Anda di halaman 1dari 70

EFEKTIFITAS PENGAWASAN PEMASANGAN REKLAME

MENURUT PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2011


TENTANG PAJAK REKLAME DI KOTA PEKANBARU

SKRIPSI

OLEH
HERDY ANIZAR
10727000434

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan rahmat

dan karuniaNya kepada Penulis. Akhirnya penulis berhasil menyelesaikan Skripsi ini

dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam buat teladan ummat

sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW yang telah berjasa besar dengan segenap

pengorbanan, beliau berhasil mengantarkan ummat manusia kejalan yang diridhoi

Allah SWT.

Skripsi ini merupakan persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau. Dalam penulisan Skripsi

ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara Moril

maupun Materil yang sangat berharga. Oleh karena itu selayaknya penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta, yakni orang tua, yang telah memotivasi penulis dalam

menyelesaikan tugas skripsi ini.

2. Bapak Rektor UIN Suska Riau, Prof. DR. HM. Nazir, MA beserta jajarannya

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di

UIN Suska Riau.


3. Bapak DR. H. Akbarizan, MA. M.Pd, Dekan fakultas Syari’ah dan Ilmu

Hukum beserta jajarannya yang telah mempermudah proses Penyelesaian

Skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Ilmu Hukum, Ibu Hj.Nurani Sahu, SH.MH, dan sekretaris

jurusan Bapak Maghfirah, M.Ag, staf Jurusan Ilmu Hukum, yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Firdaus, SH. MH yang telah memberikan bimbingan, arahan dan

kemudahan selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru yang telah

memberikan kemudahan kepada penulis dalam mendapatkan data dalam

penulisan skripsi ini.

7. Bapak /Ibu dosen yang telah mendidikan dan memberikan ilmu-ilmunya

kepada penulis. Sehinggah penulis bisa seperti ini mengerti apa yang belum

penulis mengarti. Semua ilmu yang telah diberikan sangat berarti dan

berharga demi kesuksesan penulis dimasa mendatang.

8. Kepada semua sahabat-sahabatku, yang telah memberikan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.


Harapan penulis semoga Allah SWT menerima amal kebaikan mereka

dan membalasnya dengan kebaikan yang jauh lebih baik. Semoga Skripsi ini

bermanfaat dan bisa menambah khasanah ilmu pengatahuan. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pekanbaru, Mei 2013

HERDY ANIZAR
10727000434
ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Pengawasan Pemasangan Reklmae Menurut


Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame di Kota Pekanbaru”.
Adapun yan menjadi gejala dalam penelitian ini adalah dimana Kota Pekanbaru
sebagai kota yang terus berkembang dan sebagai Ibukota Provinsi, tentunya masih
banyak yang perlu ditata dan dibenahi termasuk dalam pemasangan reklame terhadap
suatu produk, baik dengan menggunakan papan, kain, dan bentuk lainnya yang
memerlukan pengaturan sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2011. Namun di lapangan masih ada pemilik reklame yang tidak
memenuhi aturan, sehingga memerlukan pengawasan dan penertiban terhadap
pemasangan reklame tersebut.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
pengaturan tentang pemasangan reklame, bagaimanakah pengawasan terhadap
pemasangan reklame, serta bagaimanakah hambatan dalam pemasangan dan
pemungutan pajak reklame di Kota Pekanbaru.
Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian hukum
empiris, dengan cara melakukan survei langsung ke lapangan untuk mengumpulkan
data primer dan data sekunder yang didapat langsung dari responden melalui
wawancara dan angket untuk dijadikan data atau informasi sebagai bahan dalam
penulisan skripsi ini.
Dari hasil penelitian dapat diketahui, bahwa pengawasan dan penertiban
terhadap pemasangan reklame dilakukan oleh tim pengawas yang ditunjuk oleh
pejabat yang terkait (Dispenda Kota Pekanbaru). Apabila pemasangan reklame
tersebut tidak pada tempat yang ditentukan, maka akan dilakukan pembongkaran,
termasuk pemasangan reklame yang tidak didaftarkan atau tidak mengajukan
permohonan izin, maka dilakukan penertiban berupa pembongkaran. Namun dari segi
efektivitas pengawasan belum dapat dikatakan efektif karena masih ada pemasangan
reklame yang tidak pada tempatnya.
Hambatan dalam pengawasan pemasangan reklame di Kota Pekanbaru adalah
melakukan penataan di lapangan, yang setiap saat harus diawasi. Sedangkan petugas
pengawas jumlahnya masih sedikit, sehingga menyulitkan dalam melakukan
pemantauan di lapangan. Di samping tempat atau fasilitas tempat pemasangan
reklame masih terbatas, sehingga semua penyelenggara berlomba-lomba dalam
melakukan pemasangan reklame. Kemudian tempat atau lokasi dari pihak
penyelenggara tidak dapat dipastikan sesuai dengan forsinya. Sedangkan solusi dalam
mengatasi hambatan dalam melakukan pengawasan adalah penambahan personil dan
menerapkan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang melanggar aturan yang
berlaku.
DAFTAR ISI

PENGESAHAN
ABSTRAK……………………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... v

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…….……………………………………….1
B. Batasan Masalah……………………………………………………. 7
C. Rumusan Masalah………….………………………………………...7
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……….…………………….…….. 8
E. Tinjauan Teori…..…………………………………………………....9
F. Metode Penelitian…………………………………………………...15
G. Sistematika Penulisan……………………………………………….17

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Geografis Kota Pekanbaru………………………………………….19
B. Gambaran Umum Dispenda Kota Pekanbaru….……...……………21

BAB III : TINJAUAN TEORITIS


A. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011…………………………..26
B. Pengawasan…………………………...…….…………………….35
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Efektivitas Pengawasan Terhadap Pemasangan Reklame
di Kota Pekanbaru..……………………………………………..38
B. Faktor Penghambat dalam Pengawasan Terhadap
Pemasanga Reklame di Kota Pekanbaru………………...……...46
C. Solusi Mengatasi Hambatan dalam Melakukan Pengawasan…..52

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….56
B. Saran……………………………………………………………...57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Tanggapan Responden Tentang Pengawasan Terhadap


Pemasangan Reklame……………………………………………. 39
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Tentang Adanya Pengaturan Mengenai
Pemasangan Reklame……………………………………………. 41
Tabel 4.3 Tanggapan Responden Tentang Penertiban Reklame yang
Telah Terpasang………………………………………………….. 42
Tabel 4.4 Tanggapan Responden Tentang Pemasangan Reklame di
Kota Pekanbaru…………………………………………………… 47
Tabel 4.5 Tanggapan Responden Tentang Adanya Hambatan dalam
Pengawasan Terhadap Pemasangan Reklame…..………………. 49
Tabel 5.6 Tanggapan Responden Tentang Solusi Mengatasi Hambatan
Dalam Melakukan Pengawasan………………………………….. 52
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara kita saat ini telah memasuki dekade ketujuh pasca kemerdekaan dari

pengaruh kolonialisme barat, tapi belum menunjukkan kemajuan yang signifikan,

Negara kita masih berada dibawah bayang-bayang kemiskinan. Untuk dapat

tercapainya cita-cita luhur dari pejuang kita, Negara dalam menyelenggarakan

pemerintahan memerlukan ongkos-ongkos atau biaya, penyelenggaraan Negara

diambil dari APBN dalam arti luas, sedangkan untuk penyelenggaraan Negara dalam

arti sempit diambil dari APBD.

Sebagai Negara hukum pemerintah dalam melakukan tindakannya selalu

berdasarkan dengan peraturan-peraturan yang berlaku, sehingga setiap tindakan yang

diambil oleh pemerintah mempunyai dasar hukum yang kuat dan tidak berdasarkan

kekuasaan semata. Negara hukum adalah Negara yang berdiri diatas hukum yang

menjamin keadilan kepada warga negaranya.1

Setiap daerah otonomi memiliki hak untuk mengurus rumah tangganya

sendiri, oleh karena itu harus diimbangi dengan kesanggupan untuk menggali

1
Moh. Kusnardi & Hernmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:
Pusat Studi Hukum dan Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1988), h.153
sumber-sumber pendapatan hasil daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi,

sampah dan lain-lain usaha daerah yang sah.

Hal ini diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang

berbunyi sebagai berikut

(1) PAD bersumber dari:


a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
d. Lain-lain PAD, yang sah
(2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. Jasa Giro
c. Pendapatan bunga
d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan
e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau
pengadaan barang dan atau jasa oleh daerah.2

Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah tersebut daerah yang bersangkutan

diberi kekuasaan untuk membuat peraturan daerah atau peraturan lain yang sifatnya

untuk kelangsungan pemerintah didaerah. Tujuannya tidak lain adalah untuk

kelancaran pembangunan daerah itu sendiri. Sebagaimana tercantum pada undang-

undang dasar 1945 didalam pasal 18 ayat (5) dan (6) yang berbunyi 3:

Pasal 18 ayat (5) “Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan lain” sedangkan Pasal 18

2
Lihat, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah
3
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 18 ayat (5) dan (6)
ayat (6) “Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan”.

Setelah terjadi otonomi daerah yang memberikan kewenangan terhadap

daerah untuk mengurus dan menjalankan roda pemerintah secara sendirinya, banyak

daerah yang menjadi dewasa dan berpikir bagaimana menarik investor ini dapat

menanamkan modalnya di daerahnya dan tentunya apabila telah masuk tentunya

perlu untuk membuat para masyarakat untuk tertarik.

