Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT

ISLAM

SUGENG RIYADI
Pendidikan Agama Islam Kelas F
Semester 5
Resume Mata Kuliah
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmannirrohim

Hanya Allah yang berhak dipuji, karena hanya Allah-lah Yang


Maha Kaya dengan segala ilmu. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Muhammad, Rasulullah SAW. dan para pendukungnya
yang mmau menyambungkan ilmu Allah itu kepada umat yang haus akan
kebenaran.

Kehadiran diktata FILSAFAT ISLAM ini disamping sebagai pelengkap


tugas mandiri dari mata kuliah Filsafat Islam yang penulis sajikan
terdahulu, penulis juga berharap, kiranya akan memperkaya para mahasiswa
dengan disiplin ilmu filsafat Islam yang banyak mendominasi
pengembangan proses belajar mengajar.

Ada kekhawatiran penulis dalam menyajikan buku ini ke hadapan para


pembaca, mahasiswa Fakultas Tarbiyah pada khususnya, dalam kaitan
sejauhmana ilmu ini dapat memperkuat benteng keyakinan yang ada pada
dirinya. Sebab buku sebagai pendidik, betapa pun kecilnya akan
memberikan pengaruh tertentu kepada para pembacanya. Namun di balik itu
penulis tetap berkeyakinan, apa pun yagn dibaca, di mana pun penelitian
dilakukan, dan bagaimana pun ikhtiar itu diupayakan, manakala hidayah
Tuhan itu tetap mengiringi kita, kita akan tetap dalam tekad Allah Tuhanku,
Muhammad Nabiku, dan Islam agamaku. Semoga ilmu tetaplah ilmu, dan
manfaatnya sejauh manfaat ilmu. Tetapi keyakinan adalah di atas segalanya,
karena ialah yang diharapkan dapat membawa keselamatan, ketentraman
dan kedamaian hidup dunia akherat.

Sembari penulis berharap buku ini akan membawa manfaat yang setinggi-
tingginya, dan sambil mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu tersajinya buku ini, penulis tetap menanti saran dan kritik
untuk penyempurnannya.

Semoga Allah memberkahinya. Amien ...

Bandung, April 2021

Penulis,
Table of Contents
KATA PENGANTAR.....................................................................IV
BAB I FILSAFAT ISLAM................................................................6
A. Definisi Sejarah Filsafat Islam...............................................7
B. Sejarah Munculnya Filsafat Islam..........................................9
C. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani..................9
BAB I
FILSAFAT ISLAM
( Sejarah lahirnya Filsafat Islam, Hubungan Filsafat Islam
dengan Filsafat Yunani, Pandangan Orientalis dan Pandangan
Sejarah Islam dan Sumber-Sumber Filsafat Islam )
A. Definisi Sejarah Filsafat Islam
Filsafat merupakan pemikiran reflektif (Merenung).
Pemikiran yang reflektif berusaha untuk memikirkan sesuatu dengan
mendalam dan radikal, artinya pemikiran yang jauh menjangkau ke
dasar-dasar yang paling dalam untuk mendapatkan hakikat sesuatu
sejauh dapat dicapai oleh kemampuan budi dan akal manusia.
Filsafat berusaha untuk mengungkap prinsip-prinsip atau asas-asas
yang abstrak dan universal terlepas dari bentuk eksistensi dan
fenomenanya yang konkret serta terbatas di dunia ini (Van der
Meulen SJ, 1987: 74-75).
Adapun secara literal filsafat berasal dari kata Philo artinya
‘Cinta’ dan Sophia artinya ‘Kebijaksanaan’. Dalam Bahasa Yunani
kata itu memiliki pengertian dan makna yang lebih dibandingkan
‘wisdom’ dalam Bahasa inggris modern.(Asy’arie, 2001: 1). Dalam
Lisanul ‘Arab, kata falsafah berakar dari kata falsafa, yang memiliki
arti al-Hikmah1

Dengan adanya pengaruh ucapan Inggris, yakni philosophy,


maka istilah “Falsafah” -pada awalnya-, direduksi ke dalam Bahasa
Indonesia menjadi “filsafat”, atau “filosofi”. Dalam tradisi Inggris
modern filsafat dibedakan sebagai 1). Upaya pencarian guna
memperoleh kebijaksanaan, dan 2). Usaha sungguh-sungguh sebagai
pemenuhan kebutuhan intelektual., meski demikian, filsafat tetap
saja memiliki keluasan makna aslinya.(John Pasmore, 1972: 216).

