Anda di halaman 1dari 54

Unggul Dalam IPTEK

Kokoh Dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEWBORN
DI RUANG AR-RAHMAH RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
TAHUN 2014

Disusun Oleh :

HARNI KRISTINA
NIM. 2013727118

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
ABSTRAK

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Riset Keperawatan, tahun 2015


Harni Kristina

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Transient Tachypnea of the Newborn


di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta 2014”

Jumlah Halaman : Halaman + Tabel + Lampiran + Gambar

Abstrak

Transient tachypnea of the newborn merupakan gangguan nafas ringan pada bayi baru
lahir dapat hilang dalam waktu kurang dari 72 jam. Sebagian besar terjadi pada bayi
prematur dan proses kelahiran seksio sesarea. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian transient tachypnea of the newborn.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling dengan
populasi 47 responden. Analisa penelitian dilakukan dengan menggunakan uji chi
square, dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara bayi prematur
dengan kejadian transient tachiypnea of the newborn dengan p value 0,005 dan ada
hubungan antara proses bayi yang dilahirkan seksio sesarea dengan kejadian transien
tachypnea of the newborn dengan p value 0,026. Pemeriksaan rutin pada ibu hamil dan
mencegah persalinan dengan seksio sesarea tanpa indikasi dapat memperkecil
kemungkinan terjadi gangguan napas pada bayi. Pemberian oksigen sesuai kondisi bayi
dan kelengkapan fasilitas serta pengetahuan perawat dalam penanganan gangguan napas
pada bayi ini sangat diperlukan.

Kata kunci : Faktor-faktor, neonatus, Transient Tachypnea of the Newborn


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, rahmad dan karunia-Nya

yang senantiasa menyertai, sehinngga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian transien takipnea

pada neonatus di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2014” Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan di Program Studi

Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Penulis sangat menyadari pentingnya keterlibatan berbagai pihak atas bantuannya dalam

skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang berkat rahmat, nikmat dan rezeki-Nya, peneliti dapat

menyelesaikanpenelitian ini.

2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu

Keperawatan Program Study Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Jakarta.

3. Ibu Irna Nursanti, SKp., M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta,

sekaligus Pembimbing Riset Keperawatan.


4. Ibu Nyimas Heny P, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An selaku pembumbing I yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran penyusunan

skripsi ini.

5. Direktur Rumah Sakit Haji Jakarta beresta staf atas ijin dan bantuannya dalam

proses pengambilan data penelitian.

6. Ns, Nurhayati Nurdin SKep, selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit

Haji Jakarta, yang telah memberikan ijin dalam proses pengambilan data

penelitian.

7. Kepala ruangan Ar-Rahmah dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Haji Jakarta, yang

telah memberikan ijin dalam proses pengambilan data penelitian.

8. Seluruh teman-teman kuliah Program B, yang telah mendukung dan memberikan

motivasi.

9. Suami tercinta dan anak-anakku tersayang atas segala pengrtian, kesabaran dan

senantiasa memberi semangat moril maupun materiil untuk keberhasilan saya

mencapai cita-cita.

10. Seluruh teman-teman yang ada di runag Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.


Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dalam penyusunan skripsi ini

sehingga masih banyak kelemahan dan kekurangannya, sehingga penulis sangat

mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai pihak yang membangun dalam

usaha untuk perbaikan lebih lanjut.

Jakarta, Pebruari 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii

ABSTRAK........................................................................................................... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................................. iv

KATA PENGANTAR......................................................................................... v

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL……………………………………………………............... vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………….................. viii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Pertanyaan Peneliti................................................................................... 4
D. Tujuan Peneliti.......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Neonatus................................................................................................... 6
B. Transient Tachipnea of the Newborn....................................................... 8
C. Manajemen Gangguan Napas Ringan..................................................... 12
D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan TTN......................................... 14
E. Pencegahan TTN....................................................................................... 15
F. Penelitian Terkait...................................................................................... 16

