Anda di halaman 1dari 8

Tugas Teori Diplomasi

PROPAGANDA DAN DIPLOMASI DALAM RANAH KEPENTINGAN NEGARA


Rizqa Deni Fathanah1
Rizqadf04@gmail.com

Abstract
This article purpose is describing scope of propaganda and diplomacy in state
interest. The coming of propaganda and diplomacy make change some activities and
orientations in this field. Diplomacy and propaganda play such an important role in
the affairs of state. They were taking crucial thing to reach what the country needs so
it makes the country be the better one in the world.
The method used in this article is literature study related to international
diplomacy, global diplomacy and international relations. The results of this study are
so many influences between propaganda and diplomacy in important level for a
country. There is many approach to propaganda and diplomacy to reach state
interest especially for people’ needs in the country. The last one, the writer explores
the position and function of propaganda and diplomacy in state interest.

Pendahuluan
Dalam praktik diplomasi dewasa ini, propaganda memainkan peranan yang
sangat penting. Sebab, hubungan internasional masih diliputi dengan konflik
kepentingan antara satu negara dan yang lain, baik secara terbuka maupun
terselubung. Dalam menghadapi konflik, peran propaganda tidak kalah penting
dengan diplomasi. Bahkan, peran keduanya kerap dilakukan secara beriringan.
Propaganda sebagai salah satu bidang kajian komunikasi internasional tidak terlepas
dari diplomasi dan jurnalisme serta komunikasi massa pada umumnya. Pada masa
lalu, propaganda kerap digunakan dalam perang atau untuk memperluas wilayah
pengaruh sebuah negara serta misi-misi kolonialisme.
Pada masa kini, propaganda masih digunakan untuk tujuan sama dengan modus
dan medan berbeda, termasuk medan diplomasi. Pertahanan negara pada masa kini
belum memadai jika hanya mengandalkan kekuatan militer belaka. Pertahanan
1
Mahasiswa HI 19
Tugas Teori Diplomasi

dikatakan cukup bila sebuah negara memiliki kemampuan diplomasi serta agenda
propaganda yang mampu menjawab tantangan yang dihadapi dalam berbagai aspek
komunikasi hubungan internasional.
Tantangan tersebut tidak ringan karena pola hubungan internasional masih
dihadapkan pada paradigma kekuatan dan kelemahan, seperti tampak pada polarisasi
pusat pinggiran. Selain itu, propaganda juga kerap dirancang lebih sebagai trik atau
tipuan untuk menggiring target masuk dalam perangkap propagandis. Propaganda dan
diplomasi pada dasarnya adalah upaya sengaja dan sistematis dengan memanfaatkan
media komunikasi untuk mempengaruhi publik agar bereaksi sesuai dengan yang
diinginkan sang propagandis. Dalam pemahaman ini, propaganda tidak dengan
sendirinya melibatkan pengertian menipu atau menggunakan fakta yang tidak benar.
Karena itulah propaganda yang beiringan dengan diplomasi akan menghadirkan fakta
yang benar.

Pembahasan
Propaganda merupakan suatu usaha terorganisasi untuk menyebar luaskan suatu
kepercayaan atau opini.2 propaganda adalah suatu usaha yang sistematis dan
terencana yang dilakukan secara berulang-ulang dalam menyebarkan pesan guna
mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa untuk mengubah sikap, pandangan,
pendapat dan tingkah laku agar melaksanakan kegiatan tertentu dengan kesadaran
sendiri tanpa paksa atau dipaksa.3
Propaganda adalah usaha sistematis untuk mempengaruhi pikiran, emosi dan
tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum. Propaganda ditujukan
kepada rakyat negara tersebut, bukan pemerintahnya. Propaganda dilakukan hanya
demi kepentingan negara pembuat propaganda. Teori propaganda digunakan untuk
menjelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan Amerika Serikat untuk membentuk
citra negatif Iran di dunia internasional melalui pemberitaan di media massa
internasional. Melalui pemberitaan yang menyudutkan tersebut, diharapkan dunia
2
Moeryanto Ginting Munthe, “Propaganda dan Ilmu Komunikasi”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
2, no.2 (2010): 39-50.
3
Mohammad Shoelhi. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2012), 45.
Tugas Teori Diplomasi

