Anda di halaman 1dari 11

ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI

ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI


 (artikel ke 3)
1) Definisi, Tujuan dan Aspek Lain dari Hukum Ekonomi
v Definisi hukum ekonomi
Dalam teori hukum, istilah “Hukum Ekonomi” merupakan terjemahan dari Economisch
Recht (Belanda) atau Economic Law(Amerika). Sekalipun demikian, pengertian atau
konotasiEconomisch Recht  di Belanda ternyata berbeda dengan artiEconomic Law  di Amerika
Serikat.
Sebab pengertian Economisch Recht (Belanda) sebenarnya berasal dari istilah Droit
E’conomique  (Perancis) yang sebelumnya dipakai oleh Farjat dan yang setelah Perang Dunia
Kedua berkembang menjadi Droit de l’economie.
Adapun Droit E’conomique  adalah kaidah-kaidah hukum Administrasi Negara (terutama yang
berasal dari kekuasaan eksekutif) yang mulai sekitar tahun 1930an diadakan untuk membatasi
kebebasan pasar di Perancis, demi keadilan ekonomi bagi rakyat miskin, agar tidak hanya
mereka yang berduit saja yang dapat memenuhi kebutuhannya akanpangan, tetapi agar rakyat
petani dan buruh juga tidak akan mati kelaparan. Krisis ekonomi dunia yang dikenal dengan
nama “malaise” di tahun 1930an itulah yang mengakibatkan adanya koreksi terhadap faham
“pasar bebas”, karena ternyata pemerintah Perancis merasa wajib untuk mengeluarkan peraturan
Hukum Administrasi Negara yang menentukan harga maksimum dan harga minimum bagi
bahan-bahan pokok maupun menentukan izinizin Pemerintah yang diperlukan untuk berbagai
usaha di bidang ekonomi, seperti misalnya untuk membuka perusahaan, untuk menentukan
banyaknya penanaman modal; dan didalam usaha apa modal ditanamkan; untuk mengimpor atau
mengekspor barang, kemana, seberapa dan sebagainya.
Peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara seperti itu dicakup dengan nama Droit
E’conomique  (atau Hukum Ekonomi dalam arti sempit). Kemudian, setelah Perang Dunia
Kedua, yaitu sekitar tahun 1945an, negara-negara Eropa yang harus membangun kembali
negaranya dengan bantuan International Bank for Reconstruction, PBB diwajibkan menyusun
Rencana Pembangunan Lima Tahun yang mendasari keputusan IBRD untuk memberi bantuan
kepada Negara-negara yang bersangkutan. Persetujuan internasional antara IBRD dan Negara
penerima bantuan dituangkan dalam kebijaksanaan dan peraturan hukum Negara penerima
bantuan untuk dilaksanakan, seperti misalnya sampai kini juga terjadi di
Indonesia sejak Orde Baru. Keseluruhan kebijaksanaan dan peraturan hukum yang tidak hanya
terbatas pada Hukum Administrasi Negara saja, tetapi juga mengatur hal-hal yang termasuk
substansi Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Perdata Internasional,
bahkan juga Hukum Acara Perdata dan Pidana, dicakup dengan nama Droit de
l’Economiqueatau Hukum Ekonomi dalam arti luas.
Hukum ekonomi adalah suatu hubungan sebab akibat atau pertalian peristiwa ekonomi
yang saling berhubungan satu dengan yang lain dalam kehidupan ekonomi sehari-hari
dalam masyarakat.

