Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi dan Radiografi Kedokteran Gigi


Radiografi pertama dilakukan pada tahun 1895 dengan penemuan X-ray oleh
Profesor Wilhelm Conrad Roentgen. Ahli fisika Jerman ini adalah merupakan
Penerima Penghargaan Nobel pertama untuk Fisika, pada tahun 1901, untuk penemuan
sinar-x, yang menandakan zaman fisika modern dan merevolusi kedokteran
diagnostik.2,6

Gambar 1. Wilhelm Conrad Roentgen Gambar 2. Gambar X-ray yang


(1845-1923) pertama

Dalam bidang kedokteran, radiografi terdiri dari penggunaan radiasi


elektromagnetik untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan tubuh untuk tujuan
diagnostik dan pengobatan. Para profesional medis menggunakan perlengkapan
khusus untuk menghasilkan gambaran radiografi secara komputerisasi terhadap
anatomi pasien. Hasil gambaran radiografi ini dapat mendeteksi masalah dalam tubuh
pasien seperti patah tulang, tumor, atau penyumbatan pembuluh darah. Selain itu,

Universitas Sumatera Utara


penggunaan terapi radiasi dalam bidang medis dapat mengobati beberapa masalah
kesehatan antara lain penyakit jantung dan kanker.6
Radiografi memiliki peran penting dalam bidang kedokteran gigi karena
radiografi dibutuhkan sebagai pemeriksaan penunjang untuk melihat keadaan yang
tidak terlihat saat dilakukan pemeriksaan klinis yang tujuannya untuk menegakkan
diagnosis, membuat perencanaan perawatan dan prognosis pada pasien. Radiografi
juga penting dalam pemeriksaan rutin karies gigi, evaluasi terhadap penyakit
periodontal, identifikasi patologi yang berhubung dengan tulang (seperti kista dan
tumor), evaluasi traumatis yang melibatkan rahang dan tulang wajah serta dalam
evaluasi pertumbuhan dan perkembangan.7
Suatu gambaran radiografi dihasilkan dengan melewatkan sinar-x melalui
jaringan untuk diperiksa dan ini akan menghasilkan emulsi fotografi pada film. Jumlah
sinar-x yang mencapai film akan menentukan keseluruhan paparan atau menghitamkan
emulsi. Struktur mineral dan jaringan keras akan mengabsorpsi sejumlah besar radiasi,
sedangkan jaringan lunak akan memungkinkan perjalanan sinar-x melewatinya.
Gambar radiografi yang dihasilkan oleh suatu proses radiografi adalah gambar dua
dimensi dari struktur tiga dimensi.7
Jumlah radiasi yang diabsorpsi oleh struktur akan menentukan radiodensitas
dari bayangan.
 Daerah putih atau radiopak merupakan struktur padat
 Daerah hitam atau radiolusen merupakan struktur yang diizinkan berlalunya sinar
x untuk menampilkan gambar.
 Bayangan kelabu merupakan struktur yang bervariasi menyerap sinar-x.7
Meskipun kualitas gambar radiografi berada di bawah pengaruh berbagai
parameter yang bertindak secara tunggal maupun dalam kombinasi, berbagai faktor
yang memiliki pengaruh dalam pembentukan gambar dapat diringkas sebagai berikut:
 Jumlah foton sinar-x melewati struktur
 Energi atau intensitas foton sinar-x
 Waktu paparan atau periode di mana sinar-x dihasilkan
 Ukuran dan bentuk dari objek

Universitas Sumatera Utara


 Ketebalan atau kepadatan objek
 Posisi objek dan film
 Sensitivitas dari film x-ray7

Gambar 3. Radiografi dental pertama pada 12 Januari 1896


oleh Dr. Otto Walkoff, dokter gigi asal Jerman;
waktu paparan; 25 menit.

