Anda di halaman 1dari 3

KASUS DEMOKRASI

Disusun oleh :
Christmas Esaputri Simanullang (20600052)
Jonathan Silalahi (20600044)
Riko Alfandi Lumbanraja (20600024)

Dosen Pengampu :
Pdt. Nurmaya Ratna Adelina Simanjuntak, M.Si

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
T.A 2021/2022
Contoh Kasus Demokrasi
“Ribuan Mahasiswa Tolak RUU KUHP dan Pelemahan KPK”

Kronologi
Kepala Departemen Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia
Elang M Lazuardi mengatakan pasal-pasal di RKUHP masih bermasalah. Menurutnya, pasal tersebut
berpotensi mengkriminalisasi berbagai kalangan masyarakat seperti buruh dan pers. Karena itu,
mahasiswa meminta pemerintah dan DPR mencabut pasal-pasal yang bermasalah tersebut dari
RKUHP.

"Saya rasa RKUHP akan menjadi akhir dari demokrasi Indonesia. Lengkap sudah lewat RKUHP,
UU korupsi, UU sumber daya alam dan lainnya. Amanat reformasi sudah dibajak di sini, dikorupsi
habis semua," jelas Elang di tengah aksi di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (19/9). Elang
menambahkan pemerintah dan DPR juga tidak transparan dalam pembahasan RKUHP karena kurang
mensosialisasikan naskah akademiknya ke masyarakat. Akibatnya masyarakat tidak dapat
memberikan masukan terkait kekurangan-kekurangan dari RKUHP. Elang menegaskan mahasiswa
akan terus melakukan aksi jika pemerintah dan DPR tetap mengesahkan RKUHP pada akhir periode
DPR sekarang. Ia mengatakan mahasiswa juga tidak menutup kemungkinan akan menggugat RKUHP
jika nantinya disahkan.

Sementara itu, Putri Rahma, mahasiswi UPN Veteran Jakarta, menuntut pemerintah dan DPR
mencabut UU KPK yang baru direvisi. Ia mengatakan pasal-pasal dalam UU KPK tersebut
melemahkan pemberantasan korupsi. Salah satunya soal dewan pengawas yang memiliki kewenangan
turut campur dalam penyidikan. "Itu benar-benar melemahkan sekali. Seharusnya KPK dengan
segudang prestasinya menangkap koruptor harusnya ditingkatkan. Tapi karena Undang-undang ini
justru melemahkan," jelas Putri Rahma.

Aksi ribuan mahasiswa di depan Gedung DPR ini berlangsung sekitar pukul 2 siang hingga 9
malam WIB. Tidak ada pernyataan apapun secara langsung dari DPR terkait aksi ini. Namun, dari
hasil pertemuan antara sejumlah perwakilan mahasiswa dengan Sekjen DPR Indra Iskandar terdapat
sejumlah poin kesepakatan yang ditandatangani kedua pihak. Antara lain Sekjen DPR akan
menyampaikan aspirasi mahasiswa ke pimpinan dan semua anggota DPR. Sekjen DPR juga akan
melibatkan mahasiswa dan masyarakat sipil lainnya untuk hadir dan berbicara di setiap perancangan
Undang-undang lainnya yang belum disahkan. RUU lain yang belum disahkan dan dinilai bermasalah
yaitu RUU Pertanahan, RUU Ketenagakerjaan, RUU Minerba dan RUU Air. RUU-RUU tersebut
dinilai mahasiswa tidak berpihak kepada masyarakat, melainkan kepada pengusaha.
Analisa
Dalam kasus “Ribuan Mahasiswa Tolak RUU KUHP dan Pelemahan KPK”, Analisa yang
sesuai dalam materi mata kuliah adalah “Demokrasi di Indonesia ”. Seperti yang diketahui
Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana kekuasan tertinggi berada di tangan rakyat.
Indonesia sebagai negara Demokrasi menjamin penuh hak setiap warganya termasuk dalam hal
menyampaikan pendapat. Salah satu media yang sering digunakan warga negara dalam
menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah yakni dengan demostrasi. Merujuk pada undang-
undang yang sama, demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan seseorang atau lebih untuk
mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum.

Dalam kasus ini, DPR sebagai tangan kanan rakyat dalam sistem pemerintahan di Indonesia
harusnya menjalankan fungsinya dengan mudah. Namun terkadang keputusan yang diambil DPR
bertolak belakang dengan keinginan rakyat. Hal inilah yang melandasi rakyat untuk menyampaikan
rasa ketidakpuasannya terhadap kinerja DPR melalui demonstrasi. Salah satunya demonstrasi
mahasiswa menolak RUU KUHP dan UU KPK, mereka berkumpul menjadi satu kelompok untuk
memperjuangkan tuntutan yang sama. Demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di depan gedung DPR
RI ini sebagai bentuk aksi menolak RUU KUHP dan pelemahan KPK ini, menggambarkan Indonesia
kehilangan Demokrasi. Puluhan ribu mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia turun ke jalan demi
menyuarakan tuntutannya terhadap para penguasa. kehadiran aktivis mahasiswa penting untuk
menjadi penyeimbang agar negara ini terus demokratis dan tidak oligarkis.

DPR yang dalam hal ini merupakan perwakilan dari rakyat menyalahgunakan kekuasaan yang
dimilikinya terhadap masyarakat melalui RUU KUHP dan pelemahan KPK . Pemerintah dan DPR
juga tidak transparan dalam pembahasan RKUHP karena kurang mensosialisasikan naskah
akademiknya ke masyarakat. Akibatnya masyarakat tidak dapat memberikan masukan terkait
kekurangan-kekurangan dari RKUHP. Dari sini sangat jelas terlihat bahwa demokrasi di Indonesia
mengalami kemunduran, dimana oknum pemegang kekuasaan berkolusi dengan kelompoknya untuk
melakukan berbagai kecurangan dalam pembentukan / revisi KUHP , melupakan masa depan
Indonesia sekaligus makna dari demokrasi dalam hubungannya dengan pemerintah yakni suatu
pemerintahan yang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Refleksi
Galatia 5 : 13-15 berbunyi ; (13)Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.
Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam
dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (14)Sebab seluruh hukum Taurat
tercakup dalam satu firman ini, yaitu :”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri?”
(15)Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling
membinasakan.

Anda mungkin juga menyukai