Selanjutnya jika dilihat dari tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan

untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan

kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakasa dan peran serta aktif masyarakat serta

peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata,

dinamis dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa,

mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang akan

memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal4.

Namun daerah tentunya akan berfikir bagaimana untuk mendapatkan dan

menambah pendapatan asli daerah mereka, barbagai cara mereka lakukan, dengan

membuat peraturan daerah yang dapat menghasilkan pendapatan sebagai contoh

adalah kota pekanbaru yang membuat peraturan daerah Nomor 04 Tahun 2011

tentang Pajak reklame.


4
www.google.hukum.online.com
Adapun yan menjadi gejala dalam penelitian ini adalah dimana Kota

Pekanbaru sebagai kota yang terus berkembang dan sebagai Ibukota Provinsi,

tentunya masih banyak yang perlu ditata dan dibenahi termasuk dalam pemasangan

reklame terhadap suatu produk, baik dengan menggunakan papan, kain, selebaran

baik di daratan maupun di udara. Sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2011 Pasal 2 ayat 1 yang menyatakan sebagai berikut :

“Dengan nama pajak reklame dipungut pajak kepada pemilik, pengusaha atau
penyelengaraan reklame, objek pajak reklame adalah sebagai berikut :
a. Reklame papan/billboard/viditron/megatron
b. Reklame kain
c. Reklame melekat ( Stiker )
d. Reklame selebaran
e. Reklame berjalan, termasuk pada kenderaan
f. Reklame udara
g. Reklame suara
h. Reklame film/slide
i. Reklame peragaan5

Sebagaimana yang dapat dilihat pada Kota Pekanbaru banyak terdapat

reklame yang dipasang baik oleh pihak swasta maupun oleh pihak pemerintah,

selanjutnya untuk pemasangan reklame yang dilakukan oleh pemerintah dan untuk

kepentingan masyarakat umum, diplomatik, organisasi international, organisasi

politik, internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan dan warta bulanan ini

5
Pasal 2 ayat (1) dan (2 ) Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 di Kota Pekanbaru
tidak termasuk dalam objek pajak reklame6.

Kemudian dari pasal tersebut dapatlah dilihat terhadap pembedaan reklame

dengan tidaknya, reklame tentunya adalah sesuatu yang dipasang oleh pihak swasta

untuk membuat para konsumen agar produk mereka dikenal, dan juga dalam

penelitian yang penulis lakukan ini adalah terhadap reklame yang memakai penerang

atau lampu, pada Kota Pekanbaru ini banyak dapat dilihat pada jalan-jalan protokoler

seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Tuan Tambusai. Kemudian antara reklame

yang tidak memakai penerang (lampu) dengan yang memakai lampu itu sangat

berbeda jumlah pajak yang harus dibayar.

Dalam hal penerapan sanksi terhadap para wajib pajak yang tidak memabayar

kewajiban yang telah ditentukannya maka pemerintahan Kota Pekanbaru dapat

mengambil suatu tindakan yaitu dapat mengehentikan pemasangan reklame dan

6
Sebagaimana bunyi Pasal 2 ayat (3) bahwa tidak termasuk sebagai objek pajak reklame
adalah :
a. Penyelenggaraan reklame oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
b. Penyelenggaraan reklame semata-mata untuk kepentingan umum dalam jangka waktu
yang ditentukan dan dizinkan oleh walikota
c. Penyelenggaraan reklame oleh badan perwakilan diplomatic, perwakilan konsulat,
perwakilan persatuan bangsa-bangsa serta badan-badan, khususnya badan-badan atau
lembaga organisasi international.
d. Penyelenggaraan reklame organisasi politik atau organisasi social politik yang semata-
mata mengenai politik
e. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televise, radio, warta harian, warta mingguan
dan warta bulanan dan sejenisnya.
kemudian dapat juga membongkar papan reklame tersebut yang sedang berlangsung7

Namun dalam kenyataannya di lapangan masih ada pihak-pihak yang tidak

melakukan pembayaran terhadap pajak reklame sesuai dengan Perda Nomor 4 Tahun

2011. Oleh karena ada pihak-pihak setelah melakukan pemasangan reklame sulit

untuk ditemui, baik perorangan maupun perusahaan karena berbagai alasan dan

sanggahan. Sehingga tidak melakukan pembayaran terhadap pajak reklame yang telah

dipasang.

Di samping itu juga kurangnya pengawasan terhadap pemasangan reklame

tersebut dari pihak pemerintah Kota Pekanbaru melalui dinas terkait. Masih ada

pemasangan reklame yang tidak sesuai pada tempatnya, bahkan ada yang rusak atau

tumbang namun tidak diperbaiki seperti semula sehingga juga dapat mengganggu

kenyaman orang lain. Di samping itu juga kurangnya ketegasan dari pemerintah kota

terhadap kewajiban untuk memperhatikan tata kota dan tempat-tempat pemasangan

reklame tersebut, serta ketegasan untuk membayar pajak terhadap pemasangan

reklame.

Berdasarka hal tersebut di atas, maka penulis sangat tertarik untuk

mengangkat judul penelitian dalam karya ilmiah dalam bentuk skripsi sebagai tugas

7
Sebagaiamana yang terdapat dalam Pasal 26 Perda Nomor 2 Tahun 2006 pada ayat (1)
menyatakan Walikota/dan atau pejabat lainya yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan
sewaktu-waktu dan membongkar atau menurunkan terhadap rekalame terpasang atau menghentikan
pemasangan rekalame yang sedang berlangsung apabila :
a. Tidak membayar pajak reklame sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Tidak memiliki izin dari Walikota atau pejabat yang berwenang lainya.
c. Bertentangan dengan kepentingan umum
akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syariah dan Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Suska Riau, dengan judul: “Pengawasan

Pemasangan Reklame Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011

Tentang Pajak Reklame di Kota Pekanbaru”

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merasa perlu memberikan batasan terhadap

permasalahan yang diteliti agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan

pembahasan, yakni mengenai pengawasan terhadap pemasangan reklame, hambatan

dalam pelaksanaan pemasangan reklame di Kota Pekanbaru, serta solusi dalam

mengatasi hambatan tersebut.

C. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengawasan terhadap pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru?

2. Bagaimanakah hambatan dalam pengawasan pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru ?

3. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan tersebut?


D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah

dimaksudkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengawasan terhadap pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru

2. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan pengawasan terhadap

pemasangan reklame di Kota Pekanbaru.

3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi hambatan tersebut.

Sedangkan kegunaan yang diharapkan dari penelitian dan kajian ini adalah

sebagai berikut :

a. Secara teoritis kajian ini berusaha menganalisis secara akademis, dan hasil

penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam ilmu hukum.

b. Secara praktis kajian dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

memberikan kontribusi pemikiran dalam mengambil kebijaksanaan dan

pelaksanaan terhadap pemasangan iklan Kota Pekanbaru.

c. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat terutama bagi masyarakat yang

mempunyai hubungan terhadap pemasangan iklan baik dalam badan

hukum
E. Tinjauan Teori

Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah di Kota Pekanbaru, tentunya

Pemerintah Kota Pekanbaru berupaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), dalam rangka untuk menyelenggarakan pemerintah daerah, maka pemerintah

daerah berupaya untuk mencari dan menambah pendapat daerah dari berbagai potensi

dan sumber daya yang tersedia, antara lain adalah pemungutan pajak.

Salah satu jenis pajak yang harus mendapat pengaturan adalah Pajak Reklame,

sebagai kota yang terus berkembang dan mendapat perhatian dari berbagai pihak,

baik untuk mengembangkan bisnis maupun untuk hal-hal yang lainnya, berbagai

reklame dapat terpasang di berbagai tempat di Kota Pekanbaru. Untuk itu perlu

dilakukan pengaturan agar dalam pelaksanaannya tidak menyalahi ketentuan yang

berlaku.

Adapun peraturan yang berlaku untuk mengatur pemungutan Pajak Reklame

adalah dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak

Reklame. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan

penyelenggaraan reklame merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas nama

sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

Dengan demikian maka objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan

reklame, sedangkan subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan, menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Adapun lokasi

reklame dalah tempat pemasangan satu atau beberapa buah reklame.

Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Sedangkan

subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang melakukan,

menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Wajib pajak reklame adalah

orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame.

Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh pribadi atau

Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut. Sedangkan

dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut

menjadi wajib pajak..

Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame

disebutkan bahwa:

(1) Setiap penyelenggaraan reklame dalam wilayah Kota Pekanbaru yang

dilakukan oleh Pemilik/Penyelenggara atau Kuasanya, wajib memiliki izin

dari Walikota atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Izin sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada

Walikota atau Pejabat lain yang ditunjuk dengan mengisi formulir dan

melengkapi persyaratan yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

(3) Sebelum izin diterbitkan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk, Pemilik/

Penyelenggara atau kuasanya diwajibkan membayar dan melunasi Pajak


Reklame dan Uang Jaminan Bongkar ke Kas Daerah atau tempat lain yang

ditunjuk.

(4) Uang Jaminan Bongkar Pemasangan Reklame ditetapkan sebesar sepuluh

persen dari jumlah Ketetapan Pajak.