2.2 Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi


Tahapan yang harus dilalui sebelum melakukan radiografi di bidang
kedokteran gigi adalah dengan membuat permintaan tertulis untuk dilakukan
radiografi oleh dokter gigi, adanya izin dari bagian radiologi kedokteran gigi untuk
melakukan radiografi dan persiapan proteksi radiasi.8-10
2.2.1 Permintan Tertulis untuk Melakukan Radiografi

Universitas Sumatera Utara


Sebelum melakukan satu radiografi, mahasiswa harus meminta izin dari dokter
gigi untuk mendapat surat permintaan/order/rujukan agar radiografi tersebut dapat
dilakukan. Surat permintaan radiografi di kedokteran gigi hanya dapat dikeluarkan
oleh dokter gigi bertugas pada suatu waktu tersebut. Surat ini menjelaskan jenis
radiografi yang akan dilakukan, elemen gigi dan rahang yang akan dilakukan
radiografi, diagnosis sementara dari dokter gigi dan hasil pemeriksaan klinis. 8-10

2.2.2 Proteksi Radiasi


Tampak jelas bahwa langkah-langkah perlindungan yang tepat harus
diterapkan untuk melindungi individu dari efek bahaya radiasi. Meskipun tidak ada
jumlah radiasi yang aman, karena hampir semua individu yang terpapar radiasi dari
pemeriksaan radiografi diagnostik atau paparan tidak disengaja. Satu dosis maksimum
yang diizinkan, Maximum Permissible Dose (MPD) atau Nilai Batas Dosis (NBD)
telah dirumuskan. Radiasi dikaitkan dengan cedera jaringan meskipun pada tingkat
yang sangat rendah. NBD menetapkan batas untuk paparan radiasi.7,11
NBD didefinisikan sebagai dosis maksimum radiasi yang dimana dalam
pengetahuan ini tidak akan diharapkan untuk menghasilkan efek radiasi yang
signifikan di dalam kehidupan seseorang individu (satuan Sievert). NBD berbeda bagi
mereka yang bukan pekerja radiasi dan pekerja radiasi. Effective dose menunjukkan
berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber radioaktif yang diserap oleh tubuh per
satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan secara biologis pada sel/jaringan.
Untuk pekerja radiasi, NBD dihitung dengan menggunakan rumus:7,11

NBD = (Usia - 18) x 5 rem

NBD : Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja
radiasi selama masa kerjanya
N : Usia pekerja radiasi yang bersangkuatan dinyatakan dalam tahun

Universitas Sumatera Utara


18 : Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan
radiasi dinyatakan dalam tahun
1 Sv = 100 rem

Dari rumus, jelas bahwa orang di bawah usia 18 tahun tidak boleh bekerja di
bidang radiologi atau pekerjaan lain yang menggunakan radiasi. Jika wanita hamil
yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas radiasi yang lebih ketat.
Dosis radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan adalah 2 mSv. 7,11
Batas dosis menurut Ionising Radiations Regulations (IRR) tahun 1999 adalah
batasan dosis radiasi yang dibedakan atas pekerja radiasi, bukan pekerja radiasi dan
masyarakat umum (Tabel 2.).13

Tabel 1. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi13


Jenis Foto Dosis Efektif (mSv)
Skull/Kepala/Posteroanterior 0,03
Lateral 0,01
Bitewing/Periapikal 0,001 – 0,008
Oklusal 0,008
Panoramik 0,004 – 0,03
Lateral Sefalometri 0,002 – 0,003
CT mandibula 0,36 – 1,2
CT maksila 0,1 – 3,3

Tabel 2. Batasan dosis yang berdasarkan Ionising Radiations Regulations (IRR) 1999
Batas Dosis Lama Batas Dosis Baru
(IRR 1999)
Pekerja Radiasi 50 mSv 20 mSv
Bukan Pekerja Radiasi 15mSv 6 mSv
Masyarakat Umum 5 mSv 1 mSv

2.2.3 Perlindungan Pasien.


Beberapa hal yang harus diingat selama pemeriksaan radiografi diagnostik
rutin, seperti:

