Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

A. Kultur Bakteri
Bakteri penyebab penyakit pada umumnya merupakan hasil interaksi
dari beragam jaringan-jaringan tubuh.Namun bakteri jenis Staphylococcus
tidak hanya menginfeksi jaringan tubuhsecara langsung, melainkan menjadi
penyebab timbulnya penyakit secara tidak langsung dengan menghasilkan
racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan makanan dan toxic
shock syndrome.
Untuk mengetahui lebih jelasnya maka dilakukan uji kultur bakteri.
Yang dimana terdapat Media kultur bakteri. Yang merupakan suatu bahan
yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat – zat hara (nutrisi) yang digunakan
untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya. Selain itu,
media kultur mikroba dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan,
pengujian sifat – sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme. Dan
pada praktikum kali ini menggunakan BAP atau blood agar plate dengan
metode sebar yang memiliki tujuan untuk mengetahui jenis bakteri yang
terdapat pada sampel dahak yang digunakan.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan pada kali ini menggunakan
sampel dahak dengan metode sebar pada BAP atau Bloof Agar Plate. Setelah
itu dimasukkan ke dalam incubator selama 24 jam. Dan dapat dikatakan juga
metode ini metode yang cukup sederhana dan membutuhkan waktu yang lebih
cepat dari metode yang lainnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya metode yang kita gunakan
ini adalah metode sebar. Yang mana sampel dahak diletakkan dipermukaan
media agar , lalu disebar. Setelah itu diinkubasi di inkubator selama 24 jam.
Kemudian dilihat ada tidanya pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan
adanya koloni-koloni yang muncul pada permukaan media agar. Untuk satu
koloni mengandung sekitar 1 juta sel bakteri.
Pada praktikum ini didapatkan terbentuknya koloni yang terpisah dan
tidak dapat didefinisikan jenis bakterinya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor
bsia saja dari prosedur pemindahan dahak ke media, cara penyebarannya dan bisa
juga karena tidak sesuai dengan ptosedur yang ada.
B. Uji Sensitivitas Antibiotik
Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanantubuh,
namun adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik.
Antibiotikyang digunakan untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada
manusia, harus memilikisifat toksisitas selektif. Artinya antibiotik harus bersifat
toksik untuk mikroba, tetapi relatiftidak toksik untuk hospes. Toksisitas selektif
tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya
dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia,sehingga antibiotik
dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyaitoksisitas selektif
relatif tinggi.Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau
diperoleh dari berbagaispesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah
mampu menghambat pertumbuhanmikroorganisme lainnya.
Antibiotika tersebar di dalam alam dan memegang peranan pentingdalam
mengatur populasi mikroba dalam tanah, air, limbah, dan kompos. Antibiotika
inimemiliki susunan kimia dan cara kerja yang berbeda-beda sehingga masing-
masingantibiotika memiliki kuman standar tertentu. Dari sekian banyak
antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja yang cukup tidak
toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan.
Dan yang terakhir terkait dengan Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini
adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untuk kuman
penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis dan untuk
mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab
kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten
terhadap antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis
pengobatan dan akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul
terbunuh oleh antibiotik.
Pada praktikum uji sensitivitas ini kita sudah mengetahui sebelumnya
tujua dari uji ini untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten)
untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang kronis
dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Pada hasil yang didapatkan sesuai dengan hasil pengukuran dan
dibandingkan dengan tabel kriteria CLSI yang dimana untuk antibiotik A
didapatkan hasil sebesar 22 mm dan itu termasuk dalam kategori sensitive,
antibiotik B 20 mm termasuk kedalam intermediate, antibiotik C 50 mm termasuk
kedalam nilai sensitive dan antibiotik D sebesar 0 mm dan sudah dikatakan
nilainya itu resistensi.
Adapun Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji kepekaan, antara
lain ketebalan media, kekeruhan suspensi bakteri yang digunakan, konsentrasi
antibiotik yang digunakan, suhu dan lama inkubasi. Hasil dibaca dengan
mengukur diameter zona inhibisi yang terjadi setelah masa inkubasi (dalam mm).
Hasil pengukuran dicocokan dengan tabael CLSI untuk menentukan isolat
sensitive, intermediate atau resisten terhadap antibiotik yang diujikan.

Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang kami lakukan didapatkan hasil pada uji
kultur dahaknya terbentuk koloni dan untuk jenis bakterinya tidak dapat definisikan
karena tidak begitu jelas. Sedangkan untuk uji sensitivitas antibiotik itu didapatkan
hasil yang bervariasi ada yang sensitive, resistensi dan juga intermediate. Yang
dimana untuk antibiotik C menduduki nilai sensitifitas tertinggi sebesar 50 mm.
Dengan hasil diatas dapat dikatakan bahwa semuanya tergantung dari
pemeriksa dan prosedur yang dilakukan benar atau tidak. Karena itu sangat berefek
terhadap hasil yang didaptkan nantinya. Untuk itu sangat perlu diperhatikan hal-hal
tersebut. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan jenis bakteri dan obat yang
akan diberikan kepada pasien nantinya.

Anda mungkin juga menyukai