J”
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TEMPUREJO JEMBER
ARTIKEL
oleh:
NIM: 1701021017
2020
ARTIKEL
Oleh :
NIM: 1701021017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
JEMBER
Artikel ini telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Dipertahankan di Hadapan Tim
Penguji Artikel Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
Pembimbing,
ii
PENGESAHAN
Dewan Penguji Artikel Pada Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Penguji,
1. Ketua : Ns. Sri Wahyuni, M.Kep, Sp. Kep,Kom (.......................)
(NPK. 19880303.1.1703821)
2. Penguji I : Ns. Dwi Yunita Haryanti, S.Kep., M.Kes (.......................)
(NPK. 1982061911203699)
3. Penguji II : Asmuji, SKM., M.Kep (........................)
(NIP. 197206152005011004)
Mengetahui,
iii
PENGUJI ARTIKEL
Dewan Penguji Ujian Artikel Pada Program Studi Diploma III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
Ketua penguji
Penguji Anggota I
Penguji Anggota II
iv
DAFTAR ISI
v
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny.J
DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TEMPUREJO JEMBER
ABSTRAK
Lansia adalah seseorang atau kelompok yang usianya telah mengalami
perubahan fisik, biologis, sosial dan psikologis. Perubahan ini akan memengaruhi
semua aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Dewi, 2014). Meningkatnya
harapan hidup akan semakin mempersulit penyakit yang diderita lansia, termasuk
hipertensi lebih sering. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 120 mmHg. Hipertensi seringkali
juga menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang bisa mengakibatkan
tekanan darah lebih tinggi (Mutaqqin, 2014).
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menerapkan asuhan keperawatan
untuk lansia dengan hipertensi dengan penilaian, dan kemudian merumuskan
diagnosis keperawatan, menentukan rencana tindakan yang sesuai dan
menerapkan secara langsung, dan melakukan evaluasi. Data dikumpulkan dengan
wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan metode studi kasus.
Hasilnya adalah setelah perawatan untuk lansia dengan hipertensi selama
kunjungan 4x adalah tekanan darah dalam batas normal, denyut nadi dalam batas
normal, mengurangi rasa sakit, jumlah jam tidur dalam batas normal, risiko jatuh
berkurang.
Kata kunci: Lansia dengan hipertensi, asuhan keperawatan
1
GERONTIC NURSING CARE BY NY.J WITH HYPERTENSION AT THE
PUBCLIC HEALTH CENTER OF TEMPUREJO JEMBER
ABSTRACT
Elderly is a person or group whose age has experienced physical,
biological, social and psychological changes. This change will affect all aspects of
life, including his health (Dewi, 2014). Increasing life expectancy will
increasingly complicate diseases suffered by the elderly, including hypertension
more often. Hypertension is an increase in systolic blood pressure of more than
120 mmHg and diastolic pressure of more than 120 mmHg. Hypertension often
also causes changes in blood vessels that can result in higher blood pressure
(Mutaqqin, 2014).
The purpose of this paper is to apply the nursing care to the elderly with
hypertension with the assessment, and then formulate a nursing diagnosis,
determine the appropriate action plan and apply directly, and do an evaluation.
The data were collected by interview, observation, documentation study and
literature study. The data obtained was analyzed using the case study method.
The result is after nursing care to elderly with hypertension during 4x
visit is blood pressure within normal limits, pulse is within normal limits, reduced
pain, number of hours of sleep within normal limits, the risk of falling is reduced.
Keywords: Elderly with hypertension, nursing care.
2
PENDAHULUAN karena semakin usia bertambah
Hipertensi adalah suatu maka semakin tinggi pula resiko
peningkatan tekanan darah sistolik untuk terjadinya hipertensi.
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan 2. Obesitas
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Penderita obesitas sangat beresiko
Penyakit hipertensi ini tidak selalu karena pada penderita obesitas
beresiko pada penderita penyakit daya pompa jantung dan sirkulasi
jantung, tetapi juga beresiko pada volume darah yang lebih tinggi
penderita penyakit lain seperti dibandingkan dengan penderita
penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh yang memiliki berat badan yang
darah dan semakin tinggi tekanan cenderung normal.
darah, makin besar pula resikonya 3. Lingkungan
(Nurarif, et al., 2015). Makin Faktor lingkungan seperti stress
meningkatnya harapan hidup akan juga dapat berpengaruh, dalam
makin komples penyakit yang keadaan stress akan terjadi respon
diderita oleh lansia, termasuk lebih sel-sel saraf yang dapat
sering terserang hipertensi. menyebabkan kelainan
Hipertensi yang terjadi pada lansia pengeluaran atau pengangkutan
sebagian besar merupakan hipertensi natrium.
