PEMASANGAN NGT
Dosen pembimbing: Ugi Sugiarsih, SKM, MM
Disusun oleh
TIARA ANANDA P17324419044
Jalum 1B
KELOMPOK 1
PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan dan atur peralatan
3. Bantu pasien untuk posisi Fowler atau Semi flower
4. Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan
kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)
5. Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu
lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang
lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi
kapas. Periksa adakah infeksi dll
6. Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.
7. Persiapkan tissue dalam jangkauan.
8. Gunakan sarung tangan
9. Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung
melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke
tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.
10. Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung
yang paling bersih
11. Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan
kepala dan leher lurus dan membuka mulut.
12. Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan
pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.
13. Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut
tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di
tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya
tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam
14. Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung,
hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka mulut
untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik
udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara
sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi
slang.
15. Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi,
sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan
salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.
16. Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat
Digunakan untuk memfiksasi slang.
Catatan:
Posisi Fowler: Pasien duduk setengah tegak (45 – 60 derajat), lutut boleh ditekuk atau
lurus.
Ada 3 jenis posisi fowler:
1. High Fowler: Kepala pasien diangkat 80 – 90 derajat
2. Semi Fowler: Kepala pasien diangkat 30 – 45 derajat
3. Low Fowler: Kepala pasien diangkat < 30 derajat
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi tinggi,
dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah tempe yang
merupakan sumber protein yang baik dan murah, tetapi tidak digunakan sebagai
makanan sehari-hari karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi tempe dapat
merendahkan derajat mereka.
3) Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan tertentu dapat
juga memengaruhi status gizi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan makan
pisang dan papaya bagi para gadis remaja. Padahal makanan itu merupakn sumber
vitamin yang baik. Adapula larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap
dapat mengakibatkan cacingan. Padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat
baik bagi anak-anak.
4) Kesukaan
5) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan
bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi
dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi.
6) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi. Penyediaan makanan
bergizi membutuhkan dana yang tidak sedikit, sehingga perubahan status gizi
dipengaruhi oleh status ekonomi. Dengan kata lain, orang dengan status ekonomi
kurang biasanya kesulitan dalam penyediaan makanan bergizi. Sebaliknya, orang
dengan status ekonomi cukup lebih mudah untuk menyediakan makanan yang bergizi.