Secara sederhana dapat dikatakan, bahwa filsafat adalah


hasil kerja berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara
sistematis, radikal, dan Universal(Nasution, 2011: 2)

Pengertian Sejarah dapat mengacu kepada tiga pengertian,


Pertama, sejarah sebagai peristiwa yang benar-benar terjadi (res
1
Dalam literatur Bahasa Arab yang original, istilah filsafat ini popular
dengan sebutan ulumul hikmah yang disingkat al-hikmah, kata tersebut
sepadan dengan kata Sophia dalam bahasa Yunani, yang artinya adalah
kebijaksanaan atau wisdomdalam Bahasa Inggris
gestae ), kedua, sejarah sebagai kisah atau ilmu mengenai peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi (rerum gestarum ), dan ketiga, sejarah
sebagai nilai (Value)(Prof. A. Daliman, 2012). Sementara itu, Taufik
Abdullah memberikan Batasan-batasan dalam menentukan apakah
yang terjadi di masa lalu itu termasuk bagian dari sejarah atau tidak,
ada empat Batasan yang di kategorikan olehnya, yaitu waktu,
peristiwa, tempat, dan lulus seleksi (Yatim, 1997: 2-3).

Isalam berasal dari kata Salima yang berarti “Sejahtera”,


“tidak tercela” “tidak bercacat”. Dari kata itu terbentuk kata Masdar
salamat ( yang dalam Bahasa Indonesia ) menjadi “selamat”). Dari
akar kata itu juga, terbentuk kata-kata, salm, silm, yang berarti
“kedamaian”, “Kepatuhan”, dan “penyerahan diri”. Berdasarkan
uraian tersebut, makna yang terkadanung dalam Islam adalah
kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri), ketaatan
dan kepatuhan.(Ali, 1998: 49).

Lebih lanjut, Muhammad Syaltut mendefinisikan Islam


adalah agama Allah yang diperintahkan untuk mengajarkan tentang
pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad
Saw dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut
kepada seluruh manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.
(Djumransjah, 2005: 14). Menurut H.A.R Gibb Islam is indeed much
more than a system of theology; it is a completecivilization, yakni
Islam tidak hanya sekedar system teologi, tetapi juga mencakup
semua system peradaban manusia. Disini letak keleluasaan Islam
yang wilayahnya tidak hanya mencakup unsur materi dan duniawi
tetapi unsur immateri dan ukhrawi.

Jadi dapat diasumsikan sementara bahwa sejarah filsafat


Islam adalah asal usul hasil kerja berfikir menemukan hakikat
sesuatu secara sistematis, radikal dan universal melalui pendekatan
Islami.
Dilihat dari sisi yang lain, banyak para filusuf yang berbeda
pendapat dalam menginterpretasikan filsafat Islam itu sendiri. Ada
yang menginterpretasikan filsafat Islam sebagai hasil pemikiran
filusuf tentang ketuhana, kenabian, manusia, dan alam yang disinari
ajaran Islam dalam suatu aturan pemikiran yang logis dan sistematis
(Nasution, 2011: 2).

