Anda di halaman 1dari 26

Nama: Asti Aryani

Kelas: XI AKL 3

Mapel: Adm. Pajak

No absen: 04

SOAL

1. Carilah :

a. Contoh Surat Pemberitahuan Pajak (SPP),

b. Contoh Surat Setoran Pajak (SSP),

c. Contoh Surat Ketetapan Pajak (SKP),

d. Contoh Surat Tagihan Pajak (STP).

2. Buatlah dalam bentuk tabel mengenai Batas Waktu Penyampaian SPT Masa!

3. Buatlah dalam bentuk tabel mengenai Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan!

4. Buatlah dalam bentuk tabel mengenai Daftar Denda Sanksi Administrasi!

5. Jelaskan dalam bentuk tabel mengenai :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

(SKPLB) c.

d. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)


JAWAB :
1. a) Contoh Surat Pemberitahuan Pajak (SPT)

▶Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan


SPT Tahunan wajib dilaporkan setiap tahun, atau pada akhir tahun pajak.

SPT Tahunan

SPT Tahunan merupakan laporan pajak yang disampaikan satu tahun sekali
(tahunan) baik oleh wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi, yang
berhubungan dengan perhitungan dan pembayaran pajak penghasilan, objek pajak
penghasilan, dan/atau bukan objek pajak penghasilan, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan peraturan pajak untuk satu tahun pajak, atau bagian dari tahun
pajak.

Batas waktu pelaporan SPT Tahunan pun terbagi menjadi dua, yakni tiga
bulan setelah masa pajak pagi perorangan, serta empat bulan setelah masa
pajak bagi badan usaha. Biasanya, batas pelaporan SPT Tahunan Perorangan
jatuh pada 30 Maret, sedangkan untuk badan usaha adalah sebulan setelahnya,
yakni pada 30 April.

▶ Surat Pemberitahuan Pajak Masa


SPT Masa digunakan untuk melaporkan pajak dalam kurun waktu tertentu
(bulanan). Jenis pajak yang harus dilaporkan setiap bulan melalui SPT Masa
terdiri dari:

 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.


 PPh Pasal 22.
 PPh Pasal 23.
 PPh Pasal 25.
 PPh Pasal 26.
 PPh Pasal 4 ayat 2.
 PPh Pasal 15.
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Atas Penjualan Barang
Mewah (PPnBM).
 Pemungut PPN.

Meski sembilan jenis pajak di atas memiliki SPT Masa, format tiap formulir
pajaknya berbeda. Perbedaan format SPT Masa tersebut berkaitan dengan
tarif dan objek pajak yang berbeda untuk masing-masing jenis pajak.

Tak hanya format formulirnya yang berbeda, batas waktu pelaporan tiap jenis SPT
masa pun berbeda. Untuk SPT Masa PPh, wajib pajak harus melaporkannya paling
lambat tanggal 20 pada bulan berikutnya. Sementara itu, SPT Masa PPn wajib
dilaporkan setiap akhir bulan pada bulan berikutnya.

Lantas, bagaimana bila jatuh tempo pelaporan SPT Masa adalah hari libur? Jika
demikian, wajib pajak harus melaporkan SPT-nya pada keesokan hari, misalnya
pada tanggal 21 atau 22, sesuai dengan hari kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

b) Contoh Surat Setoran Pajak (SSP)

▶ Surat Setoran Pajak Standar

SSP Adalah Bukti Pembayaran Pajak

Surat Setoran Pajak (SSP) adalah format awal metode pembayaran pajak.
Melalui SSP, penyetoran pajak dilakukan dengan melengkapi formulir dan
menyerahkannya ke kas negara melalui tempat pembayaran yang telah ditunjuk
Menteri Keuangan.

