Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh

Nama : Eka Kurnia Sari

NIM : 21117046

Dosen pembimbing : Yulius Tiranda, S.Kep., Ns., M.Kep,. PhD

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN IKest MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN KMB
IKesT MUHAMMADIYAH

A. Definisi
Stroke adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, yang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi
lainnya yang terjadi lebih dari 24 jam di mana penyebabnya adalah gangguan
sirkulasi aliran darah keotak (Usman, 2014).
Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah
ke otak karena sumbatan (stroke iskemik atau stroke non hemoragik) atau
perdarahan (stroke hemoragik). Pada stroke iskemik atau non hemoragik, aliran
darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis. Stroke
perdarahan hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi
tidak normal dan darah keluar merembes masuk kedalam suatu daerah diotak dan
darah keluar merembes masuk kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya
(Junaidi, 2012).

B. Etiologi
Penyebab stroke menurut Brunner & Suddarth (2013) diakibatkan salah satu dari
ke empat kejadian yaitu :
1. Trombosis Serebral
Ateroskleroosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebraladalah penyebab
utama trombosis serebral dan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda
trombosis serebral yaitu pusing,perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral
atau embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara
tiba-tiba dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada
setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisisberat pada beberapa jam
atau hari.
2. Embolisme serebral
Abnormal patologik pada jantung kiri, seperti endokarditisinfektif, penyakit
jantung reumatik, dan infark miokard, infeksipulmonal adalah tempat asal
emboli. Pemasangan katub jantung prostetikdapat mencetuskan stroke karena
terdapat peningkatan insiden embolisme stelah prosedur ini. Kegagalan pacu
jantung, fibrasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli
serebral dan sroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.
3. Iskemia serebral
Iskemiaserebral (insufisiensi suplai darah keotak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darahkeotak.
4. Hemoragik serebral
Hemoragik dapat terjadi diluar dura mater (demoragi ekstraduralatau epidural)
kedaruratan bedah neuro yang memerlukan penanganan segera mengikuti
fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meninges lain,
dibawah dura mater (hemoragik subdural) hematoma subdural
biasanyajembatanvena robek, diruang subarakhnoid(hemoragik subarakhnoid)
akibat trauma atau hipertensi tetapipenyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme parea sirkulus willis dan malformasi arteri-vena kongenital ada
otak, didalam substansi otak (hemoragik intraserebral) pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral.
C. Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi
Gambar 1: Anatomi otak

Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian
oksigen tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Secara anatomis
sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf
cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-pesan
neural sensorik (aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau menerima
pesan-pesan neural motorik ( eferen) dari system saraf pusat. Saraf spinal
menghantarkan pesan-pesan tersebut maka sarafspinal dinamakan saraf campuran
(Evelyn C. Pearce, 2011 )
Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian aferen membawa
baik informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik yang tidak
disadari. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut
aferen membawa masukan dari organ- organ visceral. Saraf parasimpatis adalah
menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan
pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan
(Evelyn C. Pearce, 2011 ).
2. Fisiologi
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa daerah. Korteks
serebri terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan serebri disebut
sulkus. Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis.
Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya
(lobusfrontalis, temporalis,oarientali sdan oksipitalis) (Evelyn C. Pearce, 2011 ).
Fisura longitudinalis merupakan celah dalam pada bidang media
laterali memisahkan lobus temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan
lobus parientalis sebelah posterior. Sulkus sentralis juga memisahkan lobus
frontalis juga memisahkan lobus frontalis dan lobus parientalis. Adapun
bagian-bagian otak meluputi :
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
a) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian
sulkussentralis.
b) Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakang
oleh korakooksipitalis.
c) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan
didepan lobusoksipitalis.
d) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dariserebrum.
b. Batang otak
Batang otak terdiri :
a) Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang otak. yang
terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel
saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul
interna dengan sudut menghadap kesamping. Fungsinya dari
diensephalon yaitu:
 Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
 Respirator, membantu prosespernafasan.
 Mengontrol kegiatan refleks.
 Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari mesensefalon
terdiri dari empat bagian yang menonjol keatas.
b) Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum diantara
otak tengah dan medulla oblongata. Disini terdapat premoktosid yang
mengatur gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya adalah:
 Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla
oblongata dengan serebellum.
 Pusat saraf nervustrigeminus.
c) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan medulla
spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar disebut
kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral medulla oblongata.
Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai
saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat
vital” yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem
kardiovaskuler. Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini
dalam batang otak dapat membawa akibat yang sangat serius.
3. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas
medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil
pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pundunkulus
serebri inferior.
4. Saraf otak
Tabel 1. saraf otak
Urutan Nama saraf Sifat saraf Bagian dan fungsi
saraf
I Nervus olfaktorius Sensorik Hidung, sebagai alat
penciuman
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk
penglihatan
III Nervus okulomotoris Motorik Penggerak bola mata dan
mengangkat kelopak mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan
penggerak bola mata
V Nervus trigeminus Motorik dan sensorik Kulit kepala dan kelopak
N. Oftalmikus Motorik dan sensorik mata atas
N. Maksilaris Sensorik Rahang atas, palatum dan
N. Mandibularis hidung
Motorik dan sensorik
Rahang bawah dan lidah
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi
mata
VII Nervus fasialis Motorik dan sensorik Otot lidah, menggerakkan
lidah dan selaput lendir
rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan
pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah,
rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru
dan esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus Motorik Lidah, citarasa, dan otot
hipoglosus lidah