v Tujuan Hukum
Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka macam hubungan antara anggota masyarakat,yakni
hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan anggota masyarakat itu. Dengan
banyak aneka ragamnya hubungan itu ,para anggota masyarakat memerlukan aturan aturan yang
dapat menjamin keseimbangan agar dalam hubungan hubungan itu tidak terjadi kekacauan dalam
masyarakat.Untuk itu diperlukan aturan aturan hukum yang diadakan atas kehendak dan
kesadaran tiap-tiap anggota masyarakat itu.
Peraturan peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa anggota masyarakat untuk
patuh mentaatinya,menyebabkan terdapatnya keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam
masyarakat.Setiap hubungan kemasyarakatan tak boleh bertentangan dengan ketentuan ketentuan
dalam peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Setiap pelanggar hukum yang ada, akan dikenakan sanksi berupa hukuman sebagai reaksi
terhadap perbuatan yang melanggar hukum yanag dilakukan.Untuk menjaga agar peraturan-
peraturan hukum itu dapat berlangsung terus menerus dan diterima oleh anggota
masyarakat,maka peraturan peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh bertentangan
dengan asas asas keadilan dari masyrakat tersebut.
Dengan demikian, hokum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan
hokum itu harus pula bersendikan pada keadilan,yaitu asas asas kaeadilan dari masyarakat
itu.Berkenaan tentang hokum,kita mengenal beberapa pendapat sarjana ilmu hokum yang
diantaranya sebagai berikut :
PROF.SUBEKTI,S.H
Dalam buku yang berjudul “Dasar-dasar Hukum dan Pengaadilan,”Beliau mengatakan,bahwa
hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah : mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
Hukum,menurut Prof.Subekti,S.H melayani tujuan Negara tersebut dengan menyelanggarakan
“Keadilan” dan “Ketertiban”,syarat-syarat pokok untuk mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan.Ditegaskan selanjutnya, bahwa keadilan itu kiranya dapat digambarkan sebagai
suatu keadilan keseimbangan yang membawa ketentraman di dalam hati orang, dan jika diusik
atau dilanggar akan menimbulkan kegeliasahan dan kegoncangan.
Keadilan selalu mengundang unsur “penghargaan,” “penilaian” atau “pertimbangan”dan karena
itu ia lazim dilambangkan suatu “neraca keadilan”.Dikatakan bahwa keadilan itu menuntut
bahwa “dalam keadaan yang sama setiap orang harus menerima bagian yang sama pula”.
Dari mana keadilan itu ? Keadilan, menurut Prof.Subekti,S.H,berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa,tetapi seorang manusia diberi kecakapan atau kemampuan untuk meraba atau merasakan
keadaan yang dinamakan adil.Dan segala kejadian di alam dunia ini pun sudah semestina
menumbuhkan dasar-dasar keadilan itu pada manusia.
Dengan demikian maka dapat kita lihat bahwa hukum tidak saja harus mencari keseimbangan
antara perbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain ,untuk mendapatkan “keadilan”
tetapi hukum juga harus mendapatkan keseimbangan lagi antara tuntutan keadilan tersebut
dengan tuntutan “ketertiban”atau “kepastian hukum”.
PROF.MR.DR.L.J.VAN APELDOORN
Prof.van Apeldoorn dalam bukunya “Inleiding tot de studie van het Nederlandse recht”
mengatakan,bahwa tujuan hokum ialah mengatur pergaulan manusia secara damai.Hukum
menghendaki perdamaian.
Perdamaian diantar manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-
kepentingan hukummanusia tertentu,kehormatan,kemerdekaan,jiwa,harta benda pihak yang
merugikannya.
Kepentingan perseorangan selalu bertentangan dengan kepentingan golongan-golongan
manusia.Pertentangan kepentingan ini dapat menjadikan pertikaian bahkan dapat menjelma
menjadi peperangan,seandainya hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan
perdamaian.Adapun hokum mempertahankan perdamaian dengan menimbang kepentingan yang
bertentangan itu secara teliti dan mengadakan keseimbangan diantaranya,karena hukum hanya
dapat mencapai tujuan jika ia menuju persatuan yang adil;artinya peraturan pada manusia
terdapat keseimbangan anata kepentingan-kepentingan yang dilindungi,pada setiap orang
memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi bagiannya.Keadilan tidak dipandang sama arti