Dari ketentuan pasal tersebut di atas dapat diketahui, bahwa pemilik/

penyelenggara reklame harus mengurus administrasi ke bagian terpadu Kantor

Walikota Pekanbaru untuk mendapatkan izin yang diperlukan guna pemasangan

reklame tersebut.

Pajak merupakan pungutan dengan sifat khusus, yaitu tanpa adanya jasa

timbal secara langsung. Hubungan antara pemerintah dengan wajib pajak tidak

bersifat timbal balik, karena pemerintah hanya mempunyai hak saja, yaitu hak untuk

memungut pajak. Sedangkan sebaliknya wajib pajak hanya mempunyai kewajiban

saja, yaitu kewajiban untuk membayar pajak.8

Demikian juga halnya dengan pajak daerah, yang dipungut oleh pemerintah

daerah atau instansi terkait yang ada di daerah dalam rangka untuk menunjang

pembangunan di daerah. Di samping pajak daerah, juga terdapat retribusi daerah yang

merupakan pendapatan asli daerah yang cukup potensial untuk menunjang

pembangunan daerah. Dalam hal ini pajak daerah dan retribusi daerah sering

8
Sumyar, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Perpajakan, (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
2004), h.22
digandengkan karena merupakan pemasukan daerah dari berbagai aspek dan sektor

pungutan.

Pajak dan retribusi daerah adalah pungutan yang dibayar langsung oleh

mereka yang menikmati suatu pelayanan dan biasanya dimaksudkan untuk menutup

seluruh atau sebagian dari biaya pelayanan. Sejalan dengan pengertian Pajak daerah,

maka penerimaan yang diperoleh penguasa publik dari rumah tangga swasta,

berdasarkan norma-norma umum yang diterapkan, berhubungan dengan prestasi-

prestasi yang diselenggarakan atas usul dan kepentingan Rumah Tangga Swasta dan

prestasi tersebut berhubungan dengan kepentingan umum, secara khusus

dilaksanakan sendiri oleh pengawas publik.

Dari pengertian di atas, maka pajak daerah dan retribusi daerah merupakan

salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial, hal ini tergantung dari besar

kecilnya jasa layanan yang diberikan oleh daerah yang bersangkutan. Pajak dan

Retribusi juga suatu pembayaran dari rakyat kepada Negara dimana kita dapat

melihat adanya hubungan antara kelas jasa yang secara langsung diterima dengan

adanya pembayaran itu.9

Adapun objek pajak dan retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang

disediakan oleh pemerintah daerah. Namun tidak semua yang diberikan oleh

pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu

9
Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta:BPFE, UGM, 1985),
h.44
yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.

Adapun jasa tertentu dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu Jasa

Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan tertentu.10

Pajak dan Retribusi Jasa Umum adalah pajak atau retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek

retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan.

Pajak dan Retribusi Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah

daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut konsep komersial, yang

meliputi:

a. Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal.

b. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan oleh

pihak swasta.

10
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada), h.56
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah

Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas

kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau

fasilitas.

Kesemua jenis pajak dan retribusi tersebut adalah merupakan pendapatan asli

daerah, yang dapat menopang pembangunan daerah dalam berbagai sektor. Oleh

karena itu pungutan pajak dan retribusi yang dilakukan merupakan bentuk dari

perhatian masyarakat terhadap pembangunan yang dilakukan di daerah. Pajak daerah

merupakan pajak yang kewenangan pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah,

untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah Daerah, dalam berbagai

aspek dan sektor pembangunan.11

Jenis-jenis pajak daerah tersebut merupakan pendapatan asli daerah dalam

rangka untuk meningkatkan pembangunan daerah. Pajak-pajak yang dibayarkan oleh

subjek pajak tersebut di samping fungsi finansialnya, juga berfungsi mengatur,

artinya mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat daerah,

di antaranya adalah dengan cara mengatur penggunaan pajak-pajak daerah tersebut

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat daerah.

Adapun penggunaan pajak daerah tersebut secara tidak langsung juga

dikembalikan lagi kepada masyarakat, dalam wujud pembangunan, baik yang berupa
11
Ibid, h.35
fasilitas umum maupun dalam bentuk bantuan kepada masyarakat yang

membutuhkannya, dalam bentuk bantuan social kemasyarakatan dan sebagainya.

F. Metode Penelitian

Suatu metode yang digunakan dalam penelitian sangatlah menentukan

keberhasilan dalam suatu penelitian yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian hukum

empiris, dengan cara melakukan survei langsung ke lapangan untuk mengumpulkan

data primer dan data sekunder yang didapat langsung dari responden melalui

wawancara untuk dijadikan data / informasi sebagai bahan dalam penulisan pada

penelitian ini.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Pekanbaru, adapun alasan penelitian

ini dilakukan disini adalah karena Kota Pekanbaru adalah salah satu kota yang

terdapat pada provinsi Riau, Pekanbaru merupakan ibu kota Provinsi Riau yang

merupakan banyak terdapat reklame yang di pasang didalam kota.

3. Populasi dan Sampel

Untuk kelancaran dan mendapatkan data yang akurat terhadap penelitian yang

akan penulis lakukan ini maka populasi yang akan dimasukkan dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :


a. Kasubag Pemungutan dan pengawasan pada Dispenda Kota Pekanbaru 2

orang

b. Pemegang Reklame 42 Perusahaan, dalam Tahun 2012

Adapun sampel dalam penelitian ini terlalu banyak maka penulis hanya

mengambil 50% dari Populasi yaitu sebanyak 21 perusahaan, dan respondenya

sebanyak 23 orang.

4. Jenis dan Sumber Data.

Pada penelitian ini jenis data yang dikumpulkan dapat di kelompokkan

sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan wawancara dan quisionar.

b. Data Sekunder, yaitu data yang dapat menjelaskan dan menganalisa data

primer tersebut yaitu berupa bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.

c. Data Tersier, yaitu data yang diperoleh dari kamus atau ensiklopedia yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.

5. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi yaitu penumpulan data dengan melalui proses pengamatan

langsung melalui gejalan atau fenomena yang terjadi dilapangan.


2. Wawancara yaitu proses pengumpulan data dengan tanya-jawab langsung

antara penulis dengan seluruh responden sehubungan dengan pokok

permasalahan yang sedang diteliti.

3. Angket yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyusun

suatu daftar pertanyaan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

4. Kajian Pustaka yaitu yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis dalam

penelitian ini.

6. Teknik Analisa Data,

Data yang telah terkumpul melalui wawancara dan angket diklasifikasikan

menurut jenisnya masing-masing sesuai dengan permasalahan yang dibahas, kemudian

dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif, artinya analisis dengan menggunakan data

yang berupa angka-angka melalui tabulasi dari data yang diperoleh dari angket,

kemudian diuraikan secara sistematis melalui uraian kalimat, kemudian ditarik

kesimpulan dengan metode deduktif, yakni dari hal-hal yang bersifat umum kepada hal-

hal yang bersifat khusus.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang

terbagi dalam:

BAB I PENDAHULUAN,yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,tinjauan

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.


BAB II LOKASI PENELITIAN yang terdiri dari Geografis Kota Pekanbaru,

dan serta Gambaran Umum Dispenda Kota Pekanbaru.

BAB III TINJAUAN UMUM, yang terdiri dari Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2011 dan Pengawasan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang terdiri dari

efektivitas pengawasan terhadap pemasangan Reklame di Kota

Pekanbaru, hambatan dalam pelaksanaan pengawasan pemasangan

reklame di Kota Pekanbaru, serta solusi mengatasi hambatan.

BAB V PENUTUP, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Geografis Kota Pekanbaru

Pekanbaru sebuah kota yang diperintah oleh seorang Walikota yang dkenal

dengan Istilah Pemerintahan Kota. Selain itu Pekanbaru merupakam Ibu Kota

Provinsi Riau. Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 1987 tertanggal 7 September

1987 dimana Daerah Admnistratif dipimpin oleh seorang Walikota dan bertanggung

jawab langsung kepada Kepala Daerah (Gubernur). Kota Pekanbaru semula hanya

62,96 Km2 diperluas menjadi 446,50 Km2 yang tediri dari 8 (delapan) kecamatan

dan 45 kelurahan / desa, yakni Kecamatan Tampan, Bukit Raya, Lima Puluh, Sail,

Pekanbaru Kota, Sukajadi, Senapelan dan Rumbai. Dari hasi pematokan oleh Badan

Pertanahan Nasional (BPN) Tingkat I Riau, luas wilayah Kota Pekanbaru ditetapkan

menjadi 623,26 KM.12

Secara geografis, Kota Pekanbaru terletak antara 1010 14- 1010 34 Bujur

Timur dan 0025’-0045’ lintang Utara. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten

Siak dan Kampar, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Kampar dan

12
Pekanbaru Dalam Angka
Pelelawan, di sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten

Pelelawan dan sebelah Barat bebatasan pula dengan Kabupaten Kampar.