5. Saraf otonom
a. Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan
sumsum tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis
terdiri dari 3 bagian, yaitu :
a) Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen
lumbalis 1-3 terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan –
kumpulan sel saraf simpatis.
b) Trunkus simpatikus beserta cabang – cabangnya. Di sebelah kiri dan
kanan vertebra terdapat barisan ganglion saraf simpatikus yang
membujur di sepanjang vertebra.
Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian yaitu :
 Trunkus simpatikus servikalis. Terdiri dari 3 pasang ganglion. Dari
ganglion – ganglion ini keluar cabang – cabang saraf simpatis yang
menuju ke jantung dari arteri karotis. Disekitar arteri karotis
membentuk pleksus.
 Trunkus simpatikus torakalis. Terdiri dari 10-11 ganglion, dari
ganglion ini keluar cabang – cabang simpatis seperti cabang yang
mensarafi organ – organ di dalam toraks ( mis, orta, paru – paru,
bronkus, esophagus, dsb ) dan cabang – cabang yang menembus
diafragma dan masuk ke dalam abdomen, Cabang ini dalam rongga
abdomen mensarafi organ – organ di dalamnya.
 Trunkus simpatikus lumbalis. Bercabang – cabang menuju ke
dalam abdomen, juga ikut membentuk pleksus solare yang
bercabang – cabang ke dalam pelvis untuk turut membentuk
pleksus pelvini.
 Trunkus simpatikus pelvis. Bercabang cabang ke dalam pelvis
untuk membentuk pleksus pelvini.
c) Pleksus simpatikus beserta cabang cabangnya. Di dalam abdomen,
pelvis, toraks, serta di dekat organ – organ yang dipersarafi oleh saraf
simpatis (otonom).
6. Sistem Parasimpatis
Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini merupakan
penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar
dari otak menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh serabut – serabut
menuju iris. Dan dengan demikian merangsang gerakan – gerakan saraf ke -3
yaitu saraf okulomotorik.
Saraf simpatis sacral keluar dari sumsum tulang belakang melalui daerah
sacral. Saraf – saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan
bersama saraf – saraf simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon
rectum dan kandung kemih. Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik
kandung kemih mengalami gangguan. System pengendalian ganda (simpatis
dan parasimpatis). Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber
persarafan yaitu simpatis atau parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki
persarafan ganda yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral
atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf (masing –
masing bekerja berlawanan) (Evelyn C. Pearce, 2011 ).
Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap
dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut – serabut ekselevator
dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran
pencernaan memiliki urat saraf ekselevator dan inhibitor yangmempercepat
dan memperlambat peristaltic berturut – turut.Fungsi serabut parasimpatis :
1) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,
submandibularis, dan kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2) Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di
nuclei lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3) Mempersarafi kelenjar ludah ( sublingualis dan submandibularis ),
berpusat di nucleus salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti
nervus VII
4) Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di
dalam medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinum, ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis
yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7) Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di
kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan
rectum tegang miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex
ini dapat dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh
menghambat ini berasal dari korteks di daerah lotus parasentralis yang
berjalan dalam traktus piramidalis.