Universitas Sumatera Utara


 Menggunaan alat radiografi yang baik, yang diproduksi oleh manufaktur
perusahaan.
 Radiografi diambil hanya jika perlu dan sangat penting untuk mencapai suatu
diagnosis.
 Pemaparan radiasi harus seminimal mungkin sesuai dengan prinsip ALARA atau
As Low As Reasonably Achievable.
 Menggunakan film yang mempunyai kualitas yang baik dan sensitivitas tinggi.
 Teknik yang tepat harus digunakan untuk menghindari pengulangan paparan
radiasi.
 Teknik pemrosesan yang benar juga membantu dalam mencegah pengulangan
yang tidak perlu.
 Menggunakan cone silindris panjang dan terbuka.
 Alat radiografi harus diperiksa secara berkala untuk kebocoran.
 Pasien harus mengenakan apron.
 Pasien harus menggunakan thyroid collar
 Sebaiknya menggunakan film holder
 Penggunaan layar-film (intensifying screen dengan film) dikombinasi selama
pemeriksaan radiografi ekstraoral sangat mengurangi paparan radiasi. 6-7

2.2.4 Perlindungan Operator


 Operator tidak boleh memegang film dalam mulut pasien selama paparan
 Operator tidak boleh menstablisasi alat radiografi selama paparan
 Operator sebaiknya berdiri di belakang tabir berlapis Pb memiliki 0,5 mm setara
kandungan timah selama paparan.
 Jika penghalang kandungan Pb tidak tersedia, operator harus berdiri 6 meter dari
sinar x-ray utama di daerah yang disebut zona keamanan maksimum yang berkisar
antara 90 ° sampai 135 °
 Paparan radiasi terhadap operator harus dipantau secara berkala dengan
menggunakan alat monitoring personil atau film badge.

Universitas Sumatera Utara


 Lakukan rotasi tugas operator sehingga paparan accidental secara terus menerus
dapat dihindari. 6-7

Gambar 4. Skema diagramatik Zone of Maximum Safety

2.2.5 Perlindungan pihak lain


Perlindungan untuk pihak lain mengacu pada perlindungan bagi mereka yang
tidak terlibat langsung dalam prosedur radiografi. Kelompok ini meliputi bahkan
mereka yang menggunakan ruangan kantor atau kamar yang berdekatan serta mereka
yang menemani pasien.
 Hanya mereka yang kehadirannya diperlukan untuk prosedur radiografi harus tetap
berada di dalam ruangan.
 Sebuah tabung sinar-x tidak boleh diarahkan ke arah pintu atau ambang pintu
untuk menghindari paparan accidental.
 Tanda-tanda perhatian atau peringatan harus ditampilkan.
 Dinding ruangan harus diperkuat dengan plaster barium atau ketebalan dinding
harus ditambah dengan menggunakan lapisan tambahan batu bata.
 Sinar merah harus menyala ketika alat radiografi sedang dioperasikan, ianya
bertindak sebagai sinyal peringatan agar tidak ada yang berjalan ke ruangan x-ray.
 Paparan radiasi ke ruang harus dipantau.

Universitas Sumatera Utara


 Paparan radiasi ke lokasi kantor yang berdekatan harus dipantau. 6-7

2.3 Jenis-jenis Foto Roentgen Gigi


Secara garis besar foto roentgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan
penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Roentgen Intra oral dan foto Roentgen
Ekstra oral.

2.3.1 Teknik Roentgen Intra oral


Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara
radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan
gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14
sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan proyeksi
periapikal, interproksimal, dan oklusal.6,12
a) Radiografi Periapikal
Jenis radiografi ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi
dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk
memperoleh foto periapikal, yaitu teknik paralel dan bisektris. 6,12

Gambar 5. Penggunaan teknik pemotretan bisektris pada


gigi anterior mandibula

Universitas Sumatera Utara


Gambar 6. Penggunaan teknik pemotretan paralel pada
daerah gigi bikuspid maksila

b) Radiografi Bite Wing


Jenis radiografi ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang
bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat
permukaan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya
yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. 6,12

Gambar 7. Teknik Bite Wing pada gigi posterior

Universitas Sumatera Utara


c) Radiografi Oklusal
Jenis radiografi ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas
maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal.
Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau
menggigit bagian dari film tersebut. 6,12

(a) (b)

