FAKULTAS TEKNIK
2020/2021
APA itu masalah transportasi ?
Masalah transportasi yang terjadi di daerah perkotaan Indonesia adalah bagaimana memenuhl
permlntaan jumlah pegaianan yang semakin menlngkat, yang tidak menimbulkan kemacetan arus
lalulintas di jalan raya. Masalahnya tIdak hanyapada kemacetan lalulintas, tetapi juga
padaperencanaanregional. Inl memerlukan suatu penanganan yangmenyeluruh.
Kalau dillhat dari perkembangan transportasi perkotaan yang ada, terlepas dari krisis ekonomi
yang mellbatkan Indonesia, mobll pribadi tetap merupakan moda transportasi yang dominan,
baik untuk daerah urban maupun sub urban. Populasi pergerakan mobll pribadi yang begitu besar
dl daerah perkotaan ditambah dengan pola angkutan umum yang maslh tradisional, menimbulkan
biaya sosial yang sangat besar akibat waktu tempuh yang terbuang percuma, pemborosan
bahanbakar minyak, depresi kendaraan yang terlalu cepat, kecelakaan lalulintas, hilangnya
opportunity cost, timbulnya stress, meningkatnya polusi udara, dan kebisingan. Hal ini sejalan
dengan pembangunan ekonomi dan makin bertumbuhnya jumlah masyarakat golongan
menengah dan menengah atas didaerah perkotaan, yangterjadi jauh sebelum krisis.
Kosong
1. karena layanan angkutan umum tidak sesuai dengan permintaan, cara-cara informal telah
berkembang untuk mengisi kesenjangan tersebut. Sebagal contoh, ojek yang tidak .mempunyai ijin
resmi menarik penumpang dalam jumlah yang banyak di malam hari dan di jalan-jalan kecil.
2. karena pemerintah kurang aktif dalam perencanaan dan pengaturan angkutan umum, cara-cara
informal semakin berkembang, 'kekosongan peraturan' telah memberikan kesempatan bagi
kelompok informal untuk mengontrol pengoperaslan angkutan umum.Setiap jenis angkutan, seperti
angkutan umum resmi yang mempunyai ijin, kendaraan umumplathitam,ojek, becakdan andong
diorganisir oleh suatu kelompok, daiam satu trayek atau daerah. Kelompokkelompok ini telah
menyepakati batasbatas wilayah mereka dan dapat menggerakkan sejumlah besar orang untuk
mempertahankan trayek atau kawasan mereka. Dengan demikian kota terbagi ke dalam potongan
teritorial kecil-kecil untuk setiap jenis trayek angkutan. Masing-masing merasa menguasai
daerahnya, karena alasan historls. Angkutan umum menjadi monopoii pemilik daerah kekuasaan
tersebut.
3. Masalah fasilitas angkutan umum. Angkutan umum perkotaan, yang saat ini didominasi
oleh angkutan bus dan mikrolet masih terasa kurang nyaman, kurang aman dan kurang
efisien. Angkutan massal (mass rapid transit) seperti kereta api masih kurang berfungsi
untuk angkutan umum perkotaan. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum sudah
merupakan pandangan sehari-hari di kota-kota besar. Pemakai jasa angkutan umum
masih terbatas pada kalangan bawah dan sebagian kalangan menengah. Orang-orang
berdasi masih enggan memakai angkutan umum, karena comfortability angkutan umum
yang masih mereka anggap terlalu rendah, dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang
begitu nyaman dengan pelayanan dari pintu ke pintu. Sementara itu sistem angkutan
umum massal (SAUM) yang modern sebagai bagian integral dari ketahanan daya dukung
kota (city survival) masih dalam tahap rancangan dan perencanaan dan belum berada di
dalam alur utama (mainstream) kebijakan dan keputusan pemerintah dalam rangka
menciptakan sistem transportasi kota yang berimbang, efisien dan berkualitas.
1. Isu transportasi pada dasarnya bersifat regional karena kemacetan lalu lintas,
polusi udara, manajemen kecelakaan dan isu-isu lain tidak dapat ditangani secara efektif
jika dilakukan oleh satu wilayah/institusi secara individual. Isuisu ini bersifat lintas
wilayah sehingga memerlukan pendekatan koordinatif d e n g a n m e l i b a t k a n b a n y
a k pihak/stakeholders(Briggs, 2001).
6. Pembenahan sistem jaringan jalan dan sistem hirarkhi dapat dilakukan melalui
pembangunan jalan terobosan baru untuk melengkapi sistem jaringan jalan yang telah ada
dan pembenahan sistem hirarkhi jalan supaya tidak terjadi penyempitan. Terutama
terlihat pada daerah perbatasan dengan daerah administrasi lain. Karena tidak ada
koordinasi yang baik antara kedua Pemerintah Daerah, pembangunan sistem jaringan
jalan tersebut, terutama pada daerah perbatasan, tidak sinkron sehingga menimbulkan
penyempitan
egois pengemudi yang kerap terjadi di jalan raya. Dicontohkannnya, seperti pelanggaran oleh
pengguna transportasi pribadi yang kerap menerobos jalur Transjakarta hingga oknum
pengendara sepeda motor besar yang terlibat konflik dengan pengguna kendaraan lainnya.
angkutan massal yang belum merata, yang mana permasalahan ini kerap terjadi diwilayah
kepulauan. Untuk itu Kementerian Perhubungan tengah membangun 12 pelabuhan di provinsi
Sumatera Utara.
tingginya penggunaan kendaraan pribadi, yang diakibatkan oleh belum terintegrasinya antar
sektor transportasi umum. Maka pihaknya akan berfokus pada penataan transportasi umum
terintegrasi, demi meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum di Indonesia.
Isu Masalah Transportasi Lokal (Riau dan Pekanbaru)
Sedangkan pada masalah yang lebih spesifik pada pengoperasian sistem transportasi di kota,
yang dirasakan masyarakat pengguna moda transportasi jalan raya diantaranya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Rendahnya mobilitas dan aksesibilitas pada kendaraan penumpang umum massal, misalnya
sistem operasi, frekuensi kedatangan tidak menentu, langkanya tempat pergantian moda (transit),
terbatasnya rute pelayanan dan keterbatasan jumlah angkutan umum massal dibanding dengan
jumlah arus perjalanan masyarakat.
2. Masih beroperasinya angkutan perkotaan yang sudah berusia tua karena tidak adanya
peremajaan angkutan, seperti: Oplet dan Bus Kota.
3. Masih kurang disiplin dan minimnya pengetahuan tata tertib berlalu lintas pengemudi
angkutan umum
4. Belum terlaksananya pengalihan rute trayek baru angkutan kota yang berhimpitan dengan rute
Trans Metro Pekanbaru.