Perda No. 12 Tahun 2018 TTG HIV Dan AIDS
Perda No. 12 Tahun 2018 TTG HIV Dan AIDS
12. Peraturan
-3-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
17. Dukungan
-5-
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
b. menyebarluaskan
-6-
Pasal 4
BAB III
PELACAKAN
Pasal 5
BAB IV
PROMOSI
Pasal 6
BAB V
-8-
BAB V
PENCEGAHAN
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
-9-
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
(3) Produk
- 10 -
Pasal 15
Pasal 16
BAB VI
PELAYANAN TES HIV
Pasal 17
Pasal 18
BAB VII
PENGOBATAN
Pasal 19
Pasal 20
- 12 -
Pasal 20
BAB VIII
REHABILITASI
Pasal 21
BAB IX
- 13 -
BAB IX
PERAWATAN DAN DUKUNGAN
Pasal 22
BAB X
- 14 -
BAB X
INFORMASI DAN PELAPORAN
Pasal 23
BAB XI
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 24
c. menyelenggarakan
- 15 -
Pasal 25
BAB XII
PELATIHAN, PENYULUHAN, DAN PENDAMPINGAN
Bagian Kesatu
Pelatihan
Pasal 26
Bagian Kedua
- 16 -
Bagian Kedua
Penyuluhan
Pasal 27
Bagian Ketiga
Pendampingan
Pasal 28
BAB XIII
MITIGASI DAMPAK
Pasal 29
BAB XIV
- 17 -
BAB XIV
KONSELING DAN TES HIV
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 30
Bagian Kedua
Calon Pengantin
Pasal 31
Bagian Ketiga
Pekerja Migran Indonesia
Pasal 32
(2) Calon
- 18 -
BAB XV
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 33
c. keikutsertaan
- 19 -
BAB XVI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 34
BAB XVII
PEMBINAAN, KOORDINASI DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 35
- 20 -
Pasal 35
Bagian Kedua
Koordinasi
Pasal 36
Bagian Ketiga
Pengawasan
Pasal 37
BAB XVIII
- 21 -
BAB XVIII
KERJA SAMA
Pasal 38
BAB XIX
PENGHARGAAN
Pasal 39
BAB XX
- 22 -
BAB XX
PENDANAAN
Pasal 40
BAB XXI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 41
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Pasal 43
- 23 -
Pasal 43
Pasal 44
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 28 Desember 2018
ttd
Dr. H. SOEKARWO
- 24 -
Diundangkan di Surabaya
Pada tanggal 28 Desember 2018
SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR
ttd
ttd
I. UMUM
Arus globalisasi yang hampir tidak terbatas ikut memperkuat semakin
meningkatnya kasus-kasus HIV yang terjadi di Provinsi Jawa Timur. Akan
tetapi harus sangat dipahami bahwa infeksi HIV bukan hanya terjadi karena
hal seperti tersebut di atas, akan tetapi juga dapat dikarenakan sebab-sebab
lain, seperti transfusi darah dan lain sebagainya. Jadi stigma dan diskriminasi
yang selama ini dialami oleh orang terinfeksi sangatlah tidak beralasan, karena
seperti anggota masyarakat yang lain mereka juga memiliki hak untuk hidup
bebas, berkualitas dan bermartabat.
Melihat banyaknya persoalan terkait HIV dan AIDS yang ada dan akan
ada di Provinsi Jawa Timur, maka dianggap penting untuk menyusun sebuah
kebijakan yang akan menjadi acuan dan payung hukum untuk
penanggulangan HIV dan AIDS di Provinsi Jawa Timur, dari pencegahan
sampai dengan perlindungan dan perawatan bagi orang-orang yang terinfeksi.
Dengan membuat kebijakan ini, akan memperlihatkan bahwa Pemerintah
Provinsi Jawa Timur berkomitmen penuh dalam pemenuhan hak kesehatan
masyarakat, khususnya orang-orang terinfeksi karena persoalan HIV dan
AIDS, bukan semata-mata hanya terkait dengan masalah kesehatan, akan
tetapi juga termasuk di dalamnya masalah sosial, budaya, pendidikan, politik
dan ekonomi. Untuk itu pemenuhan hak-hak mereka dalam berbagai bidang
menjadi sangat penting.
Payung hukum yang berupa Peraturan Daerah tentang Penanggulangan
HIV dan AIDS ini haruslah mampu untuk mengurangi penularan HIV dan
meningkatkan kualitas hidup ODHA. Dengan Peraturan Daerah ini juga
diharapkan akan melindungi masyarakat dan memutus mata rantai penularan
HIV, melalui: surveilans epidemiologi terhadap penyakit HIV dan AIDS;
menyebarluaskan informasi ke seluruh masyarakat dan menciptakan suasana
kondusif dengan memprioritaskan pencegahan pada populasi berisiko;
melakukan pendidikan perubahan perilaku terhadap orang berisiko tinggi
tertular HIV menjadi perilaku sehat; meningkatkan peran serta masyarakat
termasuk ODHA dalam berbagai upaya penanggulangan HIV dan AIDS; serta
menyediakan pelayanan testing HIV terutama bagi calon pengantin dan calon
pekerja migran, pengobatan, perawatan dan dukungan kepada ODHA yang
terintegrasi dengan upaya pencegahan.
Peraturan
-2-
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud penelusuran secara langsung adalah langsung
kepada Penderita HIV dan AIDS, adapun yang dimaksud
penelusuran secara tidak langsung adalah melalui keluarga atau
kerabat Penderita, masyarakat sekitar, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dan lainnya.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
-3-
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Yang dimaksud upaya pencegahan adalah upaya untuk:
a. tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah;
b. setia dengan pasangan;
c. menggunakan pengaman secara konsisten;
d. menghindari penyalahgunaan obat/zat adiktif;
e. meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk
mengobati IMS sedini mungkin; dan
f. melakukan pencegahan lain.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pelaku usaha adalah setiap orang atau
badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan usaha dan
memperkerjakan orang yang berisiko tertular HIV.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
-4-
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan dalam kondisi tidak memungkinkan adalah
semisal penderita HIV dalam keadaan tidak sadar, dirawat di rumah
sakit, masih di bawah umur, dan lain-lain.
Ayat (4)
Yang dimaksud mandatory HIV test adalah pemeriksaan HIV tanpa
dilakukan informed consent (persetujuan tindakan medis yang
diberikan oleh pasien dan/atau keluarganya).
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan antibiotika antara lain kotrimoksasol.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pengobatan suportif adalah pengobatan yang
diarahkan untuk menjaga integritas fungsional pasien sampai
pengobatan yang lebih definitif dapat dilaksanakan, seperti
pemberian obat penenang, diuretik, anti hipertensi, dan lainnya.
Yang dimaksud dengan pengobatan Adjuvant adalah suatu
penambahan pengobatan ke pengobatan utama untuk meningkatkan
efektivitas pengobatan.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
-5-
Ayat (3)
Yang dimaksud infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan
oleh organisme yang biasanya menyerang pada orang dengan sistem
kekebalan yang buruk atau lemah.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan dilakukan secara intensif adalah secara
terus menerus dengan pengawasan dan evaluasi.
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
-6-
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.