internasional mendukung langkah-langkah Amerika Serikat untuk mengisolasi Iran


dari komunitas internasional.
Diplomasi adalah salah satu alat utama yang digunakan negara dalam
pelaksanaan politik luar negeri dan pencapaian kepentingan nasional yang kemudian
bisa menjadi nilai tawar atau state branding sebuah negara sehingga juga dapat
membangun citra atau image dari sebuah negara.4 Diplomasi merupakan salah satu
instrumen penting dalam pelaksanaan kepentingan nasional suatu negara. Diplomasi
bagaikan alat utama dalam pencapaian kepentingan nasional yang berkaitan dengan
negara lain atau organisasi internasional. Melalui diplomasi inilah sebuah negara
dapat membangun citra tentang dirinya. Dalam hubungan antar negara, pada
umumnya diplomasi diterapkan sejak tingkat paling awal sebuah negara hendak
melakukan hubungan bilateral dengan negara lain hingga keduanya mengembangkan
hubungan selanjutnya.5
Sehingga bisa dikatakan bahwa diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk
melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa
dan negara lain. Diplomasi dapat bersifat bilateral (melibatkan dua negara) atau
multilateral (melibatkan lebih dari dua negara). Instrumen diplomasi ada dua yaitu
deplu yang berkedudukan di ibukota negara, merupakan “otak”nya dan perwakilan
diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima yang merupakan “panca
indera dan penyambung lidahnya.
Propaganda Dan Diplomasi merupakan dua hal vital dalam sarana hubungan
antar Negara. Hal ini dikarenakan adanya interdependensi dan sikap saling
membutuhkan antar Negara. Kondisi interdependensi terjadi di berbagai bidang baik
dalam bidang ekonomi, politik, sosial-budaya maupun pertahanan. Selain itu karena,
adanya hal yang membutuhkan kerja sama antar Negara, seperti: menangani masalah
kemiskinan global, mengatasi kejahatan transnasional maupun memenuhi kebutuhan

4
Tonny Dian Effendy, “E-Diplomacy Sebagai Sarana Promosi Potensi Daerah Kepada Dunia
Internasional”, Media Jurnal Global dan Strategis 2, no.1 (2008): 56-68.
5
Rizki Rahmadini Nurika, “Peran Globalisasi di Balik Munculnya Tantangan Baru Bagi Diplomasi di
Era Kontemporer”, Jurnal Sospol 3, no.1 (2017): 126-141.
Tugas Teori Diplomasi

