Anda di halaman 1dari 9

Buletin Peternakan Vol.

38(3): 132-140, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

KORELASI LINGKAR SKROTUM DENGAN BOBOT BADAN, VOLUME SEMEN, KUALITAS


SEMEN, DAN KADAR TESTOSTERON PADA KAMBING KEJOBONG MUDA DAN DEWASA

THE CORRELATIONS OF SCROTAL CIRCUMFERENCE AND BODY WEIGHT, SEMEN VOLUME,


SEMEN QUALITY AND TESTOSTERONE LEVELS OF YOUNG AND ADULT KEJOBONG BUCKS

Ono Syamyono*, Daud Samsudewa, dan Enny Tantini Setiatin


Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Kompleks drh. R. Soejono Koesoemowardojo, Tembalang,
Semarang, 50275

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi lingkar skrotum dengan bobot badan, volume semen, kualitas
semen, dan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda dan dewasa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Maret–Mei 2013 di Purbalingga, Semarang, dan Yogyakarta. Materi yang digunakan adalah 35 ekor kambing Kejobong
jantan, terbagi atas 2 kelompok umur, yaitu muda 20 ekor (8–12 bulan) dan dewasa 15 ekor (13–24 bulan). Variabel-
variabel yang diamati meliputi korelasi antar lingkar skrotum dengan bobot badan, volume semen, abnormalitas,
konsentrasi, morfologi, spermatozoa hidup, dan kadar testosteron. Kadar testosteron dianalisis menggunakan metode
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
lingkar skrotum dengan bobot badan pada kambing Kejobong muda sebesar r = 0,60 (P<0,05) dengan persamaan
regresi Y = -50,856 + 3,666X, namun tidak ada korelasi pada kambing Kejobong dewasa. Lingkar skrotum tidak
berkorelasi dengan volume, motilitas, konsentrasi, morfologi, dan spermatozoa hidup pada kambing Kejobong muda
dan dewasa. Lingkar skrotum berkorelasi negatif dengan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda sebesar
r = -0,66 (P<0,05) dengan persamaan regresi Y = 14,353 – 0,436X, namun tidak ada korelasi pada kambing Kejobong
dewasa. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lingkar skrotum berkorelasi positif dengan bobot badan dan
berkorelasi negatif dengan kadar testosteron pada kambing Kejobong muda. Lingkar skrotum tidak berkorelasi dengan
volume dan kualitas semen baik pada kambing Kejobong muda maupun dewasa.

(Kata kunci: Lingkar skrotum, Bobot badan, Kualitas semen, Kadar testosteron, Kambing Kejobong)

ABSTRACT

This research was aimed to determine the correlation between scrotal circumference and body weight, semen
volume, semen quality and testosterone level of young and adult Kejobong bucks. This study was conducted in
March–May 2013 in Purbalingga, Semarang and Yogyakarta. Materials used were 35 of Kejobong bucks, consisted of
20 heads of young (aged 8–12 months) and 15 heads of adult (aged 13–24 months) bucks. Variables observed were
correlation between scrotal circumference and body weight, semen volume, sperm motility, concentration, abnormality,
life spermatozoa and testosterone level. Testosterone level were measured using the Enzyme-linked Immunosorbent
Assay (ELISA) method. Results showed there was positive correlation between scrotal circumference and body weight
in young Kejobong r = 0.60 (P<0.05) with equation Y = -50.856 + 3.666X, but there was no correlation in adult bucks.
Scrotal circumference were not correlated with the volume, motility, concentration, abnormality and live sperm in
young and adult Kejobong bucks. Scrotal circumference had negative correlation with testosterone levels in young
Kejobong bucks r = -0.66 (P<0.05) with equation Y = 14.353 – 0.436X, but there was no correlation in adult ones. It
might be concluded that scrotal circumference had positive correlation with body weight and negative correlation with
testosterone level of young Kejobong bucks. However, scrotal circumference had no correlation with the volume and
semen quality of young and adult Kejobong bucks.

(Key words: Scrotal circumference, Body weight, Semen quality, Testosterone level, Kejobong bucks)

Pendahuluan lokal (kambing Kacang) dengan kambing


Peranakan Ettawa (PE), sedangkan berdasarkan
Kambing Kejobong merupakan salah satu ukuran-ukuran morfologi tubuh bagian luar
sumber daya genetik Jawa Tengah, tepatnya di menunjukkan bahwa ukuran tubuh kambing
kabupaten Purbalingga. Berdasarkan karakteristik Kejobong di antara kambing PE dan kambing
kualitatif dan kuantitatifnya kambing Kejobong Kacang (Sodiq, 2009). Ukuran tubuh kambing
merupakan hasil persilangan antara kambing Kejobong dengan umur yang sama lebih besar dari
_________________________________ kambing Kacang tetapi lebih kecil dari kambing PE.
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +62 81 320 690 042
E-mail: onosyam@gmail.com