Gambar 8. (a) Teknik radiografi oklusal pada gigi anterior


maksila rahang atas;
(b) Hasil radiografi oklusal

2.3.2 Teknik Roentgen Ekstra Oral


Foto roentgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang
dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto roentgen ekstra
oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto roentgen panoramik,
sedangkan contoh foto roentgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto
Posteroanterior, proyeksi Standard Occipitomental, foto sefalometri, proyeksi Waters,
proyeksi Bregma Menton, proyeksi Reverse-Towne, proyeksi Submentovertex.
a) Foto Panoramik
Foto panoramik merupakan foto roentgen ekstra oral yang menghasilkan
gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila
beserta struktur pendukungnya. Foto roentgen ini digunakan untuk mengevaluasi gigi

Universitas Sumatera Utara


impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit
dan mengevaluasi trauma.6,12

(a) (b)

Gambar 9. (a) Posisi proyeksi foto panoramik;


(b) Hasil gambaran panoramik yang normal

b) Foto Posteroanterior
Foto roentgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto roentgen ini juga dapat
memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis,
fossanasalis, dan orbita. 6,12

(a) (b)

Gambar 11. (a) Posisi proyeksi foto Posteroanterior;


(b) Hasil foto Posteroanterior

Universitas Sumatera Utara


c) Proyeksi Standard Occipitomental (0° OM)
Proyeksi ini menunjukkan kerangka wajah dan kavitas anatomis tulang maksila,
serta menghindari superimposisi tulang padat basis kranii. Ini sangat berguna untuk
mendeteksi fraktur tulang (Le Fort I, II, III, kompleks zygomatikus, kompleks
nasoethmoidal, tulang orbital) dan fraktur tulang koronoideus. 6,12

(a) (b)

Gambar 12. (a) Posisi proyeksi radiografi Standard Occipitomental (0° OM);
(b) Hasil foto Standard Occipitomental (0° OM)

d) Proyeksi Modified Occipitomental (30° OM)


Proyeksi ini menunjukkan kerangka wajah, dari sudut yang berbeda dan ini
memungkinkan pemindahan tulang tertentu dapat dideteksi. Ini sangat berguna untuk
mendeteksi fraktur tulang (Le Fort I, II, III) dan fraktur prosessus koronoideus. 6,12

(a) (b)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 13. (a) Posisi proyeksi radiografi Standard Occipitomental (30° OM);
(b) Hasil foto Standard Occipitomental (30° OM)

e) Foto Sefalometri
Foto roentgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma
penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan
untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. 6,12

(a) (b)

Gambar 14. (a) Posisi proyeksi sefalometri;


(b) Hasil foto sefalometri

f) Proyeksi Water’s
Foto roentgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis,
sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis, dan rongga nasal. 6,12

(a) (b)

Gambar 15. (a) Posisi proyeksi Water’s;


(b) Hasil foto proyeksi Water’s

Universitas Sumatera Utara


g) Proyeksi Bregma Menton
Proyeksi ini digunakan terutama untuk menunjukkan dinding dari sinus maksilaris
(terutama di daerah posterior), orbit, lengkungan zygomatikus dan septum
hidung/nasal. Selain itu, proyeksi ini juga digunakan untuk menunjukkan deviasi
medial atau lateral dari setiap bagian dari mandibula. 6,12

(a) (b)

Gambar 16. (a) Posisi proyeksi Bregma Menton;


(b) Hasil foto Bregma Menton
h) Proyeksi Reverse-Towne
Foto roentgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami
perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero-lateral
pada maksila. 6,12

(a) (b)
Gambar 17. (a) Posisi proyeksi Reverse-Towne;
(b) Hasil foto proyeksi Reverse-Towne

Universitas Sumatera Utara


i) Foto Lateral
Foto roentgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka,
diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka. 6,12

(a) (b)

Gambar 10. (a) Posisi proyeksi foto Lateral;


(b) Hasil foto Lateral
j) Proyeksi Submentovertex
Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus
sphenoidalis, lengkung mandibular, dinding lateral sinus maksila, dan arcus
zigomatikus.6,12

(a) (b)

Gambar 18. (a) Posisi proyeksi Submentovertex;


