Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 11(2) : Halaman 110-120

PRODUKTIVITAS PRIMER DI WADUK IR.H.JUANDA


KABUPATEN PURWAKARTA PROPINSI JAWA BARAT

[Primary Productivity In Ir.H.Juanda Waduk


District Purwakarta West Java Province]

Ade Sunaryo
Sekolah Tinggi Perikanan
Jurusan Penyuluhan Perikanan Jalan Cikaret No. 2 Bogor

Diterima : 10 Agustus 2017; Disetujui : 29 Agustus 2017

ABSTRAK
Kondisi terkini produktivitas primer di perairan waduk Ir. H.Juanda Kabupaten Purwakarta
menggambarkan jumlah energi cahaya yang diserap dan disimpan oleh jasad produser
(fitoplankton) dalam bentuk bahan makanan (bahan organik), melalui proses fotosintesis dan
kemosintesis, dalam periode waktu tertentu. Nilai produktivitas primer yang dihasilkan oleh
organisme autotrof (fitoplankton) di perairan waduk ini mencapai kelimpahan dan keragaman
fitoplankton. Dari hasil identifikasi dalam penelitian ini pada zona 1 dan 2, maka diperoleh data
pada Zona 1 (Zona akreditasi) terdiri dari ; a) Bacillariophycea (141.352,21 ribu/liter), b)
Chlorophycea (364.461 ribu/liter) c) Cyanophycea (1.1955.388/liter) d) Dinophycea (43.124,43
ribu/liter ) e) Euglenophycea (2.395,8 ribu/liter ). Zona 2 (di luar area akreditasi) kelimpahan
Fitoplankton mencapai 222.810 ribu/liter. Data kelimpahan fitoplanton ini menjadi indikator
produktivitas primer yang dapat dijadikan dasar untuk mengukur kemampuan daya dukung
perairan (carrying capacity) terhadap kehidupan organisme konsumer dan dapat diduga pula
kemampuan berfotosintesis untuk menghasilkan oksigen di siang hari. hasil pengamatan
produktivitas primer paling tinggi terdapat pada stasiun 1 pada kisaran 104,16 mg C/m3/jam dan
208,33 mg C/m3/jam. Pada stasiun 2 pada kisaran -15, 625 mg C/m3/jam s.d. 72,916 mg
C/m3/jam. Pada stasiun 3 -10,416 mg C/m3/jam s.d. 10,416 mg C/m3/jam, dan pada stasiun 4
pada kisaran -10,416 mg C/m3/jam s.d. 20,833 mg C/m3/jam. Kelimpahan fitoplankton tersebut
dapat berpengaruh terhadap oksigen (Disolved oxygen) yang mencapai kisaran 1,87 – 8,46 ppm,
pH pada kisaran 6,87 – 7,29, nitrat 0,390 – 0,815ppm dan suhu rata-rata pada kisaran stabil 28,3
– 30,6˚C. Sedangkan nitrit rata-rata kecil dan pada ambang batas yang aman pada kisaran
<0,001 – 0,013ppm karena aktifitas oksidasi tinggi oleh oxygen.

Kata Kunci : Waduk, diversitas fitoplankton, produktivitas primer, carrying capacity

ABSTRACT
Current conditions of primary productivity in the waters of a reservoir of IR. H. Juanda
Purwakarta Regency describes the amount of energy of the sun light that is absorbed and stored
by the remains of the producers (phytoplankton) in the form of food ingredients (organic matter),
through the process of photosynthesis and Chemosynthesis, within a certain time period. The
primary productivity of the value generated by the organism autotroph (phytoplankton) in the
waters of the reservoir reached the abundance and diversity of phytoplankton. Identification of
the results in this study on zone 1 and 2, then the retrieved data in the zone 1st (zone of
accreditation) consists of; a) Bacillariophycea (141,352.21 000/litre), b) Chlorophycea (364,461
000/litre) c) Cyanophycea (1.1955.388/liter) d) Dinophycea (43,124.43 000/litre) e)
Euglenophycea (2,395.8 000/litre). Zone 2nd (outside area of accreditation) phytoplankton
abundance reached 222,810 000/litre. The abundance of data phytoplankton this be the primary
productivity indicators that can be relied upon to measure the ability of power support's waters
(carrying capacity) against the life of consumer organisms and photosynthetic ability also may be
suspected for produce oxygen during the day. The highest primary productivity observation
Penulis Korespondensi
Alamat Surel : adesunaryo2015@gmail.com
Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan
Produktivitas Primer di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat

results were found at station 1 in the range of 104.16 mg C / m3 / hrs and 208.33 mg C / m3 / hrs.
At station 2 in the range of -15, 625 mg C / m3 / hr s.d. 72.916 mg C / m3 / hr. At station 3 -
10.416 mg C / m3 / hr s.d. 10,416 mg C / m3 / hrs, and at station 4 in the range of -10.416 mg C /
m3 / hr s.d. 20.833 mg C / m3 / hrs. The abundance of phytoplankton can influence on oxygen
(Disolved Oxygen) which climbed 1.87 – 8.46 ppm, pH range of 6.87 – 7.29, nitrate 0.390 – 0,
815ppm and average temperatures in the range of stable 28.3 – 30.6 ˚ C. While nitrite average
small and on a safe threshold in the range 0.001 – 0 < 013ppm, due to the high oxidation activity
by oxygen.

Keywords : reservoirs, primary productivity, phytoplankton diversity, carying capacity.

PENDAHULUAN dari waktu ke waktu secara dinamis


yang terutama atau khususnya berlaku
Latar Belakang
pada perairan waduk Ir. H. Djuanda.
Perkembangan data dan informasi
Kondisi hidrologi waduk Ir. H. Djuanda
tentang kondisi zonasi Waduk Ir. H.
ini sangat dipengaruhi oleh sumber air
Djuanda, telah dikenal masyarakat sejak
yang memasuki dan menggenaginya.
dibangun dengan sebutan Waduk
Sumber air utama yang masuk ke
Jatiluhur. Zonasi waduk terletak di
waduk Ir. H. Djuanda ini, selain berasal
Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa
dari Sungai Citarum, juga berasal dari
Barat. Luas Waduk Ir. H. Djuanda
Sungai Cilalawi serta limpasan/run off
adalah 8.300 ha dan berada pada
air tanah dan juga air hujan yang sering
ketinggian110 m dpl. Sejak tahun 1967
kali mengubah badan air terutama pada
waduk tersebut mulai digenangi air
saat perubahan iklim pancaroba yang
hingga saat dilakukan penelitian pada
tidak terkendali adakalanya
kondisi opersional perairan yang stabil,
menimbulkan upwelling yang dapat juga
jika dihitung usia waduk telah mencapai
besar pengaruhnya terhadap dinamika
usia 50 tahun. Dilihat dari fungsinya
hidrologi perairan waduk.
serta peruntukannya bahwa waduk ini
Produktivitas primer menggambarkan
adalah untuk, pengendali banjir
jumlah pembentukan bahan organik baru
pembangkit tenaga listrik dan
per satuan waktu. Senyawa organik yang
pengairan.Untuk mendukung kehidupan
baru akan terbentuk melalui proses
biota air, khususnya ikan; tidak ada
fotosintesis. Kegiatan fotosintesis di
prioritas terutama budidaya yang
perairan waduk dilakukan oleh
terstruktur. Produktivitas primer
fitoplankton dan tanaman air (Boyd
menjadi sesuatu yang harus
1979). Produktivitas primer ini sering
dipertanyakan dari aktifitas perairan
dinyatakan dalam mg C/m3/jam atau mg
waduk yang meningkat seiring dengan
C/m3/hari untuk satuan volume air dan
berkembangnya populasi jumlah species

111 Volume 11 Nomor 2 Agustus 2017


Ade Sunaryo

mg C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan tinggi apabila perairan yang didiami