132
Ono Syamyono et al. Korelasi Lingkar Skrotum dengan Bobot Badan, Volume Semen, Kualitas Semen

Pramono et al. (2005) menyatakan bahwa Materi dan Metode


kambing Kejobong memiliki beberapa keunggulan
yaitu sebagai berikut: 1) Warna spesifik yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
seragam yaitu hitam, sehingga sering disebut sampai Mei 2013, di Purbalingga, Semarang, dan
kambing Hitam Kejobong; 2) Mempunyai potensi Yogyakarta. Analisis semen secara makroskopis
jarak beranak (calving interval) yang pendek; 3) dan mikroskopis dilakukan di Purbalingga. Analisis
Mempunyai sifat beranak kembar dalam satu morfologi semen dilakukan di Laboratorium
kelahiran (prolifik). Sodiq (2009) menjelaskan Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi, Fakultas
bahwa kambing Kejobong yang memiliki proporsi Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,
warna tubuh dominan hitam ada 74,45%, sedangkan Semarang. Analisis kadar testosteron dilakukan di
yang memiliki warna hitam polos pada seluruh Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran
tubuhnya ada 56,49%. Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pelestarian dan pengembangan kambing Materi yang digunakan adalah 35 ekor
Kejobong bisa dilakukan dengan meningkatkan kambing Kejobong jantan yang terbagi atas 2
kualitas bibit yang dihasilkan melalui perkawinan kelompok umur, yaitu muda 20 ekor (8–12 bulan)
dengan jantan unggul. Pejantan memiliki peranan dan dewasa 15 ekor (13–24 bulan). Semua ternak
yang sangat strategis dalam menghasilkan penelitian dipelihara di Kelompok Tani Ternak
keturunan dan meningkatkan performa generasi yang ada di kecamatan Kejobong, Pengadegan, dan
berikutnya. Penilaian keunggulan seekor pejantan Bukateja kabupaten Purbalingga. Penelitian ini
dapat diduga berdasarkan ukuran testisnya. Besar menggunakan metode survei dan teknik penentuan
testis diukur dengan cara mengukur lingkar sampel menggunakan metode purposive sampling.
skrotum. Lingkar skrotum dapat digunakan sebagai Penentuan umur kambing dengan melihat
salah satu parameter untuk seleksi pejantan. Lingkar pergantian gigi seri.
skrotum berhubungan dengan potensi produksi Penimbangan bobot badan dilakukan satu kali
spermatozoa dan testosteron. Kostaman et al. pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan.
(2004) menyatakan bahwa ukuran testis ber- Penimbangan menggunakan timbangan badan
hubungan secara positif terhadap kualitas semen, kapasitas 50 kg dengan tingkat ketelitian 0,1 kg.
kemampuan pejantan untuk mengawini sejumlah Pengukuran LS dilakukan dua ulangan dengan
betina dan tingginya fertilitas. mengukur bagian terlebar dari skrotum pada posisi
Kemampuan pejantan mengawini betina ternak berdiri normal dengan menggunakan pita
berhubungan dengan libido yang dimiliki pejantan ukur. Penampungan semen dilakukan dua tahap.
tersebut yang dipengaruhi oleh kadar testosteron Tahap pertama dilakukan untuk memastikan
(Wahid dan Yunus, 1995). Testosteron juga pejantan mengeluarkan semen, tahap kedua
berperan dalam pematangan spermatozoa dalam dilakukan tiga sampai empat hari setelah
epididimis, pertumbuhan organ kelamin, dan sifat- penampungan tahap pertama. Semen pada
sifat kelamin sekunder (Toelihere, 1993); penampungan tahap kedua yang diamati secara
peningkatan kekuatan dan massa otot, penguatan makroskopis dan mikroskopis. Penampungan semen
dan pertumbuhan tulang (Pineda dan Dooley, 2003). dilakukan dengan menggunakan vagina buatan.
Soeparno (2005) menyatakan bahwa sekresi Pengukuran kadar testosteron dilakukan
testosteron yang tinggi menyebabkan sekresi terhadap plasma darah dari pejantan yang
androgen ikut naik, sehingga hormon ini ditampung semennya. Pengambilan sampel darah
menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat pada dilakukan satu kali pada pagi hari sesaat setelah
ternak jantan terutama setelah munculnya sifat ternak ditampung semennya pada tahap kedua.
kelamin sekunder. Sampel darah yang diambil sebanyak 5–10 ml
Mengingat peranan testis yang sangat penting menggunakan spuit kemudian dimasukkan ke dalam
dan untuk mengetahui pejantan kambing Kejobong tabung Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
unggul berdasarkan ukuran lingkar skrotum (LS) selanjutnya disentrifugasi dengan kecepatan 3500
maka informasi mengenai korelasi LS dengan bobot rpm selama 10 menit. Plasma darah yang diperoleh
badan, volume semen, kualitas semen, dan kadar dipindahkan ke dalam effendorf kemudian disimpan
testosteron pada kambing Kejobong penting untuk di dalam freezer. Analisis kadar testosteron meng-
diketahui. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan gunakan metode Enzyme-linked Immunosorbent
untuk mengetahui korelasi tersebut. Hasil penelitian Assay (ELISA).
ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Data yang diperoleh dianalisis secara
masyarakat dalam menduga pejantan kambing deskriptif dalam bentuk persentase, nilai rerata
Kejobong unggul berdasarkan ukuran LS. ± standar deviasi, dan analisis hubungan dengan uji
korelasi Pearsons dan regresi (Steel dan Torrie,

133
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 132-140, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

