DOSEN PENGAMPU :
FITRIA HIKMATUL ULYA, M.Tr.Keb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Kuliah Midwifery
I ( MD I)
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada dosen mata kuliah Midwifery I ( MD I) yang
telah memberi dorongan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan
selalu penyusun terima. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan juga
pembaca, sehingga dengan demikian dapat bermanfaat untuk mempermudah dalam proses
belajar mengajar pada Mata Kuliah Midwifery I ( MD I) serta dalam rangka menambah
pengetahuan.
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian.................................................................................. 12
B. Interpretasi Data......................................................................... 19
C. Identifikasi Masalah/Diagnosa Potensial................................... 20
D. Antisipasi Kebutuhan Segera..................................................... 20
E. Intervensi.................................................................................... 20
F. Implementasi.............................................................................. 20
G. Evaluasi...................................................................................... 21
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 22
iii
iv
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................... 24
B. Saran ......................................................................................... 24
Daftar Pustaka
iiiiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan salah satu kehamilan yang berakhir abortus, karna
kehamilan ektopik adalah kehamilan bila zigot terimplementasi di lokasi-lokasi selain
cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Istilah Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET) merujuk pada keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan
tersebut sehingga terjadi abortus maupun ruptur yang menyebabkan penurunan keadaan
umum pasien (Icesmi Sukarni dkk, 2014).
Menurut Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yang terjadi pada
tahun 2018 jumlah kasus kematian ibu sebanyak 78,60 per 100.000 kelahiran hidup.
Kehamilan ektopik adalah implantasi janin di luar uterus. Sekitar 97% terjadi di
dalam oviduk. Ruptur suatu kehamilan ektopik biasanya terjadi dalam 8-12 minggu pertama
dan bisa fatal jika kehamilan terjadi di dekat uterus atau arteri ovarium. Tiga puluh empat
wanita di Amerika Serikat meninggal setiap tahun akibat komplikasi kehamilan ektopik,
menyebabkan 13% dari seluruh keamtian ibu yang terkait kehamilan. Insidensinya adalah 1
pada 100-200 kehamilan dan 15% dari seluruh kehamilan in vitro. Angka ini meningkat
akibat infeksi menular seksual. Separuh dari jumlah wanita yang pernah mengalami
kehamilan ektopik akhirnya melahirkan seorang bayi hidup. Dar mereka yang hamil, 25 %
di antaranya mengalami kehamilan ektopik kembali.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang
mengalaminya, karna dapat menyebabkan kondisi gawat bagi wanita tersebut. Keadaan
gawat ini dapat menyebabkan suatu Kehamilan Ektopik Terganggu (KET). (Icesmi Sukarni
dkk, 2014).
Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, atau
rongga perut. Akan tetapi, dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa,
misalnya dalam serviks, pars interstisialis tuba, atau dalam tanduk rudimenter rahim.
Kebanyakan kehamilan ektopik terjadi di dalam tuba.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik yaitu
meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena Penyakit Meular Seksual (PMS), adhesi
1
2
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan laporan tugas ini ditujukan untuk :
- Bidan
Penulisan laporan tugas ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dan
mengaplikasikan pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu untuk memberikan asuhan
kebidanan yang sesuai kewenangan pada pasien dengan Kehamilan Ektopik Terganggu.
- Pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mencegah dan mendeteksi secara dini serta dapat segera
mengambil keputusan yang tepat untuk datang ke fasilitas kesehatan bila terdapat tanda
dan gejala Kehamilan Ektopik Terganggu.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Amenorea 75-90%
Perdarahan pervaginam 50-80%
Riwayat infertilitas
Penggunaan kontrasepsi
Riwayat kehamilan ektopik
Nyeri tekan abdomen/adneksa 75-95%
Teraba massa 50%
Demam 5-10%
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan
yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau rupture tuba, tuanya kehamilan,
derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu
sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga
perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar
sehingga sulit membuat diagnosanya.
