Anda di halaman 1dari 16

PERAN INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

LAUT TIONGKOK SELATAN

INDONESIA’S ROLE IN THE SOUTH CHINA SEA DISPUTE


RESOLUTION

Sandy Nur Ikfal Raharjo

Peneliti Pusat Penelitian Politik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 10, Jakarta
E-mail: sandy.raharjo@gmail.com
Diterima: 2 Agustus 2014; direvisi: 15 September 2014; disetujui: 2 Desember 2014

Abstract

South China Sea dispute becomes a major challenge to the regional stability for ASEAN member countries,
including Indonesia. The dispute was assumed threatening Indonesia’s defense because the contested location is
next to the Natuna sea border. The dispute also becomes a strategic political issue discussed in ASEAN forum.
Therefore, Indonesia, both as the state that pursue its national interest and as the ASEAN natural leader, is trying
to resolve the dispute through peaceful way. This paper focuses on two things, namely how the general figure of the
South China Sea dispute as a potential threat towards Indonesia and how Indonesia play a role in the resolution
process. By literature review method, this paper finds that the dispute is generally on the polarization stage, while
for Tiongkok-Vietnam relations is on segregation stage. Furthermore, this paper also concludes that Indonesia
still play role in the conflict management level. This is due to relatively weak bargaining position of Indonesia
compared to the disputed parties as the internal factor, as well as differences in resolution approach and third
actors involvement that worsen the situation as the external factors.

Keywords: ASEAN, Indonesia's role, South China Sea dispute, peaceful resolution.

Abstrak

Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan tantangan bagi stabilitas kawasan, termasuk Indonesia, yang
sedang menyongsong Abad Asia. Sengketa ini menjadi ancaman bagi pertahanan Indonesia karena lokasi yang
diperebutkan berada di dekat perbatasan Indonesia. Selain itu, sengketa ini juga menjadi salah satu isu politik yang
menjadi ganjalan di ASEAN. Oleh karena itu, Indonesia, baik dalam posisi sebagai negara yang memperjuangkan
kepentingannya maupun sebagai pemimpin alami ASEAN, berupaya menyelesaikan sengketa tersebut melalui
jalan damai. Tulisan ini berfokus pada dua hal, yaitu bagaimana gambaran umum dari sengketa Laut Tiongkok
Selatan sehingga menjadi potensi ancaman bagi kepentingan nasional Indonesia dan bagaimana peran Indonesia
dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut. Melalui metode studi pustaka, tulisan ini menemukan bahwa sengketa
ini secara umum berada dalam tahap polarisasi, bahkan untuk hubungan Tiongkok-Vietnam sudah masuk tahap
segregasi. Kemudian, peran Indonesia masih dalam tingkat pengelolaan konflik. Hal ini disebabkan oleh hambatan
internal berupa posisi tawar Indonesia yang relatif lebih lemah dibanding negara yang bersengketa maupun hambatan
eksternal berupa perbedaan pendekatan penyelesaian dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut memperkeruh
dinamika sengketa.

Kata Kunci: ASEAN, Laut Tiongkok Selatan, peran Indonesia, penyelesaian secara damai.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 55 
Pendahuluan sengketa. Laut Tiongkok Selatan sendiri
Di abad ke-21, konstelasi dunia diprediksi akan berbatasan langsung dengan perairan Indonesia di
berubah. Kekuatan ekonomi dan politik mulai Kabupaten Natuna. Selain itu, dinamika sengketa
bergeser dari Eropa dan Amerika ke wilayah Asia. juga mengganggu kinerja ASEAN. Ada empat
Dalam laporan tahun 2011 berjudul Asia 2050: negara anggota ASEAN yang terlibat sebagai
Realizing the Asian Century, Bank Pembangunan pengklaim, yaitu Vietnam, Malaysia, Brunei, dan
Asia mengkalkulasi bahwa pada tahun 2050 Filipina. Oleh karena itu, isu ini sering dibawa
separuh ekonomi dunia ada di tangan kawasan dalam agenda-agenda rapat ASEAN, seperti yang
ini. Selain itu, pendapatan perkapita akan terjadi di KTT ASEAN di Bali pada tahun 2011.2
naik 6 kali lipat menjadi sekitar 38.600 dolar, Dengan berbagai dampak dinamika sengketa
menjadikan rakyat Asia semakmur orang-orang di atas, Indonesia kemudian mengambil inisiatif
Eropa sekarang. Peningkatan ekonomi yang untuk ikut membantu usaha penyelesaian
pesat ini akan dimotori oleh Tiongkok, India, sengketa Laut Tiongkok Selatan. Selain dorongan
Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, dan kepentingan nasional dalam rangka sistem
Thailand.1 Untuk dapat mewujudkan abad Asia pertahanan negara, usaha Indonesia tersebut juga
tersebut, salah satu syarat yang perlu dipenuhi didorong oleh motivasi moral sebagai pemimpin
adalah stabilitas kawasan untuk mendukung alami (natural leader) ASEAN. Usaha Indonesia
kondisi yang ideal bagi pertumbuhan ekonomi. ini merupakan satu-satunya usaha multilateral
Namun demikian, berbagai sengketa dan yang dilakukan, di saat negara-negara yang
konflik perbatasan di kawasan berpotensi bersengketa, terutama Tiongkok, hanya mau
mengancam stabilitas kawasan Asia tersebut. menggunakan pendekatan bilateral. Apalagi,
Salah satu ancaman yang cukup besar Indonesia juga mempunyai catatan yang baik
pengaruhnya adalah sengketa Laut Tiongkok dalam penyelesaian berbagai kasus di kawasan
Selatan. Wilayah Laut Tiongkok Selatan sendiri seperti konflik internal Kamboja pada dekade
merupakan jalur penting bagi perdagangan 80-an hingga awal 90-an, konflik perbatasan
dunia dan jalur pemasok suplai minyak bumi Thailand-Kamboja, dan terakhir demokratisasi
ke Asia Timur. Sengketa ini melibatkan banyak Myanmar. Pengalaman ini dapat dijadikan acuan
negara, baik secara langsung sebagai aktor bagi peran Indonesia agar penyelesaian sengketa
yang mengklaim kepemilikan wilayah tersebut, Laut Tiongkok Selatan dapat dilakukan secara
maupun secara tidak langsung sebagai aktor yang damai dan efektif.
kepentingannya terganggu. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan
Pada tahun 2014, sengketa Laut Tiongkok ini akan mengeksplorasi dua bahasan utama.
Selatan semakin tereskalasi dengan peningkatan Pertama, bagaimana sebenarnya gambaran umum
ketegangan hubungan, terutama antara Tiongkok dari sengketa Laut Tiongkok Selatan sehingga
dan Vietnam. Aksi pengeboran minyak oleh menjadi ancaman bagi kepentingan nasional
Tiongkok di dekat Kepulauan Paracel telah Indonesia. Kedua, bagaimana peran Indonesia
memicu tubrukan antarkapal dua negara tersebut. dalam upaya penyelesaian sengketa tersebut.
Aksi demo dan pengusiran warga negara
Tiongkok juga terjadi di berbagai wilayah di Intervensi Pihak Ketiga sebagai
Vietnam. Hal ini semakin mempersulit proses Cara Penyelesaian Konflik: Tinjauan
penyelesaian sengketa yang selama ini berjalan Konseptual
alot. Keterlibatan Indonesia yang bukan negara
Indonesia sendiri bukan merupakan salah pengklaim dalam sengketa Laut Tiongkok
satu negara yang mengklaim kepemilikan Selatan secara teoritik dapat dikategorikan
wilayah tersebut, tetapi turut terpengaruh sebagai bentuk intervensi pihak ketiga. Intervensi
oleh dinamika sengketa. Hal ini dikarenakan
kedekatan geografis Indonesia dengan wilayah 2
ASEAN, “Chair’s Statement of the 18th ASEAN Summit, 7-8
May 2011”, http://cil.nus.edu.sg/2011/2011-chairs-statement-
1
Asian Development Bank. Asia 2050: Realizing the Asian of-the-18th-asean-summit/, diakses pada tanggal 19 Desember
Century. (Singapore: ADB, 2011), h. 10. 2013.

