Anda di halaman 1dari 3

Nama : Karmila

Nim : 1822282

Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Kelas : Eksekutif 3

 Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata Yang tepat untuk
menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan Satu unsur sangat penting, baik
dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
 Makna denotatif adalah makna dalam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai denganapa adanya.
 Makna konotatif adalah makna asosiatif ,makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial,sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada
sebuah makna konseptual.
 Kata yang acuanya lebih luas disebut kata umum.
 sedangkan kata acuanya lebih khusus disebut kata khusus.
 Kata yang acuanya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata konkret.
 Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis
dan khusus.
 Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asanya mempunyai makna yang
sama.
 Pembentukan kata dari dalam bahasa Indonesia terbentuk dari kosa kata baru
dengan dasar kata yang sudah ada.
 Pembentukan kata dari luar bahasa Indonesia terbentuk dari kata baru melalui
unsur serapan.
 Bentuk-bentuk serapan ada empat macam :
 Kita mengambil kata yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa
Indonesia. Misalnya kata Bank, Opname dan Golf.
 Kita mengambil kata dan menyesuaikan kata itu dengan ejaan bahasa
Indonesia. Misalnya kata Subject = subjek.
 Penerjemahan istilah-istilah asing ke dalam bahasa Indonesia.
Misalnya kata starting point = titik tolak.
 Kita mengambil istilah yang tetap seperti aslinya karena sifat
keuniversalannya. Misalnya kata De facto = Status quo.
 Penggunaan kata dalam situasi resmi
 Menghindari kata yang lazim dipakai dalam bahasa tutur atau bahasa
setempat.
 Kata-kata itu dapat dipakai kalau sudah menjadi milik umum.
 Kata-kata mengandung nilai rasa hendaknya dipakai secara cermat dan
hati-hati.
 Kata yang tidak lazim dipakai dihindari, kecuali kalu sudah dipakai
oleh masyarakat.
 Contoh pemakain kata
 Kata raya tidak dapat disamakan dengan kata besar, agung. Kata-kata
itu tidak selalu dapat dipertukarkan. Contoh: mesjid raya, rumah besar,
hakim agung.
 Kata masing-masing dan tiap-tiap harus diikuti oleh kata benda,
sedangkan kata masing-masing tidak boleh diikuti oleh kata benda.
Contoh: Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
 Pemakaian dan kata lain-lain harus dipertimbangkan secara cermat.
Kata dan lain-lain sama kedudukanya dengan seperti,antara lain,
misalanya. Contoh: Dalam ruang itu kita dapat menemukan meja,
bangku, dan lain-lain.
 Pemakain kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul
menunjukkan waktu, sedangkan kata jam menunjukkan jangka waktu.
Contoh: Seminar tentang idiologi yang diselenggarakan oleh fakultas
kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari jam
8.00 s.d. 12.00. (salah)
 Kata sesuatu dan suatu harus dipakai secara tepat. kata sesuatu tidak
diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata
benda. Contoh: Ia mencari sesuatu.
 Kata dari dan daripada tidak sama pemakainya. Kata dari dipakai
untuk menunjukkan asal sesuatu, baik bahan maupun arah. Contoh:
Cincin itu berbuat dari emas.

Anda mungkin juga menyukai