SSP yang satu ini biasanya digunakan oleh wajib pajak ketika melakukan
pembayaran pajak yang mana sang wajib pajak harus datang ke Kantor
Penerima Pembayaraan. Karena SSP ini standar maka bentuk, isi, ukuran dari
bukti tersebut sudah ditentukan. Ketika ingin menggunakan SSP standar ini maka
harus membuat sebanyak lima rangkap. Karena ke lima lembar SSP tersebut
ditunjukan kepada pihak – pihak yang berbeda.
1. Lembar pertama untuk arsip sang wajib pajak.
2. Lembar ke dua untuk Kantor Pelayanan Pajak yang diberikan kepada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan.
3. Lembar ke tiga untuk Kantor Pelayanan Pajak.
4. Lembar ke empat untuk Kantor Penerima Pembayaraan.
5. Lembar ke lima untuk arsip wajib pungut ataupun untuk pihak – pihak
lainnya yang sesuai dengan ketentuan.

▶Surat Setoran Pajak Khusus

Surat Setoran Pajak (SSP) Khusus adalah bukti pembayaran atau penyetoran
pajak yang terutang ke Kantor Penerimaan Pembayaran yang dicetak oleh
Kantor Penerima Pembayaran dengan menggunakan mesin transaksi dan atau
alat lainnya yang isinya sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan
Direktur Jenderal Pajak, dan mempunyai fungsi yang sama dengan SSP Standar
dalam administrasi perpajakan. SSP Khusus dicetak oleh Kantor Penerimaan
Pembayaran yang telah mengadakan kerja sama Monitoring Pelaporan
Pembayaran Pajak (MP3) dengan Direktorat Jenderal Pajak. SSP Khusus dicetak
ketika:

1) Pada saat transaksi pembayaran atau penyetoran pajak sebanyak 2


lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke-1 dan lembar ke-3 SSP
Standar.
2) Terpisah sebanyak 1 lembar, yang berfungsi sama dengan lembar ke-2
SSP Standar untuk diteruskan ke KPPN sebagai lampiran Daftar Nominatif
Penerimaan (DNP).

▶Surat Setoran Pajak, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor (SSPCP)

Surat Setoran Pajak, Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor adalah SSP yang
digunakan importir atau wajib pajak dalam rangka impor. Surat Setoran Pajak,
Cukai, dan Pajak dalam Rangka Impor dibuat dalamrangkap 8 yang
diperuntukkan sebagai berikut:

1) Lembar ke-1a, untuk KPBC melalui Penyetor

2) Lembar ke-1b,untuk Penyetor

3) Lembar ke-2a, untuk KPBC melalui KPPN

4) Lembar ke-2b dan Lembar ke-2c, untuk KPP melalui KPPN

5) Lembar ke-3a dan Lembar ke-3b, untuk KPP melalui Penyetor

6) Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, atau PT POS
Indonesia.

▶Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam
Negeri (SSCP)

Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan
Dalam Negeri adalah SSP yang digunakan oleh pengusaha untuk cukai atas
Barang Kena Cukai dan PPN hasil tembakau buatan dalam negeri. SSPC
dibuat dalam 6 rangkap, yaitu diperuntukkan:

1) Lembar ke-1a, untuk KPBC melalui Penyetor

2) Lembar ke-1b,untuk Penyetor

3) Lembar ke-2a, untuk KPBC melalui KPPN

4) Lembar ke-2b, untuk KPP melalui KPPN

5) Lembar ke-3, untuk KPP melalui Penyetor

6) Lembar ke-4 untuk Bank Persepsi.


c) Contoh Surat Ketetapan Pajak (SKP)

▶Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2009, SKPKB adalah surat yang


menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, serta jumlah
pajak yang masih harus dibayar. Jenis surat ketetapan pajak ini diterbitkan
dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
masa pajak.

Secara garis besar, terbitnya SKPKB ini karena wajib pajak kurang atau tidak
membayar pajak terutang, telat menyampaikan SPT Masa dari waktu yang telah
ditentukan, adanya salah hitung terkait Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikenai tarif 0%, tidak
diketahuinya besar pajak terutang.