56 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


ini merupakan salah satu metode yang dipakai pihak mempunyai persepsi bahwa mereka saling
dalam proses penyelesaian sengketa dan konflik. berlawanan. Kedua, sengketa masih dalam tahap
Sebelum menjelaskan secara lebih detail perselisihan, sementara konflik sudah melibatkan
mengenai konsep intervensi pihak ketiga, konfrontasi atau aksi kekerasan secara fisik.
terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai definisi Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
sengketa dan konflik. konflik merupakan kelanjutan dari sengketa yang
Paul K. Huth mendeskripsikan sengketa tereskalasi. Berdasarkan pengertian ini, maka
(wilayah) sebagai perselisihan antarnegara, atau dapat dikatakan bahwa sengketa Laut Tiongkok
bisa juga satu negara menentang hak negara lain Selatan sebenarnya telah tereskalasi menjadi
untuk melaksanakan kedaulatannya, atas tanah konflik karena aksi konfrontasi telah beberapa
air atau batas-batas wilayah kolonial mereka. kali terjadi, walaupun dinamikanya bersifat
Ada tiga faktor kenapa suatu wilayah menjadi fluktuatif.
berharga untuk disengketakan, yaitu karena Dalam penyelesaikan konflik, dikenal istilah
kandungan sumber daya alamnya, komposisi resolusi konflik dan manajemen/pengelolaan
agama dan etnis dalam populasinya, dan konflik. Resolusi konflik secara umum dapat
lokasinya yang strategis secara militer.3 Adapun diartikan sebagai upaya yang dilakukan untuk
konflik didefinisikan oleh Wallensteen sebagai menyelesaikan konflik secara konstruktif dengan
situasi dimana dua atau lebih aktor berjuang cara mencari kesepakatan antara para pihak yang
untuk mendapatkan sumber langka dalam waktu terlibat dalam konflik.6 Menurut Vestergaard,
yang sama4. Sementara menurut Swanström resolusi konflik mencakup dua hal utama, yaitu
Weissmann, konflik terjadi ketika aktor-aktor isu dan relasi (hubungan antaraktor).7 Sementara
tersebut mempunyai posisi yang dipersepsikan itu, pengelolaan konflik adalah pembatasan,
dan diyakini berlawanan dalam satu waktu peredaan, atau pembendungan konflik tanpa
yang sama.5 Dahrendorf menambahkan bahwa harus menyelesaikannya.8 Menurut Wallensteen
konflik sering diasosiasikan dengan ketegangan dan Swanström, pengelolaan konflik harus
terkait dengan pilihan-pilihan dalam membuat melaksanakan perubahan bentuk interaksi dari
keputusan, terkadang diwujudkan dalam bentuk destruktif menjadi kontruktif.9 Dengan demikian,
konfrontasi antara kekuatan atau kelompok sosial dapat dikatakan bahwa pengelolaan konflik lebih
yang ada. berfokus pada relasi antaraktor, bukan isu konflik
Dari definisi di atas, dapat dilihat bahwa ada itu sendiri.
beberapa pendapat yang menganggap sengketa Baik resolusi maupun pengelolaan konflik
dan konflik itu sama. Namun, ada pula yang dapat menggunakan metode negosiasi yang
membedakannya. Perbedaan itu terletak pada hanya melibatkan aktor-aktor konflik maupun
dua hal. Pertama, jika sengketa melibatkan metode intervensi pihak ketiga. Intervensi pihak
unsur perebutan sumber langka yang sama, ketiga adalah cara yang umum dipakai untuk
biasanya berupa wilayah, maka konflik tidak menanggapi konflik yang bersifat merusak dan
harus melibatkan unsur tersebut asalkan kedua berlangsung terus-menerus. Menurut Kelman,
peran pihak ketiga ini merupakan salah satu cara
3
Paul K. Huth. “Territory: Why Are Territorial Disputes untuk membangun kepercayaan (trust-building)
Between States a Central Cause of International Conflict?”,
dalam John A. Vasquez (Ed.), What Do We Know about War,
(Maryland: Rowman and Litttlefield Publisher, 2000). 6
Christopher E. Miller, A Glossary of Terms And Concepts
in Peace And Conflict Studies (2nd Edition), (Costa Rica:
4
Peter Wallensteen, Understanding Conflict Resolution War, University For Peace, 2005).
Peace and The Global System, (London: Sage Publishing,
2002). 7
Bjarne Vestergaard, Erik Helvard, dan Aase Rieck Sørensen,
Conflict Resolution – Working with Conflicts, (Kopenhagen:
5
Niklas L.P. Swanström dan Mikael S. Weissmann, Conflict, Danish Centre for Conflict Resolution, 2011).
Conflict Prevention and Conflict Management and Beyond: A
Conceptual Exploration, (Uppsala: the Central Asia-Caucasus 8
Fred Tanner. “Conflict Prevention and Conflict Resolution:
Institute & Silk Road Studies Program, 2005). Definisi konflik Limits of Multilateralism”. International Review of the Red
dari Wallensteen dan Swanström dikutip dari Awani Irewati, Cross, September 2000.
dkk. 2011. Sengketa Wilayah Perbatasan Thailand-Kamboja,
Jakarta: P2P LIPI. 9
Swanström dan Weissmann, op.cit., hlm. 23.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 57 
di antara para pihak yang berkonflik. Dalam membuatkan keputusan yang mengikat yang
situasi konflik, pihak yang berkonflik sulit untuk dianggap adil bagi aktor-aktor yang berkonflik.
mempercayai pihak lawannya, sehingga proses Biasanya arbitrasi dalam sengketa wilayah
komunikasi langsung sulit terjadi. Pihak ketiga diselesaikan melalui Mahkamah Internasional
ini menciptakan suatu situasi yang membuat (International Court of Justice). Keenam,
para aktor konflik tersebut merasa aman dari penjagaan perdamaian (peacekeeping), di mana
eksploitasi dan serangan pihak lain. Hal ini pihak ketiga menyediakan personil militer untuk
tidak berarti bahwa pihak ketiga harus netral mengawasi genjatan senjata atau pelaksanaan
atau bebas kepentingan dalam berbagai aspek. kesepakatan, dapat pula termasuk kegiatan
Bahkan, pihak ketiga dimungkinkan untuk kemanusiaan dan pemulihan pemerintahan sipil.11
melakukan pemberdayaan terhadap salah satu Penentuan jenis intervensi pihak ketiga
pihak ketika terjadi defisiensi kekuatan. Hal yang digunakan bergantung pada isu sengketa/
yang penting harus dimiliki oleh pihak ketiga konflik dan sudah sampai tahap mana konflik
adalah komitmen terhadap integritas proses itu terjadi. Ada beberapa model analisis tahap
penyelesaian. Pihak ketiga diharapkan dapat konflik dan intervensi yang paling sesuai, salah
menjembatani ketidakpercayaan antarpihak satu yang paling sering dipakai adalah Model
dan membuat mereka mampu memasuki proses 9 Tahap Eskalasi Konflik dari Friedrich Glasl.
komunikasi langsung. Pada akhirnya, proses Kesembilan tahap tersebut meliputi 1)hardening,
komunikasi langsung tersebut diharapkan 2) debates and polemics, 3)actions not words,
dapat membangun kepercayaan antarpihak 4)images and coalitions,5)loss of face, 6)
yang bermusuhan, sehingga mereka mampu strategies of threats, 7)limited destructive blows,
menyelesaikan akar konflik secara damai.10 8)fragmentation of the enemy, dan 9)together
Menurut Ronald J. Fisher, setidaknya ada into the abyss. Pada tahap 1-3, penyelesaian
enam jenis intervensi yang biasanya digunakan konflik cukup dilakukan oleh pihak-pihak yang
dalam konflik level internasional. Pertama, berkonflik sendiri. Pada tahap 3-5, intervensi
konsiliasi, yaitu proses intervensi di mana pihak pihak ketiga sudah diperlukan melalui fasilitasi.
ketiga yang dipercayai menyediakan sambungan Pada tahap 5-7, intervensi sudah harus meningkat
komunikasi informal kepada aktor-aktor konflik menjadi mediasi. Pada tahap 6-8, konflik perlu
dalam rangka mengidentifikasi isu, menurunkan diselesaikan dengan arbitrasi. Jika konflik sudah
ketegangan, dan mendorong interkasi langsung, pada tahap 7-10, maka intervensi kekuatan
biasanya dalam bentuk negosiasi. Kedua, (power intervention) yang diperlukan.12
konsultasi, di mana pihak ketiga memfasilitasi Model lain yang lebih sederhana
penyelesaian masalah secara kreatif melalui dikembangkan Ronald Fisher. Ia hanya membagi
komunikasi dan analisis, menggunakan eksalasi menjadi empat tahap. Pertama, tahap
kemampuan hubungan antarmanusia dan diskusi, di mana pihak-pihak yang berkonflik
pemahaman sosial-ilmiah tentang etiologi dan biasanya masih menjaga hubungan baik tetapi
dinamika konflik. Ketiga, mediasi murni, di ragu-ragu untuk melakukan negosiasi. Dalam
mana pihak ketiga memfasilitasi penyelesaian tahap ini, pihak ketiga dapat melakukan konsiliasi
isu-isu substantif melalui penggunaan penalaran, untuk mengajak pihak-pihak yang berkonflik
bujukan, kontrol informasi yang efektif, dan duduk bersama dalam negosiasi. Kedua, tahap
saran pilihan-pilihan penyelesaian. Keempat, polarisasi, yaitu hubungan pihak yang berkonflik
mediasi kekuatan, yaitu mediasi yang melibatkan
penggunaan paksaan melalui mekanisme 11
Ronald J. Fisher, Berghof Handbook for Conflict
imbalan dan hukuman, di mana pihak ketiga Transformation: Methods of Third-Party Intervention,
dapat pula menjadi pemantau dan penjamin (Berlin: Berghof Research Center for Constructive Conflict
Management, 2001), hlm. 11.
kesepakatan. Kelima, arbitrasi, yaitu pihak ketiga
12
Friedrich Glasl, Confronting Conflict, (Bristol: Hawthorn
10
Herbert C. Kelman, “Building Trust among Enemies: The Press, 1999). Lihat juga dalam Thomas Jordan, “F. Glasl:
Central Challenge for International Conflict Resolution,” Konfliktmanagement. Ein Handbuch für Führungskräfte,
International Journal of Intercultural Relations (29), 2005, Beraterinnen und Berater” (resensi buku), International Journal
hlm. 639-650. of Conflict Management, Vol 8:2, 1997, hlm. 170-174.

