BAB I: PENDAHULUAN
Dari segi bahasa (lughat); agama berasal dari bahasa Arab, yaitu ad-din(bahasa Arab)
atau religion (bahasa Inggris). Kata al-din berarti agama terdapat dalam beberapa ayat Al-Quran
di antaranya:
a. QS al-Baqarah (2):256 :
سكا بِ ۡٱلعُ ۡر او ِة ۡٱل ُو ۡثقا َّٰى اَل َّ ت اوي ُۡؤمِ ۢن ِب
ٱَّللِ فاقا ِد ٱسۡ تامۡ ا َّ َّٰ ٱلر ۡش ُد مِ نا ۡٱلغ ِّۚاي ِ فا امن يا ۡكفُ ۡر ِب
ِ ٱلطغُو ِ ِۖ اَلٓ إِ ۡك ارا اه فِي ٱلد
ُّ ِين قاد تَّبايَّنا
علِي ٌم
سمِ ي ٌع ا ُ َّ ام لا اه ۗا او
ٱَّلل ا ص اٱن ِف ا
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut
dan beriman kepada llah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
Artinya: “ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan. (ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Quran) ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allag. Dia adalah
pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
Kata agama berasal dari Bahasa Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa Agama
berasal dari asal kata A= tidak, dan Gam= pergi dan kacau. Jadi agama tidak pergi, tidak kacau,
tetap ditempat, diwarisi turun temurun, karena agama memang mempunyai sifat demikian. Ada
pendapat yang mengatakan Gam berarti tuntunan, karena agama memamng memberi tuntunan.
Kata religion, dari kata religi dari bahasa Latin. menurut satu pendapat religi, asalnya dari
kata religere atau religio, yang mengandung arti mengumpulkan, dan membaca. Agama
memamng merupakan kumpulan cara-cara pengabdian kepada Tuhan yang terkumpul dalam
kitab suci yang harus dibaca. Pendapat lain mengatakan religere berarti mengikat. Dalam agama
memang terdapat aturan-aturan yang mengikat. Walaupun antara Ad-diin dan religion, sama-
sama berarti agama, namun mempunyai perbedaan. perbedaan tersebut sebagai berikut:
Kata ad-diin dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum, Dalam bahasa
Arab, kata ini mengandung arti, menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan yang mengandung hokum, yang harus dipatuhi. Agama
memang menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
menjalankan ajaran-ajaran agama. Agama membawa kewajiban-kewajiban yang kalau tidak
dijalankan oleh seseorang menjadi utang baginya. Paham kewajiban dan kepatuhan membawa
pula kepada paham balasan. Adapun yang menjalankan kewajiban dan patuh akan mendapatkan
balasan dari Tuhan. Sedang yang tidak menjalankan kewajiban akan mendapat balasan tidak baik
dari Tuhan.
Agama juga mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu
berasal dari satu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tidak dapat
ditangkap dengan panca indra.
Sedangkan Islam dalam Bahasa Arab yaitu bentukan dari kata salima yang berarti
selamat, damai, dan sentosa, dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama,
berserah diri masuk dalam kedamaian. Secara etimologi kata Islam berasal dari Bahasa Arab,
yaitu aslama-yuslimu-islaman yang berarti berserah diri, tunduk, dan patuh. Kata aslama sendiri
berasal dari kata yang memiliki arti selamat, damai, sentosa, sejahtera. Sehingga secara
etimologi, Islam dapat diartikan sebagai agama terakhir yang diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad saw sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dalam rangka menjaga kedamaian,
