Anda di halaman 1dari 9

Tonsil T1-T1 : tonsil sedikit keluar dimana ukuran tonsil <25% dari diameter orofaring yang

diukur dari plika anterior kiri dan kanan. tonsils just outside of the tonsillar fossa and occupy
<25% of the oropharyngeal width
Untuk derajat lengkapnya : (thx to pdf tepia<3)

Granulasi : atau granular adalah permukaan tidak rata, jaringan fibrosa dari bekuan darah,
sebelum terbentuknya jaringan baru, dapat juga karna suatu proses inflamasi,
Granuloma: lebih besar dari nodul:
Laringoskopi indirek : Laringoskopi merupakan pemeriksaan laring yang digunakan untuk
menginspeksi nasofaring, hipofaring, dan glotis. Teknik pemeriksaan untuk laringoskopi indirek ini
menggunakan kaca laring yang diposisikan pada posterior faring dengan tujuan memperjelas visualisasi
laring dengan menggunakan cahaya yang direfleksikan oleh kaca tersebut. Laringoskopi indirek
dilakukan menggunakan kaca laring (laryngeal mirror) atau flexible fiberoptic endoscope, dapat
mengidentifikasi kelainan2 laring dan faring baik akut maupun kronis, benigna atau maligna
Limfadenopati: perbesaran limfonodi, dapat disebabkan oleh infeksi, malignansi, proliferasi
berlebih limfosit, autoimun

1. Adakah hubungan pekerjaan dengan keluhan utama pasien?


Hoarseness can be caused by acute (42.1%) and chronic laryngitis (9.7%), functional
vocal disturbances (30%), and benign (10.7–31%) and malignant tumors (2.2–3%), as well
as by neurogenic disturbances such as vocal cord paresis (2.8–8%), physiologic aging of
the voice (2%), and psychogenic factors (2–2.2 %).

Patofisiologi hoarseness: irregularitas tonus otot pd osilasi pita suara menyebabkan


disfonia hipertonik, penutupan glotis yg tidak lengkap saat vokalisasi atau peningkatan
massa pita suara yg mungkin terjadi karena tumor

Hoarseness is a common consequence of multiple vocal fold traumas for those who
use their voices professionally and may abuse them such as teachers and singers. This
commonly results in vocal fold tissue damage and hoarseness. A study in Brazil showed
that elementary and kindergarten school teachers have a higher rate of developing
dysphonia than middle and high school teachers.

WRVD is any form of vocal change directly related to the use of voice during a
professional activity that reduces, compromise, or prevents the performance and/or
communication ofthe worker, with or without some organic alteration of the larynx.11
WRVD is manifested by several signs and symptoms that may be present, concurrently or
not, varying according to the severity of the clinical presentation.8 The most common
symptoms are: fatigue when speaking (vocal fatigue), hoarseness, dry throat/mouth, effort
to speak, voice failure (‘‘breaking of the voice’’), loss of voice, hawking up, voice instability
or tremor, sore throat/pain when talking, a deeper voice, lack of vocal volume and
projection

Conceptually, the professional voice is defined as the form of oral communication used by
individuals who depend on it for a full occupational activity.5 That is, to characterize the
professional use of the voice, the individual must make a living through the voice

due to repetitive movement of the vocal folds, causing trauma (friction) of these vocal
folds, with appearance of an acute laryngeal inflammatory process.1,15 Concurrently,
there is tension in the vocal cords, usually as a result of an incorrect compensation in
cases of laryngitis,

https://sci-hub.se/https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S180886941400130X
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6130159/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4458789/

2. Mengapa bisa suara serak dan lama kelamaan menghilang?


The larynx produces sounds by forcing air through partially closed vocal folds to create
vibrations of the folds. The intrinsic muscles control the tension of the vocal folds to
create a wide range of sound waves, and the positioning of other speech organs such as the
lips, tongue, and soft palate modifies these waves to increase the range of sounds.

The most common cause of hoarseness in adults is laryngitis, which is classified as acute or
chronic. Acute laryngitis is a common, self-limited condition lasting less than three to four
weeks. Common causes include acute vocal strain or upper respiratory infection. Short-term
vocal abuse (e.g., singing, screaming) or protracted coughing can cause microtrauma and focal
vocal fold edema. Hoarseness is often part of a constellation of upper respiratory symptoms
caused by viruses and less commonly by bacterial or fungal sources.5 Allergic rhinitis is another
common cause of acute laryngitis.