sistolik terisolasi (HST), dan juga 4. Kopi
merupakan hipertensi primer menghambat reseptor untuk
(Azizah, 2011). berkaitan dengan adenosine
Penyebab terjadinya hipertensi sehingga menstimulus sistem
belum diketahui secara jelas dan saraf simpatis dan pumbuluh
pasti, akan tetapi ada beberapa faktor darah berkontraksi dan terjadilah
resiko dan kondisi kesehatan yang peningkatan tekanan darah.
dapat menyebabkan terjadinya 5. Ras
hipertensi diatantaranya adalah: Orang berkulit hitam memiliki
1. Usia resiko yang lebih besar daripada
Usia merupakan salah satu faktor yang berkulit putih untuk
resiko yang sangat berpengaruh menderita hipertensi primer.
terhadap terjadinya hipertensi
3
6. Genetik wawancara, observasi, studi
Penderita hipertensi esensial dokumentasi dan studi pustaka.
sekitar 70-80 % dan sering terjadi
pada kembar monozigot (satu HASIL DAN PEMBAHASAN
telur) daripada heterozigot (beda Hasil
telur). Hipertensi disebut juag Penelitian pada Ny.J dengan
penyakit turunan karena apabila Hipertensi di Desa Pondok Rejo
keluarga memiliki riwayat Wilayah Kerja Puskesmas
hipertensi juga dapat memicu Tempurejo Jember pada bulan
seseorang menderita hipertensi. Desember 2019 didapatkan data
pengkajian sebagai berikut:
TUJUAN Keluhan utama adalah nyeri
Menerapkan asuhan keperawatan kepala. P : nyeri kepala, nyeri sangat
lansia dengan hipertensi. dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat dan minum
METODE PENELITIAN obat, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
dan kadang berputar, R : nyeri
Penelitian ini merupakan studi
menyebar ke leher, S : skala nyeri 5,
kasus. Pengambilan data dilakukan
T : nyeri hilang timbul.klien sudah 5
di Desa Pondok Rejo Wilayah Kerja
tahun mempunyai hipertensi dan
Puskesmas Tempurejo Jember pada
baru sekarang merasakan nyeri
Bulan Desember 2019. Populasi
kepala yang sangta mengganggu.
target penelitian ini adalah kelompok
Klien mengeluhkan kurang meresa
lansia dengan hipertensi. Variabel
cukup dengan jumlah jam tidur,
yang didapat adalah Asuhan
jumlah jam siang klien : - , jam tidur
Keperawatan pada Ny.J dengan
malam ± 2-3 jam, klien sering
hipertensi di Desa Pondok Rejo
menguap, raut muka klien tampak
Wilayah Kerja Puskesmas
tidak segar dan lemah, klien juga
Tempurejo Jember.
mengatakan 2 minggu yang lalu
Metodologi yang digunakan
terjatuh saat menyapu halaman
adalah pendekatan proses
Pemeriksaan fisik yang
keperawatan dengan tekhnik
dilakukan pada Ny. J dengan hasil
pengumpulan data melalui
4
TD 180/90 mmHg, Nadi 101 jonggok dan klien sering
x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 37.1º mengeluhkan nyeri kepala.