58 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


mulai memburuk, persepsi dan emosi negatif gundukan pasir, dan fitur lain yang terletak di
mulai muncul. Intervensi yang cocok untuk bagian selatan dari Laut Tiongkok Selatan.14
tahap ini adalah konsultasi untuk menghilangkan
mispersepsi dan emosi negatif kedua pihak. 1. Kronologi Sengketa
Tahap ketiga adalah segregasi, di mana pihak Sengketa ini dimulai pada tahun 1946 ketika
yang berkonflik sudah tidak saling percaya Tiongkok mengklaim bahwa Kepulauan Spratly
dan saling menghargai, komunikasi langsung adalah bagian dari Provinsi Guangdong.
sangat terbatas, serta ancaman terhadap musuh Padahal, kepulauan-kepulauan di Wilayah
mulai dilakukan. Pada tahap ini, mediasi Laut Tiongkok Selatan pada waktu itu sudah
kekuatan atau arbitrasi dapat dilakukan untuk diklaim dan dikuasai oleh Jepang saat Perang
mengendalikan permusuhan. Tahap keempat Dunia II. Pada tahun 1951, Perjanjian San
adalah penghancuran, di mana masing-masing Fransisco membatalkan semua klaim Jepang
pihak tidak memandang pihak lain secara tersebut, tetapi belum dicapai resolusi mengenai
manusiawi lagi. Pada tahap ini, kekerasan berupa status kepemilikannya. Pada tahun 1974,
pembunuhan, bahkan genosida dapat terjadi. Tiongkok memperluas klaimnya dengan merebut
Untuk mengatasinya, gabungan intervensi berupa Kepulauan Paracel dari pasukan Vietnam Selatan.
penjagaan perdamaian dan konsultasi mendalam Ketegangan antarnegara semakin memanas
perlu dilakukan untuk mengendalikan kekerasan pada tahun 1988 dengan terjadinya pertempuran
untuk kemudian mengajak mereka kembali antara angkatan laut Tiongkok dengan Vietnam
berunding dan mendorong rekonsiliasi.13 dalam memperebutkan karang Johnson yang
Kerangka konseptual di atas diharapkan menewaskan 70 tentara Vietnam.
dapat membantu menganalisis sudah sampai Pada tahun 1991, untuk memformalkan
tahap mana sengketa Laut China Selatan dan klaim terhadap Spratly dan Paracel, Tiongkok
jenis intervensi apa yang seharusnya dilakukan mengeluarkan Law on the Territorial Sea and
oleh Indonesia agar proses penyelesaian berjalan the Contiguous Zone of the Republic of Tiongkok.
efektif. Lalu empat tahun kemudian, instalasi militer
Filipina di Karang Mischief, Kepulauan Spratly
Sengketa Laut Tiongkok Selatan sebagai direbut Tiongkok. Pada Mei 2000, giliran Filipina
Potensi Ancaman bagi Indonesia yang melakukan tindakan dengan menembak
Laut Tiongkok Selatan adalah perairan yang mati 1 nelayan dan menangkap 7 nelayan
terletak di kawasan Asia Tenggara. Perairan ini Tiongkok yang melewati perairan Filipina di
dikelilingi oleh banyak negara, yaitu Tiongkok, dekat Pulau Palawan. Pada tahun 2011, sengketa
Taiwan, Vietnam, Malaysia, Indonesia, Brunei, semakin rumit saat Senat Amerika Serikat
dan Filipina. Selain berbentuk perairan yang mengeluarkan resolusi yang menyerukan agar
luas, di wilayah ini juga terdapat kepulauan- sengketa diselesaikan secara internasional.15
kepulauan kecil seperti Paracel, Scarborough, dan Pada Juli 2012, Tiongkok membentuk
Spratly. Dari fitur-fitur geografi yang ada di Laut wilayah administratif Sansha yang meliputi
Tiongkok Selatan, Kepulauan Spratly menjadi Kepulauan Paracel dan Spratly. Tiongkok
inti perebutan sebagian besar negara-negara yang juga mengeluarkan edisi paspor baru yang di
bersengketa. Kepulauan ini merupakan kumpulan dalamnya terdapat peta yang menggambarkan
pulau-pulau karang yang luas daratannya kurang bahwa area sengketa di Laut Tiongkok Selatan
dari 4 km², tetapi melingkupi lautan seluas merupakan bagian dari wilayah Tiongkok. Aksi
250.000 km². Pulau-pulau yang terdapat di area sepihak Tiongkok tersebut membangkitkan
tersebut tidak berpenghuni dan relatif tidak ada
aktivitas ekonomi di daratannya. Kepulauan 14
The Adelphi Papers, Southeast Asia, (Oxon: Routledge,
Spartly terdiri atas 230 pulau kecil, karang, 2006), hlm. 33.
15
Anup Kaphle dan Benjamin Gottlieb, “Timeline: Disputes in
the South China Sea”, 2013, http://www.washingtonpost.com/
wp-srv/world/special/south-Tiongkok-sea-timeline/, diakses
13
Fisher, op.cit., hlm. 13. pada tanggal 19 Desember 2013.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 59 
sikap protes dari Vietnam dan Filipina. Bahkan Selat Malaka di sebelah barat daya dan Samudra
di Vietnam, terjadi demonstrasi anti-Tiongkok Pasifik di sebelah timur.
secara massal di jalan-jalan kota Hanoi dan Ho Kedua, wilayah ini merupakan bagian dari
Chi Minh pada akhir 2012.16 jalur laut internasional, baik untuk kapal dagang
Pada tahun 2013, Filipina akhirnya dan kadang kapal militer. Jalur ini dikenal
mengambil jalan hukum dengan mengadukan juga sebagai maritime superhighway karena
Tiongkok kepada pengadilan PBB di bawah menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk
kerangka UNCLOS terkait klaim sepihak di dunia. Jumlah kapal tanker yang melewati
Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan tiga kali lebih banyak
Walaupun demikian, ketegangan tetap berlanjut. dibanding Terusan Suez, dan lima kali lipat
Bahkan pada Mei 2014, saling tabrak kapal milik dibanding Terusan Panama. Diperkirakan 50%
Tiongkok dengan Vietnam terjadi sebagai dampak perdagangan dunia melintas perairan ini. Selain
penempatan peralatan pengeboran Tiongkok di itu, pasokan impor minyak bumi negara-negara
dekat kepulauan Paracel. Insiden ini juga memicu Asia Timur seperti Tiongkok, Korea Selatan,
aksi protes masyarakat Vietnam dengan mengusir dan Jepang dari kawasan Timur Tengah dan
orang-orang berkewarganegaraan Tiongkok dari Afrika juga sebagian besar melewati perairan ini.
negara mereka. Selain minyak bumi, jalur ini juga banyak dilalui
Berdasarkan kronologi di atas, maka dapat kapal yang mengangkut gas alam cair (LNG),
dianalisis bahwa sengketa Laut Tiongkok batu bara, dan bijih besi.17 Berbagai komoditas
Selatan sebenarnya berada di tahap polarisasi, tersebut sangat vital sebagai penggerak industri
yaitu hubungan pihak yang berkonflik mulai negara-negara Asia Timur.
memburuk, persepsi dan emosi negatif mulai Ketiga, lautan di wilayah sekitar kepulauan
muncul, sehingga perlu dilakukan konsultasi. ini diduga mengandung cadangan minyak dan
Bahkan untuk hubungan Tiongkok dengan gas alam yang besar. Walaupun belum ada
Vietnam, dapat dikatakan bahwa mereka sudah penelitian yang berhasil mengkalkulasi berapa
memasuki tahap segregasi, di mana pihak yang jumlahnya, tetapi sedimentasi dari lembah laut
berkonflik sudah tidak saling percaya dan yang ada di wilayah tersebut menunjukkan
saling menghargai, komunikasi langsung sangat tanda-tanda kandungan minyak dan gas. Bahkan,
terbatas, serta ancaman terhadap musuh mulai diperkirakan cadangan minyak dan gas tersebut
dilakukan. Pada tahap ini, seharusnya mediasi merupakan yang terbesar keempat di dunia.18
kekuatan atau arbitrasi lah yang perlu dilakukan Untuk keseluruhan Laut Tiongkok Selatan, salah
untuk mengendalikan permusuhan. satu kalkulasi menyebutkan bahwa cadangan
minyaknya mencapai 213 miliar barel, sementara
2. Isu Sengketa untuk Kepulauan Paracel dan Spratly sekitar
Setidaknya ada tiga hal yang membuat Laut 105 miliar barel. Selain minyak bumi, kawasan
Tiongkok Selatan dan kepulauan yang ada di ini juga diperkirakan mengandung sumberdaya
dalamnya strategis. Pertama, penguasaan terhadap hidrokarbon yang melimpah. Survei Geologi
pulau-pulau tersebut akan sangat menentukan Amerika Serikat (United States Geological
garis batas negara yang menguasainya. Dengan Survey) menaksir bahwa 60-70% hidrokarbon
demikian, laut teritorial dan Zona Ekonomi tersebut berupa gas alam.19
Eksklusifnya pun akan semakin luas, terutama Dengan demikian, penguasaan terhadap
untuk negara-negara kepulauan seperti yang wilayah Laut Tiongkok Selatan setidaknya
diatur dalam UNCLOS 1982. Penguasaan memberikan tiga keuntungan bagi negara tersebut,
wilayah ini akan memberikan keuntungan
geostrategis bagi negara, karena menjadi akses Muhamad Simela Victor, “Kepentingan Tiongkok dan Posisi
17

yang menghubungkan Samudra Hindia melalui ASEAN dalam Sengketa Laut Tiongkok Selatan,” Info Singkat
Hubungan Internasional Vol. IV, No. 08/II/P3DI, 2012.
16
BBC, “Q&A: South China Sea Dispute”, 2014, http://www. 18
Kaphle dan Gottlieb, op.cit.
bbc.com/news/world-asia-pacific-13748349, diakses pada
tanggal 26 Mei 2014. 19
Muhamad dan Simela Victor, op.cit.

60 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


yaitu pertahanan militer, keamanan energi, Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah
dan ekonomi ekstraktif. Tidak mengherankan satu aktor utama dalam sengketa Laut Tiongkok
jika negara-negara pengklaim gigih dalam Selatan yang mengklaim seluruh wilayah
memperjuangkannya. Bahkan, hal ini sering tersebut. Klaim Tiongkok ini didasarkan pada
dijadikan alat politik bagi pemerintahan yang latar belakang sejarah Tiongkok kuno tentang
berkuasa saat itu untuk mendapatkan dukungan wilayah kekuasaan kerajaannya. Menurut
publik di negaranya masing-masing. Tiongkok, Dinasti Han lah yang menemukan
wilayah ini pada abad ke-2 masehi. Pada abad
3. Aktor Sengketa ke-12, Dinasti Yuan kemudian memasukkan Laut
Sengketa Laut Tiongkok Selatan melibatkan dua Tiongkok Selatan ke dalam peta wilayahnya,
kategori aktor. Pertama, aktor langsung, yaitu yang kemudian kembali diperkuat oleh Dinasti
negara-negara yang mengklaim kepemilikan Ming dan Dinasti Qing pada abad ke-13.21
sebagian atau seluruh wilayah Laut Tiongkok Pada tahun 1947, Tiongkok membuat
Selatan. Dari enam negara yang terlibat peta wilayah yang memuat 9 garis putus-putus
sengketa atas Kepulauan Spratly, dua pihak (nine-dashed lines) yang membentuk huruf U,
mengklaim seluruh wilayah, yaitu Tiongkok dan yang melingkupi seluruh Laut Tiongkok Selatan.
Taiwan; sementara empat negara lainnya hanya Semua wilayah yang berada di dalam garis
mengklaim sebagian, yaitu Vietnam, Malaysia, putus-putus tersebut diklaim Tiongkok sebagai
Filipina, dan Brunei.20 wilayahnya. Hingga akhir 2013, klaim Tiongkok
tersebut masih belum berubah.22

Sumber: BBC. 2014. “Q&A: South China Sea Dispute”, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-


pacific-13748349 diakses pada 26 Mei 2014.

Gambar 1. Peta Klaim Wilayah Laut Tiongkok Selatan Pernegara

20
Sandy Nur Ikfal Raharjo, “Sengketa Kepulauan Spartly:
Tantangan Bagi Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2011”, 21
Karmin Suharna, “Konflik dan Solusi Laut Tiongkok Selatan
2011, http://politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/politik- dan Dampaknya bagi Ketahanan Nasional,” Majalah Ketahanan
internasional/472-sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi- Nasional Edisi 94, 2012, hlm. 33-41.
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011, diakses pada tanggal 19
Desember 2013. 22
Ibid.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 61 
Klaim Tiongkok tidak hanya diwujudkan ditempati oleh Malaysia di kepulauan tersebut.
dalam bentuk sikap politik, tetapi juga dalam Klaim wilayahnya ini tumpang tindih dengan
bentuk lain. Di bidang militer, Tiongkok sering klaim Tiongkok dan Filipina. 27 Selama ini,
melakukan aksi patroli di perairan tersebut yang Malaysia tidak terlalu aktif dalam ketegangan dan
kadang memicu bentrok dengan kapal dari negara aksi saling membalas antara Tiongkok dengan
pengklaim lain seperti Vietnam dan Filipina. Di Vietnam dan Filipina.
bidang eksplorasi, Tiongkok juga menempatkan Negara keenam yang menjadi aktor langsung
peralatan pengeboran di beberapa titik di Laut dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan adalah
Tiongkok Selatan.23 Brunei Darussalam. Brunei sendiri tidak
Pihak kedua yang mengklaim kepemilikan mengklaim pulau-pulau yang ada di wilayah
seluruh wilayah Laut Tiongkok Selatan adalah Laut Tiongkok Selatan, tetapi hanya mengklaim
Taiwan. Sebagai entitas yang pernah mewakili bahwa landas kontinen dan ZEE-nya meliputi
negara Tiongkok secara resmi di Dewan Louisa Reef dan perairan di sekitar Kepulauan
Keamanan PBB, klaim Taiwan juga didasari oleh Spratly.28 Sama seperti Malaysia, Brunei juga
latar belakang sejarah seperti yang dikemukakan kurang terlibat dalam aksi provokatif negara-
oleh Republik Rakyat Tiongkok. Saat ini, negara lainnya yang dapat mengeskalasi konflik.
Taiwan menguasai Pulau Aba/Taiping Dao yang
merupakan pulau terbesar di Kepulauan Spratly.24
Pihak ketiga yang menjadi aktor langsung Tiong

adalah Vietnam. Negara ini mendasarkan Keterangan:

klaimnya pada dua hal. Pertama, warisan kolonial Taiwan Filipina


= hubungan
konfliktual
dari Perancis yang dulu menguasai Kepulauan
= hubungan
Paracel dan Spratly pada awal abad ke-20. permusuhan/

Kedua, argumentasi landas kontinen, di mana penolakan


(hostility)
Kepulauan Spratly merupakan daerah lepas Vietnam Brunei

pantai dari Provinsi Khanh Hoa. Banyak sekali


klaim wilayah Vietnam di Laut Tiongkok Selatan Malaysia
yang tumpang tindih dengan klaim Tiongkok.25
Tidak mengherankan jika kedua negara ini sering
terlibat dalam ketegangan politik dan militer Gambar 2. Hubungan Antaraktor dalam Sengketa
akibat berbagai insiden di Laut Tiongkok Selatan. Laut Tiongkok Selatan

Aktor langsung keempat adalah Filipina.


Klaim wilayah negara ini didasarkan pada prinsip Selain keenam aktor langsung di atas,
landas kontinen yang mencakup kepulauan terdapat pula aktor tidak langsung yang tidak
Spratly. Ada delapan pulau di Spratly yang menjadi pengklaim kepemilikan wilayah tetapi
menurut Filipina menjadi bagian dari Provinsi ikut terlibat dalam dinamika sengketa, baik
Palawan. Filipina juga mempunyai istilah sendiri atas kemauan sendiri maupun atas permintaan
untuk menyebut bagian dari Laut Tiongkok negara pengklaim. Setidaknya ada dua negara
Selatan yang diklaim, yaitu Laut Filipina Barat.26 yang termasuk kategori ini. Pertama, Amerika
Serikat yang diminta Filipina untuk memberikan
Negara pengklaim kelima adalah Malaysia
bantuan dalam rangka menghadapi Tiongkok.
yang menyatakan bahwa sebagian wilayah
Hal ini terkait dengan komitmen Amerika
Kepulauan Spartly adalah miliknya berdasarkan
Serikat terhadap perjanjian pertahanannya
landas kontinen. Ada tiga pulau yang sudah
dengan Filipina. 29 Bahkan pada pertemuan
23
Ibid
27
Ibid

24
Ibid 28
Ibid
25
Ibid 29
Kate McGeown, “US’ stands by Philippines’amid South
China Sea Tension”, 2011, http://www.bbc.com/news/world-
26
Ibid asia-pacific-13899465, diakses pada tanggal 2 Januari 2012.

62 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


ASEAN Regional Forum ke-17 tahun 2010, dirinya sebagai negara pengklaim, yang berarti
Hillary Clinton selaku menteri luar negeri berani juga menjadi aktor langsung dalam sengketa
menyatakan kepentingan nasional Amerika tersebut.
Serikat terhadap Laut Tiongkok Selatan, yaitu
kebebasan navigasi, keterbukaan akses terhadap 5. Potensi Ancaman Sengketa bagi Indonesia
sumber daya maritim Asia, dan penghormatan
Ada banyak kepentingan vital Indonesia yang
terhadap hukum internasional.30 Aktor tidak
berpotensi terancam oleh sengketa tersebut.
langsung kedua adalah Indonesia yang sejak
Pertama, dari sisi kedaulatan, sebenarnya
awal 1990-an aktif berupaya mempertemukan
sebagian wilayah ZEE Indonesia masuk dalam
pihak-pihak yang bersengketa.
klaim wilayah Tiongkok di Laut Tiongkok
Selatan yang berbatasan dengan perairan
4. Posisi Indonesia dalam Sengketa Laut Kabupaten Natuna. Kedua, dari sisi keamanan,
Tiongkok Selatan jika sengketa tersebut tereskalasi menjadi perang,
Secara formal, Indonesia menyatakan diri bukan sangat besar kemungkinan perang tersebut akan
sebagai negara pengklaim dalam sengketa Laut meluas hingga ke wilayah Indonesia, sehingga
Tiongkok Selatan. Akan tetapi, banyak analis menjadi ancaman militer yang serius. Ketiga, dari
yang mengatakan bahwa Indonesia seharusnya sisi kepentingan ekonomi, perairan Indonesia di
juga dianggap sebagai negara pengklaim. Hal ini dekat Laut Tiongkok Selatan merupakan wilayah
didasarkan pada fakta bahwa sebagian wilayah dengan potensi perikanan terbesar secara nasional.
ZEE Indonesia di Perairan Natuna juga termasuk Pecahnya perang di kawasan ini dapat merusak
dalam wilayah yang diklaim oleh Tiongkok. ekosistem laut sehingga menurunkan jumlah
Dengan demikian, ada tumpang tindih wilayah produksi ikan. Selain itu, potensi pariwisata
antara Tiongkok dengan Indonesia (lihat kembali bahari Indonesia juga terganggu jika terjadi
gambar di atas). perang di Laut Tiongkok Selatan. Kemudian dari
Jika dilihat kembali berdasarkan perspektif sisi ancaman sosial budaya, pecahnya perang di
hukum internasional, pendapat bahwa Indonesia Laut Tiongkok Selatan berpotensi menimbulkan
seharusnya menjadi negara pengklaim tidak arus pengungsi dari berbagai wilayah perang ke
dapat dibenarkan. Hal ini dikarenakan klaim Indonesia. Hal ini pernah terjadi sebelumnya
Tiongkok dengan 9 garis putus-putusnya tidak ketika terjadi Perang Vietnam, sejumlah besar
berdasarkan pada hukum internasional yang sah, arus pengungsi berdatangan ke Pulau Galang.
tetapi hanya berupa klaim sejarah. Padahal dalam Dengan berbagai dimensi ancaman dari sengketa
hukum internasional seperti UNCLOS, laut tersebut, sudah sepatutnya Indonesia mengambil
teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif dihitung peran dalam proses penyelesaiannya.
dari garis pangkal daratan. Jika daratan terdekat Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa
adalah pulau-pulau di Spratly, maka baik laut Indonesia sendiri memiliki kepentingan
teritorial maupun ZEE negara pengklaim tidak terkait dengan Laut Tiongkok Selatan. Namun
akan bersinggungan dengan laut teritorial dan demikian, hal ini tidak lantas menutup peluang
ZEE Indonesia.31 Indonesia untuk menjadi pihak ketika dalam
Dengan posisi seperti ini, Indonesia proses penyelesaian sengketa. Seperti apa yang
membuka peluang dirinya untuk dapat berperan dikatakan oleh Kelman bahwa pihak ketiga tidak
menjadi pihak ketiga dalam proses penyelesaian harus bebas kepentingan atau netral sama sekali,
sengketa Laut Tiongkok Selatan. Peluang ini asalkan dia mempunyai komitmen terhadap
tidak akan diperoleh jika Indonesia menyatakan integritas proses penyelesaian sengketa/konflik.32

30
Mark Lender, “Offering to Aid Talks, U.S. Challenges
China on Disputed Islands,” 2010, http://www.nytimes.
com/2010/07/24/world/asia/24diplo.html?_r=0, diakses pada
tanggal 2 Januari 2012.
31
Oegroseno, Arif Havas, “Indonesia, South China Sea and the
9-dashed lines”, The Jakarta Post, 9 April 2014. 32
Kelman, op.cit.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 63 
Peran Indonesia dalam Upaya Untuk menghadapi ancaman tersebut,
Penyelesaikan Sengketa sistem pertahanan mempunyai tiga fungsi, yakni
fungsi penangkalan, fungsi penindakan, dan
1. Landasan Peran Indonesia dalam Upaya fungsi pemulihan. Tulisan ini akan difokuskan
Penyelesaian Sengketa pada fungsi yang pertama, yaitu penangkalan
Peran Indonesia dalam penyelesaian sengketa mengingat konflik terbuka yang bersifat masif
Laut Tiongkok Selatan setidaknya dapat masih belum terjadi. Fungsi penangkalan
didasarkan pada dua hal. Pertama, untuk merupakan keterpaduan usaha pertahanan untuk
mengantisipasi potensi ancaman ketika sengketa mencegah atau meniadakan niat dari pihak
Laut Tiongkok Selatan tereskalasi menjadi tertentu yang ingin menyerang Indonesia. Fungsi
konflik yang masif. Dalam rangka menghadapi ini dilaksanakan dengan strategi yang bertumpu
potensi ancaman tersebut, maka Indonesia pada instrumen penangkalan berupa instrumen
harus dapat menerapkan pertahanan negara. politik, ekonomi, psikologi, teknologi, dan
Pertahanan negara pada hakikatnya merupakan militer.35
segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang Dasar kedua dari keterlibatan Indonesia
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran dalam proses pengelolaan/penyelesaian sengketa
akan hak dan kewajiban seluruh warga negara Laut Tiongkok Selatan adalah sebagai salah satu
serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk wujud cita-cita nasional seperti yang termaktubkan
mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
negara Indonesia yang merdeka dan berdaulat. yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keadilan sosial. Dalam Doktrin Pertahanan
NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari Negara Indonesia 2007, pencapaian sasaran
segala bentuk ancaman.33 pertahanan dalam mewujudkan perdamaian
Ancaman yang dihadapi sistem pertahanan dunia dan stabilitas regional adalah bagian dari
negara terdiri atas dua jenis, yaitu ancaman militer misi pertahanan negara yang sepanjang waktu
dan nirmiliter. Ancaman militer adalah ancaman diperjuangkan Indonesia sebagai bagian dari
yang menggunakan kekuatan bersenjata dan masyarakat internasional yang berada dalam
terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan pengaruh global dan regional.
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan Perwujudan perdamaian dunia dan stabilitas
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. regional merupakan kepentingan nasional yang
Dalam konteks Laut Tiongkok Selatan, ancaman harus diperjuangkan dan ditegakkan. Dalam
militer ini dapat berupa perluasan konflik dan konteks tersebut, kerja sama pertahanan akan
perang hingga mencapai wilayah Indonesia. dikembangkan sebagai salah satu instrumen
Sementara itu, ancaman nirmiliter merupakan dalam mewujudkan rasa saling percaya di
ancaman yang menggunakan faktor-faktor antara bangsa-bangsa di dunia melalui bidang
nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan pertahanan. Sejalan dengan itu, diplomasi
yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan pertahanan akan lebih diefektifkan melalui
wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. langkah-langkah yang lebih konkret dan
Ancaman nirmiliter dapat berdimensi ideologi, bermartabat.
politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan Kerja sama pertahanan dilaksanakan dalam
informasi, serta keselamatan umum.34 Dalam lingkup kerja sama bilateral, regional, dan
konteks Laut Tiongkok Selatan, konflik tersebut internasional. Pada lingkup regional, kerja
setidaknya berpotensi menimbulkan masalah sama pertahanan diarahkan bagi terwujudnya
pengungsi dan kerusakan lingkungan laut. kawasan regional yang stabil melalui upaya
bersama antarnegara di kawasan. Prioritas kerja
sama pertahanan adalah dengan negara-negara
33
Departemen Pertahanan Indonesia, Buku Putih Pertahanan
Indonesia, (Jakarta: Departemen Pertahanan, 2008), hlm. 43-44. di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan
34
Ibid., hlm. 27-31. 35
Ibid., hlm. 46-47.

64 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


kawasan regional yang stabil,36 seperti yang memberi sumbangsih saran dan pandangan teknis
tersirat dalam cetak biru Pilar Politik-Keamanan mengenai proses negosiasi.
ASEAN. Banyak yang mengira bahwa lokakarya
Sebagai negara yang secara geografis tersebut merupakan bentuk mediasi Indonesia.
dekat tetapi tidak terlibat langsung dalam Padahal, lokakarya tersebut lebih merupakan
sengketa tersebut, Indonesia diharapkan dapat fasilitasi Indonesia untuk meningkatkan
berperan efektif dalam mendudukkan para pemahaman dan rasa saling percaya di antara para
negara pengklaim untuk mencari solusi yang negara pengklaim.38 Dalam konsep mengenai
menguntungkan bagi semua pihak. Hal ini intervensi pihak ketiga, langkah Indonesia
penting untuk dilakukan karena stabilitas kawasan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai konsiliasi.
Asia Tenggara berikut Laut Tiongkok Selatan Indonesia sebagai pihak yang dipercayai
merupakan modal utama dalam mendukung oleh pihak-pihak yang terlibat sengketa Laut
pertumbuhan ekonomi, bukan hanya bagi negara- Tiongkok Selatan menyediakan sambungan
negara anggota ASEAN, tetapi juga bagi mitra komunikasi informal kepada aktor-aktor konflik
ASEAN seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok, dalam rangka mengidentifikasi isu, menurunkan
mengingat Laut Tiongkok Selatan merupakan ketegangan, dan mendorong interaksi langsung
jalur laut utama bagi lalu lintas perdagangan dalam bentuk lokakarya.
Asia Timur.37 Setelah sepuluh tahun, kesepakatan sponsor
dengan pihak Kanada berakhir. Posisi sponsor
2. Upaya yang Sudah Dilakukan kemudian digantikan oleh Tiongkok dan Taiwan.
Dalam sejarah penyelesaian sengketa Laut Perubahan sponsor membawa implikasi besar,
Tiongkok Selatan, usaha Indonesia sebenarnya yaitu perundingan yang bersifat multilateral
sudah dimulai sejak akhir 1980-an. Pascainsiden diubah menjadi bilateral. Akibatnya, negara-
perebutan Karang Johnson antara Tiongkok negara yang tidak bersengketa langsung,
dengan Vietnam pada tahun 1988, Indonesia termasuk Indonesia, tidak bisa terlalu jauh terlibat
berusaha menggunakan jalur diplomasi jalur II dalam setiap proses perundingan.
(track II diplomacy) untuk bisa mendudukkan Namun demikian, salah satu hasil dari
para pihak terkait dalam suatu meja. Kala itu, upaya pengelolaan sengketa Laut Tiongkok
Indonesia menggandeng sponsor dari Kanada Selatan adalah tercapainya kesepakatan berupa
melalui Canadian International Development Declaration of the Conduct of the Parties in
Agency (CIDA) dan Universitas British Columbia South China Sea pada tahun 2002. Harapan
dengan mengadakan lokakarya yang disebut the selanjutnya adalah tercapainya Code of Conduct
Workshop on Managing Potential Conflict in the antara pihak-pihak yang bersengketa yang
South China Sea. Pertemuan pertama diadakan memuat mekanisme hukuman dan ganjaran.
pada tahun 1990 dengan menghadirkan semua Setelah 20 tahun pertemuan rutin diadakan
negara pengklaim kepulauan Spratly, termasuk dan hampir tidak pernah terjadi konfrontasi lagi,
Tiongkok. Untuk menghindari kekhawatiran capaian tersebut terganggu dengan tindakan
pihak Tiongkok terhadap persekutuan negara- balas-membalas yang provokatif antara
negara anggota ASEAN, Indonesia menjelaskan Tiongkok, Vietnam, dan Filipina pada tahun
bahwa pertemuan tersebut bersifat informal. 2011. Untuk meredakan ketegangan yang terjadi
Selain itu, Taiwan juga bersedia hadir karena berdekatan dengan ASEAN Summit 2011 ini,
dianggap sebagai pihak tersendiri. Pertemuan Indonesia mengadakan ASEAN Senior Official
ini bersifat multilateral, diadakan satu tahun Meeting di Surabaya pada tanggal 7-11 Juni
sekali dan pada perkembangannya dihadiri oleh 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh pejabat
seluruh negara anggota ASEAN dalam upaya tinggi negara-negara ASEAN dan negara mitra
dialog. Pembahasan utama pertemuan tersebut
36
Departemen Pertahanan Republik Indonesia, Doktrin
Pertahanan Negara, (Jakarta: Departemen Pertahanan RI, adalah mengenai garis acuan Declaration On the
2007), hlm. 97-98.
37
Raharjo, op.cit. 38
Oegroseno, op.cit.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 65 
Conduct of Parties (DOC). Garis acuan tersebut insiden terutama antara Tiongkok dengan
meminta Vietnam, Tiongkok, dan negara-negara Vietnam tetap saja terjadi. Ada tiga faktor
lain yang bersengketa untuk berpegang pada yang menurut penulis menjadi tantangan bagi
DOC yang disepakati pada tahun 2002 lalu agar usaha kepemimpinan Indonesia tersebut, yaitu
menggunakan jalan damai.39 perbedaan pendekatan penyelesaian, lemahnya
Pertemuan di Bali di atas juga memunculkan kekuatan Indonesia di mata para aktor sengketa,
wacana untuk memperluas ASEAN Maritime serta keterlibatan pihak asing.
Forum (AMF) sehingga dapat memasukkan Pada faktor pertama, terjadi perbedaan
Tiongkok dan negara-negara lain dalam forum pendekatan penyelesaian dari negara-negara
diskusi. Setahun kemudian, wacana tersebut yang terlibat sengketa. Di satu sisi, Tiongkok
diwujudkan dengan diadakannya The 1 st menghendaki penyelesaian sengketa melalui jalur
Expanded ASEAN Maritime Forum (EAMF) bilateral. Tiongkok memilih untuk menghadapi
yang diadakan di Manila, Filipina pada Oktober negara-negara pengklaim satu-persatu. Hal
2012. Selain negara-negara anggota ASEAN ini ditengarai sebagai taktik Tiongkok untuk
dan Tiongkok, forum tersebut juga dihadiri oleh menghindari bersatunya suara negara-negara
perwakilan dari Australia, India, Jepang, Selandia anggota ASEAN untuk melawan Tiongkok
Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika jika perundingan dilakukan secara multilateral.
Serikat. 40 Salah satu tujuan forum tersebut Sementara itu, Malaysia menghendaki agar
adalah agar dapat berkontribusi pada upaya sengketa ini diselesaikan berdasarkan konvensi
menuju Confidence Building Measures (CBM) PBB tentang Hukum Laut Internasional
dan diplomasi preventif di antara negara-negara (UNCLOS 1982). Pendekatan yang serupa juga
partisipan, yang dilakukan melalui pendekatan diajukan oleh Filipina. Indonesia sendiri melalui
non-security centric.41 ASEAN berusaha mengajukan pendekatan
Dalam level internasional, upaya aktif multilateral di tingkat regional dalam mencari
Indonesia juga ditunjukkan dalam the 21st Meeting solusi yang bisa menguntungkan semua pihak.
of States Parties to the 1982 UN Convention on Perbedaan pendekatan yang diajukan oleh pihak-
the Law of the Sea. Indonesia bersama-sama pihak terkait ini kemudian menyulitkan proses
dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Thailand, penyelesaian sengketa. Jika masing-masing
Laos, dan Singapura mencapai sebuah konsensus negara tetap bersikukuh terhadap pendekatan
bahwa penyelesaian sengketa atas Laut Tiongkok yang diajukannya, sengketa Laut Tiongkok
Selatan harus melalui resolusi damai dan Selatan ini akan terus rentan, di mana konflik
berdasarkan pada UNCLOS.42 dalam pengertian aksi militer bisa terjadi kapan
saja.
3. Tantangan yang Dihadapi Salah satu contoh dampak dari faktor
Wa l a u p u n I n d o n e s i a s u d a h b e r u p a y a perbedaan pendekatan di atas dapat dilihat pada
mendudukkan pihak-pihak yang berkonflik kasus gagalnya pencapaian kesepakatan bersama
dalam Senior Official Meeting dan membuat dalam ASEAN Ministrial Meeting (AMM) ke-45
konsensus dalam pertemuan UNCLOS, insiden- di Kamboja. Kegagalan tersebut merupakan yang
pertama dalam 45 tahun penyelenggaraannya
39
ASEAN, Guidelines on the implementation of the DOC, sejak 1967.43 Hal ini terjadi karena beberapa
Juli 2011.
negara seperti Vietnam dan Filipina meminta
40
“Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Maritime agar isu sengketa Laut Tiongkok Selatan
Forum Manila”, 2012, http://www.asean.org/news/asean-
statement-communiques/item/1st-expanded-asean-maritime- dimasukkan dalam draf kesepakatan bersama
forum-manila, diakses pada tanggal 9 September 2014. (joint communique). Sementara itu, Kamboja
41
“Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum,” Tabloid
selaku tuan rumah, yang juga dikenal dekat
Diplomasi, Agustus 2010, http://www.tabloiddiplomasi.org/
previous-isuue/104-agustus-2010/902-konsep-pembentukan- 43
Prak Chan Thul dan Stuart Grudgings, “SE Asia meeting
asean-maritime-forum.html, diakses pada tanggal 9 September in disarray over sea dispute with China”, 2012, http://
2014. www.reuters.com/article/2012/07/13/us-asean-summit-
idUSBRE86C0BD20120713, diakses pada tanggal 9 September
42
Raharjo, op.cit. 2014.

66 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


dengan Tiongkok, bersikukuh untuk tidak Faktor ketiga, yaitu keterlibatan pihak-pihak
memasukkan isu sengketa tersebut. Menurut asing yang turut memperumit dinamika. Sengketa
Kamboja, pertemuan antarmenteri luar negeri Laut Tiongkok Selatan bukanlah semata-mata
ASEAN tersebut bukanlah pengadilan yang dapat sengketa antarnegara dalam memperebutkan
memutuskan sengketa (secara hukum).44 Alasan suatu wilayah, tetapi juga menjadi ajang bagi
Kamboja ini didasari pada preferensi bahwa perebutan pengaruh dua kekuatan besar di Asia
pihak luar seharusnya tidak ikut campur tangan Timur, yaitu Tiongkok dan Amerika Serikat.
dalam masalah penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok yang kini berhasil menyusul negara-
China Selatan, yang juga menjadi pendekatan negara established economic power dengan
yang ditekankan oleh Tiongkok.45 menduduki peringkat dua besar ekonomi dunia
Faktor kedua, yaitu kekuatan Indonesia juga terlihat mulai tertarik untuk memperkuat
yang lebih lemah dibandingkan dengan pihak militernya. Di sisi lain, Amerika Serikat juga
yang bersengketa, terutama Tiongkok, menjadi tidak mau kawasan Asia Timur yang sedang
faktor yang determinan. Dari segi ekonomi, menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia ini
data Bank Dunia menunjukkan bahwa pada terlepas dari pengaruhnya.
tahun 2012 Tiongkok merupakan negara dengan Menurut Taylor Fravel, setidaknya ada dua
ekonomi terbesar kedua di dunia, sementara kepentingan utama Amerika Serikat terhadap
Indonesia berada di urutan kelima belas. 46 Laut Tiongkok Selatan.48 Pertama, Amerika
Dari segi militer, anggaran maupun alutsista Serikat berkepentingan agar aksesnya terhadap
Indonesia juga kalah jauh jika dibandingkan Laut Tiongkok Selatan tetap terbuka. Dari sekitar
dengan Tiongkok. Power dan bargaining 5 triliun dolar nilai perdagangan yang melalui
position Indonesia yang lebih lemah terhadap Laut Tiongkok Selatan, 1 triliun diantaranya
Tiongkok mungkin menyebabkan tidak terlalu adalah milik Amerika Serikat. Selain itu, Amerika
diindahkannya konsiliasi Indonesia. Hal ini Serikat juga membutuhkan akses bagi militernya
kemudian berimplikasi pada ketidakberdayaan yang kini fokus pada kawasan Asia Pasifik
Indonesia untuk melawan pendapat Tiongkok dengan bertumpu pada U.S. Pacific Command
yang bersikukuh menggunakan jalur bilateral (USPACOM). Kepentingan kedua, Amerika
dibanding menggunakan jalur multilateral.47 Serikat membutuhkan kestabilan wilayah ini.
Ketika Indonesia hendak memperjuangkan Apalagi, beberapa negara sekutu Amerika seperti
kesepakatan Code of Conduct, maka metode Filipina berada di kawasan tersebut. Penempatan
intervensi pihak ketiga yang harus dilakukan 2500 angkatan laut AS di Darwin, Australia pada
adalah mediasi kekuatan (power mediation). November 2011 dianggap sebagai upaya Amerika
Dalam metode ini, Indonesia harus dapat Serikat untuk menjamin kawasan tersebut tetap
berperan sebagai mediator yang melibatkan stabil. Walaupun pihak Gedung Putih mengaku
penggunaan paksaan melalui mekanisme imbalan bahwa penempatan tersebut untuk memfasilitasi
dan hukuman. Namun demikian, lemahnya latihan militer bersama dengan Australia, tetapi
posisi tawar Indonesia di hadapan negara yang sangat dimungkinkan tentara-tentara tersebut
berkonflik, terutama Tiongkok, menjadikan dikirim ke Laut Tiongkok Selatan jika konflik
model mediasi ini sulit dilakukan. Dengan atau perang terjadi.
demikian, Code of Conduct sebagai produk yang Selain Amerika Serikat, India juga disinyalir
diharapkan pun masih sulit dicapai. turut bermain dan memperumit dinamika
hubungan antar para pihak di Laut Tiongkok
44
”Asean nations fail to reach agreement on South China
Sea,” 2012, http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-18825148,
diakses pada tanggal 9 September 2014.
48
M. Taylor Fravel, “The United States in the South China
Sea Disputes,” dalam 6th Berlin Conference on Asian Security:
45
Thul dan Grudgings, op.cit. The U.S. and Tiongkok in Regional Security, Implications for
Asia and Europe, 2012; M. Taylor Fravel, “Maritime Security
46
Bank Dunia, Gross Domestic Product 2012, 2013, http:// in the South China Sea and the Competition over Maritime
databank.worldbank.org/data/download/GDP.xls, diakses pada Rights”, dalam Patrick Cronin dan William Rogers (Eds.),
tanggal 19 Desember 2013. Cooperation from Strength: The United States, Tiongkok and the
South China Sea, (Washington, DC: Center for New American
47
Raharjo, op.cit. Security, 2012).

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 67 
Selatan. Kedekatan hubungan India dengan bahkan untuk hubungan Vietnam dengan
Vietnam menjadi satu hal yang penting. Tiongkok sudah masuk tahap polarisasi. Untuk
Hubungan Vietnam dengan Tiongkok dalam menyelesaikan sengketa tersebut, Indonesia
sengketa ini bersifat konfliktual. Dukungan muncul sebagai penggagas upaya-upaya
India terhadap Vietnam menjadi signifikan dan perundingan secara damai dengan mengajak
ancaman bagi Tiongkok karena India memiliki negara-negara yang bersengketa agar mau duduk
kapasitas ekonomi dan militer yang cukup besar. bersama dalam satu forum multilateral. Namun,
Pada Juli 2011, Kapal Laut India, INS Airavat, peran Indonesia tersebut masih menghadapi
yang bergerak ke Nha Trang di selatan Vietnam tantangan-tantangan, baik berasal dari dalam
diperingatkan oleh Tiongkok agar menjauh dari diri Indonesia sendiri berupa relatif lemahnya
perairan Tiongkok. India sendiri menanggapinya posisi tawar terhadap Tiongkok dan negara-
dengan mengatakan bahwa India mendukung negara pengklaim lainnya, maupun berasal dari
kebebasan pelayaran di perairan internasional, luar Indonesia berupa perbedaan pendekatan
termasuk di Laut Tiongkok Selatan, sehingga ia dan keterlibatan pihak-pihak asing yang turut
punya hak untuk melewati perairan internasional memperkeruh sengketa. Akibatnya, Indonesia
di Laut Tiongkok Selatan tersebut.49 kesulitan untuk melakukan intervensi lebih jauh
Selain aktor negara, aktor nonnegara dan masih berkutat pada level intervensi yang
berupa perusahaan-perusahaan minyak juga rendah berupa konsiliasi. Padahal, dalam tahap
turut terlibat dalam sengketa ini. Philex Mining konflik yang sudah masuk polarisasi, Indonesia
Corp, Tiongkok National Offshore Oil Corp., dan perlu melakukan mediasi kekuatan. Dengan kata
Vietnam Oil & Gas Group (Petrovietnam) saling lain, upaya yang dilakukan Indonesia masih
bersaing untuk melakukan survei dan mengebor sebatas pengelolaan, belum pada penyelesaian
wilayah-wilayah di Laut Tiongkok Selatan yang konflik.
masih disengketakan.50 Namun demikian, Indonesia harus tetap
Dengan berbagai tantangan tersebut, optimis bahwa sengketa ini dapat diselesaikan
kepemimpinan Indonesia dalam menyelesaikan dalam koridor perundingan yang damai. Secara
konflik ini diuji kualitasnya. Hingga saat ini militer, Indonesia dan empat negara anggota
prosesnya memang belum selesai sehingga ASEAN yang terlibat sengketa memang tidak
dibutuhkan waktu lagi untuk menentukan apakah bisa menyaingi kekuatan militer Tiongkok.
kepemimpinan itu berhasil atau tidak. Namun, Akan tetapi secara ekonomi, kelima negara
belum selesainya proses justru menjadi peluang tersebut merupakan mitra dagang yang sangat
bagi Indonesia untuk memperbaiki strategi- penting bagi Tiongkok, terutama dalam kerangka
strategi yang digunakan agar penyelesaian ACFTA. Apalagi, resiko kerugian yang akan
sengketa secara damai dapat berjalan efektif. dialami jika Laut Tiongkok Selatan menjadi ajang
pertempuran militer sangatlah besar, mengingat
jalur ini digunakan untuk lalu lintas energi dan
Penutup
perdagangan negara-negara di sekitar kawasan.
Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan salah Dua faktor ini diharapkan menjadi media bagi
satu ancaman yang berpotensi menimbulkan pembangunan kepercayaan (trust building) yang
dampak negatif yang besar, tidak hanya bagi dapat digunakan Indonesia untuk melanjutkan
Indonesia, tetapi juga bagi stabilitas kawasan di proses penyelesaian sengketa. Kini, target
Asia Tenggara. Hingga saat ini, secara umum yang perlu dicapai Indonesia hanya satu, yaitu
sengketa tersebut berada dalam tahap segregasi, mewujudkan aturan main (Code of Conduct)
di Laut Tiongkok Selatan. Jika aturan main
Leszek Buszynski, “The South China Sea: Oil, Maritime
49
tersebut disepakati, Indonesia akan mendapat dua
Claims, and U.S.—Tiongkok Strategic Rivalry.” The
Washington Quarterly 35:2, 2012, hlm. 139-156.
keuntungan sekaligus. Pertama, ancaman sengketa
tersebut terhadap pertahanan negara menjadi
50
Patrick Barta dan Cris Larano, “Drilling Plans Raise Stakes hilang. Kedua, peran Indonesia akan diakui
in Disputed Seas”, Tanpa Tahun, http://online.wsj.com/news/
articles/SB1000142405311190429250457648407325020564, secara khusus di tingkat regional ASEAN dan
diakses pada tanggal 19 Desember 2013.

68 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  


secara umum di tingkat Internasional, sehingga Tanner, Fred. 2000. “Conflict Prevention and
akan menaikkan posisi tawar Indonesia sebagai Conflict Resolution: Limits of Multilateralism”.
modal untuk memperjuangkan kepentingan International Review of the Red Cross,
September.
nasional selanjutnya.
The Adelphi Papers. 2006. Southeast Asia. Oxon:
Routledge.
Daftar Pustaka Vestergaard, Bjarne, Erik Helvard, dan Aase Rieck
Sørensen. 2011. Conflict Resolution – Working
with Conflicts. Kopenhagen: Danish Centre for
Buku
Conflict Resolution.
Asian Development Bank. 2011. Asia 2050: Realiz-
Wallensteen, Peter. 2002. Understanding Conflict
ing the Asian Century. Singapore: ADB.
Resolution War, Peace and The Global System.
Departemen Pertahanan Republik Indonesia. London: Sage Publishing.
2007. Doktrin Pertahanan Negara. Jakarta:
Departemen Pertahanan RI.
Departemen Pertahanan Republik Indonesia. 2008. Jurnal
Buku Putih Pertahanan Indonesia. Jakarta: Buszynski, Leszek. 2012. “The South China Sea:
Departemen Pertahanan RI. Oil, Maritime Claims, and U.S.—Tiongkok
Fisher, Ronald J. 2001. Berghof Handbook for Conflict Strategic Rivalry.” The Washington Quarterly
Transformation: Methods of Third-Party 35(2): 139-156.
Intervention. Berlin: Berghof Research Center Kelman, Herbert C. 2005. “Building Trust among
for Constructive Conflict Management. Enemies: The Central Challenge for International
Fravel, M. Taylor. 2012. Maritime Security in the Conflict Resolution.” International Journal of
South China Sea and the Competition over Intercultural Relations (29): 639-650.
Maritime Rights” dalam Patrick Cronin and Suharna, Karmin. 2012. “Konflik dan Solusi Laut
William Rogers, eds., Cooperation from Tiongkok Selatan dan Dampaknya bagi
Strength: The United States, Tiongkok and the Ketahanan Nasional.” Majalah Ketahanan
South China Sea. Center for New American Nasional Edisi 94: 33-41.
Security: Washington, DC. Thomas Jordan. 1997. “F. Glasl: Konfliktmanagement.
Fravel, M. Taylor. 2012. The United States in the Ein Handbuch für Führungskräfte, Beraterinnen
South China Sea Disputes, dalam 6th Berlin und Berater” (resensi buku). International
Conference on Asian Security: The U.S. and Journal of Conflict Management, 8(2): 170-174.
Tiongkok in Regional Security, Implications Victor, Muhamad Simela. 2012. Kepentingan
for Asia and Europe. Tiongkok dan Posisi ASEAN dalam Sengketa
Glasl, Friedrich. 1999. Confronting Conflict. Bristol: Laut Tiongkok Selatan. Info Singkat Hubungan
Hawthorn Press. Internasional Vol. IV, No. 08/II/P3DI.
Huth, Paul K. 2000. “Territory: Why Are Territorial
Disputes Between States a Central Cause Surat Kabar dan Website
of International Conflict?”, dalam John A.
ASEAN. 2011. “Chair’s Statement of the 18th ASE-
Vasquez (Ed.), What Do We Know about War?
AN Summit, 7-8 May 2011”. http://cil.nus.edu.
Maryland: Rowman and Litttlefield Publisher.
sg/2011/2011-chairs-statement-of-the-18th-
Irewati, Awani, dkk. 2011. Sengketa Wilayah asean-summit/.
Perbatasan Thailand-Kamboja, Jakarta: P2P
Bank Dunia. 2013. “Gross Domestic Product 2012.”
LIPI.
http://databank.worldbank.org/data/download/
Miller, Christopher E. 2005. A Glossary of Terms GDP.xls.
And Concepts in Peace And Conflict Studies
Barta, Patrick dan Cris Larano. Tanpa Tahun. “Drill-
(2nd Edition). Costa Rica: University For Peace.
ing Plans Raise Stakes in Disputed Seas.” http://
Swanström, Niklas L.P. dan Mikael S. Weissmann. online.wsj.com/news/articles/SB10001424053
2005. Conflict, Conflict Prevention and Conflict 111904292504576484073250205648.
Management and Beyond: A Conceptual
BBC. 2014. “Q&A: South China Sea Dispute.”
Exploration. Uppsala: the Central Asia-
http://www.bbc.com/news/world-asia-pacif-
Caucasus Institute & Silk Road Studies
ic-13748349.
Program.

Peran Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa ... | Sandy Nur Ikfal Raharjo | 69 
Kaphle, Anup dan Benjamin Gottlieb. 2013. “Time- pute with China”. http://www.reuters.com/
line: Disputes in the South China Sea”. http:// article/2012/07/13/us-asean-summit-idUS-
www.washingtonpost.com/wp-srv/world/spe- BRE86C0BD20120713.
cial/south-Tiongkok-sea-timeline/. ”Asean nations fail to reach agreement on South China
Lender, Mark. 2010. “Offering to Aid Talks, U.S. Sea”. 2012. http://www.bbc.co.uk/news/world-
Challenges China on Disputed Islands.” asia-18825148.
http://www.nytimes.com/2010/07/24/world/ “Chairman’s Statement, 1st Expanded ASEAN Mar-
asia/24diplo.html?_r=0. itime Forum Manila”. 2012. http://www.ase-
McGeown, Kate. 2011. “US’ stands by Philippines’amid an.org/news/asean-statement-communiques/
South China Sea Tension.” http://www.bbc. item/1st-expanded-asean-maritime-forum-
com/news/world-asia-pacific-13899465. manila.
Oegroseno, Arif Havas. 2014. “Indonesia, South Chi- “Konsep Pembentukan ASEAN Maritime Forum”.
na Sea and the 9-dashed lines”. The Jakarta 2010. Tabloid Diplomasi. Agustus 2010. http://
Post, 9 April 2014. www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/104-
Raharjo, Sandy Nur Ikfal. 2011. “Sengketa Kepulau- agustus-2010/902-konsep-pembentukan-ase-
an Spartly: Tantangan Bagi Indonesia sebagai an-maritime-forum.html.
Ketua ASEAN 2011.” http://politik.lipi.go.id/
index.php/in/kolom/politik-internasional/472-
sengketa-kepulauan-spratly-tantangan-bagi-
indonesia-sebagai-ketua-asean-2011.
Thul, Prak Chan dan Stuart Grudgings. 2012.
“SE Asia meeting in disarray over sea dis-

70 | Jurnal Penelitian Politik | Volume 11 No. 2 Desember 2014 | 55–70  

Anda mungkin juga menyukai