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep..................................................................................... 18
B. Hipotesa................................................................................................... 20
C. Definisi Operasional................................................................................. 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A. Desai Penelitian........................................................................................ 21
B. Tempat Penelitian..................................................................................... 21
C. Waktu Penelitian...................................................................................... 21
D. Populasi dan Sampel................................................................................ 21
E. Pengumpulan Data................................................................................... 23
F. Pengolahan Data...................................................................................... 24
G. Analisa Data............................................................................................ 25

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Analisa Univariat..................................................................................... 27
B. Analisa Bivariat....................................................................................... 28

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 31

B. Hasil Uji Analisa Univariat.................................................................... 32

C. Hasil Uji Analisa Bivariat...................................................................... 33


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan........................................................................................... 35

B. Saran..................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

1 Kerangka Konsep Faktor-faktor yang 19

berhubungan dengan kejadian TTN

Viii
DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Halaman

1 Karakteristik responden berdasarkan 27

variabel penelitian

2 Hubungan antara bayi premature dengan 28

Kejadian TTN

3 Hubungan proses kelahiran seksio sesarea 29

Dengan kejadian TTN

Vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Surat permohonan ijin penelitian

2. Instrumen penelitian

3. Pengolahan data

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan napas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penyebab

mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada masa neonatus. Hal ini terutama

disebabkan karena kompleknya faktor penyebab. Neonatus dianggap menderita

gangguan nafas apabila ditemukan gejala dipsnea dan sianosis yang disertai

dengan meningkatnya frekuansi nafas (lebih dari 60 kali per menit) di samping

itu, neonatus juga memperlihatkan adanya retraksi otot pernafasan (epigastrium,

suprasternal, atau intercostal) dan pada ekspirasi neonatus merintih karena

berusaha mengeluarkan udara pernapasan keadaan ini dikenal dengan transient

tachypnea of the newboarn. Kelompok gejala ini sulit dibedakan dengan

penyakit lain pada masa neonatus. Beberapa kelainan kardiovaskuler, kelainan

bawaan, kelainan umum lain di luar saluran nafas sering memperlihatkan gejala

yang sama, maka sebelum penyebab diketahui pasti, tindakan pertama yang

harus dilakukan adalah mengusahakan agar fungsi pernafasan dapat berlangsung

secara optimal.

Ttransient tachypnea of the newborn (TTN) merupakan kondisi yanng tidak

jarang ditemukan pada neonatus, baik yang lahir normal ataupun dengan seksio

sesarea. Keadaan ini sering disebut pula sebagai sindrom gangguan nafas tipe II;

kelainan terjadi beberapa waktu setelah lahir dan biasanya dapat sembuh dalam
waktu 3 hari. Gejala yang ditemukan pada dengan transient tachypnea of the

newborn tidak terlalu berat, tapi sering disertai dipsnea, takipnea dengan retraksi,

dan rintihan saat ekspirasi. sianosis yang timbul biasanya dapat diatasi dengan

pemberian oksigen yang minimal. Penyebab kelainan ini belum jelas. Kemungkinan

gangguan terjadi karena absorpsi cairan paru yang berlangsung lambat saat lahir.

Beberapa keadaan lain seperti aspirasi cairan amnion atau aspirasi lendir juga

diduga sebagai faktor penyebab gangguan ini. Pengobatannyapun tidak ada yang

spesifik. Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinnya takipnea transien pada

neonatus antara lain terjadi pada bayi prematur, makrosomia, pada neonatus cukup

bulan yang lahir secara normal atau seksio sesarea, neonatus dari ibu diabetes dan

asma. Langkah yang perlu dilakukan dalam perawatan neonatus dengan takipnea

transien antara lain melakukan pemantauan yang ketat terhadap suhu tubuh, nadi,

frekuensi nafas dan keadaan umum bayi (Kosim, 2008).

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) memperlihatkan bahwa angka

kematian bayi sangat memprihatinkan, yang dikenal dengan fenomena 2/3.