Chronic laryngitis is diagnosed when symptoms persist for more than three to four weeks. Long-
term inhalation of irritants (usually through smoking), reflux, chronic vocal strain, and postnasal
drip are common causes. Irritation of vocal fold mucosa by reflux can be caused by
laryngopharyngeal reflux (LPR) or gastroesophageal reflux disease (GERD). Medications are
another common cause of chronic laryngitis

The causes of hoarseness are diverse:

● Acute and chronic laryngitis (accounting for 42.1% and 9.7% of cases respectively)
● Functional dysphonia (30%)
● Benign and malignant tumors (10.7 to 31.0% and 2.2 to 3.0% respectively)
● Neurogenic factors such as vocal cord paralysis (2.8 to 8%)
● Physiological aging (2%)
● Psychogenic factors (2.0 to 2.2%) (1, e5).

3. Mengapa bisa tenggorokkan kering terutama di pagi hari?

● Saliva can help neutralize stomach acid, but production of saliva is reduced during
deeper stages of sleep.
● Reflux induced cough is more frequently dry
● A disorder of the salivary glands with hyposcialia should contribute to the genesis of LPR
on account of the decreasing of one of the oesophageal clearance mechanisms.
Certainly, the chronic xerostomia is associated with prolonged oesophageal exposure to
the acid and oesophagitis 7, even if these data are in contrast with the absence, in
patients with GERD, of abnormal impaired salivary function 8.
● The most common symptoms of LPR are excessive throat clearing, coughing,
hoarseness, and globus pharyngeus (“lump in the throat sensation”).1 Hoarseness is
generally a fluctuating symptom that occurs in the morning and improves during the day.
● Because acid reflux usually is worse when lying down, the hoarseness caused by
GERD often is most noticeable in the morning right after awakening

4. Mengapa bisa pasien merasakan nyeri telan?


Nyeri telan -> odynophagia. Kalau dysphagia -> gabisa menelan.
Almost always indicates mucosal irritation or ulceration.
Penyebab odynophagia:
- Inflammation of the mouth, throat, or esophagus caused by tonsillitis, pharyngitis,
laryngitis, or esophagitis.
- Selain karena keluhan di GIT, odynophagia bs muncul juga di acute laryngitis. Bareng
sore throat juga
-

5. Apa kaitan tidak kesulitan menelan makanan dengan keluhan utama pasien?

· Kesulitan menelan maka ada masalah dibagian esofagus atau faring atau digestive
lainnya. Karena esofagitis memiliki manifestasi esofagitis itu ada disfagia dan ada
disfonia juga, selain itu laringofaringeal refluks juga memiliki manifestasi yang sama
dengan esofagitis, atau pun faringitis. Disfagia faring terlibat karena persarafan bersama
antara tenggorokan dan faring. Faring dan digestive dipersarafi oleh nervus vagus.

Kalau ada disfagia curiga karsinoma, GERD, LPR (laringofaringeal refluks), esofagitis, faringitis.

6. Apa kaitan tidak adanya sesak napas dengan keluhan utama pasien?

Sesak nafas disebabkan karena edema laring yang besar.


Dyspnea is a symptom whose diagnosis requires the exclusion of other diseases with which it
can be confused, such as asthma and a variety of pulmonary and heart diseases. Dyspnea
originated in the larynx may occur due to obstruction by a tumor or other affections in situ,
interfering the airway, such as: edema by infections (laringitis akut) or inflammatory processes,
a traumatism, an abnormal movement of the larynx structures, such as the inappropriate or
absent of the vocal cords or the laryngospasm. Severity of larynx dyspnea may be to mild to
acute, risking the life.

7. Adakah hubungan kebiasaan makan pasien dengan keluhan utama?

Minyak goreng yang dipanaskan melebihi titik didihnya akan menyebabkan kandungan gliserol di
dalamnya berubah menjadi akrolein. Rasa gatal pada tenggorokan sebenarnya disebabkan oleh akrolein,
senyawa yang terbentuk karena suhu pemanasan minyak goreng melebihi titik asapnya. Minyak goreng
yang baik memiliki titik asap yang tinggi. Makin tinggi titik asapnya, makin baik mutu minyak goreng
tersebut. Bila minyak digunakan berulang kali, maka akrolein semakin cepat terbentuk sehingga gorengan
yang dimakan menimbulkan batuk.

Akrolein merupakan iritan yang dapat mengiritasi mukosa laring sehingga menyebabkan sekresi mukus
berkurang. Akibatnya tenggorokan akan terasa kering dan suara serak (hoarshness).