C, KU lemah, kulit kriput dan terasa
kasar, akral hangat, CRT < 3 detik, Pembahasan
pergerakan bola mata simetris, Beberapa data fokus
pengelihatan kurang jelas saat didadapatkan berdasarkan hasil
melihat jarak jauh, terdapat lingkar pengkajian yang telah dilakukan
hitam dibawah mata, tidak ada terhadap Ny. J yang pertama, yaitu
sekresi, jalan napas bersih, warna data subjektif : Ny. J mengatakan
bibir merah pucat, mukosa bibir sering merasakan nyeri kepala. P=
kering, gigi bersih dan menggunakan nyeri sangat dirasakan saat
gigi palsu. Dilakukan pemeriksaan berkatifitas dan berkurang saat
TUG dengan hasil 18 detik yang istirahat dan minum obat. Q= nyeri
artinya beresiko untuk jatuh, seperti ditusuk-tusuk. R : nyeri
pemeriksaan nutrisi dengan hasil 10 menyebar ke leher, S: skala nyeri 5,
yang artinya beresiko malnutrisi, T: nyeri hilang timbul. Data Data
pemeriksaan ADL dengan hasil 100 objektif: Ny. J tampak kurang rileks
yang artinya mandiri, pemeriksaan dan kurang segar, TD : 180/100
fungsi kognitif MMSE dengan hasil mmHg, N: 101x/menit, RR:
22 yang artinya mengalami 22x/menit. Dalam kasus diagnosa
gangguan kognitif sedang, utama yang ditegakkan yaitu nyeri
pemeriksaan SPMSQ dengan hasil 7 akut berhubungan dengan proses
yang artinya kerusakan intelektual penyakit. Diagnosa tersebut diangkat
sedang. karena klien mengeluhkan nyeri
Klien tinggal seorang diri kepala, nyeri kepala tersebut
dan melakukan seluruh kegiatan disebabkan oleh resistensi pembuluh
rumah tangga secara mandiri, klien darah otak meningkat akibat
mengkonsumsi obat Captopril 25 ml, hipertensi. Data fokus yang kedua
B1 50 mg dan Asam mefenamat 500 yang diperoleh adalah dengan data
mg. Keadaan lingkungan klien yang subjektif : Ny. J mengatakan tidak
mempengaruhi terjadinya resiko merasa cukup dengan jumlah jam
jatuh ialah klien menggunakan wc tidur, jumlah jam tidur siang:-,
5
jumlah jam tidur malam: 2-3 jam. normal pemeriksaan TUG yaitu 13
Data objektif: klien tampak kurang detik.
segar dan lemah, klien kurang rileks, Hasil penelitian ini sesuai
terdapat lingkar hitam dibawah mata dengan pernyataan yang dijelaskan
dan klien sering menguap. Diagnosa oleh Wijaya & Putri (2017) bahwa
kedua yang ditegakkan adalah komplikasi yang terjadi pada pasien
gangguan pola tidur berhubungan dengan hipertensi diantaranya adalah
dengan kurangnya kontor tidur. nyeri akut berhubungan dengan
Diagnosa tersebut diangkat karena peningkatan tekanan vaskuler
menurut data yang sudah ada jumlah serebral, gangguan pola tidur
jam tidur klien kurang dari jumlah berhubungan dengan nyeri. Maka
jam tidur normal yaitu 7-9 jam. Data diagnosa keperawatan pertama yang
fokus ketiga yang diperoleh adalah penulis ambil adalah nyeri akut
dengan data subjektif: Ny. J berhubungan dengan proses penyakit
mengatakan dua minggu yang lalu ditandai dengan adanya peningkatan
terjatuh saat menyapu halaman dan tekanan darah. Diagnosa kedua yang
hampir terpeleset saat hendak penulis ambil adalah gangguan pola
mencuci. Data objektif: klien tidur berhubungan dengan kurangnya
memiliki riwayat jatuh, hasil kontrol tidur ditandai dengan
pemeriksaat TUG: 18 detik, klien kurangnya jumlah jam tidur.
tinggal seorang diri dan klien Diagnosa ketiga yang penulis ambil
melakukan semua aktivitasnya adalah resiko jatuh berhubungan
sendiri, klien menggunakan wc dengan gangguan keseimbangan
jonggkok, dan klien sering ditandai dengan hasil pemeriksaan
mengeluhkan nyeri kepala. Diagnosa TUG 18 detik. Terdapat kesenjangan
ketiga yang ditegakkan adalah resiko antara teori dan kasus, menurut
jatuh berhubungan dengan gangguan Wijaya & Putri (2017) diagnosa yang
keseimbangan. Diagnosa tersebut muncul pada klien dengan hipertensi
diangkat karena hasil dari terdapat enam diagnosa diantaranya;
pemeriksaan TUG menyimpang dari nyeri berhubungan dengan
normal yaitu 18 detik yang artinya peningkatan tekanan vaskuler
beresiko untuk jatuh sedangankan serebral, risiko tinggi terhadap
6
penurunan curah jantung poal tidur berhubungan dengan
berhubungan dengan peningkatan kurangnya kontrol tidur rencana
afterload, intoleransi aktivitas tindakan yang dilakukan adalah kaji
berhubungan dengan kelemahan, pola tidur klien, identifikasi
resiko cidera, kurangnya penyebab gangguan tidur, ciptakan
pengetahuan berhubungan dengan lingkungan yang tenang, bersih,
kurangnya informasi, ansietas nyaman dan minimalkan gangguan,
berhungan dengan stresor. hindari suara keras dan penggunaan
Rencana tindakan keperawatan lampu saat tidur malam, anjurkan
terhadap diagnosis keperawatan yang melakukan perawatan sebelum
pertama antara lain manajemen nyeri memulai tidur misal hygine personal,
akut seperti seperti kaji nyeri secara baju tidur yang bersih, gunakan alat
komprehensif, observasi reaksi non bantu tidur misal air hangat untuk
verbal dan ketidaknyamanan, kompres, relaksasi otot atau massase
tentukan faktor yang dapat punggung, anjurkan relaksasi dan
mempengaruhi nyeri, kontrol distraksi, monitor jumlah tidur dan
lingkungan yang dapat tanda-tanda vital.
mempengaruhi nyeri seperti suhu Rencana tindakan keperawatan
ruangan, pencahayaan serta untuk diagnosa keperawatan ketiga,
kebisingan, anjurkan untuk istirahat, yaitu resiko jatuh berhubungan
ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dengan gangguan keseimbangan
untuk mengurangi nyeri, berikan adalah identifikasi perilaku dan
tindakan non farmakologi seperti faktor yang mempengaruhi resiko
kompres air dingin dan massase jatuh, anjurkan klien untuk
punggung, monitor skala nyeri, menggunakan alat bantu, anjurkan
tanda-tanda vital, berikan penjelasan klien dan keluaga untuk tidak
tentang penyebab nyeri dan cara menaruh benda sembarangan,
mengurangi nyeri, serta anjurkan klien dan keluarga untuk
berkolaborasi dengan tim medis menjaga agar lantai tidak basah dan
dalam pemberian obat. licin, monitoring TUG, tanda-tanda
Berkaitan dengan diagnosa vital, berikan edukasi untuk
keperawatan kedua, yaitu gangguan melakukan aktivitas yang ringan
7
untuk mengurangi resiko jatuh, serta nyeri dan ttv dan memberikan
kolaborasi dengan keluarga untuk edukasi pada klien penyebab dan
mengurangi resiko jatuh pada klien. cara mengurangi nyeri.
Dalam tahap pelaksanaan, Untuk diagnosa yang kedua
tindakan keperawatan yang yaitu gangguan pola tidur
dilakukan sesuai dengan rencana berhubungan dengan kurangnya
yang telah dibuat dan seluruh kontrol tidur ditandai dengan
tindakan keperawatan yang kurangnya jumlah jam tidur, penulis
dilakukan pada klien melakukan seluruh tindakan
didokumentasikan kedalam catatan keperawatan sesuai rencana yang
keperawatan. telah dibuat.
Dalam diagnosa yang pertama Untuk diagnosa yang ketiga
yaitu nyeri akut berhubungan dengan yaitu resiko jatuh berhubungan
proses penyakit ditandai dengan dengan gangguan keseimbangan
peningkatan tekanan darah, penulis ditandai dengan hasil pemeriksaan
tidak melakukan hasil kolaborasi TUG 18 detik, semua rencana
dalam pemberian obat captopril 25 tindakan keperawatan dapat
ml, B1 50 mg, asam mafenamat 500 direalisasikan secara nyata sesuai
mg karena klien sudah dengan rencana tindakan
mengkonsumsi obat tersebut dan keperawatan.
petugas kesehatan rutin untuk Faktor pendukung yang penulis
memberikan apabila obat sudah dapatkan adalah klien sangat
habis. Dan tindakan keperawatan kooperatif saat dilakukan tindakan
yang dapat dilakukan adalah keperawatan dan keluarga mau
melakukan pengkajian nyeri secara bekerja sama meskipun tidak tinggal
komprehensif, mengobservasi reaksi satu rumah. Tidak banyak
non verbal, menentukan faktor yang mengalami kesulitan karena sikap
dapat memperburuk nyeri, kooperatif klien dan juga keluarga
menganjurkan klien untuk sehingga tindakan keperawatan dapat
mengontrol lingkungan yang dapat terlaksana dengan baik.
mempengaruhi nyeri, menganjurkan Evaluasi hasil yang dilakukan
untuk istirahat, memonitoring skala pada tanggal 11, 13, 18, 19
8
Desember 2019 menggunakan melakukan evaluasi keperawatan
SOAP. Setelah dievaluasi dari ke 3 yaitu dengan kriteria hasil yang
diagnosa keperawatan pada kasus ny. sudah dibuat sebelumnya sehingga
J yang ada hanya 1 diagnosa dapat dapat dijadikan pedoman dalam
tertasi sebagian yaitu Resiko jatuh menentukan apakah tujuan tercapai
berhubungan dengan gangguan atau belum.
keseimbangan ditandai dengan hasil
pemeriksaan TUG 18 detik. KESIMPULAN DAN SARAN
Diagnosa ini hanya teratasi sebagian Kesimpulan
karena sesuai dengan kriteria hasil Asuhan keperawatan gerontik
yang dibuat hasil pemeriksaan TUG pada Ny. J dengan hipertensu yang
≤ 13 detik, tetapi pada pemeriksaan dilaksanakan di Desa Pondok Rejo
terakhir yang dilakukan pada klien Wilayah Kerja Puskesmas
hasilnya adalah 15 detik. Tempurejo Jember pada tanggal 10
Sedangkan untuk diagnosa yang Desember 2019. Hasil pengkajian
teratasi yaitu Diagnosa keperawatan yang didapatkan merumuskan
pertama Nyeri akut berhubungan diagnosis keperawatan, nyeri akut,
dengan proses penyakit ditandai gangguan pola tidur dan resiko jatuh.
dengan peningkatan tekanan darah. Saran
Diagnosa ini telah teratasi karena 1. Untuk klien dan keluarga
nyeri yang dirasakan klien berkurang a. Diharapkan klien mau
dan klien merasa nyaman dan rileks. memotivasi dirinya sendiri
Dan diagnosa keperawatan kedua untuk pola hidup yang lebih
Gangguan pola tidur berhubungan baik, misalnya mengurangi
dengan kurangnya kontrol tidur konsumsi garam, dan
ditandai dengan kurangnya jumlah berolahraga secara rutin, dan
jam tidur. Diagnosa ini telah teratasi juga meminimalkan aktivitas
karena jumlah pada jam tidur klien untuk mengurangi resiko-
sudah bertambah dan dalam batas resiko yang dapat terjadi.
normal. Anjurkan untuk selalu cek
Faktor pendukung yang status kesehatan ke tempat
menjadikan acuan bagi penulis saat pelayanan kesehatan terdekat.
9
b. Diharapkan keluarga mampu diharapkan setiap petugas
memberikan support yang waspada terhadap timbulnya
positif bagi klien demi tanda dan gejala awal
peningkatan status kesehatan hipertensi.
klien dan diharapkan keluarga c. Diharapkan semua petugas
ikut mengawasi klien guna kesehatan dapat memberikan
mencegah terjadinya pendidikan kesehatan kepada
komplikasi pada anggota klien yang telah sembuh dari
keluarga. perawatannya agar tidak
2. Untuk rekan-rekan mahasiswa terulang lagi.
a. Diharapkan rekan-rekan
mahasiswa yang lain dapat
lebih mempersiapkan diri baik
dari segi teori, skill, maupun
mental dalam menghadapi
klien agar dapat memberikan
konstribusi yang maksimal
bagi peningkatan status
kesehatan klien
b. Memberikan asuhan
keperawatan yang
komprehensif bagi klien
dengan melihat aspek bio-
psiko-sosial-spiritual.
3. Untuk petugas kesehatan
a. Untuk petugas kesehatan agar
tetap mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan klien
sesuai dengan protap tindakan
keperawatan yang sudah ada.
b. Mengingat banyaknya kasus
hipertensi yang terjadi, maka
10
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, D., & Martini, S. (2018). Hubungan Karakteristik dan Obesitas Sentral
dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 6
Nomor 1.
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswandi, Y. (2013). Seri Asuhan Keperawatan:
Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC.
Buss, J. S., & Labus, D. (2013). Buku Saku Patofisiologi Menjadi Sngat Mudah.
Dalam H. Hartanto. Jakarta: EGC.
11
12
Kemenkes, R. (2014). Situasi dan analisa usia lanjut. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Maryam, S., Ekasari, M. F., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2012). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya (Revisi 2 ed.). Jakarta: Selemba Medika.
12
13
Rohmah, N., & Walid, S. (2013). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Taat, S., Widayanti, E. D., Sukrillah, U. A.,
Kuswati, A. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET.
Tarigan, A. R., Lubis, Z., & Syarifah. (2016). Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan
Dukungan Keluarga Terhadap Diet Hipertensi di Desa Hulu Kecamatan
Pancur Batu. Jurnal Kesehatan.
13
14
14