B. Sejarah Munculnya Filsafat Islam


Asal mula filsafat Islam telah banyak dikemukakan oleh
berbagai teori oleh orang-orang yang mengetahui maupun
sebaliknya, bahkan menganggap tidak perlu mempelajari sumber
aslinya. Satu diantara teori-teori tersebut menyatakan bahwa filsafat
Islam lahir berkat masuknya pemikiran Yunani kedalam pemikiran
Arab. Dikatakan hanya melalui penerjemahan buku-buku ilmu
pengetahuan yang berbahasa Yunani kedalam Bahasa Arab lah kaum
muslimin dirangsang dan dipaksa untuk berpikir, oleh karena banyak
ajaran dan kepercayaan yang sampai kepada bangsa Arab melalui
karya-karya itu yang bertentangan dengan dasar-dasar agama Islam.
Tidak dapat disangkal bahwa ajaran yang dianut oleh Plato dan
muridnya Aristiteles bertentang dengan al-Qur’an dan tidak dapat
diterima ileh umat Islam (Qadir, 1989: 30).

C. Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani


Muncul-lah sebuah asumsi bahwa filsafat Islam tidak akan
lahir jika pemikiran-pemikiran Yunani masuk ke negeri-negeri Islam
dengan ajaran-ajarannya yang berbeda dengan Islam adalah tidak
benar adanya, padahal sumber inspirasi yang sesungguhnya dan asli
bagi pemikir dan intelektual Islam adalah al-Qur’an dan hadis.
Sementara itu pemikiran Yunani telah memberikan motivasi
kepada suumber inspirasi tersebut, tidak dapat dielekkan lagi bahwa
filsafat Islam berhutang budi kepada pemikiran Yunani, akan tetapi
masih ada saja ditemukan perbedaan yang signifikan antara pemikir
muslim dan pemikir Yunani mengenai Tuhan, Manusia, dan Alam
Semesta.
Disisi lain para pemikir dan intelektual Islampun
memasukkan masalah-masalah baru kedalam filsafat yang asing bagi
bangsa Yunani, Misalnya para Filusuf muslim menekankan wahyu
sebagai salah satu sumber pengetahuan dan membahasa sifat
kesadaran nubuat, mereka juga memberikan perhatian yang besar
kepada soal kehidupan di akhirat, serta pembuatan perhitungan hari
kiamat dan pembenaranya menurut ajaran al-Quran, selain itu
mengenai maslaah penciptaan, kebaikan dan kejahatan, kebebasan
kehendak, dan determenisme dibahas oleh para pemikir muslim
dalam kaitannya dengan agama dan kebudayaan mereka. Mereka
juga berusaha mendamaikan filsafat dan agama dengan berusaha
menunjukkan bahwa tidak ada pertentangan antara keduannya,
dengan demikian jelaslah bahwa filsafat Islam bukan suatu jiplakan
atau hanya sekedar imitasi dari pemikiran Yunani, karena filsafat
Islam pertama-pertama dan secara khususnya menggarap masalah-
masalah yang berkaitan dengan Islam dan mempunyai relevensi bagi
umat Islam, hal ini tidak berarti menyangkal hutang budi pemikiran
muslim kepada bangsa Yunani, melainkan hanya dimaksudkan untuk
meluruskan persoalan saja.
BAB II
FILSAFAT AL-KINDI
A. Sejarah Singkat Riwayat Al-Kindi
Abu Yusuf Ya’qub Ibnu Ishaq Ibnu al-Shabbah Ibnu Imran
Ibnu Muhammad Bin al-Asy’ats Bin Qais al-Kindi (Prof. Dr
Sirajuddin Zar, 2003: 37). Lahir di kota Kufah Irak, pada tahun
801M/187H. beliau merupakan seorang bagsawan. Gelar al-Kindi
dinisbatkan pada nama suku Kindah di wilayah Arabia Selatan.
Ayahnya Bernama Ishaq bin al-Shabbah yang menjadi Gubernur
Kufah pada masa pemerintahan al-Mahdi (775-785M) dan al-Rasyid
(786-809M). Ayahnya meninggal dunia semasa ia kanak-kanak.
Kakeknya Bernama Asy’ats bin Qais dikenal sebagai sahabat Nabi.
Jika ditelusuri nasabnya, al-Kindi masih keturunan Yaq’rib bin
Qatham yang berasal dari daerah Arab Selatan dan dikenal sebagai
raja di daerah Kindah(Pradana, 2003: 87-88).
Pada saat itu kufah dikenal sebagai pusat kebudayaan Islam,
dan sebagai tempat tinggal al-Kindi. Dimana pada saat itu al-Kindi
mengenyam Pendidikan dengan mempelajari tata bahasa,
kesusasteraan, ilmu hitung, dan menghafal al-Qur’an. Pada saat
memasuki remaja ia belajar sastra arab dan bahasa, fiqh dan ilmu
kalam. Kemudian ia memusatkan perhatian nya dalam belajar ilmu
kimia dan berbagai ilmu lainnya termasuk filsafat yang berkembang
di kota kufah. Kemudian al-kindi pindah ke Baghdad yang pada saat
itu menjadi ibu kota ke khalifahan Bani Abbas dan pusat keilmuan.
Bakat al-kindi semakin berkembang tatkala tiga khalifah bani abbas
memberikan songsonan kepadanya, yakni al-Ma’mun, al-Mu’tashim,
dan al-Wastiq. Sehingga ia merupakan filosof arab pertama yang
mempelopori penerjemahan sekaligus mengenalkan tulisan atau
karya-karya para filosof Yunani, seperti: Aristoteles, dan Platinus.
Al-Kindi banyak berperan tatkala ia di undang untuk mengajar di
Baitul Hikmah pada abad pertengan pemerintahan al-Ma’mun (813-
833M) (Pradana, 2003: 88)
Al-Kindi hidup di masa pemerintahan dinasti Abbasiyah
dalam atmosfer intelektualisme yang dinamis, di Baghdad dan
Kufah. Berkat kecerdasannya dalam menerimadisiplin ilmu-ilmu
seperti, filsafat, geometri, astronomi, kedokteran, matematika dan
sebagainya dia menjadi dekat dengan penguasa bahkan al-kindi
menjadi orang yang terkenal dan disegani dikalangan ilmuwan
karena beiau mendapatkan kedudukan yang muliapada pemerintahan
al-Ma’mun dan al-Mu’tashim.
Dalam sejarah tidak ditemukan al-Kindi berguru kepada
filosof muslim, namun karena al-kindi memiliki lingkup ilmu
pengetahuan yang luar biasa dan kesesuaian pahamnya dengan ide-
ide mu’tazilah, al-Ma’mun lalu mengajaknya bergabung dengan
cendikiawan yang bergiat dalam usaha pengumpulan dan
penerjemahan karya-karya Yunani(Al-Musawi, 1977: 54-55).
Menurut sebagai ulama, cendikiawan tersebut berasal dari Persia dan
suria, nah agaknya merekalah yang menjadi guru-guru al-Kindi.
Pada masa pemerintahan al-Ma’mun beliau menjadikan
Mu’tazilah sebagai madzhab negara dan al-Kindi juga menulis
beberapa Rislaah tentang keadilan, kemaha-Esaan, dan perbuatan-
Nya, bahkan lebih jauh dari itu, dia juga membantah paham-paham
yang bertentangan dengan madzhab negara ini berdasarkan
pemikirannya. Namun demikian kita tidak bisa menetapkan secara
pasti bahwa al-Kindi adalah seorang Mu’tazili. Hal itu didasarkan
pada dua alasan; pertama al-Kindi yang ikut andil menerbitkan
persoalan tentang keadilan dan kemaha-kuasan Tuhan, ternyata
persoalan tersebut bukan hak mutlak atau monopoli mu’tazilah saja.
Kedua seoarang mu’tazili harus menerima dan meyakini lima ajaran
pokok (Alushul al-Khamsah). Sedangkan al-kindi sendiri tidak
memenuhi syarat yang kedua ini.
Pada masa al-Mutawakkil, Daulat bani Abbas menjadikan
Ahlusunnah wal-Jamaah sebagai madzhab negara, sebagai pengganti
dari madzhab Mu’tazilah, suasana ini dimanfaatkan oleh kelompok-
kelompok yang berpegang secara ketat pada doktrin ini dan tidak
menyukai filsafat untuk memojokkan al-Kindi

Anda mungkin juga menyukai