luas kolom air. Menurut Suwigyo (1983) subur (Boyd 1982).
produktivitas primer dapat dipakai untuk Ada beberapa faktor yang
menentukan keseburan suatu perairan. mempengaruhi tinggi rendahnya
Klasifikasi tingkat kesuburan tersebut produktivitas primer perairan. Faktor-
adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk faktor tersebut bisa dibagi menjadi 3
oligotrofik, 200-750 mg C/m3/hari yaitu faktor kimia, fisika, dan biologi.
termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 Faktor kimia seperti kandungan fosfat
mg C/m3/hari termasuk eutrofik dan nitrat adalah merupakan hara yang
(Triyatmo dkk 1997). pentong untuk pertumbuhan dan
Produktivitas primer dapat diartikan reproduksi phytoplankton. Bila
sebagai kandungan bahan-bahan organik dikaitkan dengan faktor fisika dan level
yang dihasilkan dari proses fotosintesis air maka pada level air yang rendah
oleh organisme berklorofil dan mampu dengan tersedianya sinar matahari
mendukung aktivitas biologi di perairan menghasilkan produktivitas primer yang
tersebut. Produktivitas primer dapat tinggi. Disamping faktor kimia dan
diketahui nilainya dengan cara fisika, faktor biologi seperti
mengukur perubahan kandungan DO perbandingan komposisi biomassa
yang dihasilkan dari proses fotosintesis. phytoplankton dan zooplankton,
Produksi oksigen dapat menjadi dasar memperlihatkan bahwa jumlah individu
pengukuran adanya kesetaraan yang dalam populasi phytoplankton jauh lebih
kuat antara O2 dan pangan yang besar dibandingkan dengan jumlah
dihasilkan (Odum 1970). individu dalam populasi zooplankton,
Produktivitas primer dalam dan karena yang melakukan fotosintesa
bentuk plankton dianggap salah satu didalam ekosistem perairan adalah
unsur yang penting pada salah satu mata phytoplankton, ini berakibat langsung
rantai perairan. Plankton-plankton yang terhadap tingginya produktivitas primer
ada dalam perairan akan sangat berguna (Kaswadji 1976).
dalam menunjang sumberdaya ikan, Kesuburan atau produktivitas primer
terutama dari golongan konsumen pada waduk meliputi plankton, DO,
primer. Densitas dan diversitas CO2, dan lain-lain. Produktivitas primer
fitoplankton dalam perairan sangat merupakan energi utama yang
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan mendasari struktur tropik ekosistem
tersebut. Densitas fitoplankton akan perairan dan merupakan tanggapan

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 112


Produktivitas Primer di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat

terhadap kondisi fisik-kimia yang ada. 3. Mengetahui produktivitas primer


Perubahan masukan unsur hara ke dalam waduk pada zona stasiun genangan air
perairan akan berpengaruh terhadap waduk yang berbeda.
produktivitas primer.
BAHAN DAN METODE
TUJUAN PENELITIAN Penelitian produktivitas primer di waduk

1. Mengetahui tingkat produktivitas Ir. H.Juanda telah dilaksanakan pada

primer pada zona genangan waduk dan bulan Agustus 2017. Stasiun penelitian

kandungan bahan-bahan organik yang dibagi menjadi 2 (dua) Zona yaitu Zona

dihasilkan waduk. I disebut Zona akreditasi, dan Zona II

2. Mengetahui faktor apa saja yang dengan sebutan Zona non-akreditasi.

dapat mempengaruhi tingkat Pengambilan sampel pada Zona I

produktivitas primer dilakukan pada 4 (empat) stasiun yang


mewakili perairan Waduk Ir. H. Juanda,
Jawa Barat (Gambar 1).

Gambar 1. Zona I Tempat Pengambilan Sampel Penelitian

Stasiun1: daerah Genangan utama


Stasiun 2: daerah dekat dengan inlet utama dari Waduk Ir. H. Juanda
Stasiun 3: daerah budidaya ikan keramba jaring apung (KJA)
Stasiun 4: daerah dekat dengan pemukiman

113 Volume 11 Nomor 2 Agustus 2017


Ade Sunaryo

Sampel air diambil dengan dari nilai oksigen mg/L dikalikan


menggunakan kemmerer water sampler dengan faktor 375,36 (Michael, 1994).
secara vertikal pada kedalaman perairan Alat dan Bahan
(40 cm, dan 80 meter). 1. Alat
Pengukuran dilakukan dengan a.Secchidisc
mengukur laju oksigen yang terlarut b.Termometer
dalam perairan waduk dan mengukur c.pHmeter
faktor abiotik. Nilai produktivitas primer d. botol oksigen,gelas ukur,
bersih pada setiap zonasi kedalaman di mikroskop, embern, pipet tetes, pipet
tiap titik dapat diketahui dengan ukur, elenmeyer, planktonet, Sedwich
dilakukan penghitungan produksi Raffer, botol film, plastik hitam dan
oksigen sebagai berikut: putih, karet, tali rapia.
1. Produktivitas primer bersih = 2. Bahan
produktivitas primer kotor - Reagen O2, larutan H2SO4 pekat,
respirasi. larutan Na2S2O3 1/80N, larutan
2. Produktivitas primer kotor = kadar MnSO4, indikator amilum, larutan
oksigen terlarut dalam botol terang formalin 4%
pada akhir pengukuran - kadar Prosedur Penelitian dan Cara Kerja