5. Faktor Penyebab Kehamilan Ektopik
a. Faktor-faktor mekanis yang menyebabkan kehamilan ektopik antara lain: riwayat operasi
tuba, salpingitis, perlekatan tuba akibat operasi non-ginekologis seperti apendektomi.
b. Faktor fungsional, yaitu perubahan mobilitas tuba yang berhubungan dengan factor
hormonal dan defek fase luteal. Dalam hal ini derakan peristalsis tuba menjadi lamban,
sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot mencapai kavum uteri.
c. Peningkatan usia ibu akan diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tuba.
d. Penggunaan AKDR yang mengandung progesteron yang meningkatkan frekuensi
kehamilan ektopik. AKDR tanpa progesterone tidak meningkatkan risiko kehamilan
ektopik, tetapi bila terjadi kehamilan pada wanita yang menggunakan AKDR, besar
kemungkinan kehamilan tersebut adalah kehamilan ektopik.
7
Perdarahan karena pecahnya kista folikel atau korpus luteum tidak dapat dibedakan,
tetapi bukan merupakan persoalan penting karena harus dioperasi juga.
Pada kista torsi ditemukan massa yang lebih jelas, sedangkan pada kehamilan tuba
batasnya tidak jelas. Nyeri pada apendisitis sering lokasinya lebih tinggi, yatu titik
McBurney.
Untuk membantu diagnostik dapat dilakukan:
- Tes kehamilan
- Douglas punksi (kuldosentesis)
Jarum besar yang dihubungkan dengan spuit ditusukkan ke dalam kavum
Douglas di tempat kavum Douglas menonjol k eforniks posterior. Bila Douglas
punksi positif berarti adanya perdarahan dalam rongga perut dan darah yang
diisap mempunyai sifat berwarna merah tua, tidak membeku setelah diisap, dan
biasanya didalam terdapat gumpalan-gumpalan darah yang kecil. Jika darah
kurang tua warnanya dan membeku, darah itu berasal dari vena yang tertusuk.
- Ultrasonografi
Bila dapat dilihat kantong kehamilan intrauterine, kemungkinan
kehamilan ektopik sangat kecil. Kantong kehamilan intrauterine sudah
dapat dilihat dengan USG pada kehamilan 5 minggu.
Bila terlihat gerakan janin di luar uterus, yang merupakan bukti pasti
kehamilan ektopik.
Massa diluar kavum uteri belum tentu suatu massa dari kehamilan
ektopik.
Kavum uteri kosong dengan kadar β-hCG diatas 6.000mIU/ml
kemungkinan adanya kehamilan ektopik sangat besar.
- Laparoskopi
Sistem optik dan elektronik dapat dipakai untuk melihat organ-organ di
panggul. Keuntungan laparoskopi adalah dapat melihat keadaan rongga pelvis
secara a vue, ketepatan diagnostik lebih tinggi dan kerugian lebih invasive
dibandingkan dengan USG.
9
7. Prognosis
Prognosis baik bila kita dapat menemukan kehamilan ektopik secara dini. Keterlambatan
diagnosis akan menyebabkan prognosis buruk karena bila perdarahan arterial yang terjadi di
intraabdomen tidak segera ditangani, akan mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik.
8. Tatalaksana Kehamilan Ektopik
a. Tatalaksana Umum
Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500
mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
Segera rujuk ibu ke rumah sakit PONEK.
b. Tatalaksana Khusus
Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi.
Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopi:
- Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian
tuba yang mengandung hasil konsepsi)
- Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi
untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan)
- Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan kontrasepsi.
Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan pemberian
tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.
- Pisahkan muskulus rektus abdominis kiri dan kanan dengan tangan atau gunting
- Buka peritoneum dekat umbilikus dengan tangan. Jaga agar jangan melukai
kandung kemih
- Pasang retraktor kandung kemih
5. Pasang kasa besar basah (dengan larutan garam fisiologis hangat agar lapangan operasi
dapat dibebaskan dari usus dan omentum).
6. Identifikasi kedua tuba fallopii dan ovarium, tampilkan tuba yang berisi kehamilan
ektopik.
7. Gunakan cunam Babcock untuk menjepit tuba dan jepit mesosalping untuk menghentikan
perdarahan.
8. Hisap darah dari rongga peritoneum untuk mengeluarkan darah beku, agar uterus, tuba,
dan ovaria dapat diidentifikasi.
9. Pisahkan mesosalping dengan beberapa klem. Klem sedekat mungkin dengan tuba untuk
mempertahankan vaskularisasi ovarium.
PENJEPITAN PEMISAHAN
10. Klem bagian yang mengalami perdarahan atau yang mengandung massa kehamilan pada
bagian medial dan lateral.
11. Eksisi bagian tuba yang pecah dan jahitlah tuba proksimal dan distal
yang mengandung hasil kehamilan, simpan dalam larutan pengawet
untuk pemeriksaan patologi anatomik.
12. Kasa besar dikeluarkan, kavum abdominal dicuci dengan larutan PEMOTONGAN
15. Tutup fasia dengan jahitan jelujur dengan kromik 0 atau poliglikolik.
16. Lakukan penjahitan subkutis bila perlu dengan menggunakan benang yang diserap.
17. Tutup kulit dengan menggunakan materi benang yang sesuai (sub kutikuler menggunakan
benang yang diserap pada insisi transversal), satu-satu pada insisi vertikal.
18. Apabila terdapat tanda infeksi saat hendak menutup kulit, letakkan kain kasa pada
subkkutan dan jahit dengan benang catgut secara longgar jika terdapat tanda-tanda
infeksi. Kulit dijahit setelah infeksi hilang.
19. Tutup luka dengan kasa steril
CATATAN:
Tindakan salpingektomi pada kehamilan ektopik adalah untuk hemostasis.
Evaluasi tuba kontralateral sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan
salpingektomi.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Data Subyektif
1. Biodata
1.1 Biodata pasien
Nama : Ny. S
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Desa Dorang Rt: 01 Rw: 01 Nalumsari Jepara
No Telpon : 085399254889
No RM : 100340
1.2 Biodata Penanggung jawab
Nama : Tn. M
Umur : 28 tahun
Agama : Islam
Suku /Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Desa Dorang Rt: 01 Rw: 01 Nalumsari Jepara
12
13
No Telpon :-
2. Keluhan utama
Ibu menyatakan nyeri perut bagian bawah dan mengeluarkan darah flek-flek di celana.
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu:
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) dan ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti asma, diabetes dan
hipertensi.
- Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan saat ini sedang hamil usia 15 minggu tidak menderia penyakit
menular (TBC, hepatitis) dan menurun (asma, diabetes, jantung dan hipertensi),
tidak ada riwayat kembar dan kecacatan.
- Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada yang
menderia penyakit menular (TBC, hepatitis) dan menurun (asma, diabetes, jantung
dan hipertensi), tidak ada riwayat kembar dan kecacatan.
4. Riwayat perkawinan
- Menikah pada usia 19 tahun
- Lama menikah1 tahun
- Menikah 1 kali
5. Riwayat obstetri
5.1 Riwayat Menstruasi
Menarche : 11 tahun
Siklus/lama : 28 hari/ 7 hari
Perdarahan : sedang
Dysmenorrhea : tidak dismenorea
Flour / albus : tidak ada
5.2 Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan baru hamil pertama kali.
Kehamilan :
14
Keluhan pada waktu hamil ini pusing, mual dan muntah pada bulan
pertama.
Persalinan :
Tidak ada riwayat persalinan
Nifas :
Tidak ada riwayat nifas
5.3 Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Umur kehamilan : 8 minggu
b. HPHT : 8 Agustus 2020
HPL : 15 Mei 2021
c. Periksa hamil : 1x di Puskesmas
TM I : 1x
- UK 4 minggu dengan keluhan pusing dan mual
Obat : Paracetamol 3x1, Antasid 3x1, Vit. B6 3x1
Konseling: KIE gizi ibu hamil dan istirahat yang cukup
.
d. Imunisasi TT : Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x
kali pada
TT 1 : Calon pengantin tanggal 3 Januari 2020
TT 2 : 3 Februari 2019
e. Kebiasaan
Selama hamil: ibu mengatakan di rumah tetap melakukan aktivitas pekerjaan rumah
tangga dengan dibantu suami, ibu telah mengurangi aktivitas berat
7.4 Pola istirahat
Sebelum hamil: ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ±1 jam sehari dan
istirahat tidur malam selama ±7 jam sehari
Selama hamil: ibu mengatakan istirahat tidur siang selama ±2 jam sehari dan
istirahat malam ±8 jam sehari
7.5 Personal Hygiene
Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian 2x sehari, keramas 2x seminggu
Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian 2x sehari, keramas 2x seminggu
7.6 Pola seksual
Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2x dalam seminggu
Selama hamil : ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual
8. Psikososiospiritual
8.1 Tanggapan ibu terhadap dirinya : ibu mengatakan merasa sehat dan bahagia dengan
keadaannya sekarang.
8.2 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : ibu mengatakan kehamilan ini sudah
direncanakan akan tetapi merasa cemas akan melahirkan.
8.3 Respon keluarga terhadap keadaan ibu : ibu mengatakan, suami dan keluarganya
juga menerima kehamilan ini
8.4 Ketaatan beribadah : Ibu mengatakan taat beribadah
8.5 Pengambilankeputusan di dalam keluarga : ibu mengatakan pengambil semua
keputusan dalam keluarga adalah suaminya.
8.6 Pemecahan masalah : ibu mengatakan dalam memecahkan masalah keluarga
dengan cara berdiskusi dengan suaminya
8.7 keadaan lingkungan : ibu menagatakan keadaan lingkungannya mendukung dengan
kehamilannya saat ini
DATA OBYEKTIF
17
1. Pemeriksaan Umum
1.1 Keadaan umum : baik
1.2 Tingkat kesadaran : composmentis
1.3 Antropometri :
Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Berat badan hamil : 57 kg
Tinggi badan : 160 cm
LILA : 25 cm
1.4 Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,5 C
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
SpO2 : 98 %
2. Status Present
Kepala : Mesochepal
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, hitam lurus
Mata : bersih, simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : bersih, simetris, tidak ada sekret abnormal, tidak ada
polip
Mulut : bersih, bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tidak
karies, tidak epulsi
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen abnormal,
pendengaran baik
Muka : bersih, pucat, tidak oedem
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe dan
vena jugularis
Dada : bersih, simetris, pernafasan teratur, tidak ada retraksi
dinding dada
Mammae : bersih, simetris, ada pembesaran, tidak ada benjolan,
putting susu menonjol, belum ada pengeluaran
Perut : Bersih, tidak ada bekas operasi, ada nyeri perut bagian
bawah
Genetalia : Tidak ada oedema, tidak varises, ada ppv, tidak ada luka.
Ekstremitas Atas : Bersih, simetris, tidak ada oedema, pergerakan sendi
18
tidak kaku
Ekstremitas bawah : Bersih simetris, tidak ada varises, kaki oedema,
pergerakan sendi tidak kaku
Kulit : bersih, turgor baik
Tulang belakang : Posisi tulang punggung normal, tidak ada pegel-pegel
pada pinggang
Anus : Tidak ada haemoroid
3. Status Obstetri
3.1 Inspeksi
3.2 Palpasi
Data Obyektif
3. Telah dilakukan inform concent rujukan dan keluarga setuju dengan tindakan yang
akan dilakukan
4. Ibu telah dilakukan observasi
5. Terapi telah diberikan
6. Menelepon Rumah Sakit yang akan dituju
7. Merujuk pasien ke Rumah Sakit dan diantar dengan BAKSOKU (Bidan Alat
Keluarga Surat Obat Kendaraan Uang)
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah diperoleh Ny. S mengeluh nyeri perut
bagian bawah dan mengeluarkan darah flek-flek. Dari hasil anamnesa, merupakan tanda
gejala terjadinya kehamilan ektopik terganggu yang sesuai teori. Kehamilan ektopik
merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan
kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan suatu
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang
sering dihadapai oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang
perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami
kehamilan ektopik terganggu.
Pada kasus kehamilan ektopik terganggu ini, ibu datang ke Puskesmas pada pukul
08.00 WIB. Berdasarkan hasil pemeriksaan seperti kenaikan BB 2 kg, TTV normal, Leopold
I teraba ballottement (+), Leopold II- IV tidak dilakukan, portio menutup, terdapat nyeri
goyang portio dan flek-flek darah.