▶Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan. Menurut Pasal 15 ayat 1 dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007,
menyatakan bahwa Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKBT dalam
jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

Dalam pengertian sederhana, SKPKBT merupakan koreksi atas SKP yang


diterbitkan sebelumnya. Ketika wajib pajak telah melaporkan dan membayar
pajak terutang sesuai dengan nominal yang tercantum dalam SKP, petugas pajak
akan melakukan pemeriksaan kembali pada data baru tersebut. Jika masih
ditemukan adanya pajak terutang yang kurang atau tidak dibayar oleh wajib
pajak, Ditjen Pajak akan menerbitkan SKPKBT.
SKPKBT diterbitkan dalam jangka waktu 5 tahun, dengan jumlah pajak
terutang yang harus dibayar ditambah 100% sebagai sanksi administrasi. Jika
sudah melewati jangka waktu tersebut dan wajib pajak belum membayar
kekurangan pajak, akan ada tambahan sanksi sebesar 48% dari jumlah pajak
terutang yang harus dibayar.

▶Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan


pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
terutang atau tidak seharusnya terutang. Secara sederhana, SKPLB diterbitkan
karena wajib pajak lebih membayar pajak terutang dari yang seharusnya.

SKPLB akan diterbitkan jika ada permohonan tertulis dari wajib pajak dengan
ketentuan: Jumlah kredit pajak pada Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM),
lebih besar dari jumlah pajak yang terutang, atau sudah dilakukan pembayaran
pajak yang tidak seharusnya terutang.

Penerbitan surat ini dilakukan setelah dilakukannya pemeriksaan atas permohonan,


paling lambat 12 bulan terhitung sejak surat permohonan diterima atau sesuai
dengan keputusan Ditjen Pajak. Jika terlambat diterbitkan, wajib pajak
berhak menerima imbalan bunga 2% sebulan terhitung sejak berakhirnya
jangka waktu yang ditentukan.

▶Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak. SKPN diterbitkan setelah Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan Surat
Pemberitahuan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 28 tahun 2007, SKPN
diterbitkan untuk:

1. Pajak Penghasilan jika jumlah kredit pajak sama dengan pajak yang
terutang atau pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
2. Pajak Pertambahan Nilai jika jumlah kredit pajak sama dengan jumlah
pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, jumlah pajak yang terutang dihitung dengan cara
jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai tersebut;
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah apabila jumlah pajak yang dibayar sama
dengan jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada
pembayaran pajak.

d) Contoh Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk menagih pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda. Berdasarkan Undang-Undang RI
No. 16 Tahun 2000, surat tagihan pajak ini akan diterbitkan jika:

1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.


2. Terdapat kekurangan pembayaran pajak akibat salah tulis atau salah hitung.
3. Terkena sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga.
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya namun tidak melaporkan
kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak namun
membuat faktur pajak.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak
membuat faktur pajak, atau membuat faktur pajak namun tidak tepat
waktu, atau tidak mengisinya secara lengkap.

Jika wajib pajak mendapat surat tagihan karena alasan 1 dan 2, jumlah kekurangan
pajak terutang yang tercantum dalam surat tersebut ditambah dengan bunga
sebesar 2% sebulan untuk maksimal 24 bulan. Waktu tersebut terhitung
sejak terutangnya pajak, atau bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai
terbitnya surat tagihan pajak.

Jika penerima surat tagihan pajak merupakan pengusaha (seperti yang disebutkan
pada poin 4, 5, 6) akan dikenakan denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak.

2. Batas Waktu Penyampaian SPT Masa

No Jenis SPT Masa Batas Waktu Batas


Pembayaran Waktu
Pelaporan
1. PPN dan PPn BM – PKP Akhir bulan berikutnya Akhir
setelah berakhirnya bulan
Masa Pajak dan sebelum berikutn
SPT Masa PPN ya
disampaikan setelah
berakhirn
ya
Masa Pajak
2. PPN dan PPn BM – Tanggal 7 bulan Tanggal 14
Bendaharawan berikutnya bulan
berikutnya
3. PPN & PPn BM – Tanggal 15 bulan Tanggal 20
Pemungut berikutnya bulan
Non Bendahara berikutnya
4. PPh Pasal 23/26 Tanggal 10 bulan Tanggal 20
berikutnya bulan
berikutnya
5. PPh Pasal 25 Tanggal 15 Tanggal 20
(angsuran Pajak) bulan bulan
untuk Wajib Pajak berikutnya berikutnya
orang pribadi dan badan
6. PPh Pasal 25 (angsuran Akhir masa Pajak Tanggal
Pajak) untuk Wajib Pajak terakhir 20
kriteria tertentu yang setelah
diperbolehkan berakhirn
melaporkan beberapa ya Masa
Masa Pajak dalam Pajak
satu SPT Masa
7. PPh Pasal 22 – 1 hari setelah dipungut Hari kerja
Bendahara Pemerintah terakhir
minggu
berikutnya
(melapor
secara
mingguan)
8. PPh Pasal 22 – Hari yang sama saat Tanggal 14
Bendahara penyerahan barang bulan
Pemerintah berikutnya
9. PPh Pasal 22 – Sebelum Delivery Order -
Pertamina
dibayar
10. PPh Pasal 22 – Tanggal 10 bulan Tanggal 20
Pemungut berikutnya bulan
tertentu berikutnya
11. PPh Pasal 4 ayat (2) Tanggal 10 bulan Tanggal 20
berikutnya bulan
berikutnya
12. PPh Pasal 15 Tanggal 10 bulan Tanggal 20
berikutnya bulan
berikutnya
13. PPh Pasal 21/26 Tanggal 10 bulan Tanggal 20
berikutnya bulan
berikutnya
14. PPh Pasal 4 ayat (2), Sesuai batas waktu Tanggal
Pasal 15,21,23, PPN per SPT Masa 20
dan PPnBM setelah
Untuk Wajib Pajak Kriteria berakhirn
Tertentu ya Masa
Pajak
terakhir

3. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan

N Jenis SPT tahunan Batas Waktu Batas Waktu


o Pembayaran Pelaporan
.
1 PPh Orang Pribadi Sebelum SPT Akhir bulan ketiga
. Tahunan PPh setelah berakhirnya
dilaporkan tahun pajak.
2 PPh Badan Sebelum SPT Akhir bulan
. Tahunan PPh keempat setelah
dilaporkan. berakhirnya
tahun pajak.
3 PBB Enam bulan sejak -
. diterimanya SPPT

4. Daftar Denda Sanksi Administrasi

N Peraturan Tenta Jenis Sanksi


o ng
UU KUP 2007 SPT Tidak Disampaikan :
1
Pasal 7 ayat (1) a. SPT Masa PPN Rp

500.000,00
b. SPT Masa lainnya Rp 100.000,00

c. SPT Tahunan PPh Rp 1.000.000,00


WP Badan

d. SPT Tahunan PPh WP


OP Rp 100.000,00

Pengungkapan
UU KUP 2007 ketidakbenaran 150% x jumlah pajak
2
Pasal 8 ayat (3) dan pelunasan kurang bayar
sebelum
penyidikan
a. PKP tidak
membuat faktur
UU KUP 2007 pajak
3 2% dari pengenaan pajak
Pasal 14 ayat (4) b. PKP tidak mengisi
form pajak secara
lengkap

c. PKP melaporkan
faktur tidak sesuai
masa terbit
UU KUP 2007 PKP gagal produksi telah
4 2% dari pengenaan
Pasal 14 ayat (5) diberikan restitusi pajak

50% x jumlah pajak


berdasarkan
UU KUP 2007 Pengajuan keberatan keputusan keberatan
5
Pasal 25 ayat (9) ditolak/dikabulkan dikurangi dengan
sebagian pajak yang telah
dibayar sebelum
mengajukan
keberatan
100% x jumlah pajak
berdasarkan Putusan
UU KUP 2007 Permohonan banding Banding dikurangi
6
Pasal 27 ayat (5d) ditolak/dikabulkan dengan pajak yang telah
sebagian dibayar sebelum
mengajukan keberatan

5. Berikut adalah beberapa tabel mengenai :


a) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

N SKPKB Penjelasa
o n
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
1 Pengertian SKPKB kredit pajak, jumlah pembayaran pokok pajak,
besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar oleh wajib pajak (UU Pasal 13
Nomor 28 Tahun 2007).
SKPKB diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
2 Penerbitan SKPKB terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak yang mengacu
pada Surat Pemberitahuan (SPT).

1) Hasil pemeriksaan pajak menunjukkan


pajak terutang kurang dibayar oleh WP.

2) Adanya surat teguran

3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak


Dasar Penerbitan Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang
3
SKPKB tidak seharusnya dikompensasi atau dikenai
tariff 0%.

4) WP tidak sepenuhnya
menyelenggarakan pembukuan.

5) WP sudah memenuhi syarat objektif dan


subjektif memiliki NPWP atau menjadi PKP.
1) Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-
nya.
4 Fungsi SKPKB
2) Sarana untuk bias mengenakan sanksi.

3) Alat untuk dapat menagih pajak.


1) Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat pajak
terutang, berakhirnya masa pajak, bagian
tahun pajak.

Jangka waktu 2) Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah


5
penerbitan SKPKB
saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak.

b) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

N SKP Penjelas
o LB an
SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
1 Pengertian SKPLB
karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
Sebagai sarana atau alat untuk
2 Fungsi SKPLB mengembalikan kelebihan suatu pembayaran
pajak yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.
1) Pajak Penghasilan yang berupa jumlah kredit
pajaknya lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.

2) Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang


jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang.
Dasar Penerbitan
3
SKPLB 3) Pajak Pertambahan Nilai yang berupa jumlah
kredit pajaknya lebih besar daripada jumlah
pajak yang terutang. Apabila terdapat pajak
terutang yang dipungut oleh Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai, maka yang dimaksud dengan
jumlah Pajak Yang terutang adalah jumlah
Pajak Keluaran setelah dikurangi pajak yang
dipungut oleh Pemungut Pajak Pertambahan
Nilai tersebut.
SKPLB diterbitkan apabila jumlah kredit pajak
atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar
4 Penerbitan SKPLB
daripada jumlah pajak yang terutang, atau telah
dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang.

c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

N SKPKBT Penjelasa
o n
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
1 Pengertian adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
SKPKBT tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam
jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun
2 Penerbitan SKPKBT
pajak, atau tahun pajak apabila ditemukan data
baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT.

1) Sebagai alat untuk mengoreksi ketetapan


pajak sebelumnya
3 Fungsi SKPKBT
2) Sebagai alat atau sarana untuk menagih pajak

3) Sebagai alat atau sarana untuk mengenakan


sanksi
1) Apabila ditemukan data baru dan atau data yang
semula belum terungkap yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.

2) Masih ditemukan lagi data yang semula belum


Dasar Penerbitan
4 terungkap pada saat diterbitkannya Surat
SKPKBT
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
atau data baru yang diketahui oleh Direktur
Jenderal Pajak.

Adanya data baru yang belum diungkapkan


Syarat
5 sebelumnya yang kemudian menyebabkan naiknya
diterbitkannya
jumlah pajak terhutang.
SKPKBT
1) Dalam jangka waktu 10 tahun sesudah saat
pajak terutang, berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak, apabila
ditemukan data baru dan atau data yang
semula belum terungkap yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang.

Jangka Waktu
6
Penerbitan
2) Setelah lewat jangka waktu 10 tahun sesudah
saat terutangnya pajak, berakhirnya masa
pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak,
dalam hal Wajib Pajak setelah jangka waktu 10
tahun tersebut dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

d) Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

N SKPN Penjelasa
o n
SKPN adalah surat keputusan yang menentukan
Pengertian SKPN jumlah pajak yang terutang sama nominalnya
1 dengan besarnya jumlah kredit pajak atau juga
pajak tidak terutang dan tidak terdapat kredit
pajak.
Sebagai suatu yang dapat memberitahukan
2 Fungsi SKPN kepada wajib pajak bahwa jumlah nominal yang
dibayarkan harus sama besarnya dengan jumlah
pajak terutang.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak menerbitkan
SKPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17A ayat
(1) UU KUP berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap
3 Penerbitan SKPN SPT apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

1) Pajak Penghasilan (PPh) jika jumlah kredit


pajak sama dengan pajak yang terutang atau
pajak yang tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak.

2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jika jumlah


Dasar Penerbitan
4 kredit pajak sama dengan jumlah pajak yang
SKPN
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak. Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPnBM) jika jumlah pajak yang dibayar
sama dengan jumlah pajak yang terutang atau
pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran
pajak.

Anda mungkin juga menyukai