(b) Hasil foto proyeksi Submentovertex

Universitas Sumatera Utara


2.4 Penyebab Terjadinya Kesalahan Radiografi
Sebuah radiograf yang baik adalah yang menyediakan banyak informasi,
memiliki densitas serta kontras yang tepat, memiliki outline yang tajam, dan memiliki
bentuk struktur dan ukuran yang sama dengan objek yang diradiografi.8,10,12
Masalah yang sering ditemukan dalam radiografi adalah karena kesalahan
teknik radiografi atau kesalahan dalam processing. Kesalahan yang sering timbul
adalah seperti gambar yang terang, gelap, gambar pecah-pecah, spot hitam dan putih,
gambar kuning-kecoklatan dan berkabut, pinggiran hitam dan putih, atau ada tergores
emulsi atau sidik jari.11,13-15
1. Under-developed film
Gambar yang terlihat terang, mungkin disebabkan oleh:
 Waktu developer yang tidak tepat, terlalu cepat.
 Larutan developer yang terkontaminasi.
 Kesalahan dalam penyinaran, miliampere dan voltase yang rendah.
 Penggunaan larutan developer yang terlalu dingin.
Solusinya :
 Perhatikan temperatur larutan developer dan juga lama waktu film
harus berada dalam larutan developer.
 Gunakan larutan developer yang tidak terkontaminasi atau lama.
 Jika perlu, tambah waktu film berada dalam larutan developer. 11,13-15

Gambar 19. Under-developed film

Universitas Sumatera Utara


2. Over-developed film
Gambar yang terlalu gelap, mungkin disebabkan oleh:
 Konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat .
 Terlalu lama waktu developer.
 Kesalahan dalam penyinaran, miliamper dan voltase tinggi
 Penggunaan larutan developer yang terlalu hangat.
Solusinya:
 Perhatikan temperatur larutan developer dan juga lama waktu film
harus berada dalam larutan developer.
 Kurangi waktu film berada dalam larutan developer sebaik perlu.11,13-15

Gambar 20. Over-developed film

3. Gambar pecah-pecah (Reticulated/Cracked)


Gambar ini memiliki penampilan berupa jaringan atau mengerut, disebabkan
oleh perubahan suhu yang mendadak secara tiba-tiba selama processing.
Solusinya adalah dengan mengelakkan perbedaan temperatur yang drastis. 11,13-
15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 21. Reticulated Film

4. Stain berwarna kuning kecoklatan


Film kelihatan kuning kecoklatan, disebabkan oleh:
 Waktu fixer yang tidak tepat
 Larutan developer atau fixer yang tidak efektif
 Rinsing yang tidak efektif
Solusinya:
 Menggantikan larutan developer dan larutan fixer yang lama dengan
yang baru
 Pastikan waktu fiksasi dan rinsing yang adekuat
 Cuci film yang telah diproses dengan air dingin yang mengalir selama
minimum 20 menit. 11,13-15

Gambar 22. Gambar panoramik dengan stain berwarna kuning


kecoklatan

Universitas Sumatera Utara


5. Spot larutan developer
Kelihatan spot hitam pada film, karena terjadi kontak antara larutan developer
dan film sebelum film diproses.
Solusinya:
 Gunakan area kerja yang bersih di ruang gelap
 Untuk permukaan meja kerja yang bersih, lapisi dengan paper towel
sebelum membuka film. 11,13-15

Gambar 23. Film dengan spot larutan developer

6. Spot larutan fixer


Kelihatan spot putih pada film, karena terjadi kontak antara larutan fixer dan
film sebelum diproses.
Solusinya:
 Gunakan area kerja yang bersih di ruang gelap
 Untuk permukaan meja kerja yang bersih, lapisi dengan paper towel
sebelum membuka film. 11,13-15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 24. Film dengan spot larutan fixer

7. Developer cut-off
Gambar yang kelihatan putih di bagian pinggir film, karena sewaktu
processing sebagian film tidak masuk ke dalam larutan developer.
Solusinya:
 Periksa tahap larutan developer sebelum melakukan prosessing film.
 Pastikan semua film dalam rak film terendam penuh dalam larutan
developer. 11,13-15