oksigen dalam botol gelap pada akhir 1) Pengambilan sampel dan data
pengukuran. lapangan
3. Respirasi = kadar oksigen di awal a. Menyiapkan semua alat dan bahan
pengukuran - kadar oksigen dalam dengan sebaik-baiknya sebelum
botol gelap pada akhir pengukuran. pelaksanaan
Nilai produktivitas primer b. Mencuci botol gelap-terang sampai
dinyatakan sebagai mg/C/m3 didapatkan bersih dengan air bersih bebas
organisme

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 114


Produktivitas Primer di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat

c. Mengisi botol terang I dengan air c. Memasukkan sampel plankton ke


permukaan dan mengukur kandungan dalam sedgwick Rafter hingga penuh
O2 terlarutnya dengan menggunakan pipet tetes dan
d. Mengisi botol gelap-terang II, III dan menutup dengan gelas penutup.
IV dengan air permukaan dan Memastikan volume sedgwick
menginkubasi pada kedalaman yang Rafter yang digunakan (c)
diinginkan pada waktu matahari belum d. Mengamati di bawah mikroskop dan
cukup intensif bersinar (sekitar pukul menghitung semua plankton yang
06.00 WIB) terdapat dalam sedgwick Rafter (d)
e. Mengambil botol gelap-terang II
pada jam 10.00 WIB dan mengukur Kepadatan Plankton = individu/Liter

kandungan O2 terlarutnya. Mengukur


kandungan O2 terlarut pada saat itu
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai kontrol kualitas air
HASIL
f. Mengambil botol gelap-terang II
Penelitian terhadap produktivitas primer
pada jam 14.00 WIB dan mengukur
waduk Ir. H. Juanda bertujuan untuk
kandungan O2 terlarutnya. Mengukur
mengetahui produktivitas suatu perairan
kandungan O2 terlarut pada saat itu
serta mengetahui faktor-faktor yang
sebagai kontrol kualitas air
diduga mempengaruhi pada
g. Mengambil botol gelap-terang II
produktivitas primer suatu perairan
pada jam 18.00 WIB dan mengukur
waduk. Parameter fisik yang digunakan
kandungan O2 terlarutnya. Mengukur
adalah suhu air dan udara serta
kandungan O2 terlarut pada saat itu
kecerahan, parameter kimia yang
sebagai kontrol kualitas air
digunakan adalah kandungan DO (botol
2) Pengambilan sampel dan
gelap dan terang) dan parameter biologi
pengamatan plankton
adalah densitas dan diversitas plankton.
a. Mengambil sampel air sebanyak 20-
Penelitian kali ini mengambil tempat di
50 liter (a) dan memampatkan ke dalam
Zona I (zona akreditasi).
botol yang sudah diketahui volumenya
a. Stasiun 1
(b) dengan menggunakan jaring
Pengukuran produktivitas primer
plankton/planktonet untuk mengetahui
dilakukan pada pukul 12.00 WIB. Pada
kepadatan plankton
kedalaman 40 cm produktivitas
b. Memfiksasi dengan menggunakan
primernya adalah 208,33 mg C/m3/jam
larutan formalin 4%