keselamatan dan kesejahteraan. Pengertian kata Islam dekat dengan pengertian agama yang
berarti menguasai, menundukkan, patuh, balasan dan kebiasaan. Dengan demikian, dari segi
kebahasaaan Islam berarti taat, patuh, tunduk, dan berserah diri kepada Allah dalam upaya
mencari keselamatan hidup maupun baik di dunia maupun di akhirat. Islam juga bisa berarti
sullamun, yaitu tangga, jenjang ke atas. Islam bisa pula diartikan dengan penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah Swt, dari asal kata salima-yaslamu, sebagaimana dalam Al-Quran
surat Al-An’am ayat 71, Allah berfirman:
ش َّٰ ايطِ ينُ فِي ُ َّ علا َّٰ ٓى أا ۡعقاا ِبناا ابعۡ اد ِإ ۡذ اه اد َّٰىناا ٱ
َّ َّلل كاٱلَّذِي ٱسۡ تاهۡ او ۡتهُ ٱل ٱَّلل اما اَل اينفا ُعناا او اَل ايض ُُّرناا او ُن ار ُّد ا ِ قُ ۡل أان ۡادعُواْ مِ ن د
ِ َّ ُون
ب ۡٱل َّٰ اعلامِ ينا ۡ ُ ٱَّلل ه اُو ۡٱل ُه اد َّٰ ِۖى اوأ
ِ مِرناا ِلنُسۡ ل اِم ل اِر ِ َّ ب اي ۡدعُوناهُۥٓ ِإ الى ۡٱل ُه ادى ۡٱئ ِتن ۗاا ُق ۡل ِإ َّن هُ ادىٞ ض اح ۡي ارانا لاهُ ٓۥ أاصۡ َّٰ اح
ِ ۡٱۡل ا ۡر
Artinya: “ Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada
kita dan (apakah) kita akan kembali ke belakang, sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita,
seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawahan yang menakutkan dalam keadaan
bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya ke jalan yang lurus (dengan
mengatakan): “Marilah ikut kami”. Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang
sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam”.
Oleh karena itu, apabila kita mengaku sebagai seorang muslim maka kita harus benar-
benar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Swt. baik dalam keadaan tidur, dalam keadan
belajar, dalam keadaan bekerja, dalam keadaan makan dan minum, dalam keadaan shalat dan
ibadah lainnya serta semua aktivitas yang kita kerjakan kita serahkan semuanya kepada Allah
Swt (tawakal). Jika kita menyerahkan semuanya kepada Allah maka yang akan kita capai adalah
kesejahteraan, keselamatan dan derajat yang tinggi.
Sedangkan menurut istilah(terminologi), Agama Islam adalah seluruh ajaran dan hukum-
hukumnya yang terdapat di dalam Al-Quran yang diturunkan dari Allah dan diwahyukan kepada
Rasul-Nya yaitu nabi Muhammad saw untuk disampaikan dan didakwahkan kepada umat
manusia sehingga manusia yang ada di muka bumi ini akan memperoleh kebahagiaan yang
hakiki dan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 19
dijelaskan:
ب ِإ ََّل مِ ۢن باعۡ ِد اما اجا ٓ اءهُ ُم ۡٱلع ِۡل ُم با ۡغ ۢ ايا اب ۡينا ُه ۡ ۗم او امن يا ۡك ُف ۡر
ف ٱلَّذِينا أُوتُو ْا ۡٱل ِك َّٰتا ا ۡ ٱۡلسۡ َّٰلا ۗ ُم او اما
ٱختالا ا ِ ۡ ٱَّلل
ِ َّ إِ َّن ٱلدِينا عِن اد
ب
ِ سا ٱَّلل اس ِري ُع ۡٱلحِ اٱَّلل فاإِ َّن َّ ا
ِ َّ تِ بٔٔا ا َّٰ اي
Artinya:” Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.
Begitu juga dalam Al-Quran surat As-Saff ayat 9 sebagai berikut:
2. Unsur Agama
Prof Dr. Harun Nasution menyatakan bahwa agama dapat disebut agama jika memenuhi
minimal empat unsur penting yang harus ada dalam agama.
a. Unsur Keyakinan atau kepercayaan (credial)
Adanya keyakinan manusia terhadap sesuatu yang ghaib yang memiliki kekuatan
untuk mencipakan dan mengatur alam semesta ini, dan keyakinan tentang adanya
Tuhan.
b. Unsur penyembahan atau peribadatan (ritual)
Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada Tuhan sebagai tempat minta tolong.
