KASUS PLN
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS BENGKULU
AKUNTANSI
2021
Prosedur penyusunan anggaran PT. PLN
Penyusunan rencana kerja anggaran yang akan dilaksanakan oleh perusahaan pada periode
yang akan datang dilakukan dengan metode bottom-up, yaitu dimulai dari unit yang terkecil hingga
terbesar. Rencana kerja yang berasal dari unit PLN ditujukan ke area untuk dimintakan persetujuan.
Dalam anggaran kas terdapat dua komponen yaitu arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas
masuk terdiri dari penerimaan receipt (pendapatan dari aktivitas operasi), penerimaan imprest
(dropping untuk aktivitas operasi dan luar operasi), dan penerimaan imprest (dropping untuk aktivitas
investasi). Kemudian arus kas keluar terdiri dari pengeluaran receipt dari PLN Unit ke PLN Pusat
dengan transfer otomatis, dalam arti setiap hari seluruh jumlah penerimaan pendapatan pada kas/bank
receipt langsung ditransfer ke kas/bank receipt PLN Pusat, pengeluaran biaya operasi dan diluar
operasi dan pengeluaran biaya investasi.
Proses penyusunan anggaran harus sesuai dengan prosedur yang digunakan agar tidak terjadi
penyimpangan yang negatif dalam perusahaan karena anggaran telah disusun secara akurat dan
memenuhi prosedur penyusunan anggaran. Terkadang terdapat ketidaksesuaian antara anggaran yang
disusun dengan aktivitas yang dijalankan. Hal ini disebabkan karena perencanaan yang kurang
matang. Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi maka perusahaan akan mampu menyusun
anggaran dengan memperkirakan seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada suatu
periode. Manajemen juga dapat membuat perencanaan pembiayaan atas kemungkinan terjadinya
kekurangan kas (defisit) atau kelebihan kas (surplus) supaya dalam waktu singkat dapat dilakukan
identifikasi penyebab surplus dan defisit sehingga dapat dilakukan umpan balik bagi pengambilan
keputusan manajemen dalam rangka optimalisasi pemanfaatan surplus/penutupan defisit kas.
Adapun langkah-langkah penyusunan Anggaran Arus Kas pada PT. PLN (Persero) adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan saldo kas maksimum yang harus ada untuk menjaga likuiditas unit atau sesuai ketentuan.
b. Menyusun arus kas masuk/keluar dari aktivitas operasi dengan mengacu kepada Anggaran Operasi.
1. Penerimaan Penjualan diisi dengan menghitung saldo piutang tahun sebelumnya + rencana
penjualan yang dapat dilunasi. Sisa rencana penjualan yang tidak terlunasi merupakan saldo
piutang tahun berikutnya (Neraca) mengacu pada perputaran piutang (receivable turn over).
2. Penerimaan dari Biaya Penyambungan (BP) diisi dengan jumlah rencana penerimaan BP satu
tahun.
3. Penerimaan Uang Jaminan Langganan (UJL) diisi dengan total rencana penerimaan UJL satu
tahun.
4. Pendapatan Jasa dan Wisma diisi dengan total rencana pendapatan jasa dan wisma satu tahun.
5. Pendapatan Operasi Lainnya diisi dengan jumlah rencana pendapatan satu tahun.
6. Biaya Pembelian Tenaga Listrik, sesuai kebijakan manajemen bahwa jual beli tenaga listrik
diatur oleh direksi, maka kebutuhan cash unit nihil.
7. Sewa Diesel dihitung dengan memperhitungkan saldo hutang biaya tahun sebelumnya +
rencana biaya sewa diesel yang akan dibayar (mengacu pada kontrak perjajian sewa). Saldo
Biaya yang belum terbayar dalam tahun yang direncanakan menjadi saldo hutang tahunyang
akan datang.
8. Bahan Bakar mengacu kebijakan Direksi bahwa pembayaran pembelian bahan bakar terpusat
nihil.
9. Ongkos Angkut diisi dengan memperhitungkan saldo hutang biaya tahun sebelumnya +
rencana biaya ongkos angkut yang akan dilunasi pada tahun yang direncanakan (mengacu
perjanjian pengangkutan). Saldo biaya yang belum dilunasi menjadi saldo hutang biaya tahun
yang akan datang.
10. Minyak Pelumas/Bahan Kimia dihitung dengan memperhatikan pola pembelian pelumas oleh
perusahaan, bila pembelian tunai biaya merupakan kebutuhan tunainya.
11. Biaya Kepegawaian dihitung dengan mengacu kepada jumlah biayakepegawaian yang
direncanakan.
Anggaran merupakan suatu alat yang esensial untuk menghubungkan antara proses
perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan
rencana detail atas pendapatan dan pengeluaran pemerintahagar pembelanjaan yang
dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak
dapat mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya dapat
dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk
mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif.
Anggaran merupakan wujud komitmen dan budget holder (eksekutif) kepada pemberi
wewenang (legislatif). Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia
capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan. Anggaran merupakan alat yang
efektif untuk pengendalian dan penilaian.
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.
Masyarakat, LSM, Perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat
dalam proses penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisir akan mencoba
mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.