115 Volume 11 Nomor 2 Agustus 2017


Ade Sunaryo

dan pada kedalaman 80 cm adalah masuk dengan baik sehingga proses


104,16 mg C/m3/jam. Nilai fotosintesis bisa terjadi sedangkan pada
Produktivitas primer pada kedalaman 40 kedalaman 80 cm sinar matahari tidak
cm menjadi tinggi karena pada bisa masuk sehingga proses fotosintesis
kedalaman tersebut kecerahannya lebih tidak terjadi dan disebabkan oleh
tinggi daripada pada kedalaman 80 cm bertumpuknya sampah sehingga air
sehingga fitoplankton banyak di daerah menjadi kotor dan naik suhunya.
tersebut dan disebabkan oleh suhu air Keadaan ini diperparah dengan
dan udara yang rendah serta kecerahan kurangnya kandungan unsur hara dalam
yang tinggi. Tingginya densitas plankton perairan yang membuat plankton tidak
juga merupakan faktor yang mendapat cukup nutrisi untuk
berpengaruh dan kebanyakan beraktivitas.
didominasi fitoplankton yang b. Stasiun 2
menghasilkan oksigen dari fotosintesis. Pengukuran produktivitas primer
Hal ini membuat kadar DO kontrol pada dilakukan pada pukul 12.00 WIB,
saat pengukuran menjadi tinggi. Pada sampel diletakkan mulai pukul 06.00
kedalaman 80 cm, nilai produktivitas WIB. Pada kedalaman 40 cm dan
primernya rendah karena kecerahan kedalaman 80 cm nilai produktivitas
yang rendah dan disebabkan oleh primernya sama yaitu sebesar 72,916 mg
bertumpuknya sampah sehingga air C/m3/jam. Nilai ini tinggi yang
menjadi kotor dan naik suhunya. disebabkan karena suhu air dan udara
Keadaan ini diperparah dengan yang rendah serta kecerahan yang tinggi.
kurangnya kandungan unsur hara dalam Tingginya densitas plankton juga
perairan yang membuat plankton tidak merupakan faktor yang berpengaruh dan
mendapat cukup nutrisi untuk kebanyakan didominasi fitoplankton
beraktivitas. Pengukuran produktivitas yang menghasilkan oksigen dari
primer dilakukan pada pukul 18.00 WIB fotosintesis. Hal ini membuat kadar DO
pada kedalaman 40 cm adalah 218,75 kontrol pada saat pengukuran menjadi
mg C/m3/jam. Nilai tersebut lebih tinggi tinggi. Pengukuran produktivitas primer
dibandingkan dengan kedalaman 80 cm dilakukan pada pukul 18.00 WIB pada
adalah 88,541 mg C/m3/jam karena kedalaman 40 cm mendapatkan nilai
pada jam 18.00 WIB matahari sudah produktivitas primer sebesar -26,041 mg
mulai tenggelam sehingga sinar C/m3/jam. Nilai produktivitas primer
matahari pada kedalaman 40 cm bisa

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 116


Produktivitas Primer di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat

pada kedalaman 80 cm adalah -15, 625 kontrol pada saat pengukuran menjadi
mg C/m3/jam. tinggi.
d. Stasiun 4
Pada pukul 06.00 WIB hanya dilakukan
c. Stasiun 3 pengambilan sampel untuk kemudian
Pada pukul 06.00 WIB hanya dilakukan dilakukan pengukuran pada pukul 12.00
pengambilan sampel untuk kemudian dan 18.00 WIB. Produktivitas primer
dilakukan pengukuran pada pukul 12.00 pada pukul 12.00 WIB pada kedalaman
dan 18.00 WIB. Nilai produktivitas 40cm dan 80 cm nilainya sama yaitu
primer pada pukul 12.00 WIB pada sebesar 0. Hal ini disebabkan oleh
kedalaman 40 cm sebesar 0 dan keseimbangan antara produsen
kedalaman 80 cm sebesar 10,416 mg (plankton) dan konsumer. Biota
C/m3/jam. Nilai Produktivitas primer konsumer membutuhkan plankton yang
pada kedalaman 80 cm menjadi tinggi ada di bagian outlet pada genangan
karena nilai kecerahan dan suhu pada utama untuk menjadi makanannya
kedalaman tersebut sangat cocok untuk sehingga menyebabkan nilai
fitoplankton melakukan fotosintesis dan produktivitas primernya rendah. Pada
zooplankton melakukan respirasi. Pada jam 18.00 WIB, nilai produktivitas
kedalaman 40 cm suhu permukaan primer kedalaman 40cm sebesar 20,833
sangat panas sehingga plankton kurang mg C/m3/jam. Hal tersebut disebabkan
suka pada keadaan tersebut. Pada jam oleh pada kedalaman tersebut sinar
18.00 WIB, nilai produktivitas primer matahari masih bisa menembus daerah
kedalaman 40 sebesar -10,416 mg tersebut sehingga fitoplankton banyak
C/m3/jam. Pada kedalaman 80 cm nilai yang melakukan fotosintesis dan suhu
produktivitas primernya sebesar 10,416 air pada kedalaman tersebut sangat di
mg C/m3/jam. Hal tersebut dikarenakan senangi oleh fitoplanton, dan bahan-
oleh keberadaan fitoplankton yang bahan organik terdapat banyak pada
banyak melakukan fotosintesis dan kedalaman tersebut sehingga
tingginya densitas plankton juga menimbulkan daerah tersebut nilai
merupakan faktor yang berpengaruh dan produktivitas primernya rendah. Pada
kebanyakan didominasi fitoplankton kedalaman 80 cm nilai produktivitas
yang menghasilkan oksigen dari primernya sebesar -10,416 mg
fotosintesis. Hal ini membuat kadar DO C/m3/jam.
PEMBAHASAN