dengan persamarataan.Keadilan bukan berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang
sama.
Dalam tulisannya “Rhetorica,” Aristoteles membedakan dua macam keadilan,yaitu keadilan
keadilan “distributif” dan keadilan “komulatif”.
Keadilan distributif ialah keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya
(pembagian menurut haknya masing-masing).Ia tidak menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat
bagian yang sama banyaknya;bukan persamaan melainkan kesebandingan.Contoh UUD-1945
pasal 27 ayat 2 : (“Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”),maka ini belum berarti setiap warga Negara mempunyai pekerjaan yang
sama karena sesuai dengan keahliannya masing masing.
Keadilan komutatif ialah keadilan yang memberikan pada setiap orang sama banyaknya dengan
tidak mengingat jasa-jasa perorangan.Ia memegang peranan dalam tukar menukar;pada
pertukaran barang dan jasa dalam mana sebanyak mungkin harus terdapat persamaan antara apa
yang dipertukarkan.Keadilan komutatif lebih-lebih menguasai hubungan antara masyarakat
(khususnya negara) dengan perseorangan khusus.
TEORI ETIS
Teori etis mengajarkan,bahwa hukuman itu semata mata menghendaki keadilan.Teori teori yang
mengajarkan tentang hal itu dinamakan teori etis,karena menurut teori-teori itu,isi hukum semata
mata harus ditentukan oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil.
Teori ini menurut Prof.van Apeldoorn berat sebelah,karena ia melebihkan kadar keadilan
hukum,sebab dia cukup memperhatikan keadaan yang sebenarnya.
Hukum mentapkan peraturan-peraturan umum yang menjadi petunjuk untuk orang-orang dalam
pergaulan masyarakat.Jika hukum semata mata menghendaki keadilan,jadi semata-mata
mempunyai tujuan memberi tiap tiap orang apa yang patut diterimanya,maka ia tak dapat
membentuk peraturan peraturan umum.
Tertib hukum yang mempunyai peraturan bukan,tertulis atau tidak tertulis tak mungkin,kata
Prof.van Apeldoorn.Tak adanya peraturan umum berarti ketidaktentuan yang sungguh sungguh
mengenai apa yang disebut adil dan tidak adil.Dan ketidaktentuan inilah yang selalu
mengakibatkan keadaan yang tidak teratur.
Dengan demikian hukum harus menentukan peraturan umum,harus menyamaratakan.Tetapi
keadilan melarang menyamaratakan;keadilan menuntut supayasetiap perkara harus ditimbang
sendiri.Oleh karena itu kadang-kadang pembentukan undang-undang sebanyak mungkin
memenuhi ketentuan tersebut dengan merumuskanperaturan-peraturanya sedemikian
rupa,sehingga hakim diberi kelonggaran yang besar dalam melakukan peraturan-peraturan
tersebut atas hal hal yang khusus.
GENY
Dalam “science et technique en droit prive positif,”Geny mengajarkan bahwa hokum bertujuan
semata-mata untuk mencapai keadilan.Dan sebagai unsure dari pada keadilan disebutkannya
“kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
BENTHAM ( TEORI UTILITIS )
Jeremy Bentham dalam bukunya “Introduktion to the morals and legisiation” berpendapat bahwa
hukum bertujuan untuk mewujudkan semata mata apa yang berfaedah bagi orang.
Dan apa yang berfaedah kepada orang yang satu,mungkin merugikan orang lain,maka menurut
teori utilities,tujuan hukum ialah menjamin adanya kebahagiaan sebanyak banyaknya pada orang
sebanyak banyaknya.Kepastiaan melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan utama dari
pada hukum.Dalam hal ini ,pendapat Bentham di titik beratkan pada hal-hal yang berfaedah dan
bersifat umum,namun tidak memperhatikan unsur keadilan.
Sebaliknya Mr J.H.P.Befroid dalam bukunya “Inleiding tot de Rechtswetenschap in
Nederland”mengatakan : “De inhoud van het recht dient te worden bepalald onder leiding van
twee grondbeginselen,t.w.de rechtvaardigheid en de doeatigheid (isi hokum harus ditentukan
menurut dua asas ,yatu asas keadilan dan asas faedah).
PROF.MR J.VAN KAN
Dalam buku “Inleiding tot de Rechtwetenschap” Prof.van Kan menulis antara lain sebagai
berikut : “Jadi terdapat kaedah-kaedah agama,kaedah-kaedah kesusilaan,kaedah-kaedah
kesopanan,yang semuanya bersama-sama ikut berusaha dalam penyelenggaraan dan
perlindungan kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat.
Apakah itu telah cukup??Tidak ! Dan tidaknya karena dua sebab yaitu :

1. Terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur baik oleh kaedah-kaedah


agama,kesusilaan maupun kesopanan,tetapi ternyata memerlukan perlindungan juga;
2. Juga kepentingan-kepentingan yang telah diatur oleh kaedah-kaedah tersebut
diatas,belum cukup terlindungi.

Oleh karena kedua sebab ini kepentingan-kepentingan orang dalam masyarakat tidak cukup
terlindungi dan terjamin,maka perlindungan kepentingan itu diberikan kepada
hukum.Selanjutnya Prof. van Kan mengatakan,bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan
tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.
Jelas disini,bahwa hokum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukumdalam
masyarakat.Selain itu dapat disebutkan bahwa hukum menjaga dan mencegah agar setiap orang
tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri (eigenrichting is verboden),tidak mengadili dan
menjatuhi hukuman terhadap setiap pelanggaran hokum terhadap dirinya.Namun tiap
perkara,harus diselesaikan melalui proses pengadilan,dengan perantaraan hakim berdasarkan
ketentuan hukum yang berlaku.
v Aspek Lain dari Hukum Ekonomi
Aspek dalam hukum ekonomi adalah semua yang berpengaruh dalam kegiatan ekonomi antara
lain adalah pelaku dari kegiatan ekonomi yang jelas mempengaruhi kejadian dalam ekonomi,
komoditas ekonomi yang menjadi awal dari sebuah kegiatan ekonomi, kemudian aspek-aspek
lain yang mempengaruhi hukum ekonomi itu sendiri seperti contoh yang ada di atas, yaitu kurs
mata uang, aspek lain yang berhubungan seperti politik dan aspek lain dalam hubungan ekonimi
yang sangat kompleks.
Selain aspek dalam hukum ekonomi ada juga norma dalam hukum ekonomi yang juga sudah
digambarkan dalam berbagai contoh yang sudah disebutkan di atas, dimana jika suatu aspek
ekonomi itu mengalami suatu kejadian yang menjadi sebab maka norma ekonomi itu berlaku
untuk menjadikan bagaimana suatu sebab mempengaruhi kejadian lain yang menjadi akibat dari
kejadian pada sebab tersebut. Dapat diartikan bahwa norma hukum ekonomi adalah aturan-
aturan yang berlaku dalah hukum ekonomi tersebut.

 Menurut Sunaryati Hartono, hukum ekonomi adalah penjabaran hukum ekonomi


pembangunan dan hukum ekonomi social, sehingga hukum ekonomi tersebut mempunyai
2 aspek yaitu :

1. Aspek pengaturan usaha-usaha pembangunan ekonomi


2. Aspek pengaturan usaha-usaha pembagian hasil pembangunan ekonomi secara merata
diantara seluruh lapisan masyarakat.

 Hukum ekonomi dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Hukum ekonomi pembangunan, adalah yang meliputi pengaturan dan pemikiran hukum
mengenai cara-cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi Indonesia secara
nasional.
2. Hukum ekonomi social, adalah yang menyangkut pengaturan pemikiran hukum mengenai
cara-cara pembagian hasil pembangunan ekonomi nasional secara adil dan martabat
kemanusiaan (hak asasi manusia).

Namun ruang lingkup hukum ekonomi tidak dapat diaplikasikan sebagai satu bagian dari salah
satu cabang ilmu hukum, melainkan merupakan kajian secara interdisipliner dan
multidimensional.
Atas dasar itu, hukum ekonomi menjadi tersebar dalam pelbagai peraturan undang – undang
yang bersumber pada pancasila dan UUD 1945.
Sementara itu, hukum ekonomi menganut azas, sebagi berikut :
1. Azas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan TME.
2. Azas manfaat.
3. Azas demokrasi pancasila.
4. Azas adil dan merata.
5. Azas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam perikehidupan.
6. Azas hukum.
7. Azas kemandirian.
8. Azas Keuangan.
9. Azas ilmu pengetahuan.
10. Azas kebersamaan, kekeluargaan, keseimbangan, dan kesinambungan dalam kemakmuran
rakyat.
11. Azas pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
12. Azas kemandirian yang berwawasan kenegaraan.
Dengan demikian, dalam era globalisasi membuat dunia menjadi satu sehingga batas – batas
Negara dalam pengertian ekonomi dan hukum menjadi kabur. Oleh karena itu, pertimbangan
tentang apa yang berkembang secara internasional menjadi begitu penting untuk dijadikan dasar
– dasar hukum ekonomi.