Pada kasus kehamilan ektopik terganggu ini, ibu mengatakan ini merupakan
kehamilan pertama ibu belum pernah keguguran. Menurut penelitian Asyima (2018), adanya
hubungan antara paritas dengan kehamilan ektopik terganggu dikarenakan ibu yang paritas
tinggi akan mengalami penurunan fungsi sistem reproduksi apalagi jika ibu yang disertai
riwayat abortus dan kehamilan ektopik sebelumnya. Semua wanita memiliki resiko terkena
kehamilan ektopik terganggu selama hamil tetapi insiden kehamilan ektopik meningkat
seiring dengan pertambahan paritas. Kejadian ini lebih banyak terjadi pada multipara. Dan
umur merupakan faktor resiko yang penting terhadap terjadinya kehamilan ektopik
terganggu. Sebagian besar wanita mengalami kehamilan ektopik berusia 20-40 tahun dengan
usia rata-rata 30 tahun. Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi angka kejadian
kehamilan ektopik terganggu yaitu 4 kali lebih besar sebab meningkatnya usia ibu akan
diiringi dengan penurunan aktivitas mioelektrik tuba.
Berdasarkan analisa yang diperoleh dari data subjektif mengeluh nyeri perut bagian
bawah dan mengeluarkan darah flek-flek. Pada data objektif Tekanan darah normal,
pemeriksaan laboratorium hemoglobin 10,6 gr% dan terdapat nyeri goyang portio pada saat
22
23
di lakukan pemeriksaan dalam. Maka ditegakkan analisa Ny. S usia 20 tahun G1P0A0 usia
kehamilan 8 minggu dengan kehamilan ektopik terganggu.
Pada saat ibu datang ke PONED Puskesmas Nalumsari Jepara bidan melakukan
pemeriksaan dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menentukan penanganan yang
akan diberikan. Advis dokter: ibu diberikan infus RL 500 ml dengan 20 tpm dan dilakukan
rujukan ke RS PONEK.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S usia 20 tahun G1P0A0 usia kehamilan 8
minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Data subjektif: Ny. S usia 20 tahun G1P0A0 HPHT: 8 Agustus 2020, mengeluh nyeri
perut sebelah bawah dan mengeluarkan darah flek-flek di celana.
b. Data objektif: Kenaikan BB 2 kg, Tekanan Darah 100/60 mmHg, Leopold I teraba
ballottement (+), Leopold II-IV tidak dilakukan. Pada pemeriksaaan dalam terdayat nyeri
goyang portio. Pemeriksaan laboratorium Test Pack (+), Hb 10,6 gr%, protein urin (-),
Rapid test (-).
c. Analisa yang ditegakkan Ny. S G1P0A0 hamil 8 miggu dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu.
d. Penatalaksanaan penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu dilakukan sesuai SOP
Puskesmas Nalumsari Jepara, teori dan kompetensi kewenangan bidan meliputi
memperbaiki KU, mencegah infeksi pada ibu dan janin serta mengurangi resiko
kesakitan pada ibu dan kematian pada janin.
B. Saran
a. Untuk Pasien
Dapat lebih memperhatikan kesehatan diri sendiri seperti menjaga pola nutrisi,
memperhatikan personal hygiene dan kebutuhan istirahat.
b. Untuk Bidan
Agar lebih meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam berbagai kasus
kegawatdaruratan dan komplikasi pada ibu hamil khususnya pada kasus kehamilan
ektopik terganggu (KET) dan memberikan pelayanan sesuai tugas dan wewenang.
c. Untuk Puskesmas Nalumsari Jepara
Diharapkan tenaga kesehatan bisa mempertahankan pelayanan yang sudah baik dalam
penanganan setiap tindakan kepada pasien sesuai SOP sehingga setiap pasien merasakan
puas atas pelayanan yang diberikan.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Asyima. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu
(KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Akademi Kebidanan Pelamonia
Makassar. 2018
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun
2018. Semarang; 2018
K, Icesmi Sukarni dan Margareth ZH. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2013
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan Edisi 1. Jakarta; 2013
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010
Martaadisoebrata, Djamhoer. Dkk. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
Sastrawinata, Sulaiman.dkk. Ilmu Kesehatan Reproduksi, Obstetric Patologi Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013
Sinclair, Constance. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010