Anda di halaman 1dari 2

SEKILAS TENTANG RAJAWAWO

*Penyadur: Fr Sano (calon imam Keuskupan Agung Ende, asal stasi VI Pemo, Paroki Rajawawo

Rajawawo merupakan salah satu tempat dari begitu banyaknya tempat yang ada di
kabupaten Ende. Rajawawo berada diantara gugusan bukit-bukit yang menjadikannya sebagai
surga tersembunyi dan banyak menyimpan potensi alam yang begitu menarik serta kearifan
lokal dalam lingkup masyarakat baik adat istiadat maupun dalam berbagai organisasi dalam
masyarakat.
Menurut para penutur yang diwariskan secara terus menerus turun temurun, konon
katanya wilayah keseluruhan Rajawawo pada awal mulanya adalah lautan. Entah apa yang
terjadi pada waktu itu, atau mungkin saja fenomena alam air laut perlahan surut dan tak
pernah pasang lagi. Dari situlah muncul suatu hamparan tanah (Tana ndu nde watu eku
mbeju). Hamparan tanah yang paling pertama adalah suatu daerah yang lebih tinggi. Di
daerah tersebut ditemukan berbagai macam Kepi  (Kerang Raksasa). Lambat laun
masyarakat mulai berdatangan ke daerah tersebut, karena daerah tersebutlah yang terlebih
dahulu menjadi daratan. Dengan munculnya banyak Kepi,  maka daerah tersebut dinamakan
Kepi. Kepi kemudian dikenal sebagai kampung awal dari semua kampung di sekitar
Rajawawo bahkan Nangapanda (Nua Puu).
Rajawawo sendiri kemudian muncul berawal dari keinginan orang untuk mencari
tempat atau daerah baru, karena potensi alam yang tersedia di tempat mereka sebelumnya
sudah tidak cukup. Mereka menemukan daratan baru yang mana di daratan tersebut
mereka menemukan sebuah layar perahu (Zadja) yang terdampar. Akhirnya masyarakat
menyebut kampung tersebut dengan nama Nua Zadja Wawo  yang secara harafiah
diterjemahkan sebagai kampung (Nua) layar (Zadja) di ketinggian (Wawo). Dalam
perjalannya, terjadi perubahan pelafalan yang ditafsirkan karena mulai adanya
kecenderungan orang sekitarnya yang sulit menyebutkan Z dan menggantikannya menjadi
R sehingga sampai sekarang kita mengenalnya dengan sebutan Rajawawo. Nama Rajawawo
itu sendiri berkembang sampai saat ini untuk mewakili semua kampung yang ada di
sekitarnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kehidupan masyarakat rajawawo terikat pada alam artinya
ada kesinambungan antara alam dan kehidupan manusia. Sejak awal berdirinya
perkampungan di Rajawawo, yang berawal dari kepi sebagai muasal dari begitu banyaknya
kampung di Rajawawo akhirnya sampai saat ini Rajawawo terdiri dari 22 kampung dan 6
desa. Dari deretan kampung yang ada di Rajawawo tersebut, banyak yang memiliki potensi
sumber daya alam yang begitu melimpah artinya bisa memenuhi kehidupan masyarakat
yang hidup di dalamya.
Seperti kampung-kampung lainya, Rajawawo sendiri memiliki kearifan lokal serta
unsur budaya yang melekat erat, mulai dari Kampung Pemo sampai Kampung Ndetuwaru.
Semuanya menyimpan berbagi banyak hal dan nilai bermakna, mulai dari persaudaraan,
kerjasama, serta cinta kasih antarsesama. Bahkan ada nilai kehidupan yang tidak kita temui
dalam kehidupan masyarakat perkotaan, tetapi dapat kita temui dalam lingkungan
masyarakat Rajawawo adalah salah satu contoh-nya.
Iklim Rajawawo yang begitu sejuk dan berada di daerah pegunungan serta ekosistem
alam yang meyakinkan dan bagus bila dilihat dari sisi dunia pertanian, menjadikan sebagian
besar mata pencaharian penduduk Rajawawo adalah petani. Mereka mengurusi tanaman
perkebunaan mulai dari kakao, kelapa dan lainnya. Selain itu, ada pula sebagian masyarakat
yang mengembangkan usaha peternakan unggas dan peternakan sapi.**
** sumber:#Nomen est omen.https://Djho ismail.pangeranrajawawo.blogspot.com(diakses 18
juli 2021)

Anda mungkin juga menyukai