2) Subjek dan Objek Hukum


v Subjek dan Objek Hukum

 Subjek Hukum

Subyek hukum adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan
menggunakan hak-hak kewajiban dalam lalu lintas hukum.

 Subyek hukum terdiri dari dua jenis yaitu manusia biasa dan badan hukum.

ü Manusia Biasa
Manusia biasa (natuurlijke persoon) manusia sebagai subyek hukum telah mempunyai hak dan
mampu menjalankan haknya dan dijamin oleh hukum yang berlaku dalam hal itu menurut pasal
1 KUH Perdata menyatakan bahwa menikmati hak kewarganegaraan tidak tergantung pada hak
kewarganegaraan.
Setiap manusia pribadi (natuurlijke persoon) sesuai dengan hukum dianggap cakap bertindak
sebagai subyek hukum kecuali dalam Undang-Undang dinyatakan tidak cakap seperti halnya
dalam hukum telah dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hukum adalah sebagai berikut :
1. Cakap melakukan perbuatan hukum adalah orang dewasa menurut hukum (telah berusia 21
tahun dan berakal sehat).
2. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum berdasarkan pasal 1330 KUH perdata tentang orang
yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah :
3. Orang-orang yang belum dewasa (belum mencapai usia 21 tahun).
4. Orang ditaruh dibawah pengampuan (curatele) yang terjadi karena gangguan jiwa pemabuk
atau pemboros.
5. Orang wanita dalm perkawinan yang berstatus sebagai istri.
ü Badan Hukum
Badan hukum (rechts persoon) merupakan badan-badan perkumpulan yakni orang-orang
(persoon) yang diciptakan oleh hukum.
Badan hukum sebagai subyek hukum dapat bertindak hukum (melakukan perbuatan hukum)
seperti manusia dengan demikian, badan hukum sebagai pembawa hak dan tidak berjiwa dapat
melalukan sebagai pembawa hak manusia seperti dapat melakukan persetujuan-persetujuan dan
memiliki kekayaan yang sama sekali terlepas dari kekayaan anggota-anggotanya, oleh karena itu
badan hukum dapat bertindak dengan perantara pengurus-pengurusnya.
Misalnya suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara :

1. Didirikan dengan akta notaris.


2. Didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negara setempat.
3. Dimintakan pengesahan Anggaran Dasar (AD) kepada Menteri Kehakiman dan HAM,
sedangkan khusus untuk badan hukum dana pensiun pengesahan anggaran dasarnya
dilakukan Menteri Keuangan.
4. Diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia.

Badan hukum dibedakan dalam 2 bentuk yaitu :


1. Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon)
Badan Hukum Publik (Publiek Rechts Persoon) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
publik untuk yang menyangkut kepentingan publik atau orang banyak atau negara umumnya.
Dengan demikian badan hukum publik merupakan badan hukum negara yang dibentuk oleh yang
berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh eksekutif
(Pemerintah) atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk itu, seperti Negara Republik
Indonesia, Pemerintah Daerah tingkat I dan II, Bank Indonesia dan Perusahaan Negara.

1. Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon)

Badan Hukum Privat (Privat Recths Persoon) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan
hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan banyak orang di dalam badan hukum itu.
Dengan demikian badan hukum privat merupakan badan hukum swasta yang didirikan orang
untuk tujuan tertentu yakni keuntungan, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain
menurut hukum yang berlaku secara sah misalnya perseroan terbatas, koperasi, yayasan, badan
amal.

 Objek Hukum
Obyek hukum menurut pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda adalah segala sesuatu yang
berguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok permasalahan dan
kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang dapat menjadi obyek hak milik.