D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1
menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat
menyebabkan nekrosis mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik kemudian
disebut infark, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum
(karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia
dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat
dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke
adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler,
aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragik.
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dna
infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan
pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung
pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja didalam arteri-
arteri yang membentuk sirkulasi arteria karotis interna dan sistem verterbrobasilar
dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian
jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan
infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Menurut Wijaya & Putri 2013 proses patologik yang mendasari mungkin salah
satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa:
1. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti ateroklerosis dan
thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan.
2. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau
hiperviskositas darah.
3. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium.
4. Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
E. Pathway
(Nurarif & Hardhi, 2015)
-Faktor pencetus hipertensi, DM, penyakit jantung
-Merokok, stress, gaya hidup yang tidak baik
-Fakor obesitas dan kolesterol yang meningkat dalam darah

Penimbunan lemak/kolesterol yang meningkat dalam darah

Lemak yang sudah nekrotik dan berdegenerasi

infiltrasi limfosit (trombbus)

Arterisclerosis Pembuluh darah akan menjadi kaku Penyempitan pembuluh darah


(okulasi vaskuler)
Thrombus cerebla Mngkuti aliran darah Pembuluh darah menjadi pecah

Stroke Hemoragic Emboli Aliran darah lambat

Stroke Hemoragik Kompresi jaringan otak Turbulensi

Proses metabolism dalam otak terganggu Eritrosist bergumpal

Penurunan suplai darah & O2 ke otak Gg. Perfusi jaringan Endotil rusak
Serebral
Cairan plasma hilang
Edema serebral

Peningkatan TIK Nyeri

Arteri vetebra Arteri carotis Arteri cerebri


basilaris interna media

Disfungsi N.IX Kerusakan Kerusakan neurologis Penurunan fungsi N.X Disfungsi N.II Disfungsi
(Assesories) neurocerebrospinal deficit N.I N.IX N.IX
N.VII, NIX N.II N.IV Penurunan aliran
Kelemahan N.XI N.XII Proses menelan darah ke retina Kegagalan
anggota gerak tidak efektif Menggerakan
anggota tbh
Kerusakan Kehilangan fungsi Perubahan ketajaman Refkuks Kebutaan
tonus otot fasial sensori, penghidung, Hambatan Mobilitas Fisik
Mobilitas Fisik pengelihatan dan pengecapan Disfagia
resiko krusakan
Kerusakan
menelan
Gangguan kebutuhan nutrisi
Komunikasi Gangguan sensori
kurang dari kebutuhan tubuh
Verbal
F. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000) dikutip dalam Wijaya & Putri 2013 stroke dapat dibagi
1. Perdarahan intraserebral
Stroke akibat perdarahan intraserebral (PIS) mempunyai gejala prodromal
yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali
setiap hari, saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat
sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari
setengah jam, 23% antara ½ terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan perdarahan subaraknoid(PSA) didapatkan gejala
prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu
dan sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema
papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma
pada arteri komunikasi anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis
yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
lokasinya.manifestasi stroke dapat berupa :
a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
c. Perubahan mendadak status mental
d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami
ucapan)
e. Ataksia anggota badan
f. Vertigo, mual,muntah atau nyeri kepala

G. Pemeriksaan Penunjanga
1. CT (computed tomography) scan memperlihatkan adanya edema, hematoma,
iskemia, dan adanya infark.
2. Ultrasonografi Doppler mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
sistem arteri karotis (arteri darah atau muncul plak).
3. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti peredaran darah atau obstruksi arteri adalah titik obstruksi atau rupture.
4. Fungsi liumbal menunjukkan adanya tekanan normal, hemoragik, Malformasi
Arteri Vena (MAV).
5. SinarX tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari masa yang meluas.
6. EEG (electro ensefalografi) mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifikg.
7. EKG (electrokardiografi) mengidentifikasi pentingnya iskemia dan aritmia
jantung, serta penyakit jantung lainnya, sebagai penyebab stroke.
8. Kadar gula darah pemeriksaan ini sangat diperlukan karena pentingnya
diabetes melitus sebagai salah satu faktor stroke
9. Elektrolit serum faal ginjal pemeriksaan ini diperlukan, terutama berkaitan
dengan kemungkinan pemberian obat osmoterapi pada pasien stroke yang
disertai peningkatan intrakranial, dan keadaan dehidrasi.
10. Darah lengkap rutin pemeriksaan ini diperlukan untukmenentukan keadaan
hematologik yang dapat mempengaruhi stroke iskemik, misalnya anemia,
polisitemia vera, dan keganasan.
11. Faal hemostasis. Pemeriksaan jumlah trombosit, waktu protrombin (PT) dan
tromboplastin (aPPT) diperlukan terutama berkaitan dengan pemakaian obat
antikoagulan dan trombolitik.

