan sebelum penanaman kecambah. Instruksi Kerja pengandalian tikus di pembibitan terdapat pada WI.FR.COP.OPA.PHT.04. Penanaman Baru dan Tanaman Belum Menghasilkan a) Penanaman baru Pada semua daerah penanaman baru, pada saat tanam sekaligus diaplikasikan 2 (dua) butir per pokok. b) Tanaman Belum Menghasilkan Berdasarkan peta sebaran serangan tikus dapat ditentukan pengendalian tkus dengan kampanye dan spot. Penentuan pengendalian ditentukan oleh GM Instruksi Kerja pengandalian tikus setelah penanaman di TBM terdapat pada WI.FR.COP.OPA.PHT.04. Tanaman Menghasilkan a) “ Pengendalian tikus pada areal TM 1 hingga 4 tahun masih menggunakan racun tikus. Pemberian umpan racun tikus dilakukan dengan alasan yang tepat dan dengan ketentuan untuk areal yang masih belum ada burung hantunya b) Pengendalian tikus pada areal TM >5 tahun menggunakan burung hantu secara bertahap dengan ketentuan: + TM-5-7, pembiakan burung hantu sebesar 50% dan aplikasi racun tikus sebesar 50% + TM>7, pembiakan burung hantu sebesar 100% Kampanye Pengumpanan a) Umpan diberikan pada semua pokok sebanyak satu butir racun tikus/pokok dan letakkan secara sistematik di piringan + 50 cm dari pangkal batang mengarah ke pasar rintis. "Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengontrolan maupun. dalam mengganti umpan yang telah dimakan" b) Umpan diganti yang dimakan tikus pada hari keempat. "Dalam satu kampanye yang lengkap terdiri dari minimum 3 (tiga) rotasi" No copying without First Resources Ltd permission except as permited by Document Control Center (Corporate Sustainability) eee OPERATIONAL BEST PRACTICES a oe. issue Dato ay 2042 Revision No Dato | - PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT oF i Pogeltpeges | stot 79 c) Pengumpanan dihentikan apabila umpan yang hilang dimakan tikus pada rotasi ke-3 sudah turun di bawah 20%. Apabila jumlah racun tikus yang hilang masin tinggi (> 20%) setelah rotasi ke-3, maka lakukan sensus terhadap pokok terserang baru yaitu pada tiga hari setelah rotasi ke-3. <4) Apabila ABE sudah < 5%, hentikan pengumpanan walaupun jumlah umpan yang hilang dimakan tikus masih tinggi yaitu > 20%. Apabila ABE masih > 5%, diperlukan rotasi pengumpanan tambahan (rotasi ke-4) yang harus dilakukan segera. ) Sensus dilakukan terhadap, tiga hari setelah pengumpanan rotasi ke-4, Prosedur pengumpanan tersebut dilanjutkan sampai Pengumpanan tidak diperlukan yaitu apabila ABE < 5%. ©) Pengumpanan yang terputus dan tidak lengkap tidak efektif dan akan menyebabkan resistensi karena tikus memakan racun pada dosis yang tidak mematikan. <) Pelaksanaan kampanye pengumpanan dapat dilihat pada Gambar 10.14. 6.8.8.6. Organisasi Pemasangan Umpan a) Pelaksanaan pemasangan umpan tikus dilakukan oleh tim khusus yang dipimpin oleh Mantri Hama dan Penyakit di Rayon Kebun. b) Pemasangan umpan harus selesai dalam waktu satu hari untuk setiap komplek (terdiri dari beberapa blok). Letak dan luas komplek agar disesuaikan dengan pekerjaan potong buah (setelah dipanen). Jumiah seluruh umpan untuk setiap blok harus dicatat dalam formulir. Gambar 10.14. Pelaksanaan Kampanye Pengumpanan "No copying without First Resources Ltd parmission except as parmited by Document Control Center (Corporate Sustainability) ‘SOP Code MNFRCOP.OPAPHT ey OPERATIONAL BEST PRACTICES as a Tuo Dao nay 2072 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT | ==e"*©-0s¢_} - Sits General Pogeltpages | a9 79 6.8.9. Pengendalian Tikus dengan Burung Hantu 6.8.9.1. Pendahuluan a) Tyto alba termasuk golongan burung buas (camivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Tyto alba merupakan salah satu jenis burung hantu yang cukup potensial untuk mengendalikan tikus. Burung hantu memiliki potensi antara lain "99% makanannya adalah * Dalam siklus hidupnya setiap tahun mampu bertelur dua kali dengan jumiah telur 4 — 1 * Hasil pengamatan di dalam kandang penangkar menunjukkan bahwa sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus R. tikus 1 butir. tiomaticus rata-rata 3 000 ~ 3 650 ekor tikus per-tahun. = Kedua mata pada satu sisi dan pendengarannya tajam "= Mempunyai kaki yang kuat dan kuku yang tajam ‘= Memiliki paruh yang kuat dan lebar sehingga dapat menelan tikus utuh b) Burung hantu Tyfo alba mempunyai cir-ciri khusus sebagai berikut: + Muka seperti hati * Wara lebih cerah dibandingkan dengan burung hantu lain, saat bertengger warna dada hampir putih. Wama sayap sebelah luar coklat keemasan. * Kakinya ditumbuhi bulu-bulu halus dan masing-masing kaki mempunyai 4 buah jari dengan kuku yang sangat tajam. " Berat badan burung hantu dewasa berkisar antara 450 - 600 gram (betina lebih berat dari pada jantan) dan tinggi badannya antara 25 - 30 cm. * Panjang sayap pada burung hantu dewasa betina berkisar antara 26 - 29 om, sedangkan pada jantan berkisar antara 21 - 25cm. * Perbedaan antara jantan dan betina terletak pada warna bulu di bagian leher depan, yakni pada jantan bulunya berwarna putih berbintik-bintik hitam dan pada betina bulunya berwarna kuning kecoklatan berbintik-bintik hitam (Gambar 10.15). = Suara burung hantu terutama anaknya sangat berisik "No copying without First Resources Ltd permission except as permitted by Document Contol Canter (Corporate Sustainablly)

Anda mungkin juga menyukai