 Jenis Obyek Hukum

Kemudian berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi 2, yakni benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda yang bersifat
tidak kebendaan (Immateriekegoderan).
ü Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen)
Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda yang sifatnya dapat
dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri dari benda berubah / berwujud, meliputi :
1. Benda bergerak / tidak tetap, berupa benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak dapat
dihabiskan.
Dibedakan menjadi sebagai berikut :

 Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH Perdata adalah benda yang
dapat dipindahkan, misalnya meja, kursi, dan yang dapat berpindah sendiri contohnya
ternak.
 Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut pasal 511 KUH Perdata
adalah hak-hak atas benda bergerak, misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas
benda-benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda bergerak, dan saham-saham
perseroan terbatas.

2. Benda tidak bergerak


Benda tidak bergerak dapat dibedakan menjadi sebagai berikut :
Ø Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala sesuatu yang melekat diatasnya,
misalnya pohon, tumbuh-tumbuhan, area, dan patung.
Ø Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat yang dipakai dalam pabrik.
Mesin senebar benda bergerak, tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada
bergerak yang merupakan benda pokok.
Ø Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini berwujud hak-hak atas benda-
benda yang tidak bergerak misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat bergerak,
hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.
Dengan demikian, membedakan benda bergerak dan tidak bergerak ini penting, artinya karena
berhubungan dengan 4 hal yakni :

1. Pemilikan (Bezit)

Pemilikan (Bezit) yakni dalam hal benda bergerak berlaku azas yang tercantum dalam pasal 1977
KUH Perdata, yaituberzitter dari barang bergerak adalah pemilik (eigenaar) dari barang tersebut.
Sedangkan untuk barang tidak bergerak tidak demikian halnya.
1. Penyerahan (Levering)

Penyerahan (Levering) yakni terhadap benda bergerak dapat dilakukan penyerahan secara nyata
(hand by hand) atau dari tangan ke tangan, sedangkan untuk benda tidak bergerak dilakukan
balik nama.

1. Daluwarsa (Verjaring)

Daluwarsa (Verjaring) yakni untuk benda-benda bergerak tidak mengenal daluwarsa,


sebab bezit di sini sama dengan pemilikan (eigendom) atas benda bergerak tersebut sedangkan
untuk benda-benda tidak bergerak mengenal adanya daluwarsa.

1. Pembebanan (Bezwaring)

Pembebanan (Bezwaring) yakni tehadap benda bergerak dilakukan pand (gadai, fidusia)


sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik adalah hak tanggungan untuk tanah serta
benda-benda selain tanah digunakanfidusia.
ü Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)
Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu benda yang dirasakan
oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu
kenyataan, contohnya merk perusahaan, paten, dan ciptaan musik / lagu.

3) Hukum Perikatan
v Hukum Perikatan

 Pengertian Dan Pembatasan Perikatan.

Perikatan adalah terjemahan dari istilah aslinya dalam bahasa Belanda “verbintenis”. Istilah
perikatan ini lebih umum dipakai dalam literature hukum diIndonesia. Perikatan artinya hal yang
mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Hal yang mengikat itu menurut
kenyataannya dapat berupa perbuatan. Misalnya jual beli barang, dapat
berupa peristiwa misalnya lahirnya seorang bayi, matinya orang, dapat berupa keadaan,
misalnya letak pekarangan yang berdekatan, letak rumah yang bergandengan atau bersusun.
Karena hal yang mengikat itu selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat, maka oleh pembentuk
undang- undang atau oleh masyarakat sendiri diakui dan diberi akibat hukum. Dengan demikian,
perikatan yang terjadi antara orang yang satu dengan yang lain itu disebut hubungan
hukum( legal relation).
Jika dirumuskan, perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan
orang yang lain karena perbuatan, peristiwa, atau keadaan. Dari rumusan ini dapat diketahui
bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law of property), dalam
bidang hukunm keluarga (family law), dalam bidang hukum waris (law of succession), dalam
bidang hukum pribadi (personal law).
Perikatan yang terdapat dalam bidang hukum ini disebutperikatan dalam arti luas.perikatan yang
terdapat dalam bidang- bidang hukum tersebut di atas dapat dikemukakan contohnya sebagai
berikut:

1. Dalam bidang hukum kekayaan, misalnya perikatan jual beli, sewa menyewa, wakil tanpa
kuasa (zaakwaarneming), pembayaran tanpa utang, perbuatan melawan hukum yang
merugikan orang lain.

b.Dalam bidang hukum keluarga, misalnya perikatan karena perkawinan, karena lahirnya anak
dan sebagainya.