Gambar 25. Film developer cut-off

Universitas Sumatera Utara


8. Fixer cut-off
Gambar yang kelihatan hitam di bagian pinggir film, karena sewaktu
processing sebagian film tidak masuk ke dalam larutan fixer.
Solusinya:
 Periksa tahap larutan fixer sebelum melakukan processing film.
 Pastikan semua film dalam rak film terendam penuh dalam larutan
fixer. 11,13-15

Gambar 26. Film fixer cut-off

9. Film Overlap
Gambar kelihatan hitam atau putih pada daerah overlap, karena:
 Kontak antara dua film sebelum selama processing.
 Film yang overlap di larutan developer akan kelihatan putih pada
daerah overlap.
 Film yang overlap di larutan fixer akan kelihatan hitam pada daerah
overlap.
Solusinya adalah dengan memastikan tidak ada kontak antara satu film dengan
yang lain selama processing. 11,13-15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 27. Film overlap

10. Fingernail artifact


Kelihatan bentuk crescent hitam pada film, karena rusaknya emulsi film oleh
kuku jari operator selama pengerjaannya.
Solusinya adalah memastikan pengerjaan film secara hati-hati dari sisi film
saja. 11,13-15

Gambar 28. Film fingernail artifact

11. Fingerprint artifact


Kelihatan gambar bekas jari pada film, karena film bersentuhan dengan jari
yang terkontaminasi fluoride atau larutan developer dan larutan fixer.
Solusinya:
 Cuci dan keringkan tangan sebelum melakukan processing film.

Universitas Sumatera Utara


 Pegang film dari bagian sisi 11,13-15

Gambar 29. Film fingerprint artifact

12. Film garis bercabang (Static Electricity)


Kelihatan garis bercabang hitam pada film, karena:
 Mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar.
 Mengeluarkan film dari bungkusnya sebelum menyentuh barang lain,
sekiranya berada di ruangan dimana lantainya berkarpet.
Solusinya :
 Membuka film secara lembut dan berhati-hati.
 Sekiranya berada di ruangan dimana lantainya berkarpet, sentuh dulu
objek yang bersifat konduktif sebelum mengeluarkan film dari
bungkusnya. 11,13-15

Gambar 30. Film dengan Static Electricity

Universitas Sumatera Utara


13. Film tergores (Scratched Film)
Kelihatan garis putih pada film, karena lepasnya soft emulsi film dari film oleh
benda yang tajam seperti klip film atau film hanger.
Solusinya:
 Berhati-hati semasa menempatkan rak film ke dalam larutan
processing.
 Elakkan kontak dengan klip film atau film hanger yang lain. 11,13-15

Gambar 31. Film tergores

14. Fogged film


Gambar pada film kelihatan berkabut, karena:
 Film yang telah luput
 Larutan processing yang terkontaminasi
 Temperatur larutan developer yang tinggi
 Paparan film terhadap cahaya selama penyimpanan
Solusinya:
 Periksa tanggal luput film pada bungkusannya
 Menyimpan film di tempat yang kering.
 Periksa kebocoran cahaya di kamar gelap
 Selalu periksa temperatur larutan developer sebelum processing
film. 11,13

Universitas Sumatera Utara


Gambar 32. Film berkabut
15. Over-exposed film
Film kelihatan gelap, disebabkan oleh:
 Waktu eksposur terlalu lama
 miliamper dan voltase tinggi; atau
 kombinasi faktor-faktor penyebab di atas
Solusinya adalah:
 Mengelakkan waktu eksposur terlalu lama,
 Perhatikan miliamper dan voltase sebelum processing. 11,13

Gambar 33. Over-exposed film

16. Under-exposed film


Film kelihatan terang, disebabkan oleh:
 Waktu eksposur yang inadekuat

Universitas Sumatera Utara


 miliamper dan voltase inadekuat; atau
 kombinasi faktor-faktor penyebab di atas
Solusinya adalah:
 Perhatikan waktu eksposur, miliamper dan voltase sebelum melakukan
radiografi
 Naikkan waktu eksposur, miliamper dan voltase jika perlu. 11,13

Gambar 34. Under-exposed film

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai