SYARAT-SYARAT UMUM
1
4.3. Rencana Kerja yang telah disahkan oharus ditempel di lokasi proyek, yang selalu
diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (Presentasi Kerja).
4.4. Pengawas Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan grafik
Rencana Kerja tersebut.
PASAL 5. LAPORAN
5.1. SKontraktor wajib membuat Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan
sebagai resume dari laporan harian dan mingguan selama masa pelaksanaan, yang
akan diperiksa dan disetujui oleh Pengawas Lapangan dan Pimpinan Proyek yang
memuat hal-hal:
a. Jumlah tenaga menurut jenis/jabatan
b. Jumlah dan jenis bahan yang masuk yang disetujui dan ditolak
c. Kegiatan, volume dan satuan pekerjaan secara terperinci.
d. Keadaan cuaca dan kejadian-kejadian lain
e. Peralatan yang dipakai
f. Anjuran/perintah kepada Kontraktor.
5.2. Laporan harian ini dibuat dalam rangkap dan bentuk yang telah ditetapkan.
2
PASAL 8. JAMINAN KESELAMATAN KERJA DAN KESEHATAN
8.1. Sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis menurut syarat-syarat Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dalam keadaan siap pakai harus selalu tersedia di
lapangan.
8.2. Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan pada memerlukan perawatan
serius, Sub-Kontraktor harus segera membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan
melaporkan kejadian tersebut kepada Pemimpin Proyek atau Pengawas Lapangan.
8.3. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang bersih dan cukup, serta memenuhi
syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas/pekerja, baik yang berada dibawah
kekuasaannya maupun yang berada dibawah pihak ketiga.
8.4. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
8.5. Kecuali untuk menjaga keamanan, membuat tempat penginapan bagi para pekerja
tidak diperkenankan berada di areal pekerjaan.
8.6. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, wajib
diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3
11.4. Segala biaya yang diperlukan untuk pembuatan bangunan tersebut di atas dan
peralatan yang dibutuhkan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan dianggap telah
termasuk harga kontrak/borongan.
BAB II.
SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN
5
Bahan-bahan sisa galian tersebut harus segera dikeluarkan dari pekerjaan paling
lambat 2 x 24 jam dan dibuang pada tempat yang disetujui Pengawas Lapangan.
16.3. Urugan dan Pemadatan
Tanah hasil kupasan yang berupa humus harus dipisahkan dari lapisan tanah
dibawahnya. Pengupasan dengan kedalaman rata-rata 20 cm digunakan sebagai
lapisan penutup sekeliling bangunan sesuai petunjuk Pengawas Lapangan. Jika
tebal lapisan humus lebih besar dari 20 cm, maka seluruh tebal humus harus
digali dan digunakan kembali sebagai urugan lapisan penutup dan biaya yang
diakibatkannya dianggap telah termasuk dalam harga kontrak.
Setelah lapisan permukaan dikupas dan sebelum urugan dilaksanakan, daerah
bangunan harus dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai.
Urugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak melebihi dari 20
cm dan setiap lapisan harus dipadatkan dengan menggunakan steamper.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja, digunakan dari jenis U 24 besi
polos.
Ukuran yang digunakan adalah ukuran pas sesuai dengan gambar kerja.
Besi yang digunakan tidak kotor, tidak berminyak dan tidak berkarat.
17.3.4. Kawat Pengikat
6
Kawat pengikat besi beton ditentukan dari jenis kawat beton pengikat No. 16
SWG (Ø 1 mm) dan tidak bersepuh seng.
17.3.5. Air
Air untuk adukan beton dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-
bahan yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat
semen, seperti asam dan garam.
17.3.6. Bahan Tambahan
Tidak diperkenankan menambah bahan-bahan tambahan kedalam campuran
beton, kecuali telah ada ketentuan atau keputusan tertulis sebelumnya dari
Pengawas Lapangan.
17.3.7. Pengiriman dan Penyimpanan
17.4.2. Perencanaan
Bekisting harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban-beban sementara
sesuai dengan jalannya kecepatan pembetonan. Semua bekisting harus diberi
penguat datar dan silang sehingga kemungkinan bergeraknya bekisting dalam
pelaksanaan dapat ditiadakan. Juga harus dapat untuk menghindarkan
keluarnya bagian adukan. Susunan bekisting dengan penunjang-penunjang
harus teratur sehingga kontrol atas kekurangannya dapat mudah dilakukan.
Penyusunan bekisting harus sedemikian rupa hingga pada waktu
pembongkarannya tidak akan merusak dinding balok atau kolom beton yang
bersangkutan.
Bahan penyangga atau silangan-silangan adalah sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor, demikian juga kedudukan dan dimensinya.
Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum
pengecoran. Adakan tindakan untuk menghindarkan pengumpulan air
pembasahan tersebut pada sisi bawah.
17.4.3. Pembongkaran Cetakan
7
Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai suatu kekuatan
khusus untuk memikul 2 x beban sendiri atau melalui waktu pengerasaan
selama 21 (dua puluh satu) hari, kecuali campuran beton menggunakan
bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton.
Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada bagian konstruksi akan
bekerja beban-beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.
Perlu ditentukan bahwa tanggung jawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Kontraktor.
Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan bilamana ia
bermaksud akan membongkar cetakan pada bagian-bagian konstruksi
utama dan minta persetujuannya, tapi dengan adanya persetujuan ini tidak
berarti Kontraktor lepas dari tanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut.
17.5. Kualitas Beton
1) Kecuali yang ditentukan dalam gambar, kualitas beton untuk bagian sloof, kolom dan ring
balok adalah K.175. (tegangan tekanan hancur karakteristik untuk kubus uji beton pada usia
28 (dua puluh delapan) hari, dengan derajat konfidensi 0,95.
2) Untuk bagian kolom praktis menggunakan beton cor campuran 1 PC : 2 pasir : 5 kerikil
dalam perbandingan volume.
3) Pelaksana harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pelaksanaan dilain tempat atau dengan mengadakan
trialmixes.
4) Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump.
5) Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur 7 (tujuh)
hari dengan ketentuan hasilnya tidak boleh kurang dari 65% kekuatan yang diminta pada 28
(dua puluh delapan) hari.
6) Pengadukan beton dalam mixer tidak boleh kurang dari 75 detik terhitung setelah seluruh
komponen adukan masuk dalam mixer.
7) Penyampaian beton (adukan) dari mixer ketempat pengecoran harus dilakukan dengan cara
tidak mengakibatkan terjadinya separasi komponen-komponen beton.
17.6. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian utama
dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahu Pengawas Lapangan untuk
mendapat persetujuan. Jika tidak ada pemberitahuan sebagaimana mestinya atau
persiapan pengecoran tidak disetujui oleh Pengawas Lapangan, maka Sub-
Kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang telah dicor atas
perongkosan Sub-Kontraktor sendiri.
2. Adukan beton harus sedemikian rupa, sehingga dapatdihindarkan adanya
pemisahan dari bagian-bagian bahan.
3. Sebelum beton dicor, semua kotoran-kotoran dan benda-benda lepas harus
dibuang dari cetakan. Permukaan cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang
akan berhubungan dengan beton harus dibasahi dengan air sebelum dicor.
4. Pengecoran kedalam cetakan harus selesai sebelum adukan mulai mengental,
yang dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Pengecoran suatu
unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti dan tidak boleh
terputus tanpa adanya persetujuan Pengawas Lapangan. Tidak boleh mengecor
beton pada waktu hujan, kecuali jika Kontraktor mengambil tindakan-tindakan
mencegah kerusakan yang telah disetujui Pengawas Lapangan.
5. Ukuran minimal selimut beton sesuai dengan penggunaannya (tidak termasuk
plesteran) adalah 2,5 cm.
6. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak hasil konstruksi beton yang cacat, sebagai
berikut :
8
Konstruksi beton yang sangat keropos.
Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak seperti yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
Konstruksi beton tidak tegak lurus, atau rata seperti yang direncanakan.
Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
9
1) Penggalian tanah dasar pondasi dilakukan dengan kedalaman sesuai gambar
kerja.
2) Jika pada kedalaman tersebut ternyata masih ditemukan lapis tanah yang jelek,
maka perlu konsultansi dengan Pengawas Lapangan untuk mendapatkan
pengarahan tindak lanjutnya.
3) Lebar galian di bagian bawah minimal lebar pondasi ditambah 2 x 5 cm (kiri
kanan).
4) Jika penggalian melampaui kedalaman yang ditentukan sedangkan lapis tanah
yang baik sudah dicapai pada peil yang ditentukan, maka galian yang terlalu
dalam tersebut harus ditimbun dengan pasir pasang dan dipadatkan atas biaya
Kontraktor.
18.4. Pengurugan Kembali
1) Jika ditemukan lubang pada dasar galian pondasi, maka lubang tersebut harus
diurug dengan pasir pasangan dan harus dipadatkan dengan vibro stamper.
2) Tanah yang digunakan untuk pengurugan bekas galian harus mendapat
persetujuan dari Pengawas Lapangan.
3) Semua bahan-bahan organis, sisa-sisa bongkaran bekisting, sampah-sampah
harus disingkirkan.
4) Bongkaran-bongkaran tanah harus dipecah menjadi komponen-komponen yang
lebih kecil lebih dahulu.
5) Pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis (max. 30 cm/lapis) dengan vibro
stamper dengan memperhatikan kadar air tanah.
18.5. Pelaksanaan Pondasi
1) Pelaksanaan pondasi harus dalam keadaan lobang pondasi kering atau bebas
genangan air.
2) Ketentuan mengenai struktur dan kualitas beton lihat pasal pekerjaan beton
dalam buku spesifikasi ini dan gambar detail perencanaan.
3) Stek kolom, stek kolom penguat, stek tangga, sparing-sparing yang diperlukan
harus terpasang bersamaan dengan pekerjaan pondasi sesuai gambar kerja.
4) Pelaksanaan pondasi juga harus memperhatikan gambar kerja jika ada kelainan/
ketidaksesuaian harus dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan.
18.6. Pondasi Batu Kali
1) Pondasi batu kali digunakan untuk dinding dan selasar, sesuai yang tertera
dalam gambar kerja.
2) Pada dasar pondasi, digunakan alas lantai kerja dengan beton cor campuran 1
PC : 3 pasir : 6 kerikil dalam perbandingan volume, dengan ketebalan sesuai
gambar kerja.
3) Campuran semen untuk pengisi spesi batu kali adalah 1 PC : 3 pasir pasangan
dalam perbandingan volume.
4) Pemasangan spesi batu kali tidak boleh berongga.
5) Diatas pondasi pasangan batu kali diberi sloof untuk meratakan penyebaran
beban dari atas.
6) Ukuran dari pada balok sloof disesuaikan dengan gambar kerja.
Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan atap baja
sesuai dengan gambar-gambar pelaksanaan, termasuk didalamnya tapi tidak terbatas
pada :
10
1.) Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan-
bahan seperti pelat, profil, baut, angker dan lain-lain menurut kebutuhan sesuai
dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknis pelaksanaan.
2.) Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi kolom, ring balok ,atap baja, dan
gording, sambungan-sambungan, pengelasan baik las sudut maupun las penuh,
sambungan dengan baut dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan
teknis pelaksanaan.
3.) Pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan
rangka atap (kuda-kuda), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang,
penutup atap baja finish galvalume / warna tebal 0,50 mm. pengecatan dan lain-
lain sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan
1.) Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-3 PBUBB (1970)
dan lain-lain kecuali ada hal-hal yang khusus.
3.) Semua pekerjaan baut pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari
AISC “Specification for Structural Joints Bolts”.
4.) Semua pekerjaan las harus mengikuti “American Welding Society for Arc
Welding in Builiding Construction Section”.
1.) Mutu baja yang digunakan untuk seluruh konstruksi baja adalah baja BJ-37
dengan tegangan dasar 1600 Kg/Cm2.
Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana serta
dilampiri sertifikat dari pabrik pembuat profil baja tersebut.
2.). Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas / Perencana, harus disimpan pada tempat
terlindung yang menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dari bahan elektroda tersebut
tidak berubah.
Bahan las yang digunakan dari kelas E 6012 AWS dan harus dijaga agar selalu
dalam keadaan baik dan kering.
3.) Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standar ASTM
A-36.
4.) Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harus diperoleh dari Supplier
/ Distributor yang dikenal dan disetujui Konsultan Perencana / Konsultan
Pengawas.
5.) Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
11
Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-
detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.
1.) Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
2.) Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk melengkapi gambar detail /
sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak / belum tercantum dalam
gambar kerja, untuk mendapat persetujuan Konsultan Pengawas sebelum
memulai pekerjaan tersebut.
3.) Perubahan bahan atau detail karena alasan-alasan tertentu, harus diajukan dan
diusulkan pada Konsultan Pengawas / Perencana untuk mendapat persetujuan.
6.) Seluruh pekerjaan struktur baja harus di-fabrikasi di workshop, kecuali untuk
bagian-bagian pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk dikerjakan di workshop
sehingga harus dikerjakan di lapangan.
7.) Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop maupun di lapangan
harus selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada lubang
rivet atau baut tersebut.
11.) Setelah pengujian bahan dilakukan, maka hasil testing tersebut harus
diberikan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan
tersebut.
13.) Pekerjaan harus berkualitas kelas I, semua pekerjaan ini harus diselesaikan
bebas dari puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan
tampak yang rapi sekali.
15.). Konstruksi baja yang telah dikerjakan tetapi belum dilakukan pengecatan,
harus segera dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan dan lain- lain
dengan cara yang memenuhi syarat.
CV. ......................................................
.............................................................
Direktur
14