1993). Pengolahan data menggunakan bantuan yang sangat nyata terhadap panjang testis dengan
program SPSS versi 20.0. persamaan Y = 3,123 + 0,193X (r2 = 0,764) dan
umur berpengaruh nyata terhadap lebar testis
Hasil dan Pembahasan dengan persamaan Y = 2,420 + 0,113X (r2 = 0,414).
Koyuncu et al. (2005) melaporkan bahwa
Korelasi lingkar skrotum dengan bobot badan pada domba Kivircik muda terdapat korelasi sangat
Lingkar skrotum dapat digunakan sebagai nyata antara ukuran testis terhadap umur dan BB.
salah satu parameter untuk seleksi pejantan. Lingkar Korelasi antara panjang testis dengan umur sebesar
skrotum mempunyai hubungan yang positif dengan r = 0,818, korelasi antara panjang testis dengan BB
bobot badan (BB) dan erat hubungannya dengan sebesar r = 0,923, dan korelasi antara LS dengan
potensi produksi semen seekor pejantan. Hasil umur sebesar r = 0,722 sedangkan korelasi antara
analisis dengan uji t menunjukkan bahwa BB dan LS dengan BB sebesar r = 0,845. Hasil yang sejalan
LS antara kambing Kejobong muda dan dewasa dilaporkan Wahid dan Yunus (1991) pada kambing
berbeda nyata (P<0,05). Rerata BB dan ukuran LS Kacang, persilangan kambing Anglo Nubian X
kambing Kejobong muda dan dewasa disajikan Kacang dan persilangan kambing Saanen X
pada Tabel 1. Kacang, yang menyatakan bahwa korelasi antara LS
Perbedaan ini dapat dijelaskan karena adanya dengan BB berturut-turut sebesar 0,90; 0,88; dan
pengaruh perbedaan umur. Kambing Kejobong 0,88.
muda berumur 8–12 bulan, sedangkan kambing Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa ada
kejobong dewasa berumur 13–24 bulan. Pada umur korelasi antara LS dengan BB pada kambing
tersebut kambing Kejobong muda masuk masa Kejobong muda, dengan nilai koefisien korelasi
akhir pertumbuhan tulang, sedangkan pertumbuhan r = 0,60 dan koefisien determinasi r2 = 0,36. Nilai
otot yang melekat ditulang dan deposisi lemak koefisien korelasi (r = 0,60) tersebut termasuk
tubuhnya masih lambat, sehingga bobot badannya sedang, artinya keeratan hubungan antara LS (X)
masih rendah. Kambing Kejobong dewasa pada dengan BB (Y) adalah sedang. Koefisien
umur tersebut, pertumbuhan otot yang melekat determinasi r2 = 0,36, artinya variasi BB (Y) dapat
ditulang sudah mencapai 80–90% dan deposisi diterangkan oleh LS (X) sebesar 36%, menurut
lemak tubuhnya terjadi secara cepat, sehingga bobot persamaan regresi yang diperoleh dari hasil analisis.
badannya lebih berat. Judge et al. (1989) Variasi BB lainnya sebesar 64% ditentukan oleh
menyatakan bahwa saat kecepatan pertumbuhan faktor selain LS. Hasil penelitian ini sejalan dengan
mendekati konstan, kemiringan kurva pertumbuhan penelitian Kostaman et al. (2004) pada kambing
hampir tidak berubah, dalam hal ini pertumbuhan jantan muda berumur kurang lebih 11 bulan yang
otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, melaporkan adanya korelasi sangat kuat dan sangat
sedangkan penggemukan (fattening) mulai diper- signifikan antara LS dengan BB, dengan koefisien
cepat. Pertumbuhan tahap lambat terjadi pada saat korelasi r = 0,99. Koefisien korelasi, koefisien
kedewasaan tubuh telah tercapai. determinasi dan persamaan regresi antara LS
Perbedaan ukuran LS antara kambing dengan BB kambing kejobong muda dan dewasa
Kejobong muda dan dewasa menunjukkan bahwa disajikan pada Tabel 2.
testis kambing Kejobong muda masih dalam masa Korelasi antara LS dengan BB pada kambing
pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan otot dan Kejobong dewasa menunjukkan tidak ada korelasi
pertambahan umur. Judge et al. (1989) menyatakan (r = -0,02) (Tabel 2). Hal ini dapat dijelaskan bahwa
bahwa selama pertumbuhan dan perkembangan pada kambing Kejobong dewasa umur 13–24 bulan
serta peningkatan bobot badan terjadi perubahan- dengan rerata BB 37,83±5,95 kg, pada umur
perubahan komponen tubuh. Berdasarkan konsep tersebut pertambahan BB ternak lebih banyak
pertumbuhan ini, maka setiap kenaikan bobot badan dipengaruhi oleh deposisi lemak. Pada umur dewasa
menyebabkan perubahan proporsi organ dan tubuh pertumbuhan organ dan tulang sudah
jaringan seperti tulang, otot, dan lemak. optimum, pertumbuhan otot sudah berkurang dan
Knight et al. (1984) menyatakan bahwa deposisi lemak terjadi secara cepat (Judge et al.,
ukuran testis berkorelasi dengan bobot badan sesuai 1989). Sumardianto et al. (2013) melaporkan bahwa
dengan bertambahnya umur sampai umur tertentu. meat bone ratio kambing Kejobong jantan umur
Pertambahan umur ternak akan mempengaruhi lebih dari 1 tahun (poel 1) adalah 2,87 dengan
pertambahan ukuran LS. Ukuran LS akan terus persentase tulang 26,01% dari bobot karkas.
bertambah dan mencapai ukuran dan besar yang Semakin besar angka meat bone ratio menunjukkan
maksimum pada saat ternak mencapai umur komposisi daging, lemak dan jaringan ikat pada
tertentu. Hasil penelitian Samsudewa dan Purbowati karkas ternak tersebut semakin besar dibandingkan
(2006) pada domba lokal umur 3, 5, 7, dan 9 bulan komposisi tulangnya.
menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh

134
Ono Syamyono et al. Korelasi Lingkar Skrotum dengan Bobot Badan, Volume Semen, Kualitas Semen

Tabel 1. Bobot badan dan ukuran lingkar skrotum kambing Kejobong muda dan dewasa (rerata ± standar
deviasi) (body weight and scrotal circumference of young and adult Kejobong bucks (mean ± standard
deviation))

Kambing Kejobong jantan (Kejobong buck)


Variabel (variable) Muda (young) Dewasa (adult)
(n=20) (n=15)
b
Bobot badan (kg) (body weight (kg)) 32,52±5,58 37,83±5,95a
Lingkar skrotum (cm) (scrotal circumference (cm)) 22,73±0,93b 24,06±1,39a
a,b
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) (different superscripts at
the same row indicate significant differences (P<0.05)).

Tabel 2. Koefisien korelasi dan persamaan regresi lingkar skrotum dengan bobot badan kambing Kejobong
muda dan dewasa (coefficient of correlation and regression equations of scrotal circumference and body
weight of young and adult Kejobong bucks)

Kambing Kejobong jantan (Kejobong buck)


Korelasi lingkar skrotum dengan bobot badan (correlation
of scrotal circumference with a body weight) Muda (young) Dewasa (adult)
(n=20) (n=15)
Koefisien korelasi (coefficient of correlation) (r) 0,60* -0,02
Koefisien determinasi (coefficient of determination) (r2) 0,36 0,00
Persamaan regresi (regression equations) Y = -50,856 + 3,666X -
* Ada korelasi dan berbeda nyata (P<0,05) (there was a correlation and significant different (P<0.05)).

Dengan demikian BB pada kambing Kejobong dengan konsistensi sangat kental (Tabel 3). Hal ini
dewasa tidak berhubungan dengan faktor ukuran sejalan dengan pendapat Ax et al. (2000) yang
LS, tetapi dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya menyatakan bahwa semen kambing berwarna putih
adalah kecepatan deposisi lemak. Kecepatan keabu-abuan sampai krem, dengan volume ejakulasi
deposisi lemak tiap individu berbeda-beda antara 0,5–1,2 ml. Toelihere (1993) menyatakan
dipengaruhi oleh faktor genetik, pakan, dan bahwa semen segar domba yang berwarna krem dan
manajemen. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya kental menunjukkan tingginya konsentrasi
variasi BB pada kambing Kejobong dewasa. spermatozoa, sedangkan semen segar yang ber-
Tingginya variasi BB tersebut pada kambing warna seperti air susu dan tingkat kekentalan encer
Kejobong (CV=15%) diantaranya akibat kecepatan menunjukkan konsentrasi spermatozoa yang rendah.
deposisi lemak tiap individu yang berbeda-beda. Rerata pH semen segar kambing Kejobong
muda dan dewasa yaitu 6,41±0,67 dan 6,48±0,17
Volume, kualitas semen, dan kadar testosteron (Tabel 3). Nilai pH semen segar domba yang
kambing Kejobong muda dan dewasa normal yaitu 5,9–7,3 (Garner dan Hafez, 2000),
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak sedangkan nilai pH semen segar kambing PE yaitu
terdapat perbedaan volume semen kambing 6,60±0,15 (Ariantie et al., 2013). Semen dengan
Kejobong muda dan dewasa. Volume semen hasil pH 6,8 menunjukkan fertilitas yang lebih baik
penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dibandingkan dengan pH 7,3 dan 7,8 (Hastono et
dengan hasil penelitian Hanum et al. (2012) yang al., 2001). Hasil penelitian ini relatif sama dengan
melaporkan bahwa volume semen kambing penelitian Hanum et al. (2012) yang melaporkan
Kejobong muda dan dewasa berturut-turut yaitu bahwa pH semen segar kambing Kejobong muda
0,87±0,14 ml dan 0,60±0,20 ml. Hasil penelitian dan dewasa adalah 6,52±0,16 dan 6,52±0,16.
Kaya et al. (2002) melaporkan bahwa frekuensi Terjadinya penurunan dan kenaikan pH disebabkan
ejakulasi berpengaruh terhadap volume semen dan oleh akumulasi asam laktat hasil metabolisme
konsentrasi spermatozoa. Rerata volume semen, secara anaerob. Peningkatan pH juga disebabkan
kualitas semen dan kadar testosteron kambing oleh kontaminasi bakteri atau banyaknya
kejobong muda dan dewasa disajikan pada Tabel 3. spermatozoa yang mati sehingga membentuk
Hasil pengamatan secara makroskopis amoniak (Toelihere, 1993).
terhadap warna semen segar kambing Kejobong Motilitas spermatozoa pada semen segar
muda dan dewasa secara umum berwarna krem kambing Kejobong muda dan dewasa menunjukkan
135
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 132-140, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