117 Volume 11 Nomor 2 Agustus 2017


Ade Sunaryo

Berdasarkan hasil pengamatan Nilai produktivitas primer pada zonasi


produktivitas primer paling tinggi stasiun 3 dan 4 rendah disebabkan salah
terdapat pada stasiun 1 pada kisaran satunya oleh blooming yang berlebihan
104,16 mg C/m3/jam dan 208,33 mg mengakibatkan bahan organik mati.
C/m3/jam. Pada stasiun 2 pada kisaran Penumpukan yang berlebihan akan
-15, 625 mg C/m3/jam s.d. 72,916 mg mengakibatkan zat amoniak meningkat
C/m3/jam. Pada stasiun 3 -10,416 mg pada zona 3 dan 4 sehingga akan
C/m3/jam s.d. 10,416 mg C/m3/jam, dan meracuni plankton dan membuat
pada stasiun 4 pada kisaran -10,416 mg terjadinya penurunan produktivitas
C/m3/jam s.d. 20,833 mg C/m3/jam . primer. Blooming yang tidak terkendali
Genangan utama waduk adalah tempat menyebabkan nilai DO yang tersedia
yang luasnya lebih besar stasiun 1 dan 2 cukup berkurang dan menambah
sehingga plankton yang hidup di daerah terjadinya persaingan atau kompetisi
tersebut lebih banyak. Hal tersebut konsumsi biota dalam perairan juga
menyebabkan banyaknya plankton. Nilai mempengaruhi produktivitas primer
produktivitas primer yang tinggi perairan seperti pada zona stasiun 3 dan
dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan 4. Ekosistem yang terbuka merupakan
biologi. Stasiun 1 dan 2 lebih baik tempat wisata membuat waduk ini
memiliki kualitas perairan yang baik dan cukup kotor. Banyaknya sampah yang
produktivitas primer perairan yang baik dibuang ke dalam perairan membuat
dibandingkan dengan zonasi stasiun 3 perairan menjadi tercemar.
dan 4. Tinggi dan rendahnya nilai Menurut Triyatmo dkk (1997) bahwa
produktivitas primer perairan tersebut klasifikasi tingkat kesuburan tersebut
sangat dipengaruhi oleh aktvitas adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk
organisme perairan dalam men-suply oligotrofik, 200-750 mg C/m3/hari
oksigen terlarut dan penggunaan oksigen termasuk mesotrofik dan lebih dari 750
terlarut tersebut serta kondisi-kondisi mg C/m3/hari termasuk eutrofik.
lain yang juga mempengaruhi adalah Diversitas dan kelimpahan Fitoplankton
suhu dan kecerahan yang mencakup serta kualitas air yang prima sebagai
tinggi rendahnya intensitas cahaya indikator Caryying Capacity dapat
matahari yang masuk ke dalam perairan merekomendasikan suatu konsep dasar
tersebut serta densitas planktonnya yang Pengelolaan Produktivitas untuk
melakukan proses fotosintesis tadi. Rekomendasi Penggunaan Waduk
secara tepat.

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 118


Produktivitas Primer di Waduk Ir. H. Juanda Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat

yang aman pada kisaran <0,001 –


SIMPULAN 0,013ppm karena aktifitas oksidasi tinggi
1. Produktivitas primer adalah nilai oleh oxygen.
kesuburan pada suatu zona 1, 2, 3 dan 4 3. Produktivitas primer perairan
Waduk; kandungan bahan-bahan waduk pada stasiun 1 dan 2 lebih tinggi
organic dan padatan plankton dari hasil dibandingkan dengan produktivitas
identifikasi dalam penelitian ini pada primer Zonasi stasiun 3 dan 4, diduga
zona 1 dan 2, maka diperoleh data pada disebabkan oleh konsentrasi akumulasi
Zona 1 (Zona akreditasi) terdiri dari ; sebaran bahan organik yang berbeda
a) Bacillariophycea (141.352,21 pada setiap stasiun.
ribu/liter),
b) Chlorophycea (364.461 ribu/liter) SARAN
c) Cyanophycea (1.1955.388/liter) Saran yang dapat kami sampaikan agar
d) Dinophycea (43.124,43 ribu/liter ) penelitian dilanjutkan pada parameter
e) Euglenophycea (2.395,8 ribu/liter). kualitas air secara menyeluruh dan
Zona 2 (di luar area akreditasi) terprogram untuk dapat dijadikan acuan
kelimpahan Fitoplankton mencapai dalam pengelolaan waduk Ir, Juanda
222.810 ribu/liter. yang dihasilkan dari dimasa yang akan datang.
proses fotosintesis oleh organisme dan
yang mampu mendukung aktivitas
PERSANTUNAN
biologi di perairan sekitar waduk
Ir.H.Juanda. Ucapan terimakasih disampaikan
2. Tingkat produktivitas primer kepada Ketua Jurusan Penyuluhan
dipengaruhi oleh faktor fisik (suhu dan Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan,
kecerahan), kimia (DO, CO2, pH dan yang telah memfasilitasi pendanaan
alkalinitas) dan biologi (densitas dan penelitian ini, kepada para penyuluh
diversitas plankton). perikanan di lima lokasi waduk yang
Kelimpahan fitoplankton tersebut dapat yang telah memfasilitasi bantuan
berpengaruh terhadap oksigen (DO) yang peralatan dan data, selama penelitian.
mencapai kisaran 1,87 – 8,46 ppm, pH
pada kisaran 6,87 – 7,29, nitrat 0,390 –
DAFTAR PUSTAKA
0,815ppm dan suhu rata-rata pada kisaran
stabil 28,3 – 30,6˚C. Sedangkan nitrit
rata-rata kecil dan pada ambang batas

119 Volume 11 Nomor 2 Agustus 2017


Ade Sunaryo

Boyd, C.E. 1979. Pengelolaan Kualitas Sudaryanti. 2004. Produktivitas Perairan


Air. Dirjen Perikanan. Jakarta (Sekunder). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas
Djumara, Noorsyamsa. 2007. Modul 3 Brawijaya. Malang.
Sumber Daya Alam Lingkungan
Terbarukan dan Tidak Triyatmo, B., Rustadi, Djumanto, S.B.,
Terbarukan Diklat Teknis Priyono, Krismono, N Sehenda, dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kartamihardja, E.S., 1997. Studi
di Daerah (Environmental Perikanan Di Waduk Sermo: Studi
Assesment and Management). Biolimnologi. Lembaga Penelitian
Jakarta. UGM Bekerjasama Dengan
Agricultural Research Management
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Project. BPPP. 65 hal
Tentang Penyebaran dan
Kemelimpahan Phytoplankton di Vryzas. 2008. Sejarah dan Ruang
Delta Upang, Sumatera Lingkup Ekologi dan Ekosistem.
Selatan. Karya Ilmiah Fakltas www. google.com. Diakses
perikanan IPB Bogor. Bogor. tanggal 15 Oktober 2017.
Mahmuddin. 2009. Produktivitas Wiadnyana, Ngurah Nyoman. 2003.
Primer Ekosistem. Peranan Plankton Di Dalam
http://mahmuddin.Wordpres Ekosistem Perairan Indonesia,
s.com/2009/09/09/produktiv Lautan Red Tide. Pusat
itas-primer-eksosistem/ Penelitian Oseanografi (POG)
Diakses pada tanggal 15 Lembaga Ilmu Pengetahuan
Oktober 2017. Indonesia (LIPI). Jakarta.
Mahmudi, M. 2005.Produktivitas Wiryanto, A P. 2001. Produktifitas
Peraiaran. Fakultas Perikanan Primer Perairan Waduk Cengklik
Universitas Brawijaya. Malang. Boyolali. www. google.com.
Diakses tanggal 15 Oktober
Nybakken, J., 1992. Biologi Laut. PT. 2017.
Gramedia Pustaka Raya.
Jakarta.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut
Suatu Pendekatan Ekologi.
Cetakan ke-2. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Odum, E.D. 1970. Fundamentaly of
Ecology 3th ed. W.B Sounders
Company. Philadelphia.
Sinurat, Gokman. 2009. Skripsi: Studi
Tentang Nilai Produktivitas
Primer Di Pangururan Perairan
Danau Toba. Departemen
Biologi. Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sumatera Utara.
Medan.

Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan 120

Anda mungkin juga menyukai