Tugas 3 - Keperawatan Kritis - KLP 5
Tugas 3 - Keperawatan Kritis - KLP 5
DENPASAR
2021
1
A. Proses Terjadinya Oksihemoglobin Pada Proses Difusi
Salah satu fungsi dari darah adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke
jaringan dan mengankut CO2 dari jaringan ke paru-paru untuk dikeluarkan. Oksigen
bereaksi secara kimia dengan hemoglobin darah, karena itu kelarutan oksigen dalam
darah lebih besar dari kelarutan oksigen dalam air. Bila butir-butir darah merah
dihilangkan, berarti hemoglobin juga hilang, cairan darah sisa tersebut dinamakan
plasma darah. Plasma darah mengandung bermacam-macam elektrolit yang tak bereaksi
dengan oksigen yang akan merendahkan kelarutan oksigen. Jadi kelarutan oksigen dalam
plasma darah lebih rendah daripada dalam air. Dalam plasma darah, ada zat yang
bereaksi dengan CO2 sehingga kelarutan CO2 dalam plasma lebih besar daripada
kelarutan dalam air
Secara umum, difusi adalah peristiwa pertukaran atau perpindahan molekul dari
suatu daerah yang kosentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang kosentrasi molekulnya
rendah.4 Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi
ekstra. Peristiwa difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen
dari rongga alveoli melintasi membran kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma
darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah dan akhirnya masuk ke interior sel
darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Membran kapiler alveolar sangat tipis
yaitu 0,1 mikrometer atau sepertujuh puluh dari tebal butir darah merah sehingga
molekul udara tidak mengalami kesulitan untuk menenbusnya. Peristiwa difusi selain
oksigen adalah perpindahan molekul karbondioksida dari darah ke udara alveol. Oksigen
dan karbondioksida menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara
difusi. Berarti molekul kedua gas bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Urutan
proses difusi meliputi:
Udara atmosfer masuk ke dalam paru dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli
kecepatannta berkurang sampai terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dnegan
cepat berdifusi atau bercampur dengan gas yang telah ada di dalam alveoli.
Kecepatan gas berdifusi di sini berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas
oksigen mempunyai molekul gas oksigen lebih cepat dibandingkan dengan gerak
molekul gas karbondioksida sehingga kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat.
Percampuran antara gas yang baru saja masuk ke dalam paru dengan yang lebih
2
dahulu masuk akan komplit dalam hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini
terjadi pada alveoli yang normal, sedangkan pada alveoli yang tidan normal seperti
pada emfisema, percampuran gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di
alveoli lebih lambat.
Proses difusi yang melewati membran pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh
darah meliputi proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini,
pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah
(endotel), lapisan plasma pada kapiler, dna dinding butir darah merah (eritrosit).
Kecepatan difusi melewati face cairan tergantung kepada kelarutan gas ke dalam
cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan kelarutan oksigen
sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan 20 kali lipat
kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas halangan bagi proses
difusi semakin besar. Pada keadaan tertentu, gradien kosentrasi oksigen dan
karbonbioksida antara darah dan alveolus mungkin meningkat atau menurun.
Gradien kosentrasi memengaruhi kecepatan difusi gas. Sebagai contoh, selama
olahraga kosentrasi di dalam darah yang masuk ke kapiler paru mungkin kurang dari
40 mmHg karena otot-otot yang bekerja meningkatkan konsumsi oksigen. Kosentrasi
karbondioksida akan lebih besar dalam darah yang mengalir ke paru dari jaringan
yang aktif karena produksi metabolisme meningkat. Dalam keadaan ini, kecepatan
difusi kedua gas tersebut akan meningkat sehingga lebih banyak oksigen yang
berdifusi ke dalam darah dan lebih banyak karbondioksida berdifusi keluar dari
darah. Kecepatan difusi di tentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Ketebalan Membran
Semakin tebal membran alveolus, maka proses difusi semakin sulit. Tebalnya
membran alveolus misalnya oleh karena edema paru. Akibatnya gas-gas pernapasan
haris berdifusi tidak hanya melalui membran alveolus melainkan cairan tersebut.
3
pun sebaliknya. Penurunan luas permukaan paru akan mengganggu pertukaran gas
pernapasa.6
Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran merupakan perbedaan antara tekanan
parsial gas dalam alveolus lebih besar daripada tekanan gas dalam darah, maka
terjadi difusi dari alveolus ke dalam darah dan begitu sebaliknya. Tekanan gas yang
tinggi dalam alveolus adalah tekanan oksigen sedangkan tekanan yang tinggi pada
kapiler darah adalah tekanan karbondioksida. Hal tersebut akan mengakibatkan
oksigen berdifusi ke kapiler darah dan karbondioksida berdifusi ke alveolus.
4) Suhu
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru,
bronkus, dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.Kata
“sputum” yang dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah.”Disebut juga
dahak (Kamus Kesehatan, 2017). Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan
dari paru dan trakea melalui mulut. Waktu terbaik untuk pengumpulan sputum
adalah setelah bangun tidur, karena sekresi abnormal bronkus cenderung untuk
berkumpul pada waktu idur (Somantri, 2012).
5
mekanisme paru dan volume paru dan shunting aliran darah sehingga berujung
kematian.
