PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita merupakan fondasi
penting bagi kesehatan di masa depan. Kekurangan gizi yang terjadi pada
perkembangan. Proses tumbuh kembang yang pesat terutama terjadi pada usia
1-3 tahun (Sutomo, 2010). Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh
umur dapat merefleksikan keadan gizi kurang dalam jangka waktu yang lama
global, pada tahun 2019 terdapat 25% anak yang berumur dibawah lima tahun
1
mengalami stunting memiliki tingkat kognitif rendah, prestasi belajar dan
tahun 2018, terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari
jumlah presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek.
tahun 2013 yaitu sebesar 35,6%. Berdasarkan hasil Pantauan Status Gizi
(PSG) 2018 prevalensi stunting bayi berusia di Bawah Lima Tahun (Balita)
yang tertinggi dibanding provinsi lainnya dan juga diatas prevalensi stunting
nasional sebesar 29,6%. Prevalensi stunting di NTT tersebut terdiri dari bayi
dengan kategori sangat pendek 18% dan pendek 22,3%. Sementara provinsi
dengan prevalensi Balita Stunting terendah adalah provinsi Bali, yakni hanya
mencapai 19,1%. Angka tersebut terdiri dari Balita dengan katergori sangat
pendek 4,9% dan pendek 14,2%. Hasil PSG tahun lalu mencatat bahwa
prevalensi Balita yang mengalami stunting sebesar 29,6% lebih tinggi dari
mengatakan, jumlah penderita stunting ini telah terdata sejak tahun 2017 yang
2
639 kasus stunting terus meningkat hingga 3,05 persen per Januari 2020.
masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Ada pula orang tua yang
bayinya sejak dalam kandungan. Intinya, semua berawal dari pola asuh anak
sejak dari kandungan hingga lahir. Tidak sampai disitu, pola asuh yang benar
itu mesti dilakukan secara terus menerus saat anak berstatus Balita. Sebab,
lambat dan tingkat intelegensia lebih rendah kejadian stunting pada anak
dapat berakibat kekurangan gizi pada anak Balita. Status sosial ekonomi
tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung dapat
mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan di pada balita yang
tahun 2018 sebanyak 438 balita dan tahun 2019 sebanyak 314 balita.
naik, tetapi penyakit ISPA selalu berada pada urutan pertama dalam daftar
3
pencernaan tidak sebanyak infeksi saluran pernapasan, pada tahun 2017
terdapat 25 kasus balita diare, tahun 2018 pada bulan Mei 18 kasus sehingga
kasus diare jadi meningkat 50 % manjadi 43 kasus, pada tahun 2019 terdapat
jumlah kasus Balita mengalami stunting pada tahun 2017 berjumlah 66 orang,
B. Rumusan Masalah
Bombana ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Bombana;
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah
Kabupaten Bombana;
5
c. Bagi keluarga
2. Manfaat Teoritis
d. Keaslian Penelitian
Judul &
Metode Variabel
No Nama Hasil Hasil
Penelitian penelitian
Peneliti
1 Beuty Grace Hubungan Penelitian - Pendidika Hasil
Nainggolan Berat Badan ini n ibu penelitian
(2019) Lahir mengguna - Jenis didapatkan
Rendah kan Kelamin bahwa nilai
(BBLR) motode - Panjang Pvalue 0,005
dengan diskriptive badan sehingga dapat
kejadian Lahir disimpulkan
stunting - BB Lahir ada hubungan
pada anak - Asi signifikan
usia 1 – 3 Ekslusif antara BBLR
Tahun. dengan
kejadian
6
stunting
2 Zella Novi Hubungan Jenis Riwayat Stuting
Rahmaningru antara status Penelitian stunting sebagai faktor
m (2019) gizi Observasi dan risiko yang
(Stunting onal kemampua dapat
dan tidak analitik n kognitif mempengaruhi
stunting) dengan kemampuan
dengan rancangan koognitif
kemampuan case dengan nilai p
kognitif control besar 0,001
remaja di (<0,05) dan )
Sukoharj, Odds Ratio
Jawa (OR)18,333
Tengah
3 Agus Eka Hubungan Desain - Tingkat Hasil analisis
Nurma antara Penelitan pengetah data
Yuneta tingkat adalah uan ibu menggunakan
(2019) pengetahua cross dan Kendall’s tau
n ibu sectional status didapatkan
dengan gizi nilai p sebesar
status gizi 0,000
balita di (p<0,05)yang
kelurahan menyatakan
Wonorejo terdapat
Kabupaten korelasi yang
Karanganya bermakna dan
r nilai korelasi
pada
penelitian ini
adalah sebesar
0,482 yang
7
menyatakan
kekuatan
korelasi
sedang dengan
arah yang
positif.
4 Salman Hubungan Metode Pengetahu Hasil analisi
data
(2017) pengetahua penelitian an Gizi
berdasarkan
n gizi ibu ini ibu dan uji statistik chi
kuadrat
dengan termasuk kejadian
dengan derajat
kejadian penelitian stunting kemaknaan α
= 0,1
stunting survey
didapatkan
pada anak analitik nilai X2
hitung lebih
balita di dengan
kecil dan X2
desa Buhu desain tabel (0,877 <
2.706) tidak
kecamatan cross
ada hubungan
Telaga Jaya sectional antara
pengetahuan
Kabupaten study
gizi ibu
Gorontalo dengan
kejadian
stunting pada
balita.
5 Edwin Danie Hubungan Metode Pengetahu Hasil
Olsa (2017) Sikap dan yang an sikap penelitian ini
Pengetahua digunakan anak, anak didapatkan
n Ibu pada baru angaka
terhadap penelitian masuk kejadian besar
Kejadian ini adalah Sekolah itu memiliki
pada Anak cross Dasar dan tingkat sikap
Baru secsional kejadian positif bivariat
Masuk study stunting antara sikap
Sekolah dan kejadian
8
Dasar di stunting
Kecamatan kejadian
Nanggalo stunting
diketahui nilai
p < 0 angka
kejadian
stunting pada
anak baru
masuk
Sekolah Dasar
sebesar 16,8%,
sebagian
positif
(55,2%) dan
tingkat
pengetahuan
yang cukup
(48,7%)
stunting
deketahui nilai
p <0,005
(p=0,000),
serta antara
tingkat
pengetahuan
dan diketahui
nilai p<0,05
(p=0,000).
Hasil
penelitian ini
menjunjukkan
9
bahwa pada
anak baru
masuk sekolah
dasar sebesar
16,8%,
sebagian
pengetahuan
yang cukup
(48,7%).
Berdasarkan
analisis
diketahui nilai
p<0,05(p=0,00
0),serta antara
tingkat
pengetahuan
6 Surmita Hubungan Metode Stunting, Dari statistik
(2019) tinggi badan crossectio tinggi diperoleh
orang tua nal badan bahwa
dan ayah, terdapat
kejadian tinggi korelasi antara
stunting badan ibu, tinggi badan
pada balita tinggi ibu dengan
badan hasil uji tinggi
balita badan anak
(r=0,264,
p=0,006).
Namun,
korelasi ini
termasuk
korelasi yang
10
lemah. Antara
tinggi badan
ayah dengan
tinggi badan
balita tidak
menunjukkan
adanya
korelasi yang
signifikan
(r=0,031,
p=0,753).
7 Eko Setiawan Faktor- Jenis Tingkat Hasil
(2018) faktor yang penelitian asupan penelitian
berhubunga ini adalah energi, menunjukkan
n dengan studi riwayat bahwa
kejadian analitik durasi proporsi
stunting observasio penyakit stunting
pada anak nal dengan infeksi, sebesar 26,9%
usia 24-59 desain berat dan normal
bulan di cross badan sebesar 73,1%.
Wilayah sectional. lahir, Hasil Uji
kerja tingkat Chisquare
Puskesmas pendidika menunjukkan
Andalas n ibu dan terdapat
Kecamatan tingkat hubungan
Padang pendapata yang
Timur Kota n keluarga bermakna
Padang dengan antara tingkat
tahun 2018 kejadian asupan energi,
stunting riwayat durasi
penyakit
11
infeksi, berat
badan lahir,
tingkat
pendidikan ibu
dan tingkat
pendapatan
keluarga
8 Febriani Dwi Hubungan Penelitian Kebiasaan Terdapat
Bella (2019) Pola Asuh ini pemberian hubungan
dengan merupaka makan, signifikan
Kejadian n kebiasaan antara
stunting penelitian pengasuha kebiasaan
Balita dari observasio n, pemberian
Keluarga nal yang kebiasaan makan (p-
miskin di mengguna kebersihan value=0,000),
Kota kan , kebiasaan
Padang pendekata kebiasaan pengasuhan(p-
n mendapatk value
kuantitatif an =0,001),kebias
dengan pelayanan aan kebersihan
desain kesehatan (p-value =
Studi Cros 0,021) dan
Sectional kebiasaan
mendapatakan
pelayanan
kesehatan (p-
value=
0,000)dengan
kejadian
stunting Balita
9 Masrul Gambaran Desain Stunting, Dari penelitian
12
(2019) Pola Asuh penelitian lokus ini diketahui
Psikososial ini berupa stunting, hampir semua
Anak penelitian pola asuh sub indikator
Stunting kuantitatif psikososia memperlihatka
Dan Anak mengguna l n keadan yang
Normal di kan desain masih kurang;
Wilayah cross pola asuh
Lokus sectional stimulasi
Stunting psikososial
Kabupaten masih
Pasaman kurang;tingkat
dan sosial ekonomi
Pasaman kehidupan
Barat anak stunting
Sumatra lebih rendah
Barat dari pada anak
normal.
Diharapkan di
masa depan
dapat
dilakukan
pencegahan
terjadinya
intrautrin
dengan
menjaga serta
pola asuh
terutama pola
asuh
psikososial
dari keluarga.
13
10 Eka Mustika Hubungan Penelitian Pola asuh Pada
Yanti (2019) pola asuh ini adalah Makan , penelitian ini
makan dan penelitian karakterist terdapat 3
karakteristik deskriptif ik. (tiga) variabel
ibu dengan analitik Stunting, mempunyai
kejadian dengan anak usia hubungan
stunting pendekata 2–5 bermakna
pada anak n cros tahun secara statistik
usia 2-5 secsional yaitu
tahun di Pendidikan ibu
desa dengan nilai
Marong (p=0,001),
Lombok pekerjaan ibu
Tengah (p=0,0010,
dan satu
variabel tidak
memiliki
hubungan
bermakna
yaitu usia ibu
p=0,104
14