1. Dalam bidang hukum waris, misalnya perikatan untuk mawaris karena kematian pewaris,
membayar hutang pewaris dan sebagainya.

d.Dalam bidang hukum pribadi, misalnya perikatan untuk mewakili badan hukum oleh
pengurusnya, dan sebagainya.
Perikatan Dalam arti Sempit.
Perikatan yang dibicarakan dalam buku ini tidak akan meliputi semua perikatan dalam bidang-
bidang hukum tersebut. Melainkan akan dibatasi pada perikatan yang terdapat dalambidang
hukum harta kekayaan saja,yang menurut sistematika Kitab Undang- Undang hukum Perdata
diatur dalam buku III di bawah judul tentang Perikatan.
Tetapi menurut sistematika ilmu pengetahuan hukum, hukum harta kekayaanitu meliputi
hukukm benda dan hukum perikatan, yang diatur dalam buku II KUHPdt di bawah judul Tentang
Benda. Perikatan dalam bidang harta kekayaan ini disebut Perikatan dalam arti sempit.
Ukuran nilai
Perikatan dalam bidang hukum harta kekayaan ini selalu timbul karena perbuatan orang, apakah
perbuatan itu menurut hukum atau melawan hukum. Objek perbuatan itu adalah harta kekayaan,
baik berupa benda bergerak atau benda tidak bergerak, benda berwujud atau benda tidak
berwujud, yang semuanya itu selalu dapat dinilai dengan uang. Jadi ukuran untuk menentukan
nilai atau harga kekayaan atau benda itu adalah uang. Dalam kehidupan modern ini uang
merupakan ukuran yang utama.
Debitur Dan Kreditur
Perikatan yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, mewajibkan pihak yang
satu dengan yang lain, mewajibkan pihak yang satu untuk berprestasi dan memberi hak kepada
pihak yang lain untuk menerima prestasi. Pihak yang berkewajiban berprestasi itu biasa
disebut debitur, sedangkan pihak yang berhak atas prestasi disebutkreditur.
Dalam suatu perikatan bisa terjadi bahwa satu pihak berhak atas suatu prestasi. Tetapi mungkin
juga bahwa pihak yang berkewajiban memenuhi prestasi itu, di samping kewajiban tersebut juga
berhak atas suatu prestasi. Sebaliknya jika pihak lain itu disamping berhak atas suatu prestasi
juga berkewajiban memenuhi suatu prestasi. Jadi kedua belah pihak mempunyai hak dan
kewajiban timbale balik.
Karena prestasi itu diukur dengan nilai sejumlah uang, maka pihak yang berkewajiban
membayar sejumlah uang itu berkedudukan sebagai debitur, sedangkan pihak yang berhak
meneriam sejumlah uang itu berkedudukan sebagai kreditur.
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber yaitu :
1. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
2. Perikatan yang yimbul dari undang – undang.
3. Perikatan terjadi bukan perjanjian.

 Macam- macam Perikatan

Dalam kenyataanya ada beberapa macam perikatan yang dikenal dalam masyarakat menurut
syarat yang ditentukan oleh pihak- pihak, atau menurut jenis prestasi yang harus dipenuhi, atau
menurut jumlah subyek yang terlibat dalam perikatan itu.

1. Perikatan bersyarat, perikatan yang timbul dari perjanjian dapat berupa perikatan murni
dan perikatan bersyarat.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu
3. Perikatan alternative
4. Perikatan tanggung menanggung
5. Perikatan yang dapat dan tidak dapat dibagi
6. Perikatan dengan ancaman hukuman
7. Perikatan wajar

 Hapusnya Perikatan

Menurut ketentuan pasal 1381 KUHPdt, ada sepuluh cara hapusnya perikatan, yaitu :

1. Karena pembayaran
2. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. Karena adanya pembaharuan hutang
4. Karena percampuran hutang
5. Karena adanya pertemuan hutang
6. Karena adanya pembebasan hutang
7. Karena musnahnya barang yang terhutang
8. Karena kebatalan atau pembatalan
9. Karena berlakunya syarat batal
10. Karena lampau waktu

Anda mungkin juga menyukai