6
YAYASAN SAMODRA ILMU CENDEKIA
Jl. Kecak No. 9A Gatot Subroto Timur, Denpasar – Bali 80239, Telp./Fax. (0361) 427699
Website: www.stikeswiramedika.ac.id e-mail: stikes_wikabali@yahoo.co.id
NIM :
Pasien merasa sesak nafas kurang lebih 3 hari, lalu pasien dibawa ke IGD RS X oleh
istrinya setelah diperiksa didapatkan suara napas ronchi basah, dan di rawat inap di
ruang A setelah hari ke 6 pasien terpasang ventilator, pasien mengalami penurunan
kesadara, kondisi pasien lemah, permukaan selang ETT penuh secret hingga diharuskan
masuk ke ruang ICU RS X.
Riwayat Allergi :
Riwayat Pengobatan
31
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien tidak memiliki penyakit
tertentu dan keluarga pasien tidak memiliki penyakit bawaan seperti hipertensi dan diabetes .
RR : 26 x/mnt
Sputum: v Ya , Warna: ... ... ... Konsistensi: ... ... ... Volume: ... … Bau: … …
Tidak
Oksigenasi : 3 lt/mnt Nasal kanul Simpel mask Non RBT mask RBT Mask Tidak
ada
Kondisi trakeostomi:
keterangan: … …
Irama Jantung :
Sianosis : Ya Tidak
Diaphoresis: Ya Tidak
JVP: tidak
CVP:
Suara jantung:
keterangan: … …
33
Masalah Keperawatan:
keterangan: … …
Masalah Keperawatan:
keterangan: … …
34
Masalah Keperawatan:
TB : 175cm BB : 75kg
Minum : Frekuensi ... ... gls /hr Jumlah : ... ... cc/hr
NGT:
Bising usus:
Frekuensi BAB : ... ...x/hr Konsistensi: ... ... .. Warna: ... ... darah (+/-)/lendir(+/-)
Stoma:
BOWEL
keterangan: … …
35
Masalah Keperawatan:
Berpakaian : 0 1 √2 3 4
36
Mobilisasi di tempat tidur : 0 1 √ 2 3 4
Berpindah :0 1 2 3 4
Ambulasi : 0 1 √2 3 4
keterangan: … …
Masalah Keperawatan:
37
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)
Ekstremitas :
Masalah Keperawatan:
38
PsikoSosialKultural
:
39
PEMERIKSAAN PENUNJANG
40
TERAPI
41
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITIS
Data Diagnosa
No Interpretasi
Subyektif & Obyektif Keperawatan
IPL 20 mmH20
pH 7,25
PaCO2 48 mmHg
HCO3-26
- RR : 26x/menit
- RR : 26x/menit
- N: 85x/menit
- S : 37,5 oC
- TD : 130/70 mmHg
42
RENCANA KEPERAWATAN KRITIS
1.
Setelah dilakukan 1. Untuk
tindakan mengetahui
keperawatan selama Terapi Oksigen ke
3x 24 jam 1. efektifitasan
Monitor
diharapkan terapi
efektifitas terapi
gangguan pertukaran oksigen
oksigen
Gangguan gas dengan kriteria 2. Untuk
pertukaran gas hasil : 2.Bersihkan sekret mengurangi
berhubungan pada mulut,
1. Napas penyumbata
dengan hidung dan n
kekurangan kembali trakea
oksigenasi normal 3. Agar
3. Ajarkan
ditandai 2. PCO2 dalam keluarga bisa
dengan pasien keluarga cara mengaplikasi
rentang menggunakan
sesak napas normal (38- kan di rumah
oksigen dirumah
42mmHg) 4. Agar
4.Kolaborasi oksigenasi
3. Ph dalam penentuan dosis
rentang pasien
oksigen terpenuhi
normal
(7,35-7,45)
4. Mengkolaborasi
intubasi ulang
jika tidak dapat
dilakukan
penghisapan
32
TINDAKAN KEPERAWATAN KRITIS
No. Paraf
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi
Dx.
Rabu, 1 1.Memonitor Ds :-
efektifitas terapi
1 15 DO :
oksigen
September
-Pasien menggunakan
2021
alat bantu napas
Pukul : 9.00 ventilator dengan mode
wita pressure support
IPL 20 mmH20
pH 7,25
PaCO2 48
mmHg
HCO3-26
- RR : 26x/menit
2.Membersihkan
sekret pada mulut, DS : -
hidung dan trakea DO :
- Terdengar suara
napas ronkhi
3.Mengjarkan DS :-
keluarga cara DO :
menggunakan
oksigen dirumah - Keluarga pasien
tampak memahami
edukasi yang
diberikan
4. Mengkolaborasi DS :-
33
penentuan dosis DO :
oksigen
Penentuan dosis oksigen
sesuai kebutuhan
- N: 85x/menit
- S : 37,5 oC
- TD : 130/70 mmHg
2.Melakukan DS : -
penghisapan
lendir kurang dari DO :
15 detik jika
- Terdengar suara
diperlukan (bukan
napas ronkhi
secara
berkala/rutin) - Terdapat
penumpukan secret
pada selang ETT
3. Jelaskan kepada
DS : -
keluarga pasien
tujuan dan DO :
prosedur
pemasangan jalan - Keluarga pasien
napas buatan tampak memahami
edukasi yang diberikan
DS :-
4.Mengkolaborasi
intubasi ulang jika DO : Pengisapan dapat
tidak dapat dilakukan
dilakukan
pengisapan
34
EVALUASI KEPERAWATAN KRITIS
IPL 20 mmH20
pH 7,25
PaCO2 48 mmHg
HCO3-26
- RR : 26x/menit
P: Lanjutkan Intervensi
- RR : 26x/menit
1
- N: 85x/menit
- S : 37,5 oC
- TD : 130/70 mmHg
P : Lanjutkan intervensi
2
3