motilitas yang tinggi yaitu sebesar 82,00±8,33% abnormalitas spermatozoa 8–10% tidak memberi
dan 85,00±5,40% (Tabel 3). Hasil ini lebih tinggi pengaruh yang cukup berarti bagi fertilitas, namun
dari pendapat Garner dan Hafez (2000) yang jika abnormalitas lebih dari 25% dari satu ejakulat
menyatakan bahwa motilitas spermatozoa pada maka penurunan fertilitas tidak dapat diantisipasi.
semen segar domba mempunyai rerata sekitar Dengan demikian, semen kambing Kejobong muda
60–80%. Ax et al. (2000) menyatakan bahwa dan dewasa dapat dikategorikan memiliki morfologi
persentase motilitas spermatozoa normal agar dapat yang baik.
diolah lebih lanjut adalah di atas 70%. Hasil Hasil pengamatan spermatozoa hidup pada
penelitian ini juga lebih tinggi dari hasil penelitian kambing Kejobong muda dan dewasa berturut-turut
Hanum et al. (2012) yang melaporkan bahwa adalah 80,53±7,69% dan 82,58±6,84%. Hasil
motilitas progresif spermatozoa semen segar penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan
kambing Kejobong muda dan dewasa berturut-turut dengan persentase spermatozoa hidup kambing PE.
sebesar 60,16±4,26% dan 56,43±6,51%. Ariantie et al. (2013) melaporkan bahwa persentase
Konsentrasi spermatozoa semen segar spermatozoa hidup pada kambing PE adalah
kambing Kejobong muda dan dewasa berturut-turut 84,90±4,37%.
adalah 5,17±1,06 x 109 spermatozoa/ml dan Kadar testosteron antara kambing Kejobong
5,77±1,21 x 109 spermatozoa/ml (Tabel 3). muda dan dewasa menunjukkan tidak ada
Tingginya konsentrasi spermatozoa tersebut ber- perbedaan dengan kadar testosteron berturut-turut
hubungan dengan warna dan konsistensi semen. sebesar 17,11±7,59 ng/ml dan 14,27±7,59 ng/ml.
Hasil penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Hasil ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Hanum et al. (2012) yang melaporkan bahwa kadar testosteron pada domba Garut dan domba
konsentrasi spermatozoa semen segar kambing Racka. Hastono dan Arifin (2006) melaporkan
Kejobong muda dan dewasa berturut-turut sebesar bahwa rerata kadar testosteron domba Garut adalah
7,94±2,21 x 109 spermatozoa/ml dan 5,89±1,49 x 3,46±3,2 ng/ml dengan kadar terendah
109 spermatozoa/ml. 0,64–9,55 ng/ml. Hasil penelitian Sarlos et al.
Abnormalitas adalah persentase banyaknya (2013) pada kambing Racka, melaporkan bahwa
spermatozoa yang morfologinya abnormal di- konsentrasi testosteron plasma darah terendah
bandingkan dengan spermatozoa yang morfologinya (2,31±0,14 ng/ml) diukur pada musim dingin dan
normal. Hasil penelitian menunjukkan abnormalitas tertinggi pada musim gugur (17,81±0,7 ng/ml).
spermatozoa kambing Kejobong muda dan dewasa Faktor yang mempengaruhi kadar testosteron dalam
berturut-turut adalah 6,58±2,87% dan 6,01±2,17%. darah adalah bangsa, tipe kelahiran, dan umur
Bearden dan Fuquay (1997) menyatakan bahwa (Langford et al., 1998); musim, lamanya siang dan

Tabel 3. Volume semen, kualitas semen dan kadar testosteron kambing Kejobong muda dan dewasa (semen
volume, semen quality and testosterone levels of young and adult Kejobong buck)

Kambing Kejobong jantan (Kejobong buck)


Variabel (variable) Muda (young) Dewasa (adult)
(n=20) (n=15)
Volume semen (ml) (semen volume (ml)) 0,62±0,24 0,50±0,21
Warna (color):
- Putih susu (%) (milky-white (%)) 10,00 6,70
- Krem (%) (creamy (%)) 90,00 93,30
Konsistensi (consistency):
- Encer (%) (liquid (%)) 5,00 6,70
- Kental (%) (thick (%)) 30,00 13,30
- Sangat kental (%) (thickest (%)) 65,00 80,00
pH 6,41±0,67 6,48±0,17
Motilitas (%) (motility (%)) 82,00±8,33 85,00±5,40
Konsentrasi (x 109 spermatozoa/ml) (concentration 5,17±1,06 5,77±1,21
(x 109 spermatozoa/ml))
Abnormalitas (%) (abnormality (%)) 6,58±2,87 6,01±2,17
Spermatozoa hidup (%) (live sperm (%)) 80,53±7,60 82,58±6,84
Kadar testosteron (ng/ml) (testosterone levels (ng/ml)) 17,11±7,59 14,27±7,59