atau kepentingan dari Negara yang terkait.6 Oleh sebab itu, guna menunjang kegiatan
tersebut dan agar suatu Negara dapat berkembang dengan baik diperlukan adanya
propaganda dan diplomasi.
Hubungan propaganda dan diplomasi dan dirasakan dalam kegiatan hubungan
masyarakat dimana propaganda telah menjadi pembantu bagi profesi diplomasi dan
perang sejak profesi itu muncul. Diplomasi sendiri menekankan terhadap seni
berundingnya dan propaganda hanya bisa mendukung diplomasi apabila dilakukan
dengan tepat. Diplomasi melalui komunikasi transnasional atau propaganda apabila
tidak didukung oleh pengetahuan yang sempurna tentang psikologi manusia yang
terlibat, sering gagal memperoleh hasil yang diinginkan, atau bahkan menimbulkan
hasil yang berkebalikan, akibat pengetahuan yang kurang sempurna tentang sistem
yang digunakan atau kesalahan pendekatan yang digunakan.
Dalam waktu belakangan ini, Perkembangan diplomasi tergolong pesat, yang
dipicu oleh kenyataan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
diplomasi jalur pertama dianggap kurang memuaskan dalam mengatasi konflik-
konflik antarnegara. Kegagalan diplomasi jalur pertama telah mengembangkan
pemikiran untuk meningkatkan diplomasi publik dengan meningkatkan propaganda
yang baik sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan konflik-konflik antarnegara.
Diplomasi melengkapi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, karena
diplomasi dan propaganda dapat membuka jalan bagi negosiasi yang dilakukan
antarpemerintah, dan memberikan cara pandang yang berbeda terhadap suatu
masalah. Karena itu, diperlukan adanya kerjasama antar aktor Negara dan non-
negara. Dimana aktor non-negara dapat berinteraksi dengan rekannya di luar negeri
dan memberikan masukan dalam menerapkan kebijakan luar negeri.
Adanya propaganda dan diplomasi tak lepas dari sifatnya sebagai sarana
hubungan internasional, dimana keduanya dibuat untuk melancarkan kepentingan
nasional masing-masing Negara.7 Terdapat kesamaan antara propaganda dengan
diplomasi, yaitu sama-sama bersifat verbal. Diplomasi memiliki peran yang saling

6
Nuruddin, Komunikasi Propaganda (Bandung: Rosdakarya, 2002), 28.
7
Sukawarsini Djelantik, Diplomasi Antara Teori Dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 42.
Tugas Teori Diplomasi

berkaitan dengan propaganda. Dimana propaganda yang tujuannya mencapai


kepentingan namun tidak disertai adanya negosiasi dan itu akan merugikan salah satu
pihak, dan menguntungkan yang lain. Oleh sebab itu, diplomasi hadir untuk
melengkapi apa yang tidak menjadi tugas dari propaganda, yaitu diplomasi
merupakan hal yang lebih bagus dalam mencapai kepentingan nasional, karena
adanya kompromi dan negosiasi diantara Negara-negara yang terlibat dan dapat
mencapai keuntungan bersama.
Akan ada banyak kesulitan jika suatu negara terlalu egois dalam menjalankan
pemerintahannya. Oleh karena itu dikenal konsep propaganda dan diplomasi. Konsep
dari propaganda dan diplomasi adalah rencana komprehensif yang dibuat dengan
baik, didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman untuk menjalankan bisnis
pemerintahan dengan negara lain.8 Propaganda dan diplomasi ditujukan pada
peningkatan dan perlindungan kepentingan bangsa.9 Tentu propaganda mempunyai
korelasi dengan diplomasi. Dalam perumusan kepentingan negara, propaganda dan
diplomasi mempunyai peranan penting. Dari unsur-unsur diplomatik dapat diperoleh
sebuah penilaian kekuatan, kelemahan, dan aspirasi bangsa lain dengan
mengumpulkan informasi. Sehingga dengan demikian kerjasama antar negara dapat
terealisasikan.
Sehingga tidak bisa dipungkiri bahwa diplomasi tak lepas kaitannya dengan
Propaganda. Dalam kegiatan berdiplomasi demi kepentingan negara, seorang
diplomat dituntut untuk bernegosiasi, sebagai perwakilan, dan untuk melaporkan.
Tugas yang dilakukan diplomat yang dimaksud itu adalah propaganda. Dengan
demikian, tugas seorang diplomat begitu penting karena hasil dari negosisasinya,
perwakilannya, dan laporannya dapat mempengaruhi aspek lain. Seperti propaganda
yang ditujukan untuk mempengaruhi sebuah kebijakan. Oleh sebab itu pengaruh
propaganda terhadap diplomasi berada di level penting bagi suatu negara. Propaganda
dan diplomasi mengacu pada proses yang mana merupakan pusat dari bekerjanya
suatu sistem global dalam menciptakan stabilitas dan ketertiban internasional.