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan stroke di rumah sakit terbagi atas :
1) Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut (Golden Period selama 3 jam)
a) Terapi oksigen, pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami
gangguan aliran darah ke otak. Sehingga kebutuhan oksigen sangat
penting untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk mempertahankan
metabolism otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sesuai hasil pemeriksaan analisa gas darah atau oksimetri
b) Penatalaksanaan peningkatan. Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema serebri,
oleh karena itu pengurangan edema penting dilakukan misalnya
dengan pemberian manitol, control atau pengendalian tekanan darah
c) Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
e) Evaluasi status cairan dan elektrolit
f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan
cegah resiko injuri
g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan
pemberian makanan
h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan
i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan
pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex
j) Terapi cairan, stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena
penurunan kesadaran atau mengalami disfagia. Terapi cairan ini
penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah.
The American Heart Association sudah menganjurkan normal saline
50 ml/jam selama jam-jam pertama dari stroke iskemik akut. Segera
setelah stroke hemodinamik stabil, terapi cairan rumatan bisa
diberikan sebagai KAEN 3B/KAEN 3A. Kedua larutan ini lebih
baik pada dehidrasi hipertonik serta memenuhi kebutuhan
hemoestasis kalium dan natrium. Setelah fase akut stroke, larutan
rumatan bisa diberikan untuk memelihara hemoestasis elektrolit,
khususnya kalium dan natrium.
2) Fase rehabilitasi
a. Pertahankan nutrisi yang adekuat
b. Program manajemen bladder dan bowel
c. Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)
d. Pertahankan integritas kulit
e. Pertahankan komunikasi yang efektif
f. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
g. Persiapan pasien pulang
2. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurutWijaya & Putri (2013)
a. Trombolitik (streptokinase)
b. Anti platelet/ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemmorhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotinin (noftridrofuryl)
f. Antagonis calsium (nomodipin, piracetam)

I. Konsep Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien pada sebuah pelayanan kesehatan dimulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi (Rendy, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masala, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien (Rendy, 2012).
1) Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, statusperkawinan,
pendidikan dllb)
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat tinggi
kolestrol, obesitas, riwayat DM, riwayat aterosklerosis, merokok,
riwayat pemakain kontrasepsi yang disertai hipertensi dan
menigkatnya kadar estrogen, riwayat konsumsi alkohol.
c. Riwayat penyakit sekarang
Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kehilangan motorik,
merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralis (hemiplagia), merasa mudah lelah,
susah beristirahat (nyeri, kejang otot).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degeneratif atau menular dalam
keluarga.
2) Pemeriksaan data dasar
a. Aktivitas / istirahat
Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan,
kehilangan atau paralisis, merasa mudah lelah, susah beristirahat nyeri
kejang otot, gangguan tous otot, gangguan penglihatan, gangguan
tigkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Adanya penyakit jantung, hipotensi arterial berhubungan dengan
embolisme, frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidak efektifan
fungsi jantung.
c. Integritas ego
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi labil, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan pola berkemih seperti inkontensia urien, distensi abdomen,
bising usus (-).
e. Makanan / cairan
Nafsu makan hilang muala muntah selama fase akut / peningkatan
TIK, kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi, dan tengkorak),
disfagia, kesulitan menelan.
f. Neurosensori
Adanya sinkop/ pusing, sakit kepala berat, kelemahan, kesemutan
kebas pada sisi yang terkena seperti lumpuh, penglihatan menurun,
hilangnyya rangsangan sensoris kontra lateral pada wajah, gangguan
rasa pengecapandan penciuman, status mental / tingkat kesadaran
menurun, penurunan memori, paralistis, reflek tendon menurun, afasia,
kehilangan kemampuan mengenali gangguan persepsi, kehilangan
kemampuan menggunakan motorik.
g. Nyeri
SaPernafasanMerokok, batuk, hambatan jalan nafas, pernafasan sulit,
suaranafas tambahan.
h. Keamanan
Motorik / sensorik, tidak mampu mengenali objek warna dan wajah
yang pernah dikenali, gagguan berespon terhadap panas dan dingin,
gangguan regulasi tubuh, tidak mandiri, gangguan dalam memutuskan,
perhatian terhadap keamanan sedikit, tidak sadar/ kurang kesadaran
diri.
i. Interaksi sosial
Masalah bicara tidak mampu berkomunikasi.
3) Pemeriksaan neurologis
a. Status mental
Tingkat kesadaran (kualitatif, kuantitatif), pemeriksaan kemampuan
berbicara, orientasi (tempat, waku, orang), penilaian daya
pertimbangan, penilaian daya obstruksi, penilaian kosakata, daya
ingat, berhitung dan mengenal benda.
b. Nervus kranialis
Olfaktorius (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotoris (gerak
mata, kontraksi pupil), troklear (gerak mata), trigeminus (sensasi pada
wajah kulit kepala, gigi, mengunyah), abducen (gerak mata), fasialis
(pengecapan), vestibulokoklearisis (pendengaran dan keseimbangan),
aksesoris spinal, (fonasi, gerakan kepala, leher, dan bahu), hipoglasus
(gerak lidah).
c. Fungsi motorik
Masa otot, kekuatan dan tonus otot, fleksi dan ekstensi lengan abduksi
lengan dan adduksi lengan, fleksi dan ekstensi pergelangan tangan,
adduksi dan abduksi jari, abduksi dan adduksi pinggul, fleksi dan
ekstensi lutut, dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki,
dorsofleksi dan fleksiplantar ibu jari kaki.
d. Fungsi sensori
Sentuhan ringan, sensai nyeri, sensasi posisi, sensasi getaran,
lokalisasi taktil.
e. Fungsi serebelum
Tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes romberg, gaya
berjalan.
f. Reflek
Bisep, trisep, brachioradialis, patella, achilles