Fenomena bayi itu terdiri dari 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada

umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal

dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007). Di seluruh dunia, setiap tahunnya

sekitar 4 juta dari 136 juta bayi di bawah usia 28 hari meninggal. Sedangkan di

Indonesia, setiap tahunnya ada 4.608.000 bayi lahir hidup dan 100.454 meninggal

sebelum berusia sebulan. Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar

184 neonatal meninggal setiap hari atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini

meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini
saja. Angka kematian bayi berumur kurang dari setahunpun masih tinggi

(Komalasari,2007)

Di Indonesia menurut SDKI 2007 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia

masih perlu ditingkatkan, ditandai oleh Angka Kematian Ibu (AKI)

yaitu 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan tahun 2008, 4.692 kematian ibu di

masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)

34/1000 kelahiran hidup, terjadi stagnasi bila dibandingkan dengan SDKI 2003

yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2007,

penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan

pernafasan 36,9%, prematuritas 32,4%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan

darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Oleh karena itu, upaya penurunan AKB

membutuhkan perhatian besar dalam rangka penyelamatan bayi baru lahir. TTN

merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada neonatus dan menjadi

penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah (BBLR) Angka kejadian

TTN pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar 60%-80%, pada

usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran 32-36 minggu

sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai. TTN pada negara maju

terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab kematian

neonatus.2,5 Di Amerika Serikat diperkirakan 1% dari seluruh kelahiran hidup yang

artinya 4000 bayi mati akibat TTN setiap tahunnya.4,5 Di Indonesia, dari 950.000

BBLR yang lahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi di antaranya menderita

TTN
Berdasarkan data dari Medikal Record Rumah Sakit Haji, takipnea transien pada

neonatus merupakan hal yang baru, tahun 2013 dari 522 neonatus yang di rawat di

ruang Ar-Rahmah. 6,1% mengalami TTN (32 bayi) dan pada tahun 2014 dari 633

neonatus yang di rawat (12,1%) mengalami TTN (77 bayi). Terjadi peningkatan

sebesar 6% di tahun 2014, disebabkan karena bayi dilahirkan prematur, bayi

dengan ibu asma dan proses melahirkan seksio sesarea.

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang Ar-Rahmah terhadap 77 bayi

yang mengalami TTN dari bulan. Januari sampai dengan desember 2014

didapatkan, 66 bayi dilahirkan melalui proses seksio sesarea dan 8 bayi dilahirkan

spontan, 1 bayi dilahirkan dengan ibu menderita asma dan 2 bayi dilahirkan

makrosomia. Berdasarkan kondisi tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN di ruang

Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas telah di jelaskan bahwa angka kejadian dan tingkat

morbiditas pada bayi baru lahir yang menderita TTN mengalami kecenderungan

meningkat. Berbagai faktor yang menjadi penyebabnya antara lain; bayi dilahirkan

prematur, makrosomia, ibu dengan diabetes, ibu dengan asma dan proses melahirkan

melalui operasi seksio sesarea. Adanya berbagai faktor pennyebab pasien yang

dirawat di ruang Ar-Rahmah sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut tentang sejauh

mana keterkaitan fakor-faktor tersebut dengan kejadian TTN. Untuk mendapatkan

gambaran di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti “Faktor-faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian TTN di Ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji

Jakarta Tahun 2014”.

C. Pertanyaan Peneliti

Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN pada bayi yang di

rawat di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2014 ?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang

berhubungan dengan kejadian TTN di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji

Jaklarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden yaitu bayi yang mengalami TTN di

ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.

b. Mengidentifikasi hubungan bayi prematur dengan kejadian TTN di ruang Ar-

Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.

c. Mengidentifikasi hubungan proses melahirkan sesar dengan kejadian TTN di

Ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.


E. Manfaat Penelitian

1. Bagi RS Haji Jakarta

Sebagai bahan pertimbangan dalam menambah fasilitas alat kesehatan yang dapat

menunjang kualitas kesehatan pasien, dari hasil penelitian di dapatkan bahwa alat

kesehatan (Buble c-pap) yang ada masih belum mencukupi kebutuhan pasien yang

semakin meningkat.

2. Bagi peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mengenai penelitian di bidang

keperawatan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN di

ruang Ar-Rahmah RS Haji Jakarta.