8
Ibid.
9
Ibid, 48.
Tugas Teori Diplomasi

Propaganda Politik Pada Pemilu Calon Presiden RI 2014 -2019


Propaganda menjadi salah satu topik yang menarik sampai saat ini. Para
politikus dan pemimpin opini memahami media sebagai salah satu aspek yang kuat
dalam mempengaruhi pemilih. Sehingga banyak pemilik media merasa mempunyai
kekuatan dalam konstelasi politik. Dalam pileg 2014 nampak dari sejumlah pemilik
media yang mencoba peruntungan dalam pileg untuk maju menjadi kandidat dengan
modal kekuatan media. Konglomerasi media Nampak menonjol dalam pileg ini.
Misalkan Hary tanoesoedibyo mencoba peruntungan menjadi cawapres Partai Hanura
dengan kekuatan Grup MNC yang menguasai 3 stasiun televisi. Surya Paloh dengan
Partai nasional Demokrat (Nasdem) yang mempunyai Media Grup. Dalam paradigma
lama selalu menekankan bahwa media massa masih dianggap yang mempunyai
kekuatan dalam menyebarkan propaganda politik.10
Propaganda yang dipakai dalam pilpres tahun 2014 lebih menyedihkan dan
cenderung tidak manusiawi. Informasi yang simpang siur dan begitu cepat muncul
tanpa adanya sumber yang jelas dan mudah diterima oleh rakyat. Propaganda yang
banyak muncul selalu mengorek masa lalu sebagai amunisi untuk menghancurkan
citra lawan. Hal ini nampa terlihat dari sejumlah propaganda yang muncul yang
ditujukan kepada Prabowo Subianto. Semua kesalahan dan kasus masa lalu dia
dimunculkan kembali untuk dijadikan isu-isu negatif dalam kampanye. Mulai dari
masa menjadi taruna AKMIL kemudian sewaktu menjadi perwira militer. Semua
menjadi bagian yang rajin di unggah ke media untuk di ungkap. Bahkan
permasalahan perceraiannya juga menjadi isu.
Hal ini berbeda dengan Jokowi yang secara sejarah tidak mempunyai banyak
rekam jejak yang menonjol. Karena di baru masuk politik pada masa pasca reformasi
sebagai Walikota Solo. Kemudian menjadi Gubernur DKI Jakarta. Artinya Jokowi
relatif lebih aman dibanding Prabowo dalam isu-isu yang berhubungan dengan
sejarah masa lalu. Pun begitu bukan berarti tidak ada isu yang tidak ditujukan kepada
Jokowi. Isu sebagai anak Tionghoa, beragama Nasrani dan keturunan PKI adalah

10
Rully, “Efektifitas Iklan Negatif Di Media Sosial Dalam Politik Di Indonesia”, Jurnal Lontar
6, no.1 (2018): 69-79.
Tugas Teori Diplomasi