Nah selain itu, goreng-gorengan, es dan makanan instant itu akan mengiritasi lambung dan ningkatin
asam lambung yang lama lama bisa iritasi dari sfingter esofagus atas maupun bawah jadinya bisa LPR
atau laryngopharyngeal reflux adalah inflamasi pada laryng dan faring krn adanya retrograde movement
dari isi gaster spt asam lambung dan ezim pepsin. Nah salah satu manifestasi klinis dari LPR ini adalah
dysfonia atau serak. Terus kan LPR sama GERD ini agak2 mirip ya sama2 reflux. Jd di sini aku tambahin
tabel utk bedainnya yaaa
Terus juga aku nemu banyak sumber yg mengatakan bahwa fast food, makanan goreng2 itu
faktor risiko utk terjadinya Ca laring dan faring.

8. Adakah hubungan riwayat maag dengan keluhan utama pasien?


Jadi kan maag ini paling banyak disebabkan oleh H.pylori. H pylori ini paling banyak tuh di mukosa
lambung, tp bisa berkolonisasi di banyak tempat seperti pada saliva, sinus parasanal.
nah terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa insidensi infeksi H. pylori pada pasien LPR adalah
sebesar 57% namun ini masih kontroversial karena ada juga penelitian yang menentang ini, yaitu tdk ada
hubungan antara infeksi H pylori dengan LPR. Nah ini aku kaitkan dgn maag karena salah satu
manifestasi klinis dari LPR ini adalah adanya serak.

9. Bagaimana interpretasi tonsil T1-T1, granulasi +, hiperemis +, dan tonsil lingual


>>?
Tonsil t1: kayak di atas
Granulasi +: didapatkan jaringan granulasi, yaitu permukaan yang tidak rata, jaringan fibrosa
dari bekuan darah, sebelum terbentuknya jaringan baru
Hiperemis+ : menandakan bahwa mukosa pada dinding posterior faring tersebut sedang
berada pada fase inflamasi untuk penyembuhan luka , biasanya dapat disebabkan karena
virus (paling sering), bakteri (jarang), dll
Tonsil lingual >>: menandakan adanya pembesaran dari tonsil lingual. Menandakan ada massa
di orofaring atau laringofaring

10. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laringoskopi?


epiglottis edema (-): menandakan tidak ada pembengkakan atau edema di epiglottis yg
biasanya sering disebabkan oleh infeksi, tapi bisa juga krn cedera. menunjukkan bahwa tidak
adanya sumbatan pada jalan napas, karena pada saat terjadi edema, maka epiglottis yang
berfungsi sebagai katup untuk menutup jalan napas saat makan menjadi membengkak
dikarenakan lendir pada submukosa epiglottis yang banyak. Hal ini akan menyebabkan adanya
sumbatan jalan napas. Biasa terjadi di epiglottitis akut/supraglottitis jd bisa menyingkirkan dx
tsb.
Plica aryepiglottica (-) juga menunjukkan bahwa tidak adanya sumbatan pada jalan napas, dan
dapat menyingkirkan satu diagnosis banding yaitu edema laring (penyempitan saluran napas
atas seperti epiglottis dan plica aryepiglottica yang disebabkan oleh penumpukkan cairan pada
lapisan submukosa).
Arytenoid edema (+) menunjukkan bahwa fungsinya sebagai kartilago yang menggerakan plica
vocalis terganggu. Mukosa hiperemis menunjukkan adanya inflamasi pada mukosa laring.
Plica vocalis edema (+) menunjukkan bahwa terjadi penumpukkan cairan pada lapisan mukosa
plica vocalis sehingga pergerakannya terganggu. Hal ini mengarahkan pada satu diagnosis
banding yaitu laryngitis. Gerakan plica vocalis sulit dievakuasi menunjukkan bahwa
kemungkinan plica vocalis tidak bisa bergetar sehingga tidak menunjukkan gerakan, atau
adanya penghalang lain sehingga plica vocalis tidak terlihat
11. Apa kaitan tidak adanya kelainan hidung dan telinga, ataupun limfadenopati
dengan keluhan utama pasien?
Tidak ada keluhan di hidung: menyingkirkan dd penyebab dari dysphonia adalah alergi atau
URI (upper respiratory infection) karena pada kasus alergi/URI biasanya akan ditemukan
rhinorrhea (hidung meler) [sumber: AAFP]

Tidak ada keluhan di telinga: menyingkirkan kecurigaan bahwa hoarseness timbul akibat
laryngeal cancer karena laryngeal cancer dapat menimbulkan otalgia (sakit telinga) karena N.X
Primary and referred otalgia pathways of the vagus nerve (X). Cranial nerve X is involved with otalgia via the
auricular nerve of Arnold. Reprinted with permission from the American Journal of Clinical Oncology (2003;26:e157–
62)

Tidak ada limfadenopati: menyingkirkan dd penyebab gangguan adalah keganasan atau URI

Anda mungkin juga menyukai