Kota Pekanbaru dibelah oleh sungai siak yang mengalir dari barat ke timur,

memiliki beberapa anak sungai antara lain: Sungai Umban Sari, Air Hitam, Sibam,

Setukul, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan. Sungai Siak juga

merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota

serta dari daerah lainnya. Sungai Siak merupakan sungai terdalam di Pulau Sumatera

fungsinya sangat besar bagi masyarakat yang tinggal di sekitar sunga siak. Sungai

siak dijadikan oleh masyarakat pinggiran sungai siak sebagai tempat mandi, mencuci,

mencari kehidupan sebagai nelayan dan sebagainya.13

Kota Pekanbaru merupakan daerah yang relatif datar, dengan struktur tanah

pada umumnya terdiri dari jenis aluvial dengan pasir, sementara pinggiran kota pada

umumnya terdiri dari jenis tanah organosol dan humus yang merupakan rawa-rawa

yang bersifat asam, serta sangat kerosif untuk besi. Dengan keadaan tanah semacam

ini hanya bisa ditumbuhi oleh jenis tanaman yang tahan dengan keasaman tinggi

seperti paku-pakuan dan sejenisnya. Untuk tumbuh-tumbuhan yang tidak toleran

dengan asam yang tinggi harus diberi obat penawar keasaman.

Pada umumnya kota ini beriklim tropis dengan suhu udara maksimum

berkisar antara 34,00C – 36,70C dan suhu minimum berkisar antara 20,00C dan

13
Ibid.
22,40C. curah hujan antara 96,6 – 560,8 mm per tahun. Musim hujan jatuh pada bulan

september s/d pebruari. Sementara musim kemarau jatuh pada bulan maret s/d

agustus. Kelembaban maksimum antara 96% sampai 100%, sedangkan kelembaban

minimum antara 44% - 50 %.

B. Gambaran Umum Dispenda Kota Pekanbaru

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Pekanbaru diharapkan

mempunyai kompetensi yang bisa diandalkan untuk mampu menjadi motor

penggerak perangkat daerah dalam penyediaan dana untuk pembangunan daerah.

Untuk lebih mengoptimalkan keikutsertaan dinas-dinas teknis dalam

mengaplikasikan program-program yang menjadi prioritas daerah, maka Pemerintah

Kota Pekanbaru berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas

Perda Nomor 4 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas

di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, dalam Bab XIV Perda tersebut

dinyatakan bahwa Dinas Pendapatan Kota Pekanbaru mempunyai tugas membantu

Walikota dalam melaksanakan tugas di bidang pendapatan daerah. 14

Sebagai perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah, maka

Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru berperan dalam:


a. Mengkoordinasikan yang merupakan segala usaha dan kegiatan untuk

mengadakan hubungan dan kerja sama dengan instansi lain, guna kelancaran

pelaksanaan tugas.

b. Membina yang merupakan segala usaha dan kegiatan pendidikan dan latihan

serta bimbingan ke arah peningkatan kemampuan teknis pelaksanaan tugas.

c. Merumuskan kebijakan, dengan memperhatikan peraturan perundangan-

undangan dalam penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan dari

pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis pemungutan,

pengawasan/pemantauan, pengembangan, dan pengkajian serta pengendalian

potensi penerimaan daerah.

d. Merumuskan dan melaksanakan kegiatan bimbingan teknis pembinaan

pendaftaran, pendataan dan penetapan objek dan subjek pajak/retribusi

daerah, melalui penetapan surat pajak/retribusi daerah yang terhutang serta

besarnya angsuran wajib pajak.

e. Merumuskan dan melaksanakan pengelolaan data dan informasi objek dan

subjek pajak/retribusi daerah, perhitungan realisasi penerimaan pajak/retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya serta pengarsipan surat-surat

perpajakan daerah.

f. Merumuskan dan melaksanakan, pengembangan, pengawasan dan

pemeriksaan lokasi penetapan objek dan subjek pajak/retribusi daerah.


g. Merumuskan dan melaksanakan penagihan pajak/retribusi daerah, pembinaan

pembukuan dan verifikasi, serta memberikan pertimbangan atas permohonan

keberatan terhadap penetapan/retribusi daerah.

h. Merumuskan dan melaksanakan penatausahaan atas objek dan subjek pajak,

penerimaan retribusi, penerimaan BUMD, penerimaan bagi hasil pajak dan

bukan pajak, penerimaan pendapatan lain-lain, dan surat-surat berharga serta

legalisasinya.15

Sebagai pemberian pelayanan umum di bidang pendapatan daerah, maka

Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru berperan dalam:

a. Mengkoordinasikan, dan membina pelaksanaan kebijakan teknis pemberian

pelayanan umum sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan.

b. Merumuskan dan melaksanakan penyiapan, pendistribusian dan penagihan

tunggakan pendapatan daerah.

c. Merumuskan dan melaksanakan pelayanan keberatan dan permohonan

banding atas penetapan pajak/retribusi daerah.

d. Merumuskan dan melaksanakan pencatatan, perhitungan dan

pemindahbukuan pembayaran retribusi.

15
Perda Nomor 7 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas di Lingkungan
Pemerintah Kota Pekanbaru.
e. Merumuskan dan melaksanakan peyampaian dan penerimaan surat

pemberitahuan objek pajak (SPOP), surat pemberitahuan pajak terhutang

(SPPT) PBB kepada wajib pajak.

Selanjutnya sebagai pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas, maka Dinas

Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru, berperan dalam:

a. Mengkoordinasikan pengelolaan urusan umum, keuangan, kepegawaian, dan

perlengkapan.

b. Membina pengelolaan urusan umum, keuangan, kepegawaian dan

perlengkapan.

c. Merumuskan dan melaksanakan pengelolaan dan pembinaan ketatausahaan,

rumah tangga, perlengkapan, dan keuangan, serta administrasi kepegawaian.

d. Merumuskan kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengelolaan perlengkapan,

protocol, kearsipan, keuangan dan kepegawaian. 16

Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota

Pekanbaru didukung oleh unsure organisasi dengan struktur sebagai berikut:

Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas mengkoordinasikan, membina dan

merumuskan pengelolaan urusan umum, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan.

Sub Dinas Program, mempunyai tugas mengkoordinasikan, membina dan

merumuskan kebijakan rencana, pembinaan teknis pemungutan, pemantauan serta

pengendalian potensi pendapatan daerah.


16
Ibid.
Sub Dinas Pendataan dan Penetapan, mengkoordinasikan, membina dan

merumuskan bimbingan teknis kegiatan pendaftaran dan pendataan wajib

pajak/retribusi daerah, serta pendataan objek pajak/retribusi daerah, melaksanakan

perhitungan dan menerbitkan surat ketatapan pajak daerah (SKPD) dan surat

ketetapan retribusi daerah (SKRD) yang terhutang serta menghitung besarnya

angsuran atas permohonan wajib pajak.

Sub Dinas Penagihan, mempunyai tugas mengkoordinasikan, membina dan

merumuskan penagihan pajak/retribusi daerah yang telah lewat waktu jatuh tempo,

melakukan pembukuan dan verifikasi, melayani keberatan dan permohonan banding

serta memberikan pertimbangan atas permohonan keberatan terhadap

pendapatan/retribusi daerah.

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain, mempunyai tugas

mengkoordinasikan, membina dan merumuskan kegiatan penatausahaan penerimaan

retribusi dan pendapatan lain-lain serta penerimaan badan usaha milik daerah,

melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga.

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan, mempunyai tugas mengkoordinasikan,

membina dan merumuskan kegiatan pembukuan dan pelaporan mengenai penerimaan

bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, serta mempelajari peraturan perundang-

undangan dan pengkajian sumber pendapatan daerah dengan memperhatikan potensi

daerah.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS

A. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011

Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dinyatakan bahwa Peraturan Daerah

meliputi:

a. Peraturan Propinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama

dengan Gubernur.

b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota.

c. Peraturan Daerah/peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan

Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya.17

Semua jenis peraturan perundang-undangan mempunyai lingkup materi

muatan yang sesuai dengan hierarchinya masing-masing. Demikian juga halnya

dengan Peraturan Daerah.

Materi muatan Peraturan Daerah ditentukan dalam Pasal 12 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2004, menentukan bahwa semua jenis Peraturan Perundang-

17
Rahimullah, Hukum Tata Negara Ilmu Perundang-Undangan, (Jakarta: PT.Gramedia,
2006), h.74
undangan diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah atau Gubernur, atau Bupati/Walikota, masing-masing sebagai Kepala

Pemerintahan Daerah Propinsi, Kabupaten atau Kota. Rancangan Peraturan Daerah

dapat disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang khusus menangani bidang legislasi.

Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bersama Gubernur atau

Bupati/Walikota. Rancangan Peraturan Daerah yang telah disetujui bersama oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Gubernur atau Bupati/Walikota disampaikan

oleh pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kepada Gubernur atau

Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.18

Dari gambaran di atas dapat diketahui bahwa Peraturan Daerah tetap

mempunyai kekuatan hukum, karena disahkan oleh lembaga yang berwenang untuk

itu, yakni lembaga DPRD bersama dengan Kepala Daerah. Untuk itu dalam

pelaksanaannya tentu mengikat semua pihak dan wajib untuk diikuti dan dipatuhi

sebagai suatu aturan hukum yang dapat dijadikan pedoman dalam berbagai hal dan

aspek kehidupan dalam masyarakat.

18
Ibid, h.98
Demikian juga halnya dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang

Pajak Reklame, pada pasal 2 menyatakan bahwa:

(1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak kepada pemilik, pengusaha atas

penyelenggaraan reklame.

(2) Objek pajak reklame sebagaimana di maksud pada ayat (1) dalam pasal ini

meliputi:

a. Reklame papan/billboard/vidiotron/megatron dan sejenisnya.

b. Reklame kain.

c. Reklame melekat (stiker).

d. Reklame selebaran.

e. Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan.

f. Reklame udara.

g. Reklame suara.

h. Reklame film/slide.

i. Reklame peragaan.

j. Reklame apung.

(3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) pasal ini adalah:

a. Penyelenggaraan reklame oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


b. Penyelenggaraan reklame melalui internet, televise, radio, warta harian,

warta mingguan, warta bulanan, dan sebagainya.

c. Label/Merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang

berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya.

d. Penyelenggaraan reklame oleh Perwakilan Diplomatik, Perwakilan

Konsulat, Perwakilan Persatuan Bangsa-Bangsa serta badan-badan,

khusunya badan-badan atau lembaga-lembaga organisasi internasional

pada lokasi badan-badan dimaksud.

e. Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan

tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang

mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut.

f. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.

Dalam Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah disebutkan, bahwa “Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD,

yaitu:

1) Hasil Pajak Daerah

2) Hasil Retribusi Daerah

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan

4) Lain-lain PAD yang Sah.


Sehubungan dengan ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa salah satu

pendapatan asli daerah adalah di sector pajak daerah, yang pengaturan melalui

undang-undang, dan dalam pelaksanaannya diatur melalui Peraturan Daerah.

Penghasilan daerah melalui sektor pajak merupakan sektor yang paling dominan

untuk menopang pembangunan daerah, untuk itu dalam penggunaannya senantiasa

diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pembayaran pajak merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap

warga Negara di samping hak-hak yang juga harus diperolehnya. Adapun hak-hak

yang melekat pada manusia adalah hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan

hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak manusia

yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Di samping hak-hak asasi manusia tersebut terdapat juga kewajiban-

kewajiban asasi, yaitu kewajiban-kewajiban yang pokok yang harus dijalankan oleh

manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti kewajiban untuk tunduk kepada

peraturan perundang-undangan, kewajiban untuk saling membantu, kewajiban untuk

hidup rukun, kewajiban untuk bekerja sehubungan dengan kelangsungan hidup dan

sebagainya.19

19
Kartasapoetra, Sistimatika Hukum Tata Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h.246
Di antara kewajiban yang harus dilaksanakan oleh warga negara Indonesia

adalah taat dan patuh dengan ketentuan membayar pajak, yang berhubungan dengan

harta benda yang dimiliki, seperti PBB, pajak kendaraan, pajak penghasilan dan

sebagainya. Pajak yang dibayarkan tersebut juga akan dikembalikan lagi kepada

rakyat dalam bentuk pembangunan, berupa pembangunan fasilitas umum, sarana

prsarana dan sebagainya, oleh karena itu pajak juga disebut dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat.

Adapun objek pajak dan retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang

disediakan oleh pemerintah daerah. Namun tidak semua yang diberikan oleh

pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu

yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.

Adapun jasa tertentu dapat dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu Jasa

Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan tertentu.20

1.Pajak dan Retribusi Jasa Umum

Pajak dan Retribusi Jasa Umum adalah pajak atau retribusi atas jasa yang

disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Objek

retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah

20
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada), h.56
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan.

2.Pajak dan Retribusi Jasa Usaha

Pajak dan Retribusi Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah

daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula

disediakan oleh sektor swasta. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut konsep komersial, yang

meliputi:

c. Pelayanan dengan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal.

d. Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum memadai disediakan oleh

pihak swasta.

3.Pajak dan Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah

Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas

kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana atau

fasilitas. Adapun jenis-jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

a. Izin peruntukkan penggunaan tanah.

b. Izin mendirikan bangunan.


c. Izin tempat penjualan minuman beralkohol.

d. Izin gangguan.

e. Izin trayek.

Kesemua jenis pajak dan retribusi tersebut adalah merupakan pendapatan asli

daerah, yang dapat menopang pembangunan daerah dalam berbagai sektor. Oleh

karena itu pungutan pajak dan retribusi yang dilakukan merupakan bentuk dari

perhatian masyarakat terhadap pembangunan yang dilakukan di daerah.

Pajak daerah merupakan pajak yang kewenangan pemungutannya ada pada

Pemerintah Daerah, untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga Pemerintah

Daerah, dalam berbagai aspek dan sektor pembangunan.

Sehubungan dengan pelaksanaan pemasangan reklame di lapangan, maka

sangat diperlukan pengawasan agar dalam pelaksanaan pemasangan rekalme tersebut

tidak semrawut, dan dipasang pada tempat-tempat yang telah ditentukan.

Dalam Pasal 22 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

disebutkan bahwa:

(1) Dalam rangka pengawasan, Walikota atau Pejabat yang ditunjuk bila

dipandang perlu dalam menetapkan serta menempatkan personil dan atau

peralatan, baik system manual maupun dengan system komputerisasi setiap

objek pajak reklame.


(2) Penetapan peralatan sebagimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan

kepada wajib pajak, dalam tenggang waktu yang cukup dan seluruh biaya

yang ditimbulkan sebagai akibat ditempatkannya peralatan tersebut menjadi

kewajiban pemerintah daerah.

(3) Tata cara dan pelaksanaan penempatan personil dan atau peralatan dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Walikota dengan memperlihatkan

asas kepatutan, akuntabilitas serta transparansi.

Adapun pengawasan yang dimaksud adalah pengawasan dalam rangka

penataan dan peralatan potensi wajib pajak riil dan tidak bersifat investigasi atau

penyelidikan. Pengawasan yang dilakukan tersebut adalah pengawasan dalam rangka

penataan tempat-tempat pemasangan reklame agar tidak menyalahi ketentuan yang

berlaku.

Sehubungan dengan itu pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru

senantiasa berupaya melakukan pemantauan ke lapangan, dalam rangka untuk

mengetahui kondisi di lapangan mengenai penataan pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru. Hal ini dilakukan untuk menertibkan pemasangan reklame yang tidak

pada tempatnya. Apabila terjadi pemasangan reklame tidak pada tempatnya maka

dilakukan penertiban sesuai dengan peraturan yang berlaku.


B. Pengawasan

Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa

tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Hal ini berkenaan dengan cara-cara

membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang direncanakan.21

Pengawasan juga dapat dikatakan sebagai manajemen, yaitu suatu usaha

sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan,

merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan

untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara

paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan dari pengawasan adalah untuk

mengetahui dan memahami kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan

pekerjaan atau kegiatan yang menjadi objek pengawasan, apakah sesuai dengan yang

semestinya atau tidak, sebagai bahan untuk melakukan perbaikan-perbaikan di waktu

yang akan datang.22

Adapun tipe-tipe dasar dari pengawasan tersebut adalah sebagai berikut:

21
T.Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h.359
22
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986),
h.96
Pengawasan pendahuluan, pengawasan ini dirancang untuk mengantisipasi

masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan

memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Tipe

pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus

disetujui terlebih dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-

kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan yang lebih menjamin

ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.

Pengawasan umpan balik, pengawasan ini dilakukan untuk mengukur hasil-

hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari

rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-

kegiatan serupa di masa yang akan datang.

Sedangkan tahapan-tahapan dalam proses pengawasan adalah sebagai berikut:

1. Penetapan standar pelaksanaan (perencanaan).

2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.

3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.

4. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan menganalisaan

penyimpangan-penyimpangan.

5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan. 23

23
T.Hani Handoko, Op. Cit, h.362
Sehubungan dengan pendapat di atas, maka pihak yang melakukan

pengawasan adalah pihak yang mempunyai kewenangan yang diberikan oleh undang-

undang atau oleh atasannya untuk melakukan suatu pekerjaan agar pekerjaan tersebut

sesuai dengan pada yang diharapkan.

Tugas pengawasan sebenarnya adalah tugas atasan terhadap bawahan. Namun

tugas tersebut dapat didelegasikan kepada pihak lain atau bawahan yang diberikan

wewenang untuk itu.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Pengawasan Terhadap Pemasangan Reklame di Kota Pekanbaru

Sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau kebijakan dalam

pemerintahan tentunya harus dilakukan pengawasan di lapangan, agar program yang

dilaksanakan tersebut memang benar-benar dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Di antaranya kegiatan yang harus dilakukan pengawasan tersebut

adalah penertiban terhadap pemasangan reklame dalam wilayah Kota Pekanbaru.

Pemasangan papan reklame memang harus dilakukan pengawasan karena

berhubungan dengan keasrian dan keindahan kota, oleh karena itu penempatan papan

reklame tersebut harus sesuai dengan tempat-tempat yang sudah ditentukan agar tidak

mengganggu ketertiban dan kenyamanan lingkungan kota.

Pengawasan merupakan proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh

kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang

dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 24

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan terhadap suatu

kegiatan adalah penting, karena untuk kelancaran suatu rencana kerja sudah pasti

24
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986),
h.15
harus ada pemantauan atau pengawasan terhadap kegiatan tersebut. Demikian juga

halnya dengan proses kegiatan yang dilakukan dalam suatu pemerintahan, sudah pasti

harus dapat diketahui seberapa besar kegiatan tersebut telah terlaksana atau seberaba

besar pula yang belum terlaksana.

Demikian juga halnya dengan pengawasan terhadap pemasangan reklame

dalam wilayah Kota Pekanbaru, sebagaimana terlihat data pada tabel di bawah ini..

Tabel 4.1
Tanggapan Responden Tentang Pengawasan Terhadap
Pemasangan Reklame

No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Ada 15 71,43%

2 Tidak ada 6 28,57%

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Dari data di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari responden yakni

sebanyak 15 orang atau 71,43% menyatakan, bahwa ada staf dari Dinas Pendapatan

Daerah Kota Pekanbaru melakukan pengawasan terhadap pemasangan reklame dalam

wilayah Kota Pekanbaru. Sedangkan sebagian kecil dari responden yakni sebanyak 6

orang atau 28,57% menyatakan, bahwa tidak ada yang melakukan pengawasan atas

pemasangan reklame yang ada di Kota Pekanbaru.


Namun menurut Detris Hatmaja selaku pengawas yang ditunjuk oleh Kepala

Dispenda Kota Pekanbaru menyatakan, bahwa setiap pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru pasti dilakukan pengawasan dan pendataan terhadap ukuran dan tempat

pemasangan reklame tersebut. Hal ini memang sudah menjadi kewajiban dari

Dispenda untuk melakukan pengawasan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 2011 tentang Pajak Reklame.25

Sehubungan dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pengawasan

dalam pemasangan reklame senantiasa mendapat pengawasan dari Dispenda Kota

Pekanbaru melalui staf dari Badan Pelayanan Terpadu Kota Pekanbaru, hal ini

bertujuan untuk melakukan penertiban dalam pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru, karena penertiban ini sangat perlu dilakukan karena berhubungan dengan

keindahan Kota Pekanbaru.

Dengan adanya penataan terhadap pemasangan reklame tersebut maka

menambah keindahan kota, karena dilakukan penataan terhadap pemasangan

reklame, jadi tidak pada tempat-tempat yang sempit dan tempat-tempat keramaian,

sehingga dapat mengganggu kenyamanan bagi masyarakat yang lainnya.

Pihak Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Badan Pelayanan Terpadu

senantiasa melakukan pengaturan terhadap pemasangan reklame yang ada di Kota

Pekanbaru. Pengaturan ini penting karena jangan sampai pemasangan reklame

25
Detris Hatmaja (Bagian Pengawas), Wawancara. 20 Desember 2012
tersebut di sembarang tempat, tetapi pemasangan reklame tersebut pada tempat-

tempat yang telah ditentukan.

Tabel 4.2

Tanggapan Responden Tentang Adanya Pengaturan Mengenai


Pemasangan Reklame
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Ada 17 80,95%

2 Tidak ada 4 19,05%

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Sehubungan dengan data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak

80,95% responden menyatakan, bahwa adanya pengaturan dan penertiban terhadap

pemasangan reklame di Kota Pekanbaru. Sedangkan sebesar 19,05% menyatakan,

bahwa tidak ada pengaturan atau penertiban terhadap pemasangan reklame. Hal ini

memang terjadi pada pihak-pihak yang tidak memberitahukan kepada instansi terkait

terhadap pemasangan reklame tersebut.

Namun menurut Bagas salah seorang staf pada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Pekanbaru menyatakan, bahwa setiap pemasangan reklame pasti dilakukan

pengawasan dan penertiban, serta penunjukan tempat-tempat yang sudah

diperuntukkan untuk pemasangan reklame. Jadi bagi pihak-pihak yang melakukan

pemasangan reklame dan belum mendaftarkan ke Bagian Pelayanan Terpadu


Pemerintah Kota Pekanbaru, maka harus segera mengisi formulir yang sudah

dipersiapkan, dan segera membayar pajak sebagaimana yang sudah diatur dalam

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame. 26

Apabila pemasangan reklame tidak dilakukan di tempat-tempat yang telah

ditentunkan, maka pihak Pemerintah Kota Pekanbaru melalui instansi terkait dapat

melakukan tindakan berupa pembongkaran atau penurunan terhadap reklame yang

telah terpasang sebagaimana data berikut ini.

Tabel 4.3

Tanggapan Responden Tentang Penertiban Reklame yang Telah Terpasang


No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Ada 16 76,19%

2 Tidak Ada 5 23,81%

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Data pada tabel di atas menunjukkan, bahwa sebagian besar dari responden

yakni sebanyak 16 orang atau 76,19% menyatakan, bahwa memang ada penertiban

terhadap pemasangan reklame yang tidak pada tempatnya, serta tidak pula

mengajukan permohonan izin kepada Pemerintah Kota Pekanbaru melalui instansi

terkait. Oleh karena itu pihak pengawas pada Dinas Pendapatan Kota Pekanbaru

26
Bagas (Staf Dispenda Kota Pekanbaru), Wawancara, 20 Desember 2012
melakukan penertiban terhadap pemasangan reklame yang tidak sesuai pada tempat

yang telah ditentukan.

Sedangkan sebagian kecil saja dari responden yakni sebanyak 5 orang atau

sebesar 23,81% menyatakan tidak ada penertiban. Hal ini memang mereka yang

melakukan pemasangan terhadap reklame tersebut tidak mengetahui kalau penertiban

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kota Pekanbaru. Penertiban dan pengawasan

senantiasa dilakukan oleh bagian pengawasan pada Dinas Pendapatan Kota

Pekanbaru, hal ini untuk menjaga agar pemasangan reklame yang ada di Kota

Pekanbaru ditertibkan sesuai dengan tempat-tempat yang telah ditentukan, hal ini

juga bertujuan untuk menjaga kenyamanan dalam masyarakat.

Pengawasan dan penertiban terhadap pemasangan reklame di Kota Pekanbaru

dilakukan secara berkala dan rutin dilakukan sesuai dengan program yang telah

ditentukan oleh Dinas Pendapatan Kota Pekanbaru. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Detris Hatmaja yang menyatakan, bahwa timnya tetap melakukan pengawasan

terhadap pemasangan reklame sesuai dengan tempat dan ukuran yang telah

ditetapkan.27

Sehubungan dengan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pengawasan

dan penertiban terhadap pemasangan reklame tetap dilakukan pengawasan oleh Dinas

Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru, melalui tim yang ditunjuk oleh pimpinan. Oleh

27
Detris Hatmaja (Bag.Pengawas Dispenda Kota Pekanbaru), Wawancara, 20 Desember 2012
karena itu setiap pemilik atau penyelenggara reklame harus dapat memperhatikan

ketentuan yang berlaku.

Pengawasan di sini lebih kepada penataan dan peralatan yang diperlukan

dalam pemasangan reklame bagi wajib pajak.28 Hal ini berarti bahwa pengawasan

yang dilakukan hanya bersifat penataan dan penertiban agar pemasangan reklame

tersebut tidak menyalahi tempat dan ukuran yang telah ditentukan.

Pengawasan sebenarnya merupakan tindakan pengedalian dan koreksi

terhadap sesuatu hal. Dalam hal pemasangan reklame tentunya penertiban terhadap

penetapan pemasangan reklame yang harus disesuaikan dengan ketentuan yang

berlaku.

Sehubungan dengan pengawasan tersebut, maka perlu penempatan personil

yang ditunjuk oleh pimpinan dalam rangka melakukan penertiban dan penataan

terhadap pemasangan reklame di Kota Pekanbaru, agar pihak pemilik atau

penyelenggara dapat memahami tentang kewajiban mereka terutama dalam

melakukan pembayaran pajak terhadap pemasangan reklame yang mereka lakukan.

Oleh karena itu semua pihak sebagai pemilik dan penyelenggara reklame

harus mengikuti ketentuan yang berlaku, sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, yang bertujuan untuk

pemasukan sejumlah uang kepada kas daerah, yang nantinya juga dipergunakan untuk

pembangunan fasilitas umum yang ada dalam Kota Pekanbaru.


28
Pasal 23 Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame
Apabila dilihat dari efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh Dinas

Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru memang terlihat belum efektif, karena masih ada

pemasangan reklame yang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu ke depan Dinas

Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru memang berupaya terus melakukan penertiban

terhadap pemasangan reklame.29

Sebenarnya tempat-tempat pemasangan reklame di Kota Pekanbaru sudah

ditentukan, namun di lapangan masih ada yang melakukan pemasangan di tempat-

tempat yang lain. Oleh karena itu perlu dilakukan penertiban agar pemasangan

reklame tersebut tidak mengganggu kenyamanan warga Kota Pekanbaru, dan

sekaligus dapat menjaga keindahan Kota Pekanbaru.

Di satu sisi pemasangan reklame dapat menambah pemasukan daerah, tetapi

di sisi lain juga harus diperhatikan keindahan kota, karena pemasangan reklame yang

tidak pada tempatnya dapat merusak pemandangan. Apalagi reklame yang dipasang

tersebut tumbang atau sudah koyak, hal ini dapat mengganggu orang lain, atau dapat

mengganggu keindahan kota.

Oleh karena itu pihak pengawas senantiasa harus melakukan tugasnya, agar

penataan dan penertiban pemasangan reklame tersebut dapat dilakukan sesuai dengan

aturan yang berlaku.

29
Detris Hatmaja (Bagian Pengawas), Wawancara, 20 Desember 2012
B. Faktor Penghambat dalam Pengawasan Terhadap Pemasangan Reklame di

Kota Pekanbaru

Setiap pengguna jasa yang disediakan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru, sudah

pasti dikenakan untuk membayar sejumlah uang sebagai pajak, yakni pembayaran

sejumlah uang tersebut merupakan uang jasa sebagai imbalan dari fasilitas yang telah

disediakan oleh pemerintah Kota Pekanbaru, demikian juga halnya tempat

pemasangan reklame yang telah disediakan oleh pemerintah Kota Pekanbaru. Oleh

karena itu setiap pemilik atau penyelenggara reklame diwajibkan membayar pajak

reklame sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame..

Sebagaimana ungkapan yang diberikan oleh Razman salah seorang pemilik

dan penyelenggara reklame yang menyatakan, bahwa ia telah melakukan pembayaran

sejumlah uang sebagai pajak terhadap pemasangan reklame di Kota Pekanbaru.30

Oleh karena itu kepada setiap pemilik atau penyelenggara reklame sudah pasti harus

membayar pajak kepada Pemerintah Kota Pekanbaru, sebagai bentuk dari uang jasa

terhadap fasilitas yang telah dipersiapkan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.

Adapun mengenai pemasangan reklame di Kota Pekanbaru memang sudah

diatur mengenai tempat, jenis, dan ukuran. Hal ini untuk memberikan kenyamanan

bagi masyarakat Kota Pekanbaru yang ada di sekitar reklame tersebut, seperti pejalan

kaki, pedangang dan sebagainya.


30
Razman (wajib pajak), Wawancara, 21 Desember 2012
Tabel 4.4
Tanggapan Responden Tentang Pemasangan Reklame di Kota Pekanbaru
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Mudah 14 66,67%

2 Tidak mudah 7 33,33%

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Berkenaan dengan tabel di atas dapat diketahui, bahwa sebanyak 14 orang

responden atau sebesar 66,67% menyatakan bahwa pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru tergolong mudah, apabila kita melakukan pendaftaran dengan cara

mengisi formulir dan sekaligus melakukan pembayaran pajak terhadap pemasangan

reklame tersebut.

Sedangkan sebanyak 7 orang dari responden atau sebesar 33,33%

menyatakan, bahwa pemasangan reklame di Kota Pekanbaru tergolong tidak mudah,

karena mereka melakukan pemasangan reklame tidak mendaftar pada pemerintah

Kota Pekanbaru melalui instansi terkait. Oleh karena itu sudah pasti mengalami

kesulitan karena pasti dilakukan penertiban oleh pihak pengawas pada Dinas

Pendapatan Kota Pekanbaru.

Dengan demikian maka setiap pemilik atau penyelenggara reklame harus

segera melakukan pendaftar di Kantor Pelayanan Terpadu pada Kantor Walikota


Pekanbaru, dan apabila telah mendapat izin maka sudah dapat melakukan

pemasangan terhadap reklame yang dimaksud.

Pemungutan pajak reklame segera dilakukan pada saat pemilik atau

penyelenggara mengisi formulir dan mendaftarkan reklame yang mereka pasang pada

Kantor Pelayanan Terpadu Kantor Walikota Pekanbaru. Dengan demikian maka

pemungutan pajak reklame dilakukan pada saat pemilik atau penyelenggara

melakukan pendaftaran dan mengisi permohonan pemasangan reklame pada Kantor

Pelayanan Terpadu Kantor Walikota Pekanbaru.

Selanjutnya apabila wajib pajak terlambat melakukan pembayaran pajaknya,

maka wajib pajak dapat melakukan pelaporan terhadap instansi yang terkait dengan

membawa persyaratan yang sudah ditentukan, dan kepada pihak wajib pajak yang

bersangkutan segera dikeluarkan surat perintah untuk membayar pajak dari instansi

yang terkiat.

Dengan demikian, maka pemilik atau penyelenggara reklame merupakan

pihak wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak reklame sesuai dengan ukuran,

tinggi, dan lebarnya. Oleh karena itu sesuai dengan ungkapan yang diberikan oleh

Andi salah seorang wajib pajak, yang menyatakan bahwa semakin lama dilakukan

pembayaran, maka semakin sulit nanti untuk mendapatkan kemudahan dan kenyaman

dalam melakukan pembayaran pajak tersebut.


Setiap usaha atau kegiatan sudah pasti menghadapi kendala atau hambatan,

demikian juga halnya dengan pemasangan reklame di Kota Pekanbaru, sebagaimana

data pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5
Tanggapan Responden Tentang Adanya Hambatan dalam Pengawasan Terhadap
Pemasangan Reklame
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Ada 15 71,43%

2 Tidak ada 6 28,57%

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Sehubungan dengan data di atas dapat diketahui, bahwa sebanyak 15 orang

responden atau sebesar 71,43% menyatakan, bahwa memang ada hambatan dalam

pengawasan terhadap pemasangan reklame di Kota Pekanbaru, yakni terbatasnya

tempat-tempat reklame yang telah ditentukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru,

sehingga bagi pemilik atau penyelenggara yang telah mendaftar atau telah mengisi

formulir permohonan, namun di lapangan tempat yang akan dipasang reklame

tersebut telah terisi oleh pemilik atau penyelenggara yang lain, sehingga harus

menunggu giliran atau menunggu sampai habis waktu yang telah ditentukan bagi

pemasang reklame tersebut. Tentunya dalam hal ini juga menyulitkan bagi pihak

pengawas karena pemilik atau penyelenggara reklame menuntut agar reklamenya


cepat terpasang, sementara tempat yang telah ditentukan masih ada reklame lain yang

masih terpasang, sementara pemiliknya belum dapat dihubungi karena keberadaannya

tidak diketahui.

Sedangkan sebanyak 6 orang responden atau sebesar 28,57% menyatakan,

bahwa tidak ada hambatan dalam pemasangan reklame di Kota Pekanbaru. Hal ini

memang bagi mereka yang mendaftar dan langsung mendapatkan tempat pemasangan

reklame tersebut tentu tidak ada hambatan bagi mereka. Namun yang pasti tidak

semua pemilik atau penyelenggara reklame tersebut langsung mendapatkan tempat

yang ia harapkan. Kemudian kendala yang lain juga ada yang dirusak oleh pihak-

pihak yang tidak bertanggungjawab, dan pemilik reklame harus memperbaikinya

kembali agar tujuan dari pemasangan reklame tersebut dapat tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.

Bagi Pemerintah Kota Pekanbaru juga mengalami hambatan dalam

pengawasan pemasangan reklame, yakni apabila ada pemilik yang telah melakukan

pemasangan reklame belum melakukan pembayaran pajak dan pemilik yang

bersangkutan tidak berada di tempat dan bahkan ada yang berada di luar kota. Hal ini

dapat membuat kendala bagi pihak pengawas dalam melakukan penertiban terhadap

penyelenggara reklame tersebut.31

Di samping itu ada juga pemilik reklame yang sudah mendaftarkan dan

mengajukan permohonan pemasangan reklame yang belum membayar pajak


31
Bagas (Staf Dispenda Kota Pekanbaru), Wawancara, 20 Desember 2012
reklamenya, tetapi pemilik meminta waktu atau dispensasi, namun setelah diberikan

dispensasi tersebut dan telah melewati tenggang waktu yang diberikan, si pemilik

reklame juga belum melakukan pembayaran, maka pihak pengawas tentunya

mengambil tindakan yakni melakukan pembongkaran terhadap reklame tersebut.

Selanjutnya kendala lain yang juga dialami oleh pemerintah Kota Pekanbaru

dalam melakukan pengawasan terhadap pemasangan reklame, yakni pihak pemasang

tidak mau bertanggung jawab terhadap reklame yang dipasangnya, karena reklame

tersebut milik suatu perusahaan yangmana kantor pusatnya di luar kota, sehingga

harus menunggu konfirmasi terlebih dahulu dari perusahaan yang bersangkutan, dan

adakalanya sudah melewati batas waktu yang telah ditentukan. Kebijakan yang

diambil oleh pemerintah Kota Pekanbaru adalah dengan melakukan pembongkaran

terhadap reklame yang bersangkutan.

Hambatan yang dihadapi oleh pengawas dalam melakukan pengawasan

terhadap pemasangan reklame tersebut di atas, merupakan bentuk-bentuk dari

kendala atau hambatan yang dihadapi oleh pihak pengawas. Namun demikian

hambatan tersebut sedapat mungkin diatasi dengan berbagai cara dan melakukan

penataan yang dapat diterima oleh semua pihak. Oleh karena itu pihak pengawas juga

melakukan pemantauan di lapangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


C. Solusi dalam Mengatasi Hambatan dalam Melakukan Pengawasan

Solusi yang diambil oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dalam pemasangan

reklame adalah dengan melakukan seleksi dan melihat kelengkapan persyaratan pada

saat mendaftar dan mengisi formulir permohonan izin untuk pemasangan reklame

tersebut, agar tidak terjadi hal-hal sebagaimana yang disebutkan di atas. Demikian

juga solusi terhadap penyediaan tempat-tempat reklame yang diatur menurut waktu

yang telah ditentukan dan mengikuti budaya antri, yakni secara bergantian sesuai

dengan tenggang waktu yang diajukan dalam pengajuan izin pemasangan reklame

tersebut.32

Tabel IV.6

Tanggapan Responden Tentang Solusi Mengatasi Hambatan


dalam Melakukan Pengawasan
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase

1 Menambah Personil 11 52,38%

2 Menambah Fasilitas/ 10 47,62%

tempat

Jumlah 21 100%

Sumber: Data olahan, Desember 2012

Dari data di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 orang responden atau

sebesar 52,38% menyatakan, bahwa solusi yang harus dilakukan dalam mengatasi

32
Bagas (Staf Dispenda Kota Pekanbaru), Wawancara, 20 Desember 2012
hambatan dalam melakukan pengawasan terhadap pemasangan reklame di Kota

Pekanbaru adalah dengan melakukan penambahan terhadap personil yang melakukan

pengawasan, agar pemasangan reklame tersebut dapat terpantau dan tidak melakukan

pemasangan reklame pada tempat-tempat yang dilarang. Dengan penambahan

personil maka pengawasan dapat dilakukan secara maksimal pada tempat-tempat

pemasangan reklame tersebut.

Kemudian sebanyak 10 orang responden atau sebesar 47,62% menyatakan,

bahwa solusi yang juga harus dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam melakukan

pengawasan terhadap pemasangan reklame adalah dengan menambah fasilitas atau

tempat pemasangan reklame tersebut, agar pemilik atau penyelenggara reklame dapat

memasang reklame yang telah mendapat izin dari Dinas Pendapatan Daerah Kota

Pekanbaru.

Dari kedua solusi dalam mengatasi hambatan melakukan pengawasan

terhadap pemasangan reklame tersebut dapat mengantisipasi pemasangan reklame

yang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu bagi pemilik atau penyelenggara reklame

juga akan mendapatkan sanksi apabila pemasangan reklame yang dilakukan tidak

pada tempatnya.33

Di samping itu solusi yang juga dilakukan oleh pihak Dinas Pendapatan

Daerah Kota Pekanbaru dalam mengatasi hambatan dalam melakukan pengawasan

33
Ibid.
terhadap pemasangan reklame adalah dengan melakukan sosialisasi terhadap tempat-

tempat pemasangan reklame yang telah ditentukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru.

Adapun sosialisasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota

Pekanbaru adalah memberikan informasi kepada pemilik dan penyelenggara reklame

mengenai tempat-tempat yang sudah disiapkan untuk pemasangan reklame tersebut,

agar tidak salah tempat pemasangan reklame tersebut.

Kemudian juga dengan menerapkan sanksi yang tegas bagi pemilik dan

penyelenggara reklame yang melanggar peraturan yang berlaku. Adapun sanksi yang

diterapkan tersebut adalah dengan cara mencabut izin yang telah diberikan, karena

izin yang diberikan tersebut penerapannya harus sesuai dengan Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame, artinya mulai dari tempat, waktu dan

pajak yang dikenakan sudah dijelaskan secara rinci dalam peraturan daerah tersebut.34

Oleh karena itu setiap pemilik atau penyelenggara reklame harus

memperhatikan peraturan tersebut. Apabila hal ini dilanggar maka pihak pengawas

dapat langsung menegur atau bahkan melaporkan kepada atasannya agar izin yang

telah diberikan tersebut dapat dicabut, karena dianggap telah melakukan pelanggaran.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pihak pengawas dalam melakukan

pengawasan dapat melanjutkan hasil temuan di lapangan kepada pejabat yang

berwenang untuk mengambil tindakan. Jadi salah satu solusi untuk mengatasi

kesulitan dalam melakukan pengawasan adalah dengan cara melanjutkan hasil


34
Detris Hatmaja (Pengawas), Wawancara 20 Desember 2012
temuan tersebut kepada atasannya, agar dapat mengambil tindakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan yang dilakukan dapat

berhasil sesuai dengan yang diharapkan, karena sudah melalui proses kebijakan

dalam pelaksanaannya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengawasan dan penertiban terhadap pemasangan reklame dilakukan oleh tim

pengawas yang ditunjuk oleh pejabat yang terkait (Dispenda Kota Pekanbaru).

Apabila pemasangan reklame tersebut tidak pada tempat yang ditentukan, maka

akan dilakukan pembongkaran, termasuk pemasangan reklame yang tidak

didaftarkan atau tidak mengajukan permohonan izin, maka dilakukan penertiban

berupa pembongkaran. Namun dilihat dari segi efektivitas pengawasan belum

dapat dilakukan secara efektif, karena masih ada pemasangan reklame yang tidak

pada tempatnya.

2. Faktor penghambat dalam pengawasan terhadap pemasangan reklame adalah

kurangnya personil dan keterbatasan tempat atau sarana yang tersedia, sehingga

pemilik harus menunggu waktu yang telah ditentukan, kemudian juga reklame

yang dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab maka mempersulit

pengawas untuk melakukan penataan kembali. Demikian juga halnya dengan

pemasangan reklame yang tidak pada tempatnya, kemudian pemilik berada di luar

kota maka menyulitkan bagi pengawas untuk melakukan pemindahan.


3. Solusi untuk mengatasi hambatan dalam melakukan pengawasan tersebut adalah,

bahwa pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru harus melakukan

penambahan terhadap personil pengawas, penambahan tempat-tempat

pemasangan reklame, melakukan sosialisasi terhadap tempat-tempat pemasangan

reklame, serta menerapkan sanksi yang tegas terhadap pemasangan reklame yang

tidak pada tempatnya, sehingga pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengawas

dapat dilakukan secara maksimal.

B. Saran

Berkenaan dengan uraian dan kesimpulan di atas, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi pihak Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Pendapatan Daerah harus

benar-benar tegas dalam melakukan pengaturan terhadap pemasangan reklame

dalam wilayah Kota Pekanbaru, karena berhubungan dengan tata dan keindahan

kota. Apabila tidak ada ketegasan maka pemasangan reklame dapat saja tidak

pada tempatnya, sehingga dapat mengganggu kenyamanan bagi warga di

sekitarnya.

2. Bagi pemilik atau penyelenggara reklame harus mempunyai kesadaran yang

penuh terhadap kewajiban yang harus dilaksanakan, dan dengan memperhatikan

kepentingan orang banyak, karena pemasangan reklame yang tidak pada

tempatnya dapat membahayakan bagi masyarakat di sekitarnya, atau tidak


mencerminkan keindahan kota. Oleh karena itu pemasangan reklame tersebut

harus sesuai pada tempat yang telah ditentukan dan dengan konstruksi yang kuat

sehingga terjamin keamanannya.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di


Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999

Bohari, Pengantar Hukum Pajak, PT Raja Grafindo Persada, 1993

Josep Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta Tahun 2005

Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, ANDI Yogyakarta, 2002.

Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1979

Moh. Kusnardi & Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia
(cetakan ketujuh), pusat Studi Hukum dan Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 1988

Muqodim, Perpajakan, UII Press, Yogyakarta, 2000

Philipus Mandiri Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, 1993.

__________, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gajah Mada University


Press, 2002

Sarundajang, Babak baru Sistem Pemerintahan Daerah, Kata Hasta Pustaka, 2005.

S.F. Marbun dan Moh.Mahfud. MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,


Liberty, Yogyakarta, 2000

Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta,


1986

Sumyar, Dasar-Dasa Hukum Pajak dan Perpajakan, Universitas Atma Jaya,


Yogyakarta, 2004
Sunarto, Pajak dan Retribusi Daerah, AMUS dan Cipta Pustaka, Yogyakarta, 2005.

Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, BPFE UGM, Yogyakarta,
1985

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Tentang Perimbangan Keuangan Antara


Pemerintah Pusat

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 07 Tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas-Dinas di Lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru

www.google.hukum.online.com
DAFTAR PERTANYAAN
UNTUK STAF DISPENDA DAN BAGIAN PENGAWAS

1. Apakah pemasangan reklame harus sesuai pada tempat-tempat yang telah


ditentunkan?
2. Apakah ada pendataan terhadap reklame yang telah terpasang?
3. Apakah pemilik reklame juga diharuskan membayar uang jaminan?
4. Apakah pembayaran pajak dapat dilakukan secara angsuran?
5. Siapa yang menunjuk tim pengawas di lapangan?
6. Apakah pengawasan juga dilakukan terhadap pemasangan reklame yang
belum melakukan pendaftaran atau permohonan?
7. Apakah ada jangka waktu tim pengawas untuk turun ke lapangan?
8. Apa hambatan yang dialami dalam melakukan pemungutan pajak reklame?
9. Apa solusi untuk mengatasi hambatan tersebut?
DAFTAR KUESIONER
UNTUK PERUSAHAAN PEMASANG REKLAME
DI KOTA PEKANBARU
PETUNJUK

1. Peneliti mengharapkan kepada Bapak/Sdr untuk dapat mengisi


kuesioner ini dalam rangka penelitian ilmiah untuk pembuatan skripsi.
2. Beri tanda (X) pada jawaban yang Bapak/Sdr anggap tepat.

PERTANYAAN

1. Apakah ada personil yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan terhadap


pemasangan reklame?
a. Ada
b. Tidak ada

2. Apakah ada pengaturan tentang pemasangan reklame?


a. Ada
b. Tidak ada

3. Apakah ada penertiban terhadap reklame yang telah terpasang?


a. Ada
b. Tidak ada

4. Bagaimana menurut Bapak/Sdr tentang pemasangan reklame di Kota


Pekanbaru?
a. Mudah
b. Tidak mudah

5. Apakah menurut Bapak/Sdr pemasangan reklame di Kota Pekanbaru ada


hambatan dalam pengawasan?
a. Ada
b. Tidak ada

6. Apakah solusi mengatasi hambatan dalam melakukan pengawasan?


a. Menambah personil
b. Menambah fasilitas/tempat

Anda mungkin juga menyukai