3. Bagi Instansi Keperawatan

Dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam

penanganan bayi resiko tinggi, terutama penanganan terhadap bayi dengan

takipnea transien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Neonatus

Masa neonatus yaitu periode bayi yang baru lahir (neonate) hingga berusia 28 hari.

Pada masa ini, fungsi fisik neonatus masih berupa refleks. Stabilitas sistim organ

utama merupakan fokus bagi tubuh neonatus. Neonatus yang normal memiliki : berat,

panjang, lingkar dada dan lingkar kepala normal, frekuensi jantung 120-160

kali/menit, pernapasan 40-60 kali/menit, kulit kemerahan, lanugo tidak terlihat, kuku

agak panjang dan lentur. Genitalia pada bayi perempuan labia mayora sudah

menutupi labia minora dan pada bayi laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah

ada. Reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak dan reflek menggenggam

sudah baik, pada bayi normal eliminasi sudah baik, mekonium akan keluar pada 24

jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

Neonatus kehilangan 10% berat badan lahir pada beberapa hari pertama melalui

respirasi, urine, defekasi, dan intake cairan yang sedikit. Pada minggu kedua, berat

badan neonatus akan kembali naik, begitu juga dengan tinggi badan dan lingkaran

kepala. Pengukuran yang tepat dapat menjadi dasar pengkajian adanya risiko dan

bagi pertumbuhan berikutnya (Potter, 2009).

Perkembangan sistim respirasi pada neonatus baik untuk diketahui. Oksigen sangat

penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Sebelum lahir seluruh
oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui placenta

yang berasal dari darah ibu pada janin. Sebagian kecil darah janin dialirkan ke paru

janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk

mengeluarkan karbondioksida. Paru janin berkembang di dalam uterus, akan tetapi

alveoli di paru janin masih terisi cairan, bukan udara. Pembuluh arteriol yang ada di

dalam paru janin mengalami konstriksi sehingga tekanan oksigen parsial rendah.

Sebelum lahir hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru

karena kontriksi pembuluh darah janin. Hampir seluruh darah melalui pembuluh yang

bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta.

Setelah lahir, bayi tidak lagi berhubungan dengan placenta dan akan segera

bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen. Karena itu, dalam beberapa

saat cairan paru harus diserap dari alveoli, setelah itu paru harus berelaksasi untuk

meningkatkan aliran darah ke alveoli, oksigen diserap untuk diedarkan ke seluruh

tubuh.

Secara normal ada tiga perubahan besar setelah lahir

1. Cairan alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru dan alveoli akan berisi udara,

karena dalam udara mengandung oksigen 21% maka pengisian alveoli oleh

udara akan memungkinkan oksigen mengalir ke dalam pembuluh darah sekitar

alveoli.

2. Arteri dan vena umbilikalis akan menutup dan dijepit. Hal ini akan menurunkan

tahanan pada sirkulasi placenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik.


3. Akibat tekanan udara dan peningkatan kadar oksigen di alveoli, pembuluh darah

paru akan mengalami relaksasi sehingga tekanan terhadap aliran darah

berkurang. Keadaan relaksasi ini bersama dengan peningkatan tekanan darah

sistemik, menyebabkan tekanan pada arteri pulmonalis lebih rendah

dibandingkan dengan tekanan sistemik dan akan meningkatkan aliran darah paru

dan menurunkan aliran pada duktus arteriosus. Oksigen yang di absorbsi di

dalam alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak

mengandung oksigen kembali ke bagian jantung kiri, dimana akandipompakan

ke seluruh tubuh bayi baru lahir (Kattwinkel,2006).

B. Trancient Tachypnea of The Newborn (TTN)

1. Pengertian

Transien tachypnea of the newborn adalah kondisi yang dapat sembuh spontan

yang ditandai dengan takipnea, retraksi ringan, hipoksia dan terkadang merintih,

biasanya tanpa tanda-tanda distres pernafasan berat (Nelson, 2014). Sedangkan

takipnea transien pada neonatus menurut (IDAI 2008) adalah gangguan nafas

ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain, terutama terjadi setelah bedah

sesar. Menurut (Mcgraw, 2013) transient tachypnea of the newborn adalah

penyerapan cairan dalam paru yang terlambat dapat terjadi pada bayi cukup

bulan atau bayi kurang bulan. Sianosis yang timbul bisa diatasi dengan dengan

pemberian oksigen yang minimal. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan

kalainan paru, akan tetapi pada foto paru memperlihatkan gambaran pembuluh

darah perihilar yang meningkat disertai aerasi paru yang berlebihan. Terkadang
ditemukan pula cairan pada pleura dan fisura paru disertai diafragma yang

mendatar.

Penyabab kelainan ini belum jelas. Kemungkinan gangguan ini terjadi karena

absorbsi cairan paru yang berlangsung lambat saat lahir. Beberapa keadaan lain

seperti aspirasi cairan amnion atau aspirasi lendir juga diduga sebagai faktor

penyebab gangguan ini. Pengobatannya pun tidak ada yang spesifik. Makanan

per oral sebaiknya sementara dihentikan untuk menghindari aspirasi.

2. Mekanisme terjadinya TTN

Bayi lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya.

Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan intertisial di

paru sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan

arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan

tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah sistemik tidak

terisi udara. Kompresi thorak yang menyertai kelahiran pervaginam dan ekspansi

yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan faktor penyokong pada inisiasi

respirasi (Cunningham, 2005).

3. Gangguan Nafas pada TTN

Definisi Gangguan Nafas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan

yang ditandai dengan:

a. Takipnea: frekuensi nafas > 60-80 kali per menit


b. Retraksi: cekungan atau tarikan kulit antara iga (interkostal) dan atau di bawah

sternum ( substernal) selama inspirasi.

c. Nafas cuping hidung : kembang kempis lubang hidung selama inspirasi.

d. Merintih atau grunting: terdengar merintinh atau menangis saat inspiarasi.

Sianosis: sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan

biru lebam atau warna membran mukosa). Sianosis sentral tidak normal,

selalu memerlukan perhatian dan tindakan segera. Mungkin mencerminkan

abnormalitas jantung, hematologik atau pernafasan yang harus dilakukan

tindakan segera.

e. Apnea atau henti nafas (harus selalu dinilai dan dilakukan tindakan segera).

f. Dalam jam-jam pertama setelah lahir, empat gejala distres respirasi (takipnea,

retraksi, nafas cuping dan grunting), kadang juga dijumpai pada BBL normal

tetapi tidak berlangsung lama. Gejala ini disebabkan karena perubahan

fisiologik akibat reabsorbsi cairan dalam paru bayi dan masa transisi dari

sirkulasi fetal ke sirkulasi neonatal.

g. Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa

jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan nafas atau distres

respirasi yang harus di lakukan tindakan segera (Kosim,2008).

4. Prioritas dalam evaluasi atau pemeriksaan awal pada bayi dengan gangguan

nafas.

a. Langkah awal untuk mencari penyebab:

1) Anamnesa yang teliti


Anamnesa tentang riwayat keluarga, maternal, usia kehamilan, jenis

persalinan.

2) Pemeriksaan fisik yang tepat

Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan nafas berupa

beberapa tanda:

Merintih atau grunting tetapi warna kulit masih kemerahan, merupakan

gejala yang menonjol, sianosis, retraksi, takipnea dan menilai tinngkat

maturitas bayi.

b. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi dada, analisa gas darah dan darah lengkap.

C. Manajemen pada Transient Tachypnea of The Newborn

Manajemen pada TTN antara lain:

1. Amati pernafasan bayi 2 jam selama 6 jam berikutnya.

2. Bila dalam pengamatan gangguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis

lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan ditangani gangguan nafas

sedang atau berat.

3. Berikan asi bila bayi mampu menghisap, Bila tidak, berikan asi peras dengan

menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum.

4. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan nafas.

Hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas 30-60 kali/menit. Amati bayi selama
24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas menetap antara 30-60 kali permenit, tidak

ada tanda-tanda sepsis dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan,

bayi dapat dipulangkan (Kosim, 2008).

a. Evaluasi gawat nafas dengan skor Downes

Pemeriksaan Skor

0 1 2

Frekuensi <60/menit 60-80/menit >80/menit


nafas
Retraksi Tdk ada Retraksi ringan Retraksi berat
retraksi
Sianosis Tdk ada Sianosis hilang dgn o2 Sianosin menetap walaupun
sianosis diberi 02

Air entry Udara masuk Penurunan ringan udara Tdk ada udara masuk
masuk

Merintih Tdk merintih Dpt di dengar stetoskop Dpt di dengar tanpa alat
bantu

Evaluasi

Total Diagnosis

1–3 Sesak napas ringan

4–5 Sesak napas sedang

>6 Sesak napas berat

Sumber : Wood DW, Downes JJ, locks HI, 2008


D. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN

1. Bayi lahir prematur

Gangguan nafas pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga

kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerena dinding thorax

masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan

mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal

tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan

paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting

intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang

menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahAwa surfaktan

mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi

menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.

Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan

yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas

dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti

dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.

Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah

lahir (Kosim, 2008).

2. Makrosomia

Bayi yang di lahirkan dengan berat badan lebih dari 400 gram. Mekanisme yang

menyebabkan janin tumbuh berlebih belum diketahui dengan pasti. Menurut


beberapa penelitian didapatkan ada korelasi positif antara tingkat hiperglikemia

ibu dan tingkat makrosomia janin. Hal tersebut dimungkinkan karena

hiperglikemia dan hiperinsulinemia pada janin secara bersama-sama dapat

menyebabkan peningkatan sintesis glikogen, lipogenesis dan sintesis protein

dalam tubuh janin. Sebagai hasil akhirnya, janin tumbuh pesat pada semua

tingkat usia kehamilan yang disebut Large for Gestasional Age (LGA). Bayi dari

ibu diabetes mempunyai resiko tinggi mengalami TTN, hal ini berkaitan dengan

imaturitas paru sebagai akibat hiperinsulinemia janin. Hiperinsulinemia

menghambat produksi surfaktan karena hiperinsulinemia mempengaruhi

perbandingan lisetin dengan spingomielin yang merupakan unsur utama

pembentukan surfaktan (Mcgraw, 2013)

3. Ibu Diabetes

Diabetes merupakan gangguan sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak. Diabetes ditandai dengan hiperglikemi atau peningkatan glukosa

darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan

insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler (Bobak, 2004). Diabetes dalam

kehamilan adalah gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang terjadi (atau

pertama kali didetteksi) pada kehamilan. Pengaruh diabetes terhadap kehamilan

yaitu, pada ibu dengan diabetes terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada

janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Sat lahir dimana jalur

plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih

tinggi sehingga terjadi hipoglikemi. Glukosa merupakan sumber kalori yang


penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama

pasca lahir, pada keadaan hipoglikemi dapat menimbulkan TTN.

4. Ibu Asma

Ibu hamil yang menderita asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang

disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya

hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan ventilasi

(hipoventilasi), distribusu ventilasi tidak merata dalam sirkulasi darah pulmonal

dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi

hiposekmia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut sehingga

mengakibatkan bayi yang dilahirkan mengalami takipnea saat dilahirkan karena

kekurangan oksigen. Asma pada kehamilan pada umumnya tidak mempengaruhi

janin, namun serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat

menyebabkan hiposekmia pada ibu sehingga berdampak pada janin (Nelson and

Piercy, 2001). Pengaruh asma pada ibu ke janin sangat berpengaruh dari

frekuensi dan beratnya serangan asma karena ibu dan janin akan mengalami

hipoksia.

5. Bayi dilahirkan seksio sesarea

Bayi yang dilahirkan dengan proses operasi sesar memiliki cairan yang

berlebihan di dalam alveolus. Studi menggunakan pengukuran paru mekanik

bahwa volume gas rata-rata thorak adalah 32,7ml/kg pada bayi yang dilahirkan

normal dan 19,7 ml/kg pada bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar. Bayi yang
dilahirkan sesar memiliki volume yang lebih tinggi dari cairan intertisial dan

alveolar dibandingkan dengan proses dilahirkan normal. Seorang bayi yang

dilahirkan dengan cara seksio sesarea beresiko memiliki cairan paru berlebih

sebagai akibat dari tidak pernah dialami semua tahapan kerja pada kelahiran

normal dan kurangnya katekolamin yang tepat, yang menghasilkan rilis rendah

kontra regulasi hormon pada saat persalinan. Hasilnya adalah cairan dalam alveoli

dapat menghambat pertukaran gas, sehingga bayi yang dilahirkan akan mengalami

nafas cepat dikarenakan masih banyaknya cairan paru dalam alveolus atau TTN

dapat disebabkan oleh sisa cairan paru /resorpsi lambat dari cairan paru (Nelson,

2014) .

E. Pencegahan TTN

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi

resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan

seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen

yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.

Tindakan yang efektif untuk mencegah TTN adalah:

1. Mencegah kelahiran < bulan (premature).

2. Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.

3. Management yang tepat.

4. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.

5. Optimalisasi kesehatan ibu hamil.

6. Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam (Kosim, 2008).


F. Penelitian Terkait

Sitepu, 2011. berdasarkan data studi pendahuluan di RSUD Dr. M. Soewandhi

didapatkan bahwa 63,57% dari kasus gangguan napas tahun 2010 bayi lahir dengan

persalinan tindakan. Desain penelitian menggunakan kasus kontrol. Prosedur

pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder dengan melihat riwayat

jenis persalinan dan faktor-faktor resiko terjadinya gangguan napas melalui rekam

medik di RSUD Dr. M. Soewandhi Surabaya pada bulan januari sampai dengan juni

2011. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 73,0% dari jenis persalinan sesar bayi

mengalami gangguan nafas, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal bayi tidak

mengalami gangguan napas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2011 pada Neonatus di RSUD

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2011” berkesimpulan bahwa

ada hubungan antara berat bayi lahir, masa gestasi dan asfiksia lahir merupakan

faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian RDS pada neonatus di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Lemons et al tahun 2001 di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa salah satu

masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah preterm ya


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,

DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini

digunakan untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang

topik yang akan dibahas (Setiadi, 2007).

Berdasarkan latar belakang maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor

yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan kejadian transien takipnea pada

neonatus adalah variabel terikat (dependent variabel) yaitu takipnea transient pada

bayi dan variabel bebas (independent variabel) yang ingin diketahui meliputi: faktor

bayi (bayi prematur) dan proses kelahiran seksio sesarea. Data yang didapatkan dari

penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung tanpa

melakukan survey maupun pengamatan langsung.


Kerangka konsep

Independent Variabel Dependent Variabel

Faktor Bayi

Prematur

Proses Kelahiran

Seksio sesarea

Faktor Bayi TTN


Bayi Makrosomia

Faktor Ibu
Ibu Diabetes
Ibu Asma

Keterangan

: yang diteliti

: yang tidak diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep


B. Hipotesa

1. Ada hubungan antara bayi prematur dengan kejadian TTN yang di rawat di ruang

Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.

2. Ada hubungan antara proses kelahiran seksio sesarea dengan kejadian TTN di

Rumah Sakit Haji Jakarta.

C. Definisi Operasional

1. Independent Variabel

No Variabel Definisi operasional Alat Hasil Skala


ukur ukur
1 Bayi prematur Bayi yang dilahirkan Rekam 1: Tidak Nominal
dengan kehamilan medis 2: Ya
kurang dari 37 minggu
2 Secsio sesarea Proses melahirkan Rekam 1: Tidak Nominal
dengan cara operasi medis 2: Ya

2. Dependent Variabel

No Variabel Definisi operasional Alat Hasil Skala

ukur ukur

1 TTN Nafas cepat pada bayi Rekam 1: Tidak Nominal

baru lahir yang hilang medis 2: Ya

dalam waktu 72 jam


BAB 1V

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional

yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan atau untuk mengetahui factor-

factor yang berhubungan dengan peningkatan kejadian TTN di ruang Ar-Rahmah

Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi , variabel independen dan dependen

hanya satu kali dalam satu kali waktu.

B. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di ruang Ar-Rahmah RