Anda di halaman 1dari 71

Pendahuluan
Cabang olahraga bulutangkis masih menjadi cabang olahraga yang paling sering mengharumkan
nama Indonesia di kancah dunia. Banyak prestasi yang telah ditorehkan oleh atlet Indonesia di
cabang olahraga ini, meskipun tidak sedominan era 90-an. Persaingan di tingkat dunia kini semakin
ketat, membuat Indonesia tentu wajib untuk terus berkembang dalam melakukan pola pembinaan
dari mulai tingkat dasar hingga profesional.

Buku ini secara khusus diperuntukkan untuk mahasiswa Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO)
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya sebagai buku ajar mata kuliah Bulutangkis. Selain itu, dapat
juga dibaca oleh segenap stakeholder keolahragaan dan kepenjasan (pendidikan jasmani), atlet
bulutangkis, klub dan program rekreasi, serta masyarakat yang ingin belajar bulutangkis. Buku ini
menerangkan tahapan dan langkah-langkah untuk mengajar dan melatih bulutangkis.

Di dalam buku ajar ini berisi materi-materi yang akan membantu menguji permainan anda dan
membuat koreksi yang anda butuhkan. Dasar-dasar teknik bermain bulutangkis akan membantu
anda mempraktikan teknik dasar yang tepat dan efisien, mengevaluasi ketrampilan yang sebelumnya,
membantu mahasiswa untuk menganalisis gerakan-gerakan dalam bulutangkis dan
mempraktekannya. Buku ajar ini juga menampilkan dasar-dasar perwasitan dan bagaimana
menyelenggarakan pertandingan bulutangkis.

Saya berharap buku ajar ini dapat mempromosikan bulutangkis dalam kelas pendidikan jasmani
mulai dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Bulutangkis adalah olahraga permainan yang
sangat luar biasa dan cocok bagi segala usia. Sangat mudah dilakukan dan menyenangkan dalam
permainannya.

Demikian yang bisa saya sampaikan, jika ada kekeliruan dalam penulisan buku ajar ini, penulis sangat
terbuka terhadap kritik dan saran. Semoga dengan adanya buku ajar ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan wawasan dalam keolahragaan.

Jakarta, November 2019

Eskar Tri Denatara

1
Daftar Isi
Pendahuluan Error! Bookmark not defined.
Daftar Isi 2
Daftar Gambar 3
Olahraga Bulutangkis 4
Sejarah Bulutangkis 5
Lapangan Bulutangkis 9
Peralatan Bulutangkis 10
Peraturan Permainan dan Skor 20
Kesalahan Pemain 21
Pegangan Raket dan Footwork 24
Pegangan Raket 24
Teknik Dasar Cara Memegang Raket: 24
Footwork Bulutangkis 29
Teknik Pukulan Bulutangkis 36
Servis 36
Pukulan servis forehand 36
Pukulan servis backhand 38
Peraturan Service Bulutangkis 39
Garis Lapangan untuk Area Permainan dan Service Bulutangkis 40
Lob/Clear 40
Drop Shot 43
Smash 44
Netting 46
Tes dan Pengukuran Bulutangkis 49
Pengukuran Kondisi Fisik Bulutangkis 49
Pengukuran Teknik Bulutangkis 50
Daftar Pustaka 68

2
Daftar Gambar
Gambar 1. 1: Pertandingan Bulutangkis 4
Gambar 1. 2: Dimensi lapangan bulutangkis dan minimum daerah bebas 9
Gambar 1. 3: Bagian raket bulutangkis 12
Gambar 1. 4: Jenis kepala raket 13
Gambar 1. 5: Shuttlecock dengan 16 helai bulu angsa 14
Gambar 1. 6: Senar usus hewan 15
Gambar 1. 7: Senar sintetis 16
Gambar 1. 8: sepatu terbaik tahun 2017 18
Gambar 1. 9: Carolina Marin (Spanyol) 19
Gambar 1. 10: Shi Yuqi (China) 19

Gambar 2. 1 Pegangan Forehand......................................................................................................................................... 25


Gambar 2. 2 Pegangan Backhand ........................................................................................................................................ 26
Gambar 2. 3 American Grip .................................................................................................................................................... 27
Gambar 2. 4 Combination Grip ............................................................................................................................................. 28
Gambar 2. 5 Posisi Siap Bulutangkis (ready Position) .............................................................................................. 29
Gambar 2. 6 Footwork Ke Depan......................................................................................................................................... 30
Gambar 2. 7 Footwork ke Samping .................................................................................................................................... 31
Gambar 2. 8 Footwork belakang.......................................................................................................................................... 33

Gambar 3. 1 Servis forehand ................................................................................................................................................. 37


Gambar 3. 2 Servis backhand ................................................................................................................................................ 38
Gambar 3. 3 Clear, Smash, Drop shot................................................................................................................................. 40
Gambar 3. 4 Tahapan pukulan clear/lob ......................................................................................................................... 41
Gambar 3. 5 Clear, Smash, Drop shot................................................................................................................................. 43
Gambar 3. 6 Clear, Smash, Drop shot................................................................................................................................. 44
Gambar 3. 7 Tahapan Smash ................................................................................................................................................. 45
Gambar 3. 8 Netting ................................................................................................................................................................... 47

Gambar 4. 1 Parameter fisik atlet bulutangkis ............................................................................................................. 49


Gambar 4. 2 Parameter fisik atlet bulutangkis ............................................................................................................. 50
Gambar 4. 3 Tes servis pendek ............................................................................................................................................. 51
Gambar 4. 4 Tes Servis Panjang. .......................................................................................................................................... 54
Gambar 4. 5 Tes Pukuan Forehand Lob. .......................................................................................................................... 56
Gambar 4. 6 Tes Pukulan Forehand Smash .................................................................................................................... 59

3
Olahraga Bulutangkis

Gambar 1. 1: Pertandingan Bulutangkis

Di Indonesia, Pertandingan bulutangkis selalu dipadati oleh penonton, seperti terlihat di atas
pada saat Pertandingan Daihatsu Indonesia Masters 2018 di Istora Jakarta

Bulutangkis adalah salah satu olahraga populer di Indonesia. Bulutangkis juga merupakan salah satu
olahraga tercepat di dunia, dimana tercatat atlet Tiongkok Fu Haifeng melakukan pukulan dengan
kecepatan 206 mil/jam (332 km/jam), lebih cepat dari golf (Brahms, 2010). Hasil riset terbaru tahun
2016 menunjukkan rekor tercepat oleh Mads Pieler Kolding atlet dari Denmark dengan kecepatan
mencapai 426 km/jam (Saketh R.V.K, 2018).

4
Bulutangkis dapat dimainkan oleh semua kelompok usia dengan bermacam level ketrampilan,
pria dan wanita, serta dapat dilakukan di indoor atau outdoor, dan dengan tujuan rekreasi maupun
pertandingan. Shuttlecock merupakan objek yang dipukul, tidak boleh memantul di lantai dan harus
dimainkan di udara, kemudian dilakukan dengan refleks cepat dan dengan derajat kebugaran
tertentu. Berpartisipasi dalam bulutangkis memungkinkan untuk belajar dan mengapresiasikan
manfaat ketika bermain, seperti: sosial, rekreasional dan psikologis (Grice, 2008).

Sejarah Bulutangkis
Tidak ada cabang olahraga yang memiliki banyak tanda tanya seperti bulutangkis. Sejarah awalnya,
terutama dari mana cabang itu berasal, misalnya. Orang hanya mengenal nama badminton berasal
dari nama sebuah rumah (kalau menurut ukuran Indonesia, sebuah istana) di kawasan
Gloucestershire, sekitar 200 kilometer sebelah barat London, Inggris. Badminton House, demikian
nama istana tersebut, menjadi saksi sejarah bagaimana olahraga ini mulai dikembangkan menuju
bentuknya yang sekarang. Di bangunan tersebut, sang pemilik, Duke of Beaufort dan keluarganya
pada abad ke-17 menjadi aktivis olahraga tersebut. Akan tetapi, Duke of Beaufort bukanlah penemu
permainan itu. Badminton hanya menjadi nama karena dari situlah permainan ini mulai dikenal di
kalangan atas dan kemudian menyebar (Brahms, 2010; Grice, 2008).

Yang kemudian menjadi tanda tanya adalah di Inggris ataukah di India mula-mula permainan
seperti yang sekarang dilakukan? Bukti-bukti menunjukkan di Indialah mula-mula peraturan
permainan olahraga ini ditulis. Ini terjadi tahun 1870-an. Nama asal permainan dua orang yang
menepak bola ke depan (forehand) atau ke belakang (backhand) selama mungkin ini tadinya
battledore. Dulu orang menggunakan penepak dari kayu (bat). Dua orang menepak “burung” itu ke
depan dan ke belakang selama mungkin. Permainan macam ini sudah dilakukan anak-anak dan orang
dewasa lebih dari 2000 tahun lalu di India, Jepang, Siam (Thailand), Yunani dan Cina. Di kawasan
terakhir ini dimainkan lebih banyak dengan dengan kaki. Di Inggris ditemukan ukiran kayu abad
pertengahan yang memuat gambar anak-anak sedang menendang-nendang shuttlecock (Sánchez-
Alcaraz, 2013; Walker, Dann, Kantor, & Crabtree, 2003).
Pada abad ke-19 permainan itu menyebar luas di kawasan pinggiran kota-kota Inggris. Rumah-
rumah besar dengan ruangan-ruangan dan halaman luas menjadi tempat yang subur bagi permainan
itu. Tidak terkecuali di Badminton House tadi. Keluarga Sommerset yang teiah tinggal di rumah itu
sejak zaman Charles II kemudian mendapat anugerah gelar sebagai Duke of Beaufort. Shuttlecock

5
zaman itu dua kali lebih besar dan berat dibanding yang ada sekarang. Panjang "raket" atau
battledore-nya sekitar setengah meter dengan kepala bulat. Tidak ada senar. Kayu penepak itu
ditutup kertas kulit sehingga kalau seseorang memukul menimbulkan bunyi seperti orang memukul
tambur.
Itu versi yang menyebut Inggrislah sebagai asal permainan itu. Versi lain menyebut India
sebagai asal badminton. Tertulis dalam sebuah naskah tentang peraturan Lawn Tennis, Croquet,
Racquets etc yang terbit tahun 1883. Di salah satu bagian yang terdiri dari 10 halaman, pengarang
menyebut badminton sebagai 'tenis lapangan yang dimainkan dengan shuttlecock dan bukan bola’.
Dalam pembukaan dia menulis tentang sejarah singkat permainan itu dalam empat paragraph kecil
'badminton pertama kali dimainkan; saya percaya di India dan diperkenalkan ke Inggris oleh Duke
of Beaufort pada musim panas tahun 1874'. Siapa yang menulis naskah itu tidak diketahui (Walker
et al., 2003).
Permainan itu sendiri berkembang pesat di India dan menjadi favorit untuk di luar gedung.
Badminton dimainkan di Madras, Bombay (kini Mumbay), dan Calcutta. Peraturan pertama
dikenalkan di Poona pada tahun l873, meskipun permainan itu sendiri hanya berfungsi sebagai
sarana pergaulan dan belum ada kompetisi. Mereka yang kembali ke Inggris kemudian lebih serius
memainkan badminton. Merekalah - antara lain S. S. C. Dolby, J.H.E. Hart, Bagned Wild, dan G.W. Vidal
- yang kemudian berangsur-angsur menyusun peraturan permainannya. Klub-klub pun muncul dan
pada tahun 1893 mereka bersepakat membentuk Persatuan Badminton Inggris (Badminton
Association of England) dalam suatu pertemuan di Southsea, Hampshire. Pada tahun 1898
diselenggarakan turnamen terbuka, khusus ganda, di Guilford. Inilah tahun pertama badminton
memasuki era kompetisi. Setahun kemudian dilangsungkan kejuaraan All England. Pada yang
pertama kejuaraan hanya berlangsung satu tanggal 4 April dengan mengambil tempat di London-
Scottish Drill Hall di Buckingham Gate, London. Peraturan yang lengkap sendiri baru bisa disusun
tahun 1901 . Di situ diatur antara lain tentang lapangan yang bentuknya seperti sekarang. Sebelum
Perang Dunia I badminton memasuki masa emasnya. Majalah Badminton Gazette pun dibuat,
tujuannya agar berita-berita badminton mendapat tempat yang lapang, tidak seperti sebelumnya
yang hanya menjadi berita kecil di majalah tennis, The Field. Kejuaraan All England sendiri terus
berlangsung dan hanya sempat terhenti tahun 1915-1919 karena terjadinya Perang Dunia I dan
1930- 1946 karena meletusnya Perang Dunia II (Sánchez-Alcaraz, 2013).
Sebelum tahun 1900 badminton menyebar ke Irlandia dan Skotlandia pada tahun 1907
menyeberang ke jajahan Inggris yang jauh seperti Afrika Selatan, British Columbia (Kanada

6
sekarang), dan bahkan Kepulauan Falklands (dikenal di sini dengan nama Kepulauan Malvinas) dan
New York. Meski tahun 1908 berdiri klub di Hamburg, Jerman, tetapi perkem-bangan di daratan
Eropa memang tidak menggembirakan. Pada tahun 1920-an badminton menyebar ke Eropa Utara,
Amerika Utara, dan Asia. Tahun-tahun itulah badminton masuk Malaya (kini Malaysia dan
Singapura). Juga tahun-tahun itulah badminton masuk Indonesia. Di Eropa, Denmark memberi
warna tersendiri pada olahraga itu. Negeri ini menjadikan badminton sebagai olahraga musim dingin
dan membuat fasilitas yang bagus dengan membuat lapangan di dalam gedung. Dalam sepuluh tahun,
Denmark sudah menghasilkan juara All England. Yang menjadi pelopor di negeri itu adalah Hans dan
Alksel Hansen. Keduanya berkeliling negeri itu mempopulerkan badminton dan bahkan kemudian
ikut menyebarkan ke Norwegia dan Swedia. Perkembangan badminton yang cepat menjadi olahraga
dunia itu menuntut dibentuknya sebuah badan internasional. Pada bulan Juli 1934 dibentuk Federasi
Bulutangkis Internasional (International Badminton Federation, IBF) dengan Inggris Raya (Inggris,
Irlandia, Wales, dan Skotlandia), Denmark, Kanada, Selandia Baru, dan Prancis sebagai negara
pendiri.
Ke timur, perkembangan di India ternyata lebih lambat dibanding di Malaya. Negara jajahan
Inggris ini membentuk Persatuan Badminton Malaya (Badminton Association of Malaya, kini
Malaysia, BAM) tahun 1934. Perkembangan di Malaya cepat sekali. Pada tahun 1938 tercatat sekitar
25.000 pemain, hampir separuh jumlah di Inggri saat itu. Buku Badminton Malaysia, Sejarah dan
Perjuangan yang ditulis Dr. A. Fadzin Che Wan (Ensimal(M)sdn Bhd 1993), menceritakan badminton
itu pada mulanya dimainkan di sekolah-sekolah misionaris yang terdapat di Pulau Pinang, Ipoh,
Kuala Lumpur, Malaka, dan Singapura. Dicatat permainan itu masuk tahun 1809 di Pulau Pinang,
dengan dimainkan oleh pegawai-pegawai East India Company (semacam VOC milik Inggris). Tahun
1885 para isteri pegawai memainkannya di Hotel E & O di Pulau Pinang ini. Tahun 1920-1923 Sir
George Thomas melawat ke Pulau Pinang dan mendapatkan permainan itu sudah digemari
masyarakat di situ. Tahun 1925 berdirilah Persatuan Badminton Pulau Pinang (Lim & Aman, 2017).
Piala Thomas sendiri adalah sumbangan Sir George Thomas pada tahun 1939 setelah IBF
menyepakati adanya sebuah kompetisi beregu putra. Sayangnya Perang Dunia II menghalangi
pelaksanaan kejuaraan itu dan baru bisa berlangsung tahun 1948. Pada final di Queen's Hall di
Preston tiga peserta bertarung: Denmark yang juara zona Eropa (menundukkan Inggris 8-1),
Amerika Serikat yang juara zona Amerika (mengalahkan Kanada 8-1). Dan Malaya yang langsung ke
final mewakili zona Pasifik mengalahkan AS 6-3 dan bertemu Denmark di final. Malaya menang 8-1.
Mulailah dominasi Asia di cabang olahraga ini. Dalam sejarahnya yang sudah 22 kali dilangsungkan,

7
tak sekali pun negara di luar Asia yang merebut Piala Thomas. Indonesia menjadi perebut terbanyak
yaitu 13 kali diikuti Malaya/Malaysia lima kali dan Cina empat kali.
Ini berbeda dengan yang terjadi di kejuaraan beregu putri Piala Uber. Pada kompetisi untuk
berebut piala dari Betty Uber yang mulai dilaksanakan tahun 1956 ini, Amerika Serikat menjadi juara
tiga kali-tiga kali pertama kejuaraan itu. Selebihnya, 16 kali, negara-negara Asialah yang meraihnya.
Cina paling banyak dengan tujuh kali, Jepang lima kali, dan Indonesia tiga kali.
Dalam percaturan di luar arena perlandingan, badan dunia bulutangkis sempat terpecah
menjadi dua, IBF dan World Badminton Federation (WBF). Ini terjadi pada saat memuncaknya
perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Dalam pertarungan organisasi bulutangkis dunia,
Blok Timur yang dipelopori Republik Rakyat Cina (RRC), membentuk WBF sebagai saingan IBF.
Indonesia, meski beradadi kawasan Timur lebih condong ke Blok Barat meski tidak memutuskan
hubungan dengan BlokTimur. Indonesia bahkan aktif dalam usaha mempersatukan kembali kedua
organisasi itu. Tahun 1981 disepakati WBF melebur menjadi satu dengan IBF.

Persatuan inilah yang memungkinkan bulutangkis maju ketingkat yang lebih tinggi : Olimpiade.
Meski sempat menjadi olahraga eksibisi di olimpiade Muenchen tahun 1972 (Indonesia antara lain
diwakili Rudy Hartono), tetapi baru tahun 1992 dijadikan cabang resmi Olimpiade. Hasilnya: Di
Olimpiade Barcelona itu Indonesia mengantongi dua medali olimpiade. Inilah emas pertama
Indonesia di arena akbar olahraga sejak keikutsertaan di Olimpiade Helsinki tahun 1948. Arena
pertandingan tingkat dunia lain perlu mendapat catatan tersendiri. Kejuaraan beregu campuran
(putra-putri) yang mulai diselenggarakan tahun 1989 memakai nama Bapak Bulutangkis Indonesia,
Sudirman. Ketika pertama kali dipertandingkan di Jakarta tahun 1989 itu, Indonesialah yang
merebutnya. Sesudah itu Tiongshuttlecock empat kali membawanya pulang dan Korea tiga kali.

8
Lapangan Bulutangkis

Keterangan:

 Semua dimensi dalam


millimeter
 Panjang: 13400 mm
 Lebar: 6100 mm
 Tebal garis: 40 mm
 Tinggi net: 1550 mm

Gambar 1. 2: Dimensi lapangan bulutangkis dan minimum daerah bebas

(Sport England, 2009)

9
Lapangan bulutangkis untuk permainan tunggal adalah panjang: 13,4 meter dan lebar: 5,2 meter
(gambar 2). Sedangkan untuk ganda, panjang: 13,4 meter dan lebar: 6,1 meter. Tinggi net 155 cm dan
152,5 cm tinggi net di tengah lapangan. Tidak ada standar permukaan/lantai lapangan. Karena
lapangan bisa di indoor maupun outdoor, bisa menggunakan semen, keramik, tanah, aspal, rumput,
karet sintetis atau kayu. Namun demikian, kebanyakan pertandingan bulutangkis dimainkan di
dalam ruangan (indoor) maka biasanya yang digunakan adalah kayu dan karpet yang khusus untuk
bulutangkis.

Peralatan Bulutangkis
Bulutangkis atau Badminton adalah salah satu permainan yang dimainkan oleh pemain tunggal
maupun ganda. Dalam perminan bulu tangkis diperlukan timing dan kondisi fisik yang bagus. Selain
itu ada beberapa perlengkapan yang harus dipenuhi untuk bermain bulutangkis. Peralatan tidak
harus mahal yang terpenting memenuhi kriteri standart dalam permainan bulutangkis. Salah satu
alasan peningkatan performa dalam standar bulutangkis kelas dunia adalah peningkatan standar
peralatan. Perkembangan menyangkut raket, senar dan shuttlecock. Namun pakaian dan sepatu juga
telah disesuaikan dengan tuntutan kinerja olahraga, tidak melupakan raket khusus dan tas olahraga
yang telah berevolusi untuk memenuhi persyaratan pemain teratas (Brahms, 2010).

Raket
Pada tahun 1980an, berat raket antara 100 gram – 130 gram, raket yang bagus pada saat sekarang
adalah berkisar 85 gram. Namun, tarikan senar pada raket mencapai 14kg. Bagian dari raket adalah
pegangan, area senar, kepala dan poros. Dari asal-usul olahraga sampai tahun 1970-an, raket
seluruhnya terbuat dari kayu. Raket disimpan dalam bingkai ketika raket tidak digunakan hal ini
berguna untuk menjaga agar tidak melengkung.

Dengan adanya profesionalisasi olahraga bulutangkis, perusahaan-perusahaan Asia mulai


bereksperimen dengan bahan-bahan selain kayu. Dimulai dengan, poros dan bingkai terbuat dari
logam ringan, baja, aluminium, dan kemudian dari karbon-grafit (serat buatan manusia terbuat dari
aspal karbonisasi). Hal ini untuk membantu mengurangi berat, dan meningkatkan stabilitas seluruh
raket. Saat ini, bahan seperti fiberglass dan serat sintetis (boron, grafit, Kevlar dan Magan Beryllium)

10
juga digunakan (Brahms, 2010). Bahan-bahan tersebut memiliki ketahanan yang sangat tinggi dan
secara signifikan lebih kuat dari baja, tetapi yang paling penting memiliki elastisitas yang lebih besar.
Raket juga tidak lagi terdiri dari bagian-bagian terpisah, tetapi kepala dan poros menjadi konstruksi
satu bagian. Material di atas membuat raket lebih ringan dan fleksibel.
Secara khusus gagang elastis memungkinkan pemain untuk memukul shuttlecock dengan
kekuatan pencambukan/flix lebih banyak, dan memungkinkan pemain untuk memukul shuttlecock
lebih keras dan lebih cepat, tetapi fleksibilitas dari kepala raket lebih merupakan hambatan karena
mengurangi ketepatan pukulan. Aturan praktisnya adalah: semakin keras bingkai, semakin akurat
sapuannya.
Raket mahal dicirikan oleh torsi rendah (kekakuan torsional dari poros). Ini diukur dengan
sejauh mana kepala raket berbelok ke kiri atau kanan di sekitar sumbu longitudinal dari poros. Jika
pemain memukul shuttlecock tidak dengan pusat tetapi dengan tepi raket, itu dapat dikembalikan
sama juga oleh raket dengan torsi rendah seperti shuttlecock yang dipukul dengan pusat raket yang
lebih murah.
Sifat lain dari raket yang memengaruhi kualitas bermain adalah keseimbangan. Ada kepala
(head-heavy rackets) dan pegangan-berat (grip-heavy) serta raket yang seimbang yang di jual di
toko. Pada dasarnya, head-heavy rackets menawarkan akselerasi yang lebih besar dalam smash,
sementara model grip-heavy lebih cocok untuk bermain defensif, karena memungkinkan akurasi
yang lebih besar. Model yang seimbang adalah kompromi di antara keduanya. Pemain dapat menguji
kategori mana raket jatuh ke dalam dengan menyeimbangkannya pada jari telunjuk pada titik di
mana poros bergabung dengan kepala (Brahms, 2010).
Ukuran raket yang sesuai dengan aturan Badminton World Federation (BWF) adalah panjang total
keseluruhan raket tidak melebihi 680 mm dan lebar raket tidak lebih dari 230 mm, dengan bagian-
bagian yang dijelaskan dalam gambar di bawah ini (BWF, 2010, 2018):

11
Gambar 1. 3: Bagian raket bulutangkis

 Handle or grip (Pegangan), pegangan merupakan bagian raket yang dipergunakan pemain
untuk memegang raket
 Strings (Senar), senar raket yang memungkinkan untuk memukul shuttlecock
 Head/frame (Kepala raket), bagian dari raket sebagai tempat memasang senar raket,
dengan panjang keseluruhan 280 mm dan lebar keseluruhan 230 mm
 Shaft (Poros), bagian poros raket yang menghubungkan antara pegangan dan kepala raket
 Throat/T (bagian T), menghubungkan antara poros dan kepala raket

12
isometric rounded/oval

Gambar 1. 4: Jenis kepala raket

Kepala raketpun memiliki 2 jenis yaitu isometric dan rounded/oval. Kepala raket isometric
berbentuk lingkaran/oval dengan ujungnya hampir lurus, sedangkan rounded/oval kepala raket
membentuk oval dan simetris antara atas dan bawah. Kedua jenis kepala raket tersebut memiliki
masing-masing kegunaan yaitu: isometric untuk memperluas bidang pukulan, sangat cocok untuk
pemain pemula dan kekurangannya adalah kesulitan untuk mengontrol keseimbangan pukulan,
sedangkan rounded/oval bidang pukulan lebih sempit tetapi sangat cocok dan sering dipakai oleh
pemain profesional karena memiliki kontrol dan keseimbangan yang baik.

13
Shuttlecock

Gambar 1. 5: Shuttlecock dengan 16 helai bulu angsa

Objek yang dimainkan dalam bulutangkis disebut dengan shuttlecock. Shuttlecock dapat terbuat dari
sintetik atau natural material dan biasanya terbuat dari kayu serbuk atau gabus di bagian bawah dan
bulu untuk bagian atas. Ukuran dan berat shuttlecock secara spesifik adalah (BWF, 2018):

 Shuttlecock memiliki 16 helai bulu angsa dengan panjang sama (antara 62 – 70 mm). Jika
disusun memutar, diameter ujung atas mencapai 58 – 70 mm.
 Bulu tersebut harus ditancapkan dan disusun pada gabus yang sudah diberi lapisan kulit tipis
dengan berat total 4,74 – 5,5 gram. Dan diameter dalamnya 25 – 28 mm.
 Shuttlecock sintetis harus memiliki kesamaan karakteristik luncuran, berat dan ukuran yang
sama dengan natural shuttlecock.
 Shuttlecock memiliki kecepatan yang tepat jika dipukul dari garis belakang dengan pukulan
underarm penuh menggunakan raket dan dapat mendarat ± 53 – 99 cm dari belakang garis
lawan.

14
Senar Raket
Jenis, kelenturan dan tingkat kekerasan senar raket merupaakan faktor utama dalam bulutangkis
untuk menerbangkan shuttlecock dan juga dapat mempengaruhi variasi dalam akselerasi dan kontrol.
Ketebalan senar raket buluutangkis rata-rata sekitar 0,70 – 0,85 mm dan terbuat dari bahan sintetis
atau dari usus hewan (Brahms, 2010).

Senar dari usus hewan memiliki ciri-ciri dengan tingkat elastisitas tinggi dan memungkinkan
pemain untuk bermain dengan kepekaan tinggi. Namun, senar tersebut lebih mahal daripada senar
sintetis dan tidak tahan lama karena dapat rusak oleh pengaruh eksternal seperti suhu dan
kelembapan udara (Pérez-Lorenzana & Ponce, 2000; Tatar & Watari, 2009). Senar sintetis dapat
terdiri dari satu untaian (poliester) atau beberapa serat (string nilon multifilamen), dan setiap jenis
akan cocok untuk tipe permainan tertentu (Brahms, 2010). Ketahanan juga bervariasi sesuai dengan
merk senar (Buchbinder, Constantin, Gray, & Lukas, 2016; Subic, Haake, & Fallon, 2000; Svrček &
Witten, 2006).

Gambar 1. 6: Senar usus hewan

15
Gambar 1. 7: Senar sintetis

Akselerasi dan kontrol shuttlecock dipengaruhi oleh kekerasan tarikan pada senar. Aturan
praktis yang baik adalah: semakin kuat ketegangan, semakin besar kontrol dan keamanan
shuttlecock, dengan mengorbankan akselerasi. Pemula dan pemain berpengalaman harus memilih
kekerasan sekitar 7,5-10 kg (16,5-22 pon) untuk mendapatkan daya tahan yang baik. Hanya pro yang
memilih kekerasan antara 11 dan 14 kg (24 dan 31 pon). Kekerasan tarikan juga disesuaikan dengan
raket. Untuk raket yang memiliki kualitas baik tidak akan bermasalah jika menggunakan tarikan yang
lebih keras. Teknik dan kekuatan pemain yang baik memungkinkan untuk mengkompensasi
kelemahan-kelemahan ini. Senar akan mudah putus ketika tempat pertemuan antara senar dan
shuttlecock dipukul di tepi raket, bukan di tengah-tengah raket (Brahms, 2010).

Sepatu
Bulutangkis adalah olahraga yang membutuhkan kecepatan dan reaksi gerakan (Krøner et al., 1990).
Termasuk terjangan dalam memukul shuttlecock yang merupakan gerakan footwork yang paling
banyak digunakan oleh pebulutangkis, dengan total 15% gerakan dalam permainan tunggal (Kuntze,
Mansfield, & Sellers, 2010).

Kelenturan sepatu bulutangkis dapat mempengaruhi kelincahan, kenyamanan dan variabel


gerak biomekanika selama gerakan permainan bulutangkis (Park, Lam, Yoon, Lee, & Ryu, 2017).

16
Lebih lanjut, penelitian tersebut menunjukan bahwa kelenturan sepatu mempengaruhi persepsi
kenyamanan individu tetapi tidak mempengaruhi kinerja dan kinematika ekstremitas bawah selama
bermain bulutangkis. kesimpulannya adalah optimisasi struktur kaki pada masing-masing individu
berbeda-beda (ada yang kecil panjang, besar pendek dsb) dan bahan sepatu bulutangkis harus
mempertimbangkan persepsi individu untuk memaksimalkan kenyamanan alas kaki.
Banyak merk sepatu bulutangkis yang ditawarkan, seperti spesifikasi bahan, model dan harga
yang berbeda dan bervariasi. Masing-masing individu memiliki persepsi kenyamanan masing-
masing. Tetapi yang harus diperhatikan adalah kelenturan sepatu dan bahan alas kaki. Biasanya,
sepatu bulutangkis menggunakan alas kaki yang terbuat karet yang berwarna kecoklatan, dengan
ketinggian alas yang sama dan keras pada sisi tumit. Berbeda dengan sepatu lari yang memiliki
ketinggian alas yang berbeda dari depan ke belakang,serta memiliki tingkat kestabilan yang rendah
karena lari dan bulutangkis memiliki karakteristik gerakan yang berbeda (“Badminton Shoes,”
2012). Kemudian, bagaimana memilih sepatu bulutangkis (“How To Choose Badminton Shoes,”
2018):
Sol Sepatu (sole), Hal yang paling penting tentang sepatu bulutangkis adalah daya tarik dan
cengkeraman. Sepatu yang tepat tergantung pada jenis lapangan yang digunakan (karpet, kayu atau
keramik). Bagi mereka yang bermain di lapangan kayu atau karpet, Anda harus memilih sepatu
dengan sol karet, yang memberikan banyak traksi dan cengkeraman. Jika tidak dapat menemukan
sepatu yang dirancang untuk bulu tangkis, sepatu bola voli biasanya merupakan pengganti paling
tepat.
Bantalan Sepatu (cushion), seorang pemain bulutangkis harus bergerak cepat ke segala arah,
bantalan sepatu yang baik adalah dapat mengatasi dampak yang ditimbulkan dari gerakan tersebut.
Beberapa sepatu dirancang khusus untuk meredam hal ini, seperti yonex, lining, victor, flypower dsb.
Berat, Sepatu ringan lebih baik
Desain yang baik, sehingga memberikan kinerja yang terbaik
Bahan, menggunakan bahan serat mikro karena memiliki bobot yang ringan
Traksi, sepatu harus memberikan kekuatan traksi yang baik
Ukuran, sesuaikan ukuran sepatu dengan kaki, sehingga dapat bermain dengan nyaman dan
mudah. Berikut berbagai contoh teknologi dalam sepatu bulutangkis:

17
Gambar 1. 8: sepatu terbaik tahun 2017

Pakaian
Yang terpenting tentang pakaian bulutangkis adalah kenyamanan. Yang dimaksud pakaian
bulutangkis adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan untuk penutup tubuh dalam hal ini adalah
kaos (atasan) dan celana (bawahan). Celana longgar atau rok yang ketat tidak cocok untuk olahraga
ini, karena dapat menghambat fleksibilitas. Secara umum tidak ada aturan yang ketat tentang apa

18
yang diperbolehkan atau tidak dapat dikenakan, tetapi seorang pemain lebih mungkin bermain
dengan baik ketika mengenakan sesuatu yang nyaman dan tidak terlalu membatasi.

Pemain bulutangkis, baik pria maupun wanita biasanya menggunakan kaos “polo” dan celana
pendek, tetapi seiring waktu bentuk kaos dan celana bulutangkis bervariasi dengan sarat tidak keluar
dari peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi bulutangkis. Biasanya persyaratan/aturan yang
mengatur tentang pakaian adalah tentang penggunaan tulisan, pada bagian belakang dan depan
(nama, tim, sponsor, negara), serta warna pakaian yang tidak boleh sama dengan lawan.

Gambar 1. 9: Carolina Marin (Spanyol)


menggunakan baju tanpa lengan

Gambar 1. 10: Shi Yuqi (China)


Menggunakan baju standar
Sebagai contoh, berikut adalah ketentuan yang digunakan untuk mengatur pakaian dalam
pertandingan bulutangkis :

a. Ketentuan pakaian mengikuti ketentuan PBSI


b. Pemain harus berpakaian olahraga yang sopan warna bebas dan semua pasangannya untuk
pemain Ganda wajib berpakaian yang sama mulai Partai Perempat Final.

19
c. Nama pemain wajib ditulis pada bagaian belakang kaos sesuai dengan tata letak tulisan
pada pakaian, tinggi huruf minimal 6 cm dan maksimal 10 cm. berlaku sejak awal
pertandingan.
d. Iklan boleh dipasang pada : lengan kiri dan kanan, kerah kiri dan kanan serta bagian depan
baju.
e. Jumlah iklan tidak lebih dari 6 (enam) buah dengan ukuran tidak melebihi dari 30 cm 2
f. Pakaian lain :
Pada setiap sepatu dan kaos kaki boleh mencantumkan 1 iklan dengan ketentuan tidak
melebihi 30 cm2
g. Official/Pelatih yang mendampingi pemain dilapangan harus berpakaian yang pantas dan
bersepatu. (tidak diperkenankan memakai celana jeans)

Peraturan Permainan dan Skor


Peraturan Penilaian
Ada beberapa macam penilaian dalam permainan olahraga bulu tangkis, antara lain:

Dalam permainan bulu tangkis dalam nomor ganda ataupun tunggal, terdiri atas 21 angka,
seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Misalnya saja kedua belah pihak dapat angka sama yaitu
20-20, maka selisih poin harus 2. Misalkan Anda meraih angka 21 terlebih dahulu dan lawan Anda
mendapat angka 20, maka Anda belum keluar sebagai pemenang. Anda akan menjadi pemenang jika
selisih angka Anda dan tim lawan adalah 2 , menjadi 22 – 20. Angka maksimal tiap game adalah 30.
Untuk itulah apabila terjadi poin 29-29, maka pemenangnya adalah pemain yang terlebih dulu
mencapai angka 30.
Pertandingan dalam olahraga bulu tangkis, nomor tunggal maupun nomor ganda, terdiri dari
2 set. Jika tim Anda memenangkan 2 set langsung, maka tentu saja tidak akan ada tambahan set
ketiga. Jika tim Anda menang pada set pertama dan kalah pada set kedua, maka ada tambahan satu
set yang biasa disebut rubber game. Set ketiga adalah set penentuan di mana yang menang pada set
ketiga berarti keluar sebagai pemenangnya.

20
Peraturan Pertandingan Ganda
Beberapa peraturan dalam olahraga bulu tangkis nomor pertandingan ganda adalah sebagai
berikut:

Sebelum pertandingan dimulai, telah ditetapkan pihak mana yang akan melakukan servis
pertama kali. Pemain di bidang servis kanan akan memulai pukulan servis ke arah lawan yang berdiri
secara diagonal dihadapannya. Pukulan servis pertama yang dilakukan selalu dilakukan dari bidang
servis kanan.
Hanya pemain yang menjadi berdiri secara diagonal dihadapan pemain yang servislah yang
dapat menerima bola atau shuttlecock. Jika shuttlecock hasil servis tersentuh atau dipukul oleh
pemain pasangannya atau yang tidak berhadapan dengan si pemain yang melakukan servis, maka
pihak yang servislah mendapat angka.

Peraturan Pertandingan Tunggal


Tambahan peraturan untuk pertandingan tunggal olahraga bulu tangkis adalah sebagai berikut:

Permaianan akan melakukan servis dari atau menerima servis dari bidang servis kanan hanya
bila nilai pelaku servis adalah 0 atau angka genap pertandingan seperti nilai 2, 4, 6 dan seterusnya.
Servis dilakukan dan diterima dari bidang servis kiri bila nilai pelaku servis merupakan angka ganjil
seperti 1, 3, 5 dan seterusnya.
Kedua pemain yang bertanding akan mengubah bidang servis tempat masing-masing pemain
itu berdiri setiap kali sebuah angka dihasilkan dalam setiap pertandingan.

Kesalahan Pemain
Ada beberapa kesalahan yang biasa dilakukan pemain ketika melakukan servis. Kesalahan
yang dilakukan pemain yang berada pada sisi dalam lapangan atau peain yang melakukan servis akan
menggagalkan servis yang dilakukannya dan akan menambah poin bagi tim lawan. Jika kesalahan
dilakukan oleh pemain yang berada di sisi luar atau sisi lapangan yang menerima servis, maka poin
akan didapatkan bagi yang melakukan servis.

Kesalahan-kesalahan dalam servis yang biasanya dilakukan pemain adalah sebagai berikut:

21
Ketika pemain melakukan servis, posisi shuttlecock pada saat disentuh raket berada di atas
ketinggian pinggang dari pemain yang melakukan servis atau salah satu bagian dari kepala raket
berada pada posisi lebih tinggi dari salah satu bagian tangan pelaku servis yang memegang raket
ketika shuttlecock disentuh raket. Jika hal ini terjadi maka service judge akan meneriakkan foul dan
pemain lawan yang akan mendapatkan poin atau nilai.
Saat pemain melakukan servis, shuttlecock jatuh ke bidang servis yang salah. Jatuhnya
shuttlecock tidk berada di posisi yang berdiagonal dengan pemain yang melakukan servis; atau jatuh
di depan garis servis pendek; atau jatuh dibelakang garis servis panjang; atau jatuh di luar garis batas
samping lapangan. Jika shuttlecock jatuh di depan garis servs pendek maka pemain dapat
membiarkan saja tanpa memukul shuttlecock. Jika shuttlecock keluar maka poin akan didapatkan
oleh pemain yang menerima servis tersebut.
Kesalahan yang selanjutnya adalah kaki pelaku servis tidak berada dalam bidang servisnya,
atau kaki penerima servis tidak berada dalam bidang servisnya yang terletak bersebarangan
diagonal.
Sebelum atau ketika melakukan servis, salah satu pemain melakukan gerak tipu atau pura-pura
atau secara sengaja mengejutkan lawannya dan memecahkan konsentrasi dari pemain yang
lawannya maka hal ini juga termasuk dalam jenis pelanggaran.
Pada servis ataupun sedang reli, shuttlecock mengenai badan pemain, jatuh ke luar lapangan
dan mengenai net. Makah al ini termasuk kesalahan dan poin akan diberikan kepada tim lawan.
Shuttlecock yang sedang dalam permainan dipukul sebelum menyeberang ke sisi lapangan
pihak yang melakukan pukulan, biasanya hal ini terjadi ketika adu netting dengan bola yang tanggung
dan cukup dekat dengan net. Jika bola tersebut belum masuk ke area permainan sendiri, maka bola
tersebut tidak boleh dipukul. Jika shuttlecock masih di area permainan lawan dan sudah dipukul
maka akan terjadi foul dan lawan akan mendapatkan poin.
Waktu shuttlecock dalam permainan, pemain menyentuh jaring atau tiang peyangga dengan
raket, bagian tubuh, atau bajunya. Hal ini juga termasuk pelanggaran dan poin akan diberikan pada
tim lawan.
Kejadian shuttlecock dipukul dua kali berurutan atau juga peristiwa penempelan shuttlecock di
raket saat pukulan dilakukan. Hal ini biasanya terjadi pada nomor ganda, jika shuttlecock sudah
menyentuh pemain yang ada di depan maka pemain belakang tidak boleh memukul shuttlecock lagi.
Jika hal ini terjadi maka akan foul dan poin akan diberikan pada tim lawan. Begitu juga jika

22
shuttlecock telah mengenai badan satu pemain maka pemain lain dalam tim tersebut tidak boleh
memukul shuttlecock yang sudah menyentuh badan rekannya.
Pemain pelaku servis diharuskan melakukan servis jika pemain lawan sudah siap memulai
permainan. Penerima servis dianggap siap jika ia melakukan gerakan untuk menerima servis yang
telah dibayangkan. Jika penerima servis belum siap, maka penerima tersebut dapat mengangkat
tangan sebagai tanda bahwa dia belum siap menerima servis dari pemain lawannya.
Pelaku dan penerima servis harus berdiri di dalam batas bidang servisnya masing-masing dan
bagian dari kedua kaki pemain ini harus tetap bersentuhan dengan lantai, dalam posisi diam, hingga
shuttlecock disentuh raket. Pemain yang melakukan dan menerima servis atau pemain lain dalam
nomor ganda tidak boleh melakukan gerakan yang berlebihan yang dapat memecah konsentrasi tim
lawan ketika akan melakukan servis.
Jika saat servis atau reli, shuttlecock menyentuh dan tidak melampui jaring,
maka hal itu dianggap tidak sah. Jika shuttlecock tidak dapat menyebrangi net maka tentu saja poin
akan diberikan pada tim lawan.

23
Pegangan Raket dan Footwork

Pegangan Raket
Teknik Dasar Cara Memegang Raket Permainan Bulu tangkis atau badminton yang benar merupakan
hal terpenting. Karena jika kita menguasai teknik ini dengan benar maka permainan kita dalam
pertandingan badminton pasti juga akan maksimal dan dapat bermain dengan baik dan benar.
Memegang raket dengan benar maka akan dapat membuat pukulan kita lebih maksimal baik saat
melakukan smash maupun saat menerima smash.

Namun teknik memegang raket dengan baik tidak semudah yang kita bayangkan, perlu
dilakukan latihan yang rutin dan serius untuk mendapatkannya. Selain itu juga perlu mengetahui
secara teori macam macam teknik dasar memegang raket, karena dengan mengetahui secara teori
dapat mempercepat kita dalam latihan tersebut.

Teknik Dasar Cara Memegang Raket:


1) Forehand Grip.
2) Backhand Grip.
3) American Grip.
4) Combination Grip.

24
Gambar 2. 1 Pegangan Forehand

Cara Memegang Raket Forehand Grip Badminton


Raket berada pada posisi miring, kemudian dipegang oleh ibu jari dan jari telunjuk seperti tangan
mengepal. Posisi pegangan tidak boleh berubah ubah, usahakan bentuk pegangan selalu menyerupai
seperti huruf V. Saat memegang raket pastikan anda tetap rileks dan tidak kaku sehingga pukulan
yang Anda hasilkan sangat kuat.

25
Gambar 2. 2 Pegangan Backhand

Cara memegang Raket Backhand Grip


Teknik kedua adalah dengan teknik backhand grip, cara ini hampir sama dengan forehand namun
posisi pegangan sedikit masuk kedalam. Untuk pegangan tangan berada pada raket yang lebar,
gunakan kekuatan pergelangan tangan untuk melakukan latihan pukulan ke kanan atau kekiri dan
belakang ke depan.

Cara memegang Raket American Grip


Cara melakukan sebagai berikut:

 Tangan memegang raket di bagian ujung tangkai (handle) seperti memegang pukul kasur.
 Ibu jari dan jari telunjuk menempel pada tangkai.

Keuntungannya sebagai berikut:


 Jenis pegangan American grip sangat efektif untuk melakukan pukulan smes bola di depan
net.
 Mudah untuk memukul bola-bola atas.

26
 Pegangan American grip bagi pemukulan mudah mengarahkan bola, baik ke kanan maupun
ke kiri.

Gambar 2. 3 American Grip

Kelemahannya adalah pegangan American grip kurang efektif untuk melakukan pukulan
backhand dan untuk bermain net yang bolanya berada di samping kanan dan kiri.

Cara Memegang Raket Combination Grip


Cara melakukan sebagai berikut:

 Raket yang dipegang dalam posisi miring.


 Jari telunjuk diletakkan di bagian depan menghadap ke ujung raket, ibu jari memangkul di
tangkai raket di sisi belakang dan jari-jari yang lain ditekuk di bawah tangkai raket.

Keuntungan sebagai berikut:

 Pegangan combination grip mudah mengubah tangkai raket menyesuaikan arah datangnya
bola.
 Pegangan ini campuran antara jenis pegangan forehand grip dan backhand grip.

27
Gambar 2. 4 Combination Grip

Kelemahannya adalah pegangan combination grip sulit dicermati. Sebab pegangan raket
combination grip mudah untuk melakukan pukulan bola yang datangnya ke arah tubuhnya karena
pegangan ini ibu jari mudah digeser.
Pegangan raket yang benar dapat meningkatkan kualitas pukulan. Oleh karena itu, biasakan
memukul shuttlecock dengan menggunakan tenaga pergelangan tangan. Hindarkan kesalahan
seperti:

 memegang raket dengan menggenggam jari-jari rapat dan sejajar;


 posisi “V” tangan berada pada bagian grip raket yang lebar.

28
Footwork Bulutangkis

Gambar 2. 5 Posisi Siap Bulutangkis (ready Position)

Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan
dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan
gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur. Sikap dan langkah
kaki yang benar dalam permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai secara benar oleh setiap
pemain. Ini sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas ketrampilan memukul shuttlecock.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:


1. Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas Iapangan..
2. Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, sambil tetap memperhatikan
keseimbangan tubuh.
3. Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul
shuttlecock.
4. Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya
shuttlecock, atau pada saat bergerak untuk memukul shuttlecock.
5. Kaki kanan selalu di depan pada saat melangkah ke depan

29
6. Kaki kanan selalu di belakang pada saat melangkah ke belakang

Footwork Ke Depan
Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan
sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan.

Gambar 2. 6 Footwork Ke Depan

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

1. Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat badan tetap berada pada kedua kaki dan tetap
menjaga keseimbangan tubuh.
2. Tekuk kedua lutut, berdiri pada ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap tegak dan rileks.
Kedua kaki terbuka selebar bahu dengan posisi kaki sejajar atau salah satu kaki diletakkan di
depan kaki lainnya.
3. Kedua lengan dengan siku bengshuttlecock pada posisi di samping badan, sehingga lengan
bagian atas yang memegang raket tetap bebas bergerak.
4. Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga kepala (daunnya) raket berada lebih tinggi
dari kepala.
5. Senantiasa waspada dan perhatikan jalannya shuttlecock selama permainan berlangsung.
6. Selalu dimulai dengan melangkahkan kaki kiri kemudian diikuti kaki kanan dengan lompatan.

30
Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai
secara benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas ketrampilan
memukul shuttlecock.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

1. Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas Iapangan.
2. Lakukan gerak Iangkah ke depan kanan dan ke depan kiri
3. Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul
shuttlecock.
4. Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya
shuttlecock, atau pada saat bergerak untuk memukul shuttlecock.

Footwork samping kanan dan samping kiri


Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan
sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan.

Gambar 2. 7 Footwork ke Samping

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

1. Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat badan tetap berada pada kedua kaki dan tetap
menjaga keseimbangan tubuh.

31
2. Tekuk kedua lutut, berdiri pada ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap tegak dan rileks.
Kedua kaki terbuka selebar bahu dengan posisi kaki sejajar atau salah satu kaki diletakkan di
depan kaki lainnya.
3. Kedua lengan dengan siku bengshuttlecock pada posisi di samping badan, sehingga lengan
bagian atas yang memegang raket tetap bebas bergerak.
4. Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga kepala (daunnya) raket berada lebih tinggi
dari kepala.
5. Senantiasa waspada dan perhatikan jalannya shuttlecock selama permainan berlangsung.
6. Selalu dimulai dengan melangkahkan kaki kiri kemudian diikuti kaki kanan dengan lompatan.
7. Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas Iapangan.
8. Lakukan gerak Iangkah ke samping kanan dan ke samping kiri
9. Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul
shuttlecock.
10. Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya
shuttlecock, atau pada saat bergerak untuk memukul shuttlecock.

Sikap dan langkah kaki yang benar dalam permainan bulutangkis, sangat penting dikuasai
secara benar oleh setiap pemain. Ini sebagai syarat untuk meningkatkan kualitas ketrampilan
memukul shuttlecock.

Gerak langkah belakang kanan dan belakang kiri


Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa, sehingga dengan sikap yang baik dan
sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke segala penjuru lapangan permainan.

32
Gambar 2. 8 Footwork belakang

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

1. Harus berdiri sedemikian rupa, sehingga berat badan tetap berada pada kedua kaki dan tetap
menjaga keseimbangan tubuh.
2. Tekuk kedua lutut, berdiri pada ujung kaki, sehingga posisi pinggang tetap tegak dan rileks.
Kedua kaki terbuka selebar bahu dengan posisi kaki sejajar atau salah satu kaki diletakkan di
depan kaki lainnya.
3. Kedua lengan dengan siku bengkok pada posisi di samping badan, sehingga lengan bagian
atas yang memegang raket tetap bebas bergerak.
4. Raket harus dipegang sedemikian rupa, sehingga kepala (daunnya) raket berada lebih tinggi
dari kepala.
5. Senantiasa waspada dan perhatikan jalannya kok selama permainan berlangsung.
6. Selalu dimulai dengan melangkahkan kaki kiri kemudian diikuti kaki kanan dengan lompatan.

33
Footwork Enam Sudut
Footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan
dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi balk, seorang atlet harus memiliki kecepatan
gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau footwork-nya tidak teratur.

Gerakan melangkahkan kaki atau footwork merupakan dasar untuk bisa menghasilkan
pukulan berkualitas, yaitu apabila dilakukan dalam posisi baik. Untuk bisa memukul dengan posisi
baik, seorang atlet harus memiliki kecepatan gerak. Kecepatan gerak kaki tidak bisa dicapai kalau
footwork-nya tidak teratur (PB.PBSI, 2001:14).
Cara latihan yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan footwork adalah
sebagai berikut:

1. Dari tengah ke depan; sebagai langkah dasar hanya dua langkah dimulai dengan kaki kiri
kemudian kanan.
2. Dari tengah ke belakang.
3. Dari depan ke belakang dan sebaliknya.

Pergerakan Kaki

French & Stalter, (1949) mengatakan bahwa ada enam daerah dasar kerja kaki yaitu:

1. Gerakan arah kiri depan untuk pukulan jaring forehand dan bawah atau lob.
2. Gerakan arah kanan depan untuk pukulan jaring forehand dan bawah atau lob.
3. Gerakan samping kiri untuk mengembalikan pukulan smash atau drive pada sisi backhand.
4. Gerakan samping kanan untuk mengembalikan pukulan smash atau drive pada sisi forehand.
5. Gerakan kanan belakang untuk pukulan forehand atas, dan

34
6. Gerakan kiri belakang untuk pukulan backhand.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan:

1. Senantiasa berdiri dengan sikap dan posisi yang tepat di atas Iapangan..
2. Lakukan gerak Iangkah ke depan, ke belakang, ke samping kanan dan kiri pada saat memukul
shuttlecock, sambil tetap memperhatikan keseimbangan tubuh.
3. Gerak Iangkah sambil meluncur cepat, sangat efektif sebagai upaya untuk memukul kok.
4. Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat menunggu datangnya kok,
atau pada saat bergerak untuk memukul shuttlecock.

35
Teknik Pukulan Bulutangkis

Servis
Dalam permainan bulutangkis hal yang paling mendasar adalah melakukan pukulan servis
(service). Pukulan servis adalah pukulan pertama yang dilakukan dalam permainan bulutangkis.
Servis sendiri merupakan pukulan paling menentukan dalam permainan bulutangkis karena
merupakan modal awal dalam perolehan poin. Bila pukulan servis gagal ataupun salah dapat
menguntungkan lawan. Oleh karena itu penting untuk melatih pukulan servis yang baik dan benar
agar bisa menghasilkan poin. Pukulan servis dalam permainan bulutangkis terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu:

1. Servis pendek
2. Sevis setengah tinggi (flick)
3. Servis tinggi

Dari ketiga jenis pukulan servis diatas masih dibedakan menurut cara memegang raket yaitu
pukulan servis forehand dan pukulan servis backhand.

Pukulan servis forehand


Servis forehand atau servis dengan cara memegang raket forehand biasa digunakan dalam
permaianan sektor tunggal, terutama dalam sektor tunggal putri. Berikut ini cara melakukan servis
forehand :

36
Gambar 3. 1 Servis forehand

Cara melakukan servis forehand pendek

 Pada servis forehand jenis pendek ini shuttle cock dipukul pendek agar lawan tidak bisa
melakukan pukulan smash.
 Shuttle cock dipukul pendek dengan harapan agar shuttlecock jatuh tipis di dekat garis servis.
 Dalam memukul shuttle cock dilakukan secara pelan dengan sedikit membengkokkan siku
dan agak sedikit memiringkan badan.
 Arah servis yang bervariasi dapat mengecoh antisipasi lawan.
 Gunakan kok dalam jumlah yang cukup banyak untuk melatih servis ini dengan
melakukannya secara berulang-ulang.

Cara melakukan servis forehand tinggi

 Dalam melakukan servis ini shuttle cock dipukul menggunakan tenaga penuh agar kok bisa
melambung tinggi dan jatuh tegak lurus dibagian belakang garis lapangan lawan.
 Saat akan memukul kok, badan agak menyamping ke arah tangan yang memegang raket.
Kedua kaki dibuka selebar pinggul dengan kaki kiri di depan apabila anda memegang raket
dengan tangan kanan atau sebaliknya.

37
 Lakukan gerakan ayunan raket dengan sempurna dalam memukul kok (shuttle cock).
Keharmonisan gerak tubuh dalam memukul kok akan membuat tubuh tidak merasa kaku
saat memukul.
 Usahakan shuttle cock yang dipukul tidak tanggung atau melayang tinggi dibelakang garis
lapangan lawan.
 Biasakan untuk selalu berkonsentrasi dalam melakukan servis atau setelah melakukan servis.
 Setelah melakukan servis bersiaplah untuk menerima shuttle cock dari serangan lawan.
 Agar bisa melakukan servis forehand tinggi dengan baik, lakukan latihan servis ini secara
berulang-ulang.

Pukulan servis backhand


Servis dengan cara memegang backhand biasanya dipakai pada sektor ganda dan juga pada sektor
tunggal putra. Berikut ini cara melakukan servis backhand.

Gambar 3. 2 Servis backhand

Cara melakukan servis backhand pendek

 Dalam servis jenis ini shuttle cock dipukul secara tipis diatas net dengan harapa lawan tidak
dapat melakukan pukulan pada shuttle cock.
 Jika anda menggunakan tangan kanan, maka dalam melakukan servis ini kaki kanan berada
di depan dan kaki kiri di belakang.
 Pukul shuttle cock secara perlahan dengan memperhatikan posisi atau keberadaan lawan,
serangan.
38
Cara melakukan servis backhand flick

 Cara melakukan servis jenis servis backhand flick hampir sama dengan servis backhand
pendek, hanya saja shuttle cock diarahkan keatas.
 Tujuan servis backhand flick ini adalah untuk mengagetkan lawan sehingga lawan
mengembalikan bola servis dengan tanggung.

Peraturan Service Bulutangkis


Servis (Service) adalah pukulan pertama ke arah lawan yang dilakukan untuk memulai suatu
permainan bulutangkis. Service dilakukan dari satu sisi lapangan (kiri atau kanan) menyilang
menyeberangi jaring ke area lawan. Bila shuttlecock jatuh di luar area tersebut maka shuttlecock
dinyatakan keluar dan poin untuk penerima servis. Antara partai tunggal dan ganda memiliki area
servis masing-masing yang berbeda. Pengungdian service dilakukan sebelum permainan dimulai,
seorang wasit melakukan pengundian terlebih dahulu untuk menentukan siapa yang pertama berhak
melakukan servis.

Beberapa aturan service yang perlu diperhatikan dalam pemainan bulutangkis antara lain :

Pada saat memukul, tigngi kepala (daun) raket harus berada dibawah pegangan raket.

 Perkanaan shuttlecock harus berada di bawah pinggang.


 Kaki kiri statis.
 Kaki hanya bergeser, tetapi tidak lepas dari tanah.
 Rangkaian mengayun raket, harus dalam satu rangkaian.
 Penerima servis bergerak sesaat setelah servis dipukul.

Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam servis permainan olahraga bulutangkis :

 Pada saat memukul bola, kepala (daun) raket lebih tinggi atau sejajar dengan grip raket.
 Titik perkenaan shuttlecock, kepala (daun) raket lebih tinggi dari pinggang.
 Posisi kaki menginjak garis tengah atau depan.
 Kaki kiri melakukan langkah.
 Kaki kanan melangkah sebelum shuttlecock dipukul.
 Rangkaian mengayun raket dan memukul shuttlecock tidak boleh terputus.

39
 Penerima servis bergerak sebelum shuttlecock servis dipukul.

Garis Lapangan untuk Area Permainan dan Service


Bulutangkis
Lapangan yang digunakan untuk pertandiangan bulutangkis antara partai ganda dan partai tunggal
memiliki perbedaan. Di dalam permainan bulutangkis setiap garis lapangan memiliki fungsinya masing-
masing. Garis samping memiliki 2 garis (Luar dan dalam) dan garis belakang juga memiliki 2 garis (Luar
dan dalam).

Untuk area bidang permainan bulutangkis, garis samping dalam dan garis belakang luar
digunakan untuk area permainan tunggal sedangkan garis samping luar dan garis belakang luar
digunakan untuk area permainan untuk partai ganda.
Bidang area service permainan bulutangkis untuk partai tunggal adalah garis samping dalam
dan garis belakang luar, sedangkan untuk area service untuk partai ganda adalah garis samping luar
dan garis belakang bagian dalam.

Lob/Clear

Gambar 3. 3 Clear, Smash, Drop shot

40
Pukulan lob adalah “Suatu pukulan dalam permainan bulutangkis yang dilakukan untuk
menerbangkan shuttlecock setinggi mungkin mengarah jauh ke belakang garis lapangan” (Tohar,
1992: 47). Perkenaan raket saat melakukan pukulan lob adalah raket menghadap ke atas. Dengan
demikian, shuttlecock akan meninggalkan bidang raket dengan sudut 900 (tegak lurus). Jangan
membiarkan shuttlecock melayang sampai di belakang badan, lakukan pukulan pada saat shuttlecock
masih berada di muka badan. Pukulan ini hendaknya dilakukan dengan arah ke belakang lapangan
lawan dan melambung tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh uluran raket lawan dan shuttlecock
jatuh langsung tegak lurus ke lantai. Shuttlecock sebaiknya mendarat sedekat mungkin dengan garis
belakang bidang lapangan lawan. Untuk mencapai hal tersebut “gunakan putaran lengan bawah dan
pergelangan tangan” (James Poole, 2006: 31).

Gambar 3. 4 Tahapan pukulan clear/lob

Pusatkan perhatian lebih untuk menguasai pukulan overhead lob ini, karena teknik pukulan
lob ini banyak kesamaannya dengan teknik smes dan dropshort. Pukulan overhead lob adalah bola
yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan keatas pada
bagian belakang lapangan.

Ada dua jenis overhead lob :

1. Deep lob/Clear, bolanya tinggi ke belakang.

41
2. Attacking lob/Clear, bolanya tidak terlalu tinggi.

Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Pergunakan pegangan forehand, pegang raket dan posisinya di samping bahu.


2. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net. Posisi kaki kanan berada di belakang kaki
kiri dan pada saat memukul bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari kaki kanan ke kaki
kiri.
3. Posisi badan harus diupayakan selalu bera di belakang bola.
4. Bola dipukul seperti gerakan melempar.
5. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus. Posisi akhir raket mengikuti arah bola, Ialu dilepas,
sedang raket jatuh di depan badan.
6. Lecutkan pergelangan (raket) saat kena bola.

Cara Latihan

1. Untuk para pemula yang baru belajar, sebaiknya pertama-tama latihan dengan cara mengumpan
mereka dengan lemparan bola. Tujuannya supaya timing memukul bisa diperoleh. Untuk
mempermudah, bisa digunakan hitungan (1. Posisi siap; 2. Ayunkan; 3. Pukul).
2. Untuk alat bantu guna membiasakan gerakan dan memperoleh timing memukul yang pas,
gunakan gantungan kok yang bisa diatur ketinggiannya.

Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Posisi preparation sama dengan overhead biasa.


2. Karena, biasanya bola berada jauh di belakang kepala kita, untuk menjangkaunya, pertama
badan diputar yaitu dengan melangkahkan kaki kanan ke belakang, lalu lompatkan kaki kanan
sambil badan dan raket diputar untuk menjangkau kok yang berada di belakang kepala, sehingga
terjadi perpindahan berat badan.
3. Setelah memukul, kaki kiri mendarat lebih dulu, di bagian depan kaki (agak berjingkat), badan
harus condong ke depan.

42
Drop Shot

Gambar 3. 5 Clear, Smash, Drop shot

Drop Shot adalah pukulan yang dilakukan seperti smes. Perbedaannya pada posisi raket saat
perkenaan dengan kok. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot (pukulan
potong) yang balk adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda.

Karakteristik pukulan potong ini adalah, kok sentiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan
lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan
posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang cepat,
posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan
faktor penentu keberhasilan pukulan ini.
Sikap persiapan awal dan gerak memukul tidak berbeda dengan pukulan smes. Dalam
pelaksanaan pukulan potong ini, adalah menempatkan kok pada sudut-sudut lapangan lawan
sedekat mungkin jaring/net, dengan variasi gerak tipu badan dan raket sebelum perkenaan raket
dan kok, yang menyebabkan lawan terlambat mengatisipasi dan bereaksi atas datangnya kok secara
mendadak.

Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Pergunakan pegangan forehand. Pegang raket dan posisinya di samping bahu.

43
2. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net, posisi kaki kanan berada dibelakang kaki
kiri. Pada saat memukul bola, harus terjadi perpindahan beban badan dari kaki kanan ke kaki
kiri.
3. Posisi badan harus selalu diupayakan berada di belakang bola.
4. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus, menjangkau bola dan dorong dengan sentuhan
halus.
5. Untuk arah forehand lawan, pukul bagian Iengkungan bola sebelah kanan dan lengkung kiri bola
untuk tujuan backhand.
6. Posisi akhir raket mengikuti arah bola.Biasakan bergerak cepat mengambil posisi pukul yang
tepat di belakang kok.
7. Perhatikan gerak langkah dan keseimbangan badan pada saat dan setelah memukul kok.
8. Kok harus dipukul dengan sikap lengan lurus dan hanya menggunakan tenaga kecil.
9. Pukulan potong ini mengandung aspek kehalusan gerak dan gerak tipu.

Smash

Gambar 3. 6 Clear, Smash, Drop shot

Smash merupakan pukulan overhead (atas) yang diarahkan ke bawah dan dilakukan dengan tenaga
penuh. Pukulan ini identik sebagai pukulan menyerang. Karena itu tujuan utamanya untuk
mematikan lawan. Pukulan smes adalah bentuk pukulan keras yang sering digunakan dalam
permainan bulutangkis. Karakteristik pukulan ini adalah; keras, laju jalannya kok cepat menuju
44
Iantai Iapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan
fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.

Gambar 3. 7 Tahapan Smash

45
Dalam praktek permainan, pukulan smes dapat dilakukan dalam sikap diam/berdiri atau
sambil loncat (King Smash).Oleh karena itu pukulan smes dapat berbentuk: Pukulan smes penuh -
Pukulan smes potong - Pukulan sines backhand - Pukulan smes melingkar atas kepala
Teknik pukulan smes tersebut secara bertahap setiap pemain harus menguasainya dengan
sempurna. Manfaatnya sangat besar untuk meningkatkan kualitas permainan.

Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Biasakan bergerak cepat untuk mengambil posisi pukul yang tepat.


2. Perhatikan pegangan raket.
3. Sikap badan harus tetap lentur, kedua lutut dibengkokkan dan tetap berkonsentrasi pada
kok.
4. Perkenaan raket dan kok di atas kepala dengan cara meluruskan lengan untuk menjangkau
kok itu setinggi mungkin dan pergunakan tenaga pergelangan tangan pada saat memukul
kok.
5. Akhiri rangkaian gerakan pukul itu dengan gerak Ian-jut ayunan raket yang sempurna ke
depan badan.

Netting
Netting adalah pukulan yang dilakukan dekat net, diarahkan sedekat mungkin ke net, dipukul
dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus
dan melintir tipis dekat sekali dengan net.

Karakteristik teknik dasar ini adalah kok senantiasa jatuh bergulir sedekat mungkin dengan
jaring/net di daerah lapangan lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi
raket dan kok saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.
Pegang raket dengan jari-jari tangan (ruas jari tangan), pergelangan tangan tetap rileks, posisi
kepala (daun) raket sejajar dengan Iantai pada saat perkenaan raket dan kok yang harus
diperhatikan selama proses pukulan jaring berlangsung. Di samping itu sikap dan posisi kaki tumpu
harus tetap kokoh menapak di Iantai, dengan lutut kanan dibengkokkan, sehingga tidak terjadi
gerakan tambahan yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh.
46
Gambar 3. 8 Netting

Hal yang Perlu Diperhatikan

1. Pegangan raket forehand untuk forehand net dan backhand untuk backhand samping net.
2. Siku agak bengkok dan pergelangan ditekuk sedikit ke belakang.
3. Pada saat memukul, kaki kanan berada di depan dan bola dipukul pada posisi setinggi mungkin.
4. Sesaat sebelum perkenaan bola, buat tarikan kecil dan pergelangan tangan. Pukul bola pada
bagian lengkung kanan dan kiri sampai pada bagian bawah bola. Akhir kepala raket menghadap
atau sejajar dengan langit-langit.

Cara Latihan

 Berdiri kira-kira dua langkah dari jaring sambil memegang raket.


 Penyaji melemparkan kok berturut-turut ke daerah jaring dan Anda berusaha memukul kok itu.
 Lakukan latihan ini di sisi kanan dan kiri secara bergantian.
 Tingkatkan faktor intensitas dan kesulitan latihan dengan cara sambil bergerak.
 Arah dan sasaran pukulan dapat berbentuk lurus, silang atau dengan cara mendorong kok itu ke
berbagai arah.

47
48
Tes dan Pengukuran Bulutangkis

Pengukuran Kondisi Fisik Bulutangkis


Parameter fisik atlet bulutangkis meliputi penilaian antropometri dan kondisi fisik, berdasarkan
parameter yang telah ditentukan oleh Pengurus Pusat PBSI tahun 2018. Parameter tersebut adalah
sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Parameter fisik atlet bulutangkis

Dalam persaingan kompetisi di tingkat dunia yang sangat ketat, seorang atlet salah satunya
dituntut memiliki fisik yang prima untuk menunjang performa permainan bulutangkis. Terdapat 5
(lima) komponen fisik atlet bulutangkis yang telah ditetapkan, yaitu: endurance, strength and
conditioning, speed, flexibility, dan coordination (PP. PBSI, 2016). Yang dijabarkan menjadi 8
(delapan) parameter fisik, yaitu:

49
Gambar 4. 2 Parameter fisik atlet bulutangkis

Pengukuran Teknik Bulutangkis


Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang sangat diminati masyarakat Indonesia. Olahraga
ini sudah banyak mengalami perkembangan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Olahraga
ini juga menarik minat dari berbagai kalangan dan berbagai tingkat ketrampilan, dari pria maupun
wanita, mulai anak-anak hingga kelompok usia dewasa.

Seiring berkembangnya zaman, klub bulutangkis banyak di dirikan di berbagai daerah


sehingga persaingan menjadi semakin ketat. Para pelatih berlomba untuk dapat meningkatkan
keterampilan atletnya dalam bermain bulutangkis, begitu juga para atlet, mereka berlomba agar bisa
menjadi yang terbaik.
Hasil latihan/belajar keterampilan bulutangkis dapat dilihat melalui dua cara, yaitu: dengan
cara kopetisi pertandingan dan melakukan tes keterampilan bulutangkis. Di era modern ini sudah
banyak pengembangan instrumen tes keterampilan bulutangkis yang telah dikembangkan oleh para

50
pakar bulutangkis (Willianto, 2018). Salah satu hasil pengembangan instrumen tes keterampilan
bulutangkis yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut.

Tes Servis Pendek (Short Serve Test)


(Validitas : 0,702 & Reliabilitas : 0,910)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan servis pendek. Tes ini berlaku
untuk atlet usia remaja dan taruna.
2. Alat dan Perlengkapan : Lapangan bulutangkis, Raket, Alat tulis dan blangko penilaian,
Shuttlecock, Tali / pita beserta penyangga, dan pelaksana teknis, yaitu pencatat nilai, pengawas
jatuhnya bola pada sasaran, pengawas lewatnya bola, hakim servis, pengambil kok.
3. Lapangan Tes Servis Pendek.

Gambar 4. 3 Tes servis pendek

Ket : Tinggi pita dari atas net = 19,5 cm

4. Pedoman Pelaksanaan : Testee berdiri pada daerah servis. Testee melakukan servis pendek
sebanyak 12 kali percobaan secara berturut-turut ke arah sasaran dengan ketentuan 6 kali dari
sebelah kanan dan 6 kali dari kiri.
5. Penilaian
1) Tidak ada nilai untuk pukulan yang gagal melewati net atau melintas diatas pita.
2) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai nilai yang telah ditentukan.

51
3) Shuttlecock yang jatuh pada garis, diambil dengan nilai yang tertinggi.
4) Shuttlecock yang jatuh bukan pada sasaran, tidak mendapatkan nilai (nol).
5) Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S
Pegangan raket menggunakan jabat tangan
Berdiri dengan posisi tumit kaki belakang terangkat
Shuttlecock dibawa setinggi pinggang
Persiapan

Tumpuan berat badan pada kedua kaki


Tangan yang memegang raket pada posisi backswing
(ayunan ke belakang)
Shuttlecock dibawa sejajar dengan pergelangan tangan
Pegangan raket menggunakan jabat tangan
Pindahkan berat badan ke depan dan pukul shuttlecock
Pelaksanaan

dengan menggunakan pergelangan tangan


Pukul shuttlecock secara perlahan, dan dekat dengan net
(Kontak bola setinggi paha )
Lanjutkan gerakan raket ke atas dan lurus dengan arah
lajunya shuttlecock
Lanjutan

Arahkan daun raket ke depan menuju ke arah laju bola


Memutar pinggul dan bahu dan lanjutkan kedua lengan ke
atas
Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0


6. Nilai akurasi adalah jumlah total nilai jatuhnya bola yang diperoleh dari 12 kali percobaan.
7. Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai berikut:

52
Tabel Kategori penilaian tes servis

Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang


Remaja Pa
≥ 36 32 - 35 28 -31 ≤ 27
(15-16 th)
Taruna Pa
≥ 41 36 - 40 31 - 35 ≤ 30
(17-18 th)

Keterangan : Pa = Putra, Pi = Putri

53
Tes Servis Panjang (Long Serve Test)
(Validitas : 0,631 & Reliabilitas : 0,880)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan servis panjang. Tes ini berlaku
untuk atlet kelompok usia anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
2. Alat dan perlengkapan : Lapangan bulutangkis, Raket, Shuttlecock, Alat tulis dan blangko
penilaian, Net, Tali / pita beserta penyangga dan Pelaksana teknis, yaitu pencatat nilai, pengawas
jatuhnya bola pada sasaran, pengawas lewatnya bola di atas tali pita, hakim servis, pengambil
kok.
3. Lapangan Tes Servis Panjang.

Gambar 4. 4 Tes Servis Panjang.

Ket : Tinggi pita dari atas net = 50 cm

4. Pedoman Pelaksanaan : Testee berdiri pada daerah servis. Testee melakukan servis panjang
sebanyak 12 kali percobaan secara berturut-turut ke arah sasaran dengan ketentuan 6 kali dari
sebelah kanan dan 6 kali dari sebelah kiri.
5. Penilaian
1) Tidak ada nilai untuk pukulan yang gagal melewati net atau melintas dibawah pita.
2) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.
3) Shuttlecock yang jatuh pada garis, diambil dengan nilai yang tertinggi.

54
4) Shuttlecock yang jatuh bukan pada sasaran/tidak melewati atas pita tidak diberi nilai.
5) Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S
Pegangan raket menggunakan jabat tangan
Berdiri dengan kaki direnggangkan satu di depan
dan satu dibelakang
Persiapan

Shuttlecock dibawa setinggi pinggang


Tumpuan berat badan pada kaki belakang
Tangan yang memegang raket pada posisi
backswing (ayunan ke belakang)
Pergelangan tangan berada pada posisi menekuk
Pindahkan berat badan ke depan dan pukul
Pelaksanaan

shuttlecock dengan menggunakan ayunan dan


pergelangan tangan
Kontak bola setinggi lutut
Lambungkan shuttlecock tinggi dan jauh
Lanjutkan gerakan raket ke atas dan lurus dengan
arah shuttlecock
Lanjutan

Silangkan raket di depan dan di atas bahu tangan


yang tidak memegang raket
Memutar pinggul dan bahu
Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0

6. Nilai akurasi adalah jumlah total nilai yang diperoleh dari 12 kali percobaan.

55
7. Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai berikut:
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Anak-anak Pi ≥ 41 35 - 40 29 - 34 ≤ 28
(11-12 th) Pa ≥ 46 37 - 45 28 - 36 ≤ 27
Pemula Pi ≥ 44 37 - 43 31 - 36 ≤ 30
(13-14 th) Pa ≥ 32 36 - 42 29 - 35 ≤ 28
Remaja
Pa ≥ 48 41 - 47 35 - 40 ≤ 34
(15-16 th)
Taruna
Pa ≥ 49 44 - 48 39 - 43 ≤ 38
(17-18 th)

Keterangan : Pa = Putra, Pi = Putri

Tes Pukulan Forehand Lob (High Clear Test)


(Validitas : 0,692 & Reliabilitas : 0,880)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan pukulan lob atau pukulan
melambung. Tes ini berlaku untuk atlet kelompok usia anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
2. Alat dan perlengkapan : Lapangan bulutangkis, Raket, Shuttlecock, Alat tulis dan blangko
penilaian dan Pelaksana teknis, yaitu pencatat nilai, pengawas jatuhnya bola pada sasaran,
pengawas lewatnya bola, pengumpan, pengambil kok.

Gambar 4. 5 Tes Pukuan Forehand Lob.

56
3. Pedoman Pelaksanaan : Testee berdiri di dalam garis empat persegi panjang berukuran 120 cm
x 181 cm yang terletak di tengah-tengah lapangan. Pengumpan berdiri di sisi lain sambil
memberikan umpan lambung kepada testee sebanyak 12 kali. Testee melakukan pukulan lob dari
kanan sebanyak 6 kali dan lob dari kiri sebanyak 6 kali. Setiap kali melakukan pukulan lob
dimulai dari dalam garis empat persegi panjang.
4. Penilaian
1) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.
2) Shuttlecock yang jatuh tepat pada garis maka diambil dengan nilai yang tertinggi.
3) Shuttlecock yang jatuh bukan pada sasaran tidak diberi nilai.
4) Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S
Pegangan raket menggunakan jabat tangan
Kembali ke posisi menunggu atau menerima
shuttlecock
Persiapan

Pegang lengan raket dengan posisi kepala raket


terangkat
Tumpuan berat badan pada kedua kaki
Pindahkan pergelangan tangan ke belakang
Putar badan menuju kearah datangnya shuttlecock
Pelaksanaan

Ayunkan raket ke depan dan pukul bola setinggi


mungkin
Luruskan lengan
Lanjutkan gerakan kepala raket
Lanjutan

Ayunkan ke arah net


Putar lengan raket
Kembali ke tengah lapangan
Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0

57
5) Nilai akurasi adalah jumlah total dari 12 kali percobaan.
6) Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai
berikut :
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Anak-anak Pi ≥ 46 40 - 45 33 - 39 ≤ 32
(11-12 th) Pa ≥ 38 33 - 37 27 - 32 ≤ 26
Pemula Pi ≥ 46 40 - 45 33 - 39 ≤ 32
(13-14 th) Pa ≥ 38 33 - 37 27 - 32 ≤ 28
Remaja
Pa ≥ 50 42 - 49 34 - 41 ≤ 33
(15-16 th)
Taruna
Pa ≥ 50 42 - 49 34 - 41 ≤ 33
(17-18 th)

Keterangan : Pa = Putra, Pi = Putri

Tes Pukulan Forehand Smash


(Validitas : 0,688 & Reliabilitas : 0,870)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan smash. Tes ini berlaku untuk atlet
kelompok usia anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
2. Alat dan Peralatan : Lapangan bulutangkis, Raket, Shuttlecock, Alat tulis dan blangko penilaian
dan Pelaksana teknis, yaitu pecatat nilai, pengawas jatuhnya bola, pengawas lewatnya bola di
atas net, pengumpan.
3. Lapangan Tes Pukulan Forehand Smash

58
Gambar 4. 6 Tes Pukulan Forehand Smash

4. Pedoman Pelaksanaan
1) Testee berdiri di dalam garis empat persegi panjang berukuran 120 cm x 181 cm yang terletak
di tengah-tengah lapangan..
2) Pengumpan berdiri di sisi lain sambil memberikan umpan lambung kepada testee sebanyak
12 kali.
3) Testee melakukan pukulan smash dengan sasaran daerah yang sudah ditentukan.
5. Penilaian
1) Tidak ada nilai untuk pukulan dimana shuttlecock tidak masuk pada sasaran.
2) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.
3) Jika shuttlecock jatuh diantara dua garis maka dianggap masuk pada nilai yang tertinggi.
4) Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

59
Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S

Gunakan pegangan jabat tangan

Berada pada posisi menunggu atau menerima bola


Persiapan

Angkat bahu ke atas dan geser kaki ke belakang

Pegang raket dengan posisi kepala raket


menghadap ke atas

Tumpuan berat badan pada kedua kaki

Pindahkan tumpuan berat badan pada kaki


belakang

Jaga keseimbangan menggunakan tangan yang


tidak memegang raket

Posisikan pergelangan tangan mengokang


Pelaksanaan

(mengayun) ke belakang kemudian ayunkan maju


dan naik untuk meraih shuttlecock setinggi
mungkin

Ayunkan raket ke depan dan pukul bola dengan


keras

Lengan tangan yang tidak membawa raket


membantu mempercepat rotasi tubuh

Ayunkan ke depan-bawah dan menyilang melintasi


Lanjutan

badan, lakukan gerakan menggunting sembari


dengan memindahkan dominan ke depan

60
Ayunkan raket kembali pada posisi awal dan
menuju ke tengah lapangan

Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0

5) Nilai akurasi adalah jumlah nilai yang diperoleh dari 12 kali percobaan.
6) Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai
berikut :
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Anak-anak Pi ≥ 37 32 - 36 27 - 31 26
(11-12 th) Pa ≥ 39 33 - 38 23 - 32 26
Pemula Pi ≥ 40 34 - 39 29 - 33 28
(13-14 th) Pa ≥ 39 35 - 38 31 - 34 30
Remaja
Pa ≥ 40 35 - 39 30 - 34 29
(15-16 th)
Taruna
Pa ≥ 47 41 - 46 36 - 40 35
(17-18 th)

Keterangan : Pa = Putra, Pi = Putri

Tes Pukulan Forehand Dropshot


(Validitas : 0,700 & Reliabilitas : 0,870)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan dropshot. Tes ini berlaku untuk
atlet kelompok usia anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
2. Alat dan Peralatan : Lapangan bulutangkis, Raket, Shuttlecock, Alat tulis dan blangko penilaian,
dan Pelaksana teknis, yaitu pecatat nilai, pengawas jatuhnya bola, pengawas lewatnya bola di
atas net, pengumpan.
3. Lapangan Tes Pukulan Forehand Dropshot

61
4. Pedoman Pelaksanaan
1) Testee berdiri di dalam garis empat persegi panjang berukuran 120 cm x 181 cm yang terletak
di tengah-tengah lapangan..
2) Pengumpan berdiri di sisi lain sambil memberikan umpan lambung kepada testee sebanyak
12 kali.
3) Testee melakukan pukulan dropshot dengan sasaran daerah sudut depan lapangan
bulutangkis.
4) Testee kembali ke tengah lapangan setiap selesai melakukan pukulan.
5. Penilaian
1) Tidak ada nilai untuk pukulan dimana shuttlecock tidak masuk pada sasaran.
2) Shuttlecock yang jatuh pada sasaran dinilai sesuai dengan nilai yang telah ditentukan.
3) Jika shuttlecock jatuh diantara dua garis maka diambil nilai yang tertinggi.
4) Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

62
Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S
Pegangan raket menggunakan jabat tangan
Kembali ke posisi menunggu atau menerima
shuttlecock
Persiapan

Pertahankan posisi lengan terangkat ke atas


Lakukan ayunan ke belakang untuk memposisikan
pergelangan tangan
Tumpuan berat badan pada kedua kaki
Putar badan menuju kearah datangnya shuttlecock
Ayunkan raket ke depan kemudian pukul
shuttlecock setinggi mungkin
Pelaksanaan

Sentuhkan raket dengan shuttlecock dengan cara di


block (bukan dipukul)
Gerakkan kepala raket menyilang ke depan
Lengan tangan yang tidak membawa raket
membantu keseimbangan tubuh
Lanjutkan gerakan kepala raket ke arah lajunya
shuttlecock
Lanjutan
Ayunkan raket kembali pada posisi awal dan
menuju ke tengah lapangan
Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0


5) Nilai akurasi adalah jumlah nilai yang diperoleh dari 12 kali percobaan dengan ketentuan 6
di sebelah kanan dan 6 di sebelah kiri.

63
6) Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai
berikut :

Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Anak- Pi ≥ 33 29 - 31 24 - 28 ≤ 23
anak Pa
≥ 31 26 - 30 21 - 25 ≤ 20
(11-12 th)
Pemula Pi ≥ 34 29 - 33 24 - 28 ≤ 23
(13-14 th) Pa ≥ 33 29 - 32 26 - 28 ≤ 25
Remaja
Pa ≥ 36 31 - 35 26 - 30 ≤ 25
(15-16 th)
Taruna
Pa ≥ 38 33 - 37 28 - 32 ≤ 27
(17-18 th)

Tes Footwork (Gerak Kaki)


(Validitas : 0,624 & Reliabilitas : 0,750)

1. Tujuan : Mengukur tingkat kecakapan atlet dalam melakukan gerak kaki dalam permainan
bulutangkis. Tes ini berlaku untuk atlet kelompok usia anak-anak, pemula, remaja, dan taruna.
2. Alat dan Peralatan :Lapangan bulutangkis, Alat tulis dan blangko penilaian, Pelaksana teknis,
yaitu pecatat nilai, dan pengawas testee
3. Lapangan Tes Footwork

64
4. Pedoman Pelaksanaan
1) Testee berdiri di tengah-tengah lapangan.
2) Pengawas berdiri di sisi lain sambil memberikan aba-aba kepada testee.
3) Testee melangkahkan kaki ke depan kanan hingga salah satu kaki masuk ke kotak putih yang
ada disudut kanan depan lapangan, kemudian kembali ke tengah lapangan. Ulangi langakah
dengan melangkahkan kaki ke kiri depan, kemudian ke kotak yang ada di kanan dan kiri
samping lapangan. Dan dilanjutkan dengan pukulan overhead yang ada di belakang kanan
dan kiri bagian sudut belakang.
4) Lakukan selama 30 detik dengan langkah yang sama secara beraturan.
5. Penilaian : Tidak ada nilai jika langkah kaki tidak masuk pada sudut lapangan / sasaran.
6. Nilai pijakan adalah jumlah nilai yang diperoleh dari jumlah pijakan kaki ke sudut-sudut
lapangan (sasaran)
7. Nilai teknik didapatkan dari sikap yang dilakukan atlet saat melakukan tes.

65
Tabel Penilaian Sikap

Penilaian
Tahap/Langkah
B S
Buka kaki selebar bahu
Persiapan Mengangkat sedikit tumit kaki
Lenturkan lutut anda
Posisikan berat badan ke depan
Pegang raket dengan posisi jabat
tangan
Pandangan mata tertuju ke depan
Pelaksanaan

Berputarlan dengan diawali kaki


dominan kibaskan kaki Anda
Dan untuk arah backhand silangkan
kaki ke arah kiri
Jangkau dengan lengan dan kaki
dominan Anda
Kembali ke tengah lapangan seusai
melangkah ke sudut lapangan
Ulangi pola tiga langkah secara
Lanjutan

terbalik pada backhand


Jaga keseimbangan dan siap
melakukan gerakan selanjutnya
(pengulangan)
Jumlah

Keterangan : Benar = 1 Salah = 0

66
8. Nilai total adalah penjumlahan dari nilai teknik dan nilai akurasi dengan norma sebagai berikut:
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Anak-anak Pi ≥ 25 23 - 24 21 - 22 ≤ 20
(11-12 th) Pa ≥ 25 23 - 24 21 - 22 ≤ 20
Pemula Pi ≥ 25 23 - 24 21 - 22 ≤ 20
(13-14 th) Pa ≥ 23 22 - 22 21 - 21 ≤ 20
Remaja
Pa ≥ 25 23 - 24 22 - 22 ≤ 21
(15-16 th)
Taruna
Pa ≥ 28 25 - 27 22 - 24 ≤ 21
(17-18 th)

Keterangan : Pa = Putra, Pi = Putri

67
Daftar Pustaka

Badminton Shoes. (2012). Retrieved October 24, 2018, from http://www.badminton-


information.com/badminton_shoes.html

Brahms, B.-V. (2010). Badminton Handbook Training Tactics Competition. (H. Ross, Ed.). Meyer &
Meyer Sport.

Buchbinder, E. I., Constantin, A., Gray, J., & Lukas, A. (2016). Yukawa unification in heterotic string
theory. Physical Review D, 94(4). http://doi.org/10.1103/PhysRevD.94.046005

BWF. (2010). BADMINTON WORLD FEDERATION BWF HANDBOOK II ( Laws of Badminton &
Regulations ). Badminton World Federation. Kuala Lumpur: Badminton World Federation.
Retrieved from www.bwfbadminton.org

BWF. Badminton world federation statutes, Badminton World Federation (2018). Retrieved from
https://corporate.bwfbadminton.com/statutes/#1513733528967-47d667b6-0737

French, E., & Stalter, E. (1949). Study of skill tests in badminton for college women. Research Quarterly
of the American Association for Health, Physical Education and Recreation, 20(3), 257–272.
http://doi.org/10.1080/10671188.1949.10621035

Grice, T. (2008). Badminton Steps to Success. Human Kinetics.

How To Choose Badminton Shoes. (2018). Retrieved October 24, 2018, from
https://www.newvisionbadminton.com/shoes.php

Krøner, K., Schmidt, S. A., Nielsen, A. B., Yde, J., Jakobsen, B. W., Møller-Madsen, B., & Jensen, J. (1990).
Badminton injuries. British Journal of Sports Medicine, 24(3), 169–172.
http://doi.org/10.1136/bjsm.24.3.169

Kuntze, G., Mansfield, N., & Sellers, W. (2010). A biomechanical analysis of common lunge tasks in
badminton. Journal of Sports Sciences, 28(2), 183–191.
http://doi.org/10.1080/02640410903428533

Lim, P. H., & Aman, M. S. (2017). The history of modern organized badminton and the men’s team
Thomas cup tournaments, 1948-1979. International Journal of the History of Sport, 34(7–8),
676–696. http://doi.org/10.1080/09523367.2017.1389904

68
Park, S. K., Lam, W. K., Yoon, S., Lee, K. K., & Ryu, J. (2017). Effects of forefoot bending stiffness of
badminton shoes on agility, comfort perception and lower leg kinematics during typical
badminton movements. Sports Biomechanics, 16(3), 374–386.
http://doi.org/10.1080/14763141.2017.1321037

Pérez-Lorenzana, A., & Ponce, W. A. (2000). GUTs and string-GUTs. Europhysics Letters, 49(3), 296–
301. http://doi.org/10.1209/epl/i2000-00148-y

PP. PBSI. (2016). Kriteria dan Parameter Fisik Badminton (1st ed.). Jakarta: PP. PBSI. Retrieved from
www.badmintonindonesia.org

Saketh R.V.K. (2018). Five fastest smashes in Badminton history. Retrieved from
https://www.sportskeeda.com/badminton/five-fastest-smashes-in-badminton-history/5

Sánchez-Alcaraz, B. (2013). History of padel. Materiales Para La Historia Del Deporte, 11, 57–60.

Sport England. (2009). Badminton Design Guide. In Methods (pp. 262–279).

Subic, A. J. (Aleksandar J. ., Haake, S., & Fallon, L. P. (2000). The engineering of sport research,
development and innovation. Engineering.

Svrček, P., & Witten, E. (2006). Axions in string theory. Journal of High Energy Physics, 2006(6).
http://doi.org/10.1088/1126-6708/2006/06/051

Tatar, R., & Watari, T. (2009). GUT relations from string theory compactifications. Nuclear Physics B,
810(1–2), 316–353. http://doi.org/10.1016/j.nuclphysb.2008.11.009

Walker, N., Dann, S., Kantor, K., & Crabtree, M. (2003). Badminton in action. Sports in action.

Willianto, S. (2018). Pedoman Tes dan Evaluasi Bulutangkis. Semarang.

69
berhasil menyelesaikan studi
Magister Olahraga di UNJ
Jakarta, dan pada tahun 2014
memulai karir sebagai
komentator olahraga di Fox
Sports Singapore hingga
sekarang.

Selepas memutuskan resigned


dari PT Metland, Tbk pada 2016,

Lahir di Pemalang, 3 sempat bergabung dengan

Desember 1988. Memilih jalan management PB Jaya Raya

menetap di ibu kota selepas Jakarta dan menjadi pelatih

meraih gelar sarjana fisik tunggal putri sebelum

Pendidikan Jasmani di Unnes akhirnya menjadi dosen tetap

Semarang pada tahun 2011. di Universitas Bhayangkara

Karirnya di Jakarta sejak awal Jakarta Raya. Kini menjabat

2011 hingga 2016 lebih banyak sebagai Ketua Program Studi

berkecimpung di dunia properti Pendidikan Kepelatihan

bersama PT Metland, Tbk Olahraga.

dengan posisi terakhirnya yaitu Untuk kontak penulis ke


alamat e-mail:
sebagai Pjs. Manager Estate &
denatara@dsn.ubharajaya.ac.id
Sport Facility. Tahun 2013
1

Anda mungkin juga menyukai