Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rizky Aditya

NPM : 1916011043

1. Jelaskan dua pemikiran ahli psikologi yang melatar belakangi muncul nya ilmu psikologi
sosial.
2. Jelaskan dua pemikiran ahli sosiologi yang melatar belakangi munculnya ilmu psikologi
sosial.
3. Apa saja karakteristik definisi psikologi social dalam perspektif sosiologi?Atau
bagaimana definisi psikologi social dalam perspektif sosiologi?
4. Jelaskan secara ringkas teori 1) interaksionisme simbolik; 2) teori dramaturgi; 3) teori
peranan sosial; 4) teori pertukaran sosial; dan 5) belajar sosial.
5. Jelaskan bagaimana metode penelitian 1) eksperimen laboratorium; 2) eksperimen
lapangan; dan 3) studi lapangan.
6. Apa yang dimaksud dengan istilah“Self/Kedirian”?
7. Jelaskan bagaimana kedirian itu berkembang

Jawab

1. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud


Menurut Sigmund Freud struktur pribadi manusia terdiri dari tiga bagian utama yaitu das
es,das ich dan das uber ich. Das es merupakan nafsu atau dorongan dorongan yang
muncul secara alami atau biologis,contoh ketika bayi panas dia akan menangis. Das ich
merupakan pikiran individu yang mengarahkannya pada realitas untuk membatasi
perilakunya berdasarkan norma norma yang ada,dengan kata lain tujuan das ich adalah
memuaskan das es tanpa bertentangan dengan das uber ich. Sedangkan das uber ich
adalah suatu nilai moral untuk membedakan baik atau buruk akibat adanya internalisasi
nilai nilai. Das uber ich dengan nilai moralnya yang bertentangan dengan das es dengan
prinsip kenikamatan, diantara kedua prinsip tersebut das ich yang menjadi penengah,
yang menjembatani antara keduanya sehingga peran masing-masing prinsip tersebut
berjalan dengan harmonis dan selaras. Menurut Sigmund Freud, das ich orang dewasa
adalah das ich yang telah mencapai kematangan dan berfungsi dengan baik. Jika das es
belum mencapai titik kematangan maka bisa berkemungkinan das es atau das uber ich
yang berperan.
Teori Psikologi Individual Alfred Adler
Menurut Adler bahwa perilaku individu saat ini lebih didorong oleh harapan terhadap
masa depan daripada oleh pengalaman masa lampaunya. Jadi, semua aktivitas proses
psikis individu manusia ditentukan oleh motif-motif tertentu, termasuk motif-motif yang
tidak disadari. Setiap orang memiliki Leitlenie, yaitu rancangan hidup rahasia yang tidak
disadari dan terus diperjuangkannya dalam segala rintangan. Tujuan yang ingin dicapai
itu mungkin hanya bersifat fiksi, yaitu suatu cita-cita yang tidak mungkin dapat dicapai
secara nyata, tetapi tujuan itu menjadi mendorong nyata bagi usahanya, dan karenanya
menjadi sumber keterangan bagi tingkah lakunya.
Menurut Adler, di dalam diri manusia terdapat dua dorongan utama, yang menjadi basis
perilakunya, yaitu: (a) dorongan kemasyarakatan untuk bertindak mengabdi kepada
masyarakat; dan (b) dorongan keakuan untuk bertindak mengabdi kepada dirinya sendiri.
Adler berkesimpulan bahwa dorongan agresif berbasis keakuan . Nafsu agresif itu diganti
dengan keinginan untuk berkuasa, dan selanjutnya diganti dengan dorongan untuk
menjadi superior, untuk menjadi lebih berharga, dan untuk menjadi lebih sempurna.
Sedangkan dorongan kemasyarakatan bersifat dasar di bawa sejak lahir, yakni pada
dasarnya manusia adalah mahluk social.

2. Teori Imitasi Gabriel Trade


Tarde berpendapat bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk
menandingi (menyamai atau bahkan melebihi) tindakan orang di sekitarnya. Ia
berpendapat mustahil bagi dua individu yang berinteraksi dalam kurun waktu yang cukup
panjang untuk tidak menunjukan peningkatan dalam peniruan perilaku secara timbal
balik. Menurut Tarde, masyarakat itu terdiri dari pengelompokan manusia dimanan
individu-individu yang satu mengimitasi dari yang lainnya dan sebaliknya, bahkan
masyarakat itu baru menjadi masyarakat apabila manusia mulai mengimitasi kegiatan
manusia lainnya. Menurut Tarde perkembangan proses imitasi dalam masyarakat itu
merupakan kelangsungan yang dapat dirumuskan sebagai berikut. Pertama, munculnya
sebuah gagasan atau keyakinan baru di dalam masyarakat sebagai perangsang pikiran.
Kedua, ide baru ini lalu diimitasi dan disebarkan oleh orang banyak di dalam masyarakat
itu. Penyebaran secara imitasi ini merupakan suatu proses psikologis yang berlangsung
menurut cara cara tertentu.
Gustav Lebon perilaku massa
LeBon menyatakan bahwa ketika para individu berada dalam situasi terisolasi, maka
mereka berfikir secara rasional dan tanpa emosi yang tidak pantas. Tetapi mereka mulai
merasa, berfikir, dan bertindak secara berbeda ketika berada dalam suatu kerumunan dan
mengalah pada emosi-emosi kerumunan itu. Menurut LeBon, ”di dalam pikiran kolektif”
dari kerumunan, ”terjadi keserasian intelektual di antara para individu, dan sebagai
konsekuensi individualitasnya menjadi diperlemah.” Mencatat bahwa gejala psikologis
yang tidak disadari dan motif-motif yang tersembunyi dapat mempengaruhi pikiran dan
perilaku kita. Menurut LeBon, para individu di dalam kerumunan kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol instink-instink yang tidak disadari. kerumunan
mengontrol pikiran dan perilaku para individu.. Mereka menjadi liar dan ganas seperti
perilaku orang primitif dan dengan mudah dibujuk untuk berkomitmen bertindak
berlawanan dengan kepentingannya yang sangat nyata. Menurut Gustave Le Bon, massa
itu mempunyai sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan
berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak
tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya
melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa.

3. Karakteristik psikologi sosial pada perspektif sosiologi yaitu ilmu yang mempelajari
perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh proses proses sosial seperti interaksi sosial dan
struktur sosial.
proses-proses sosial yang merupakan cara cara di mana orang-orang melakukan kegiatan
sosial di sekitar kita, kegiatan kelompok di mana kita menjadi anggotanya, hubungan
personal kita dengan orang lain , pengajaran dari orang tua dan kultur, dan tekanan
tekanan yang kita alami dari orang lain, yang kesemuanya itu mempengaruhi pikiran,
perasaan dan tindakan kita. Proses-proses sosial itu mempengaruhi kita bahkan ketika
orang lain tidak hadir secara fisik.

Pada umumnya proses sosial itu dipengaruhi oleh dua unsur yaitu struktur dan interaksi.
Struktur sosial sangat memengaruhi kepribadian seseorang,struktur sosial masyarakat
dapat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan
individu- individu ke dalam berbagai macam peran (roles). Melalui peran inilah kita
menjadi tahu siapa diri kita. Kita adalah seorang anak, orang tua, guru, mahasiswa, laki-
laki, perempuan, Islam, Kristen. Konsep kita tentang diri kita tergantung pada peran yang
kita lakukan dalam masyarakat. Selain struktur persfektif sosiologi pada psikologi sosial
juga menekankan interaksi sosial sebagai pembentuk kepribadian seseorang. Maka,dapat
disimpulkan bahwa psikologi sosial dalam perspektif sosiologi merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh proses proses sosial seperti
interaksi sosial dan struktur sosial.

4. Teori Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik menganalisis masyarakat berdasarkan makna subjektif


yang diciptakan individu sebagai basis perilaku dan tindakan sosialnya. Individu
diasumsikan bertindak lebih berdasarkan apa yang diyakininya, bukan berdasar pada apa
yang secara objektif benar. Apa yang diyakini benar merupakan produk konstruksi sosial
yang telah diinterpretasikan dalam konteks atau situasi yang spesifik. Hasil interpretasi ini
disebut sebagai definisi situasi.