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu :
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d O2 otak menurun
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
untuk mengabsorpsi nutrient
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot.
4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d factor risiko : lembap
5. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan
sentral bicara.
K. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan NIC


1 Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau TTV tiap jam dan catat hasilnya
serebral b.d O2 otak menurun keperawatan selama ….. jam 2. Kaji respon motoric terhadap perintah
dengan kriteria hasil: sederhana
No Indikator T 3. Pantau status neurologis secara teratur
1 Mampu 5 4. Dorong latihan kaki aktif/ pasif
mempertahankan 5. Kolaborasi pemberian obat sesuai
tingkat kesadaran indikasi
2 Fungsi sensori dan 5
motoric membai
Keterangan:
1. Deviasi berat dari kisaran
normal
2. Deviasi yang cukup besar dari
kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran
normal
4. Deviasi ringn dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi dari isaran
normal
2 Ketidak seimbangan nutrisi: Setelah dilakukan tindakan NIC: Manajemen Gangguan makan
kurang dari kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama ….. jam 1. Monitor TTV, dan elektrolit
ketidakmampuan untuk dengan kriteria hasil: 2. Monitor intake/asupan dan cairan
mengabsorpsi nutrient NOC: Status Nutris secara tepat
No Indikator T 3. monitor asupan kalori makanan harian
1 Asupan gizi 5 4. Observasi klien selama dan setelah
2 Asupan makanan 5
3 Asupan cairan 5 pemberian makanan/makanan ringan
Keterangan: untuk meyakinkan bahwa
1. Sangat menyimpang dari intake/asupan makanan yang cukup
rentang normal tercapai dan dipertahankan.
2. Banyak menyimpang dari 5. Monitor berat badan klien sesuai dan
rentang normal rutin
3. Cukup menyimpang dari
rentang normal
4. Sedikit menyimpang dari
rentang normal
5. Tidak menyimpang dari rentang
normal
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan NIC: Terapi latihan Ambulansi
penurunan kekuatan otot. keperawatan selama ….. jam 1. Terapkan atau sediakan alat bantu
dengan kriteria hasil: tongkat, atau kursi roda.
NOC: Ambulasi 2. Bantu pasien dengan ambulansi awal
No Indikator T dan jika diperlukan
1 Berjalan dengan cepat 5 3. instruksikan mengenai pemindahan dan
2 Berjalan menanjak 5
3 Berjalan menurun 5 teknik ambulansi yang amakn
Keterangan: 4. Perubahan posisi
1. Sangat terganggu 5. Teravi aktivitas, mobilitas sendi.
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M Gloria. Edisi Keenam. Nursing Interventions Classification (NIC).
Yogyakarta : Elsevier
Pearce Evelyn C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedika Pustaka
Utama.
Ustan, M. Nadjib. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
PT. RinekaCipta.
Moorhead, Sue. EdisiKelima. Nursing Outcomes Classification (NOC).Yogyakarta :
Elsevier
Rendy Clevo M. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Margareth
TH.
Padila, 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pudiastuti, Dewi Ratna. 2011. PenyakitPemicu Stroke (Dilengkapi Posyandu
Lansiadan Posyandu PTM). Yogyakarta: Medikal Book.
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: CV Sagung Seto.
Wijaya & Putri, 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan ContohAskep. Yogyakarta :NuhaMedika.

Anda mungkin juga menyukai