Oleh karena itu, manusia harus mengadakan hubungan baik atau menyembah kepada
Tuhan yang telah mereka yakini tersebut. Hubungan baik ini dapat diwujudkan
dengan mematuhi segala perintah dan menjauhi larangannya.
c. Unsur aturan atau tata cara dalam peribadatan
Adanya aturan hokum yang berupa Kitab Suci yang mengandung ajaran-ajaran agama
tersebut dan sekaligus mengatur tata cara penyembahan kepada Tuhan yang mereka
yakini tersebut. Jadi, bukan hanya diyakini dan disembah. Akan tetapi, tata cara
dalam penyembahan terhadap yang diyakini tersebut juga diatur dalam sebuah kitab
suci.
d. Respon yang bersifat emosionil dari manusia
Respon itu bisa berupa perasaan takut atau perasaan cinta yang sangat mendalam
terhadap agama yang telah dipeluknya (fanatic beragama) yang kadang kala sampai
ekstrim membela agamanya dengan berlebihan jika agamanya dihina oleh agama atau
golongan lain.
3. Hajat Manusia Terhadap Agama
Menurut Bustanuddin Agus, dalam menelusuri asal usul kenapa manusia beragama,
kebanyakan ilmuan sosial mengembalikan pada factor kelemahan manusia. Manusia beragama
karena beberapa hal berikut:
Sementara itu, pakar-pakar agama Islam berpendapat bahwa benih agama muncul dari
penemuan manusia terhadap kebenaran, keindahan, dan kebaikan. Manusia pertama yang
diperintahkan oleh Allah untuk turun ke bumi, diberi pesan agar mengikuti petunjuk-Nya (QS.
2:38). Petunjuk pertama yang melahirkan agama, menurut mereka, adalah ketika Adam dalam
perjalanannya di bumi ini menemukan ketiga hal yang disebutkan diatas. Sebagaiilustrasi, dapat
diduga bahwa Adam menemukan keindahan pada alam raya, pada binatang yang gemerlapan,
kembang yang mekar dan sebagainya. Dan ditemukannya kebaikan pada angi sepoi yang
menyegarkan disaat ia merasa gerah kepanasan atau pada air yang sejuk di kala ia sedang
kehausan. Kemudian ditemukannya kebenaran dalam ciptaan Tuhan yang terbentang di alam
raya dan di dalam dirinya sendiri. Gabungan ketiga hal ini melahirkan kesucian. Sang manusia,
yang memiliki naluri ingin tahu, berusaha untuk mendapatkan apakah yang paling indah, benar
dan baik? Jiwa dan akalnya mengantarkannya bertemu dengan yang Maha suci dan ketika iu ia
berusaha untuk berhubungan dengan-Nya, bahkan berusaha untuk mencontoh sifat-sifat Nya dari
sinilah agama lahir, bahkan dari sini pula dilakukan proses beragama sebagai “upaya manusia
untuk mencontoh sifat-sifat yang Maha suci”. Dalam Hadist Nabi Muhammad saw, ditemukan
perintah untuk itu, yaitu “Takhallaqu bi alkhlaqillah” (Berakhlaklah kalian dengan akhlak
Allah).
Hajat manusia terhadap agama bersifat kodrati, sebab dengan adanya agama inilah
manusia menjadi makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya, misalnya dengan binatang.
Dilihat dari beberapa ciri, manusia tidak berbeda dengan binatang, baik nalurinya untuk makan
dan minum, berkembangbiak ataupun mempertahankan hidupnya. Menurut konsep Al-Quran,
manusia hajat terhadap agama karena memang agama itu adalah fitrah manusia.
Fungsi dan tujuan hidup manusia, hanya dapat dijelaskan oleh agama bukan oleh
penemuan akal. Agama justru datang karena ternyata bekal-bekal yang dilimpahkan kepada
manusia tidak cukup mampu menemukan apa perlunya ia lahir ke dunia ini. Agama diturunkan
untuk mengatur hidup manusia, meluruskan mengendalikan akal yang bersifat bebas. Kebebasan
akal tanpa kendali, bukan saja menyebabkan manusia lupa diri, melainkan juga akan membawa
ia ke jurang kesesatan, mengingkari Tuhan, tidak percaya kepada yang gaib dan berbagai akibat
negative lainnya. Tuhan menghendaki manusia beruntung dalam hidupnya, karena itu ia
turunkan aturan hidup berupa agama. Seperti halnya naluri, pancaindra dan akal, agama
berfungsi sebagai hidayah (petunjuk) agar manusia mencapai hidupnya. Adapun yang istimewa
pada agama adalah wawasan lebih luas. Ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh rasio
dikemukakan oleh agama. Akan tetapi pada hakikatnya tidak ajaran agama (yang benar)
bertentangan dengan akal, oleh karena agama itu sendiri diturunkan hanya pada orang-orang
yang berakal.
Oleh karena itu, sesungguhnya kapan pun manusia hidup dan dimana pun ia berada,
agama tetap menjadi kebutuhan asasi, di abad modern sekarang ini pun agama tetap diperlukan.
Bahkan lebih jauh manusia mencapai kemajuan lebih terasa perlunya agama. Dengan tanpa
agama, segala kemajuan bukannya akan memberikan kebahagiaan kepada manusia, akan tetapi
malah akan membinasakan manusia.
4. Macam-Macam Agama
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi menjadi dua macam, yaitu Agama Samawi dan
Agama Ardli.
a. Agama Samawi/Agama Wahyu ialah agama yang diterima oleh manusia dari
Allah SWT melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-
Nya kepada umat manusia. contohnya: Islam, Yahudi dan Nasrani. Ciri-ciri
agama wahyu: disampaikan oleh seorang Rasul,memiliki kitab suci, konsep
ketuhanannya monotheisme mutlak, kebenarannya universal, Ajarannya konstan/
tetap dan diturunkan kepada masyarakat.
b. Agama Ardli/Agama budaya ialah agama yang tumbuh dan berkembang melalui
proses pemikiran, adat istiadat dan budaya manusia. contohnya : Hindu dan
Budha. Ciri-ciri agama budaya: tidak disampaikan oleh seorang Rasul, Umumnya
tidak memiliki kitab suci, konsep ketuhanannya animism, dinamisme, polyteisme,
monotheisme nisbi (relatif), kebenarannya tidak universal, Ajarannya berubah-
ubah, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat penganutnya.
Berdasarkan parameter tersebut untuk saat sekarang ini agama yang masih layak dan
pantas disebut sebagai agama samawi atau agama wahyu hanya Islam yang ajaran-ajarannya
dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw.
اولا ۡم ياكُن لَّهُۥ كُفُ ًوا أا اح ۢ ُد, لا ۡم يال ِۡد اولا ۡم يُولا ۡد, ص ام ُد ُ َّ , ٱَّلل أا اح ٌد
َّ ٱَّلل ٱل ُ َّ قُ ۡل ه اُو
Artinya:
1. Katakanlah:” Dia-lah Allah, yang Maha Esa
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu
3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakan
4. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.
Artinya:”Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus menerus(makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur, Kepunyaan-Nya apa yang di
langitdan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar.”
Juga firman Allah surat Al-Baqarah ayat 256:
Artinya:” Tidak ada paksaan untuk(memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat, Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan
beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang amat kuat
yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Begitu juga dalam surat Al-Anbiya ayat 25:
ُون
ِ ٱعبُد ٓ َّ َل ِإ َّٰلاها ِإ
ۡ َل أان ۠اا فا ٓ ي ِإلا ۡي ِه أانَّهُۥ ا ٍ ُس ۡلناا مِ ن قا ۡبلِكا مِ ن َّرس
ٓ ِول ِإ ََّل نُوح او اما ٓ أا ۡر ا
Artinya:”Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan
kepadanya:” Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, maka sembahlah olehmu
sekalian akan aku.”
Jelaslah, bahwa agama sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia terutama bagi
siapa yang memeluknya.
a. Agama mendidik manusia supaya mempunyai pendirian yang kokoh dan sikap
yang positif.
b. Agama mendidik manusia supaya memiliki ketentraman jiwa. Orang beragama
akan dapat merasakan manfaat agamanya, lebih-lebih ketika dia ditimpa
kesusahan dan kesulitan.
c. Agama mendidik manusia supaya berani menegakkan kebenaran dan takut untuk
melakukan kesalahan. Jika kebenaran sudah tegak, akan mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
d. Agama adalah alat untuk membebaskan manusia dari perbudakan terhadap materi.
Agama mendidik manusia supaya tidak ditundukkan oleh materi yang bersifat
duniawi. Akan tetapi, manusia hanyalah disuruh tunduk kepada Tuhan yang Maha
Esa.
8. Kerangka Dasar Agama Islam
Agama Islam merupakan satu sistem yang didalamnya terhimpun kerangka dasar yang
mengatur manusia, baik hubungan manusia dengan Tuhannya (vertikal), maupun hubungan antar
manusia, dan hubungan manusia dengan alam atau makhluk lainnya (horizontal). Kerangka dasar
ajaran Islam ini tergambar dalam sebuah Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim dari umar
r.a. sebagai berikut :Iman, Islam dan Ihsan.
Aspek iman merupakan landasan yang utama, berisi ajaran-ajaran atau ketentuan-
ketentuan tentang akidah. Aspek ini disebut juga dengan al-ahkam al-I’tiqadiyah. Aspek yang
kedua adalah Islam, yang disebut juga aspek syariah dalam arti sempit. Aspek kedua ini berisi
ajaran atau ketentuan-ketentuan yang mengatur perbuatan (amaliyah) manusia, berlandaskan
aspek pertama, aspek ini disebut juga dengan ahkam ‘amaliyah. Aspek ketiga adalah ihsan, berisi
ajaran atau ketentuan-ketentuan tentang etika atau akhlak. Aspek ketiga ini disebut juga dengan
ahkam khuluqiyah.
Ketiga aspek tersebut satu sama lain saling berkaitan. Iman yang benar dan kuat kepada
Allah SWT, akan melahirkan perbuatan (amal) yang baik dan benar, dalam bentuk ibadah
(pengabdian) kepada-Nya. Ibadah yang benar kepada Allah SWT, akan melahirkan perilaku atau
akhlak yang baik. Kalau diibaratkan pohon, aspek pertama ibarat akar, aspek kedua ibarat daun,
dan aspek ketiga ibarat buah. Kalau akarnya (iman) kuat, maka akan menumbuhkan buah
(ihsan,akhlak) yang baik. Aspek-aspek agama Islam ini dapat dijelaskan dengan ringkas sebagai
berikut:
a. Ahkam I’tiqadiyah
Ahkam I’tiqadiyah adalah aspek akidah atau teologi, yaitu sistem keyakinan
(keimanan) yang bersifat monotheisme dalam Din atau al-Islam. Disiplin ilmu dalam
aspek ini disebut ilmu tauhid, ilmu kalam, atau ilmu ushuluddin atau teologi. Dalam
aspek ini dibicarakan antara lain tentang unsur-unsur iman (rukun iman), yaitu: (a)
Iman kepada Allah Swt, (b) Iman kepada Malaikat, (c) Iman kepada kitab-kitab suci,
(d) Iman kepada para Rasul, € Iman kepada hari kiamat, (f) Iman kepada qada dan
qadar Allah. Ilmu yang mempelajari masalah-masalah akidah ini dinamakan ilmu
kalam atau ilmu ushuludin atau ilmu aqaid.
b. Ahkam Amaliyah
Ahkam amaliyah berisi seperangkat kaidah yang mengatur perilaku manusia, yang
mencakup dua hubungan yaitu manusia dengan Tuhannya (ibadah) dan hubungan
manusia dengan makhluk lainnya (muamalah). Disiplin ilmu aspek ahkam ‘amaliyah
disebut ilmu fiqh. Dalam aspek ini dibicarakan unsur-unsur Islam (rukun Islam) yaitu,
(a) pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad saw ,
adalah Rasul-Nya, (b) melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam, (c)
menunaikan zakat bagi yang memenuhi syarat, (d) melaksanakan puasa bulan
Ramadhan,(e) menunaikan ibadah haji ke Baitullah, bagi yang mampu.
c. Ahkam Khuluqiyah
Ahkam khuluqiyah berisi seperangkat norma dan nilai etika atau moral (akhlak).
Dalam aspek ini, Din al-Islam mengatur tentang bagaiman seharusnya manusia
berperilaku dengan baik, baik dalam hubungan dengan Tuhan nya, maupun hubungan
dengan sesama makhluk lainnya. Disiplin ilmu yang berkaitan dengan aspek ini
adalah ilmu tasawuf.
Ketiga aspek ajaran Islam tersebut harus dipraktikan oleh umat Islam secara total (kaffah),
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah(2): 208 :
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”