136
Ono Syamyono et al. Korelasi Lingkar Skrotum dengan Bobot Badan, Volume Semen, Kualitas Semen

malam (circadian rythms), frekuensi pengambilan, dan konsentrasi spermatozoa menunjukkan korelasi
ada tidaknya stimulasi seksual serta sensitivitas dan yang lemah hingga sedang dan tidak berbeda nyata
tingkat ketelitian dari metode yang digunakan pada kambing Kejobong. Hasil yang berbeda
(Pineda dan Dooley, 2003). dilaporkan oleh Kostaman et al. (2004) yang
Hasil penelitian volume semen, pH, motilitas, menyatakan bahwa kambing jantan muda umur ±11
konsentrasi, abnormalitas, sperma hidup, dan kadar bulan, hubungan antara LS dengan volume semen,
testosteron antara kambing Kejobong muda dan motilitas dan konsentrasi spermatozoa menunjukkan
dewasa menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini hubungan yang sangat nyata (P<0,01) dengan
menunjukkan bahwa produksi dan kualitas semen koefisien korelasi (r) berturut-turut 0,98; 0,99 dan
kambing Kejobong muda dan dewasa relatif sama. 0,91. Perbedaan hasil penelitian ini dimungkinkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian karena perbedaan bangsa kambing.
Hanum et al. (2012) yang menyatakan bahwa Tidak adanya pengaruh LS terhadap volume
kualitas semen kambing Kejobong muda dan semen karena volume semen dipengaruhi oleh
dewasa tidak berbeda nyata kecuali pada parameter kandungan plasma semen yang disekresikan oleh
volume semen. kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap dan
epididimis. Keberadaan kelenjar-kelenjar kelamin
Korelasi lingkar skrotum dengan volume semen, pelengkap tersebut berada di luar testis, sehingga
kualitas semen, dan kadar testosteron tidak mempengaruhi ukuran testis. Toelihere (1993)
Hasil penelitian (Tabel 4) menunjukkan menyatakan bahwa sekitar 90% volume semen
bahwa korelasi LS dengan volume semen, motilitas, terdiri dari plasma semen.
konsentrasi spermatozoa, dan kadar testosteron Lingkar skrotum yang besar diasumsikan
menunjukkan korelasi yang lemah (r<0,50) dan memiliki sel sertoli yang lebih banyak sehingga
tidak berbeda nyata, kecuali korelasi LS dengan akan meningkatkan motilitas spermatozoa karena
kadar testosteron pada kambing Kejobong muda banyaknya nutrisi yang disediakan oleh sel sertoli,
menunjukkan adanya korelasi yang sedang namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran
(r = -0,66) dan berbeda nyata (P<0,05). Lemahnya LS tidak berkorelasi dengan motilitas spermatozoa.
hubungan antara LS dengan volume semen dan Garner dan Hafez (2000) menyatakan bahwa
kualitas semen pada kambing Kejobong muda dan motilitas spermatozoa sangat dipengaruhi oleh
dewasa menunjukkan bahwa pengaruh LS terhadap panas yang berlebihan dan keberadaan benda asing
volume semen dan kualitas semen adalah kecil dan serta bahan-bahan kimia yang dapat mengganggu
secara statistik tidak ada pengaruhnya. kelangsungan hidup spermatozoa. Ada dua faktor
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang yang mempengaruhi tingkat motilitas spermatozoa,
dilaporkan oleh Hastono dan Arifin (2006) yang yaitu faktor endogen (usia, maturasi spermatozoa,
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara ketersediaan energi, dan kemampuan bertahan
LS dengan volume semen, konsentrasi spermatozoa terhadap benda asing) dan faktor eksogen
pada domba Garut. Hal yang sama juga (lingkungan, stimulasi, dan inhibitor).
disampaikan oleh Samsudewa et al. (2012) bahwa Lingkar skrotum yang besar juga di-
korelasi antara ukuran testis dengan volume semen asumsikan memiliki sel leydig yang lebih banyak

Tabel 4. Koefisien korelasi lingkar skrotum dengan volume semen, kualitas semen, dan kadar testosteron
kambing Kejobong muda dan dewasa (coefficient correlation of scrotal circumference with semen volume,
semen quality and testosterone levels of young and adult Kejobong buck)

Koefisien korelasi kambing Kejobong jantan


(coefficient of correlation Kejobong buck) (r)
Hubungan/korelasi (correlation)
Muda (young) Dewasa (adult)
(n=20) (n=15)
Lingkar skrotum-volume semen (scrotal 0,23
-0,01
circumference-semen volume)
Lingkar skrotum-motilitas (scrotal circumference- 0,25 0,27
motility)
Lingkar skrotum-konsentrasi (scrotal circumference- -0,41 -0,31
concentration)
Lingkar skrotum-kadar testosteron (scrotal -0,66* 0,27
circumference-testesterone levels)
* Ada korelasi dan berbeda nyata (P<0,05) (there was a correlation and significant different (P<0.05)).