Sebagai contoh, tindakan orang yang merokok. Fakta objektif yang ditunjukkan ilmu
medis menyatakan bahwa merokok berakibat buruk bagi organ tubuh. Namun
sekelompok anak muda memilih untuk merokok bukan karena mereka tidak tahu
kebenaran objektif yang menjadi resiko merokok, tetapi karena mereka meyakini bahwa
merokok itu meningkatkan image positif tentang dirinya setidaknya dilingkungan
pergaulannya.

Blumer menuliskan tga prinsip utama teori interaksionisme simbolik. Pertama, kita


bertindak dan berperilaku berdasarkan makna yang kita interpretasikan dari perilaku atau
tindakan kita. Sebagai contoh, kita makan di cafe. Ketika duduk kita menginterpretasikan
bahwa diri kita adalah pelanggan sedangkan orang yang mendekati kita menawari menu
adalah pelayan cafe. Maka ketika ditanya mau makan apa, kita menjawab sebagaimana
pelanggan ditanya pelayan.

Kedua, makna sosial merupakan hasil konstruksi sosial. Ketika kita berpikir sebagai
pelanggan, maka kita berperilaku dan bertindak sesuai peran kita sebagai pelanggan.
Peran sebagai pelanggan dan juga pelayan restoran, pemilik restoran dan sebagainya
secara konstan dikomunikasikan sehingga berlangsung dalam interaksi sosial. Proses
interaksi sosial tersebut menciptakan makna yang ajeg tentang apa itu pelanggan,
bagaimana harus bertindak, apa itu pelayan, bagaimana harus bertindak, dan sebagainya.
Makna tentang bagaimana menjadi pelanggan atau pelayan adalah produk konstruksi
sosial.

Ketiga, lanjutan dari sebelumnya, penciptaan makna sosial dan pemahaman makna sosial
merupakan proses interaktif yang terus berlangsung. Makna sosial biasanya sudah eksis
jauh sebelumnya. Proses interaksi bisa melanggengkannya, mengubahnya perlahan, atau
menggantinya secara radikal. Misalnya, ketika pelayan menawarkan makanan, kita marah
karena menunya nggak ada yang kita sukai. Lalu, pelayan tersebut bingung kemudian
menenangkan kita. Ketika bingung, pelayan tersebut sedang memaknai ulang bagaimana
bertindak sebagai pelayan ketika pelanggan tiba-tiba marah sehingga menenangkan kita.

Teori Dramaturgi

Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip
dengan pertunjukan di atas penggung, yang menampilkan peran-peran yang dimainkan
para aktor. Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan”
(front region) dan “wilayah belakang” (back region). Wilayah depan merujuk kepada
peristiwa sosial yang menunjukan bahwa individu bergaya atau menampilkan peran
formalnya. Mereka sedang memainkan perannya di atas panggung sandiwara di hadapan
khalayak penonton. Sebaliknya wilayah belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa
yang yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di wilayah depan. Wilayah
depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang ditonton khalayak
penonton, sedang wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back
stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri, atau
berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.

Teori Peranan Sosial

teori peranan menguji cara di mana peranan-peranan itu sebagai bagian dari struktur
sosial mempengaruhi perilaku individu. Teori peranan memfokuskan pada eksistensi
berbagai macam peranan sosial dan harapan-harapan yang menyertainya dengan
memperhatikan perilaku peranan yang sesuai. Peran-peran memiliki sejumlah
karakteristik. Pertama, peran-peran dibentuk oleh individu. Kedua, peran-peran itu
bersifat perilaku. Misalnya, pelayan bar didefinisikan oleh perilaku mengocok minuman
di bar. Ketiga, peran-peran itu terbatas di dalam konteksnya. Misalnya, anda dapat
berubah dari berperan sebagai kawan sekamar, kemudian sebagai mahasiswa, kemudian
sebagai pekerja, dan terakhir kembali sebagai kawan sekamar.

Peranan itu melekat di dalam struktur sosial sehingga memunculkan harapan peran dari
struktur tersebut. Contohnya adalah seorang guru,sebagai seorang guru mereka memiliki
harapan peran dari struktur masyarakat yaitu mengajar,datang tepat waktu dan juga
mengayomi siswa siswanya.

Teori Pertukaran Sosial

Teori pertukaran menyediakan suatu cara berfikir tentang masukan (input) dan keluaran
(outcome) di dalam hubungan-hubungan sosial. Teori ini menfokuskan pada apa yang
orang dapat masukkan beberapa variabel di dalam hubungan sosial, seperti emosi,
dukungan dana, dan apa yang ia dapatkan dari hubungan sosial tersebut, seperti cinta,
pertemanan, atau prestise.

Dalam teori pertukaran sosial kekuasaan atau power memiliki kekuatan tersendiri.
Misalnya seorang bos memerintahkan anak buahnya untuk membelikan makanan. Si anak
buah mungkin tidak mau membelikan,namun karena power yang dimiliki bos lebih tinggi
akhirnya dia mempertimbangkan kembali untuk membeli makanan tersebut.

Teori pertukaran sosial juga menganut norma resiprositas atau bahasa mudahnya balas
budi. Ketika orang melakukan suatu kebaikan kepada orang lain maka dia mengharapkan
kebaikan tersebut dibalas oleh orang lain. Contohnya ketika Si-A mentraktir makan Si-
B,Si-A berharap suatu saat Si-B akan mentraktirnya.

Teori pertukaran sosial juga mengharapkan keadilan distributif saat terjadinya suatu
hubungan. Individu akan cenderung mengharapkan proposionalitas antara penghargaan
dan biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan hubungan. Individu akan meninggalkan
hubungan tersebut jika dianggapnya merugikan.

Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh saling
keterkaitan antara pengaruh situasi dan upaya individu pada arahan self. para teoritisi
belajar sosial menyatakan bahwa perilaku itu dipelajari melalui dua proses. Pertama,
pengalaman langsung dengan lingkungan, yakni belajar merupakan hasil dari penguatan
dan hukuman. Kedua, proses belajar adalah lebih efisien, yakni mencakup belajar melalui
pengamatan terhadap perilaku orang lain.

5. Eksperimen Laboratorium

Eksperimen laboratorium adalah jenis eksperimen yang dilakukan didalam ruangan,


peserta eksperimen dikumpulkan atau ditempatkan dalam suatu ruangan dan diberikan
perlakuan (treatment). Dalam eksperimen laboratorium memiliki keunggulan diantaranya:
Pertama, memberikan bukti kasualitas, dalam eksperimen ini akan terlihat jelas faktor
penyebab fenomena sosialnya. Treatment (perlakuan) yang diberikan sesuai dengan
faktor penyebab, sehingga dapat dianalisa dengan jelas faktor penyebabnya. Kedua,
kontrol, dalam penelitian eksperimen laboratorium, kontrol dapat digunakan dengan ketat
karena peneliti dapat memisahkan pengaruh faktor lain dari luar ruangan, sehingga
validitas internal tinggi. Ketiga, biayanya lebih rendah daripada eksperimen lapangan.
Keempat, metode eksperimen memperbolehkan replikasi dari hasil penelitian
sebelumnya.

Eksperimen Lapangan

Eksperimen lapangan adalah ekperimen yang dilaksanakan untuk mendeteksi hubungan


antara sebab akibat di lingkungan alami yang dimana peristiwa terjadi dengan cara
normal dan alamiah. dalam eksperimen lapangan, para peneliti secara acak menentukan
subyek pada kondisi ekperimental dan kontrol. Hasilnya, peneliti menjadi layak meyakini
bahwa berbagai perbedaan di antara kelompok kelompok pada variabel dependen yang
disebabkan oleh variabel independen.

Studi Lapangan

studi lapangan, peneliti mengkaji situasi di mana mereka tertarik yang sebenarnya terjadi
di dalam setting natural. Tidak seperti eksperimen lapangan, di dalam studi lapangan
tidak dilakukan manipulasi variabel independen. Jadi, secara umum disitu tidak dilakukan
kontrol kondisi, dengan hasil bahwa pernyataan kausal yang kuat tidak dapat dibuat
tentang hasil studi lapangan. Secara khusus, para anggota kelompok yang diobservasi
mengetahui bahwa mereka sedang diteliti. Keuntungan dari teknik ini adalah bahwa studi
lapangan ini menawarkan peluang-peluang yang sempurna untuk mengumpulkan data
secara sistematis dalam periode waktu yang panjang dalam situasi di mana para partisipan
memungkinkan berperileku secara bebas natural sesuai dengan yang sedang diamati.

6. kedirian itu terdiri atas dua komponen, yaitu “I” dan “me”. “I” adalah bersifat spontan,
bertenaga, dan kreatif. Sebaliknya, “me” adalah suatu seperangkat sikap terorganisir dan
harapan-harapan umum terhadap kelompok sosial.

Untuk memahami pengertian The Self (diri), kita dapat menjadikan beberapa pengertian
umum berikut. Secara umum pengertian diri dapat dilihat sebagai berikut: '

1) Pertama, diri sebagai agen internal atau daya batin manusia yang mengontrol dan
mengarahkan fungsi-fungsi motif, kebutuhan, dll. Diri merupakan sebuah entitas
hipotetis, sebuah aspek yang diasumsikan menjadi bagian dari psike/jiwa dengan suatu
peran tertentu yang harus diemban.

2) Kedua, diri sebagai saksi batin/internal terhadap kejadian, peristiwa atau suatu hal. Diri
dilihat dari komponen psike yang mengemban fungsi introspeksi.

3) Ketiga, diri sebagai totalitas pengalaman dan ekspresi pribadi. Di titik ini istilah diri
digunakan secara inklusif dan relatif netral, dan istilah lain seperti ego, pribadi, individu
dan organisme diterima sebagai sinonimnya.

4) Keempat, diri sebagai sebuah sintesis, diri sebagai sebuah keseluruhan yang
terorganisir, hampir mirip dengan makna ketiga, tetapi dengan konotasi tambahan kalau
seseorang lebih berkonsentrasi kepada aspek-aspek yang terintegrasikan di dalamnya.

5) Kelima, diri sebagai konsepsi sadar, atau lebih disebut sebagai identitas.

Selain dari beberapa pengertian di atas, diri dapat dipahami sebagai keyakinan yang kita
pegang tentang kita sendiri sebagai pribadi yang otonom. Keyakinan itu dapat kita
peroleh dari kesadaran pribadi sebagai hasil suatu refleksi, dari suatu relasi interpersonal,
di mana diri terbentuk dan dikenal karena suatu interaksi dan relasi dengan orang lain,
juga dari cara bagaimana kita membuat keputusan dan menggunakan control.
7. Menurut Freud, kedirian berkembang di dalam lima tahapan di antara masa kanak-kanak
dan masa dewasa. Kejadian-kejadian yang terjadi di dalam tahapan-tahapan ini sebagai
determinan penting dari kedirian.

 Tahap pertama, yang terjadi pada tahun pertama kehidupan, disebut dengan
tahapan oral. Pada tahapan ini sumber utama dari kesenangan adalah oral. Makan,
menghisap dan menggigit adalah sumber utama dari kesenangan selama tahapan
ini.
 Tahapan kedua, yang terjadi selama tahun kedua adalah tahapan anal. Selama
tahap ini sumber utama kesenangan diturunkan dari eliminasi. Interaksi dengan
ibu dalam selama latihan di kamar kecil menghasilkan bentuk kepribadian yang
berbeda.
 Ketiga adalah tahap phalic yang terjadi selama tahun ketiga hingga ke tahun lima.
Pada tahap ini, organ seks anak itu sendiri menjadi sumber utama kesenangan.
Anak menemukan bahwa genital dapat menyediakan kesenangan, dan anak mulai
memiliki fantasi seksual (jenis kelamin).
 Tahap keempat adalah dimana hasrat anak untuk memperoleh kesenangan ditekan,
yaitu, selama periode latency, maka hasrat-hasrat itu tidak disadari, tidak merasa
disadari. Superego berkembang selama periode ini dan anak bergerak dari
ketergantungan kepada orang tuanya kepada ketergantungan pada kelompok
sebayanya.

 Tahapan terakhir adalah tahap genital. di mana titik sumber utama kesenangan
individu diturunkan dari kontak seksual dengan individu lain. Tahapan ini dimulai
pada usia 12 tahun, ketika masa remaja mengaktifkan kembali hasrat-hasrat
individu untuk memperoleh kesenangan dan membawanya ke dalam kesadaran

Anda mungkin juga menyukai