contoh yang jelas yang dibuat dalam tabloid Obor Rakyat. Jelas bahwa isu SARA
menjadi salah satu menu yang laris dan dinikmati sejumlah propagandis. Dalam
konteks ini isu SARA sebenarnya tidak begitu menonjol tetapi lebih menekankan
pada isu pribadi yang melekat pada para calon.
Kecenderungan isu yang muncul dan kuat adalah isu Jokowi sebagai Keturunan
Tionghoa. Isu ini muncul dan menjadi ramai bermula dari beredar luas Tabloid Obor
Rakyat yang disebarkan ke ponpes-ponpes. Isi dari tabloid tersebut berisi tentang
informasi yang negatif kepada Jokowi. Isu Pelanggar Hak Asasi Manusia, isu ini
muncul sejak awal pencalonan Prabowo Subianto. Karena karir sebagai perwira
militer Prabowo dipecat ditengah jalan. Karena kasus penculikan aktivis 1998. Isu ini
semakin berkembang dengan beredarnya surat rekomendasi dari Dewan Kehormatan
Perwira Mabes TNI. Pada pemilu Capres RI 2014-2019 propaganda yang muncul
yang digunakan dalam memposisikan seolah-olah tokoh tidak lain adalah orang
awam biasa. Dalam konteks ini beberapa kali, baik Prabowo maupun Jokowi selalu
disejajarkan untuk menjadi orang awam biasa. Teknik ini digunakan untuk
mengurangi jarak sosial dengan rakyat biasa dimana ini merupakan bentuk yang
lazim dalam propaganda manipulasi kepentingan sesaat saja.
Pada konteks propaganda ini ada hal menarik, dimana Prabowo dengan berani
menunjukkan bahwa dia adalah bagian dari Soeharto. Dengan melakukan ziarah ke
makan Soeharto sebagai mantan menantu. Artinya Prabowo sudah menunjukkan
bahwa dia siap bila dihubungkan dengan Orde Baru. Karena memang dia juga
menjalani sebagian masa hidupnya dengan bekerja sebagai militer di masa Orde
Baru. Tetapi yang menarik adalah bahwa Prabowo sedang menarik kembali simpati-
simpati masa lalu melalui publikasi dia dalam hubungannya dengan Soeharto.
Termasuk juga kehadiran mantan istrinya yang selalu ada dalam setiap kampanye.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kecenderungan isu yang dimunculkan adalah
tentang masalah pribadi capres.
Kesimpulan
Propaganda Dan Diplomasi merupakan dua hal vital dalam sarana hubungan
internasional. Hubungan internasional merupakan hal yang penting, Hal ini
Tugas Teori Diplomasi

dikarenakan adanya interdependensi dan sikap saling membutuhkan antar Negara.


Kondisi interdependensi terjadi di berbagai bidang baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial-budaya maupun pertahanan. Selain itu karena, adanya hal yang
membutuhkan kerja sama antar Negara, seperti: menangani masalah kemiskinan
global, mengatasi kejahatan transnasional maupun memenuhi kebutuhan atau
kepentingan dari Negara yang terkait.
Propaganda dan diplomasi yang nyatanya memiliki unsur-unsur agar dapat
berjalan dengan baik dan suatu kebijakan dapat dicapai. Dalam propaganda dan
diplomasi berfokus pada proses komunikasi dan tujuan kepentingan negara.
Propaganda dan diplomasi tentu memiliki hubungan dengan politik luar negeri yang
mana dalam perumusannya propaganda dan diplomasi memiliki peran penting.
Propaganda dan merupakan salah satu faktor dari keberhasilan suatu kepentingan
Negara dapat tercapai ketika seorang diplomat dapat melakukan propaganda atau
bernegoisasi dengan baik.

Daftar Pustaka
Djelantik, Sukawarsini. Diplomasi Antara Teori Dan Praktik. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008.

Effendy, Tonny Dian. “E-Diplomacy Sebagai Sarana Promosi Potensi Daerah


Kepada Dunia Internasional.” Media Jurnal Global dan Strategis 2, no.1 (2008): 56-
68.

Munthe, Moeryanto Ginting. “Propaganda dan Ilmu Komunikasi.” Jurnal Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik 2, no.2 (2010): 39-50.

Nurika, Rizki Rahmadini. “Peran Globalisasi di Balik Munculnya Tantangan


Baru Bagi Diplomasi di Era Kontemporer”. Jurnal Sospol 3, no.1 (2017): 126-141.

Nuruddin. Komunikasi Propaganda. Bandung: Rosdakarya, 2002.

Rully. “Efektifitas Iklan Negatif Di Media Sosial Dalam Politik Di Indonesia”.


Jurnal Lontar 6, no.1 (2018): 69-79.

Shoelhi, Mohammad. Propaganda Dalam Komunikasi Internasional. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media, 2012.

Anda mungkin juga menyukai