137
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 132-140, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

sehingga lebih banyak memproduksi testosteron Kesimpulan


yang akan meningkatkan pembentukan
spermatozoa, namun hasil penelitian menunjukkan Lingkar skrotum kambing Kejobong muda
bahwa LS tidak berkorelasi dengan konsentrasi berkorelasi positif dengan bobot badan dan
spermatozoa. Hal ini dapat dijelaskan karena berkorelasi negatif dengan kadar testosteron
tingginya kadar testosteron selain meningkatkan sedangkan dengan volume dan kualitas semen tidak
produksi spermatozoa juga meningkatkan sekresi berkorelasi. Lingkar skrotum kambing Kejobong
cairan plasma semen. Jika sekresi cairan plasma dewasa tidak berkorelasi dengan bobot badan,
semen meningkat maka volume semen ikut volume semen, kualitas semen, dan kadar
meningkat akibatnya konsentrasi spermatozoa testosteron.
dalam ejakulat menjadi menurun. Toelihere (1993)
menyatakan bahwa kelenjar kelamin pelengkap dan Ucapan Terima Kasih
epididimis mensekresikan cairan plasma semen
karena adanya pengaruh testosteron dari testis. Hal Penulis mengucapkan terima kasih kepada
ini terbukti pada jantan yang dikastrasi, unsur-unsur Balitbangda Provinsi Jawa Tengah dan
organik spesifik termasuk fruktosa, asam sitrat, Laboratorium Genetika, Pemuliaan dan Reproduksi,
sorbitol, inositol, glycerylphosphoryl-choline Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP atas
(GPC), ergothioneine dan prostaglandin, meng- pendanaan penelitian; Laboratorium Fisologi,
hilang dari plasma semen dan muncul kembali Fakultas Kedokteran Hewan, UGM; Dinas
setelah testosteron disuntikkan kepada ternak jantan Peternakan dan Perikanan Kab. Purbalingga;
tersebut. Penyuluh Peternakan, Ketua dan anggota Kelompok
Korelasi LS dengan kadar testosteron pada Tani Ternak (KTT) di kecamatan Kejobong,
kambing Kejobong muda menunjukkan korelasi Pengadegan dan Bukateja; Kepala Desa
yang sedang (r = -0,66) dan berbeda nyata (P<0,05) Pangempon, Ibu Suparmi, atas akomodasi dan
(Tabel 4) dengan persamaan regresi Y = 14,353 – fasilitasnya.
0,436X. Ukuran LS pada kambing Kejobong muda
berbanding terbalik dengan kadar testosteron. Hal Daftar Pustaka
ini dapat dijelaskan karena pada kambing Kejobong
muda (umur 8–12 bulan) organ kelamin dan Ariantie, O. S., T. L., Yusuf, D. Sajuthi, dan R. I.
kelenjar kelamin pelengkapnya sedang tahap Arifiantini. 2013. Pengaruh krioprotektan
pertumbuhan. Jika ukuran testisnya masih kecil gliserol dan dimethilformamida dalam
maka kadar testosteron dalam darahnya tinggi dan pembekuan semen kambing Peranakan
sebaliknya. Toelihere (1993) menyatakan bahwa Etawah menggunakan pengencer tris
pada kambing jantan umur pubertas (7–12 bulan) modifikasi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
hormon-hormon adenohipofisa (FSH dan LH/ICSH) 18: 239-250.
akan merangsang sel leydig dalam testis untuk Ax, R. L., M. R. Dally, B. A. Didion, R. W. Lenz,
mensintesis hormon testosteron. Pelepasan hormon C. C. Love, D. D. Varner, B. Hafez and M. E.
testosteron dalam darah menyebabkan pertumbuhan Bellin. 2000. Semen evaluation. In:
organ reproduksi dan sifat-sifat kelamin sekunder. Reproduction in Farm Animals. 7th ed. B.
Samsudewa dan Purbowati (2006) menyatakan Hafez and E. S. E. Hafez (eds). Lippincott
bahwa perkembangan organ reproduksi dipengaruhi Williams & Wilkins, Philadelphia. Pp: 365-
oleh testosteron seiring bertambahnya umur sampai 375.
umur tertentu. Bearden, H. J. and J. W. Fuquay. 1997. Applied
Korelasi LS dengan kadar testosteron pada Animal Reproduction. 4th ed. Prentice Hall.
kambing Kejobong dewasa menunjukkan korelasi Upper Saddle. New Jersey.
yang lemah (r = 0,27) dan tidak berbeda nyata Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2000.
(Tabel 4). Tidak adanya hubungan antara LS Spermatozoa and seminal plasma. In:
dengan kadar testosteron pada kambing Kejobong Reproduction in Farm Animals. 7th ed. B.
dewasa menunjukkan bahwa kadar testosteron tidak Hafez and E. S. E. Hafez (eds). Lippincott
dipengaruhi oleh ukuran LS. Hal ini karena pada Williams & Wilkins, Philadelphia. Pp: 96-
kambing Kejobong dewasa pertumbuhan testis dan 109.
kelenjar kelamin pelengkap lainnya sudah hampir
sempurna, sehingga pertambahan ukuran LS-nya
sangat lambat. Testosteron yang dihasilkan oleh
kambing dewasa sebagian besar digunakan dalam
proses spermatogenesis.

138
Ono Syamyono et al. Korelasi Lingkar Skrotum dengan Bobot Badan, Volume Semen, Kualitas Semen

Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Pineda, M. H. and M. P. Dooley. 2003. Veterinary


Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo. 2012. Endocrinology and Reproduction. 5th ed.
Perbandingan kualitas semen kambing Blackwell Publishing. Iowa.
Kejobong dan kambing Kacang di Jawa Pramono, D., Muryanto, Subiharta, D. Asih, D. W.
Tengah. Prosiding Seminar Nasional Purwanti, S. W. Nugroho, H. Santoso,
Peternakan Berkelanjutan ke-4. Fakultas Suyono, T. Prasetyo, C. Setiani, dan D. W.
Peternakan, Universitas Padjajaran. Bandung. Yuwono. 2005. Sumberdaya hayati ternak
Hastono dan J. Arifin. 2006. Pengaruh lingkar lokal Jawa Tengah. Laporan Kerjasama
skrotum terhadap kandungan testosteron, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah
volume semen dan konsentrasi sperma domba dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Garut. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Jawa Tengah. Semarang. (Tidak
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dipublikasikan).
dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Samsudewa, D. dan E. Purbowati. 2006. Ukuran
Hastono, I. Inounu, dan N. Hidayati. 2001. organ reproduksi domba lokal jantan pada
Karakteristik semen dan tingkat libido domba umur yang berbeda. Prosiding Seminar
persilangan. Prosiding Seminar Nasional Nasional Teknologi Peternakan dan
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Veteriner. Pusat Penelitian dan
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pengembangan Peternakan. Bogor.
Bogor. Samsudewa, D., E. Kurnianto, E. T. Setiatin,
Ismaya. 1993. Hubungan antara besar skrotum Sutopo, E. Purbowati, A. N. Hanum, S. B.
dengan volume semen, motilitas dan Wibowo, dan K. A. Permana. 2012.
konsentrasi spermatozoa pada domba lokal. Hubungan ukuran organ reproduksi dan
Buletin Peternakan 17: 34-37. kualitas semen kambing Kacang dan kambing
Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forrest, H. B. Kejobong. Prosiding Seminar Nasional
Hedrick and R. A. Merkel. 1989. Principles Peternakan Berkelanjutan ke-4. Fakultas
of Meat Science. Kendall/Hunt Publishing Peternakan, Universitas Padjajaran. Bandung.
Co. Iowa. Sarlos, P., I. Egerszegi, O. Balogh, A. Molnar, S.
Kaya, A., M. Aksoy and T. Tekeli. 2002. Influence Cseh and J. Ratky. 2013. Seasonal changes of
of ejaculation frequency on sperm scrotal circumference, blood plasma
characteristics, ionic composition and testosterone concentration and semen
enzymatic activity of seminal plasma in rams. characteristics in Racka rams. J. Small Rum.
J. Small Rum. Res. 44: 153-158. Res. 111: 90-95.
Knight, S. A., R. L. Baker, D. Gianola and J. B. Sodiq, A. 2009. Karakterisasi sumberdaya kambing
Gibb. 1984. Estimates of heritabilities and of lokal khas Kejobong di Kabupaten
genetics and phenotypic correlations among Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. J.
growth and reproductive traits in yearling Agrivet. 9: 31-37.
Angus bulls. J. Anim. Sci. 58: 887-893. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Edisi
Kostaman, T., M. Martawidjaja, I. Herdiawan, dan ke-4. Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
I. K. Sutama. 2004. Hubungan antara lingkar Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan
skrotum dengan bobot badan, volume semen, Prosedur Statistika. (Diterjemahkan oleh B.
motilitas progresif dan konsentrasi Sumantri). PT. Gramedia. Jakarta.
spermatozoa pada kambing jantan muda. Sumardianto, T. A. P., E. Purbowati, dan Masykuri.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi 2013. Karakteristik karkas kambing Kacang,
Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian kambing Peranakan Ettawa dan kambing
dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Kejobong jantan pada umur satu tahun. J.
Koyuncu, M., S. K. Uzun and S. Duru. 2005. Anim. Agri. 2: 175-182.
Development of testicular dimensions and Toelihere, M. R. 1993. Fisiologi Reproduksi pada
size, and their relationship to age and body Ternak. Angkasa. Bandung.
weight in growing Kivircik (western thrace) Wahid, A. S. and J. M. Yunus and M. Ariffiri. 1991.
ram lambs. Czech. J. Anim. Sci. 50: 243-248. Seasonality in libido and semen production in
Langford, G. A., J. N. B. Sheretha, L. M. Sanford temperate rams. Proceeding Livestok and
and G. J. Marcus. 1998. Reproductive Feed Development in the Tropics. Malang.
hormone levels of early postpubertal ram Wahid, A. S. and J. M. Yunus. 1994. Correlation
lambs in relation to breed, adult testis size betweeen testicle measurement and libido and
and semen quality. J. Small Rum. Res. 29: semen quality in ram. Asian-Aust. J. Anim.
225-231. Sci. 7: 175-178.

139
Buletin Peternakan Vol. 38(3): 132-140, Oktober 2014 ISSN 0126-4400

Wahid, A. S. and J. M. Yunus. 1995. Level of


testosterone in blood plasma of selected rams.
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 8: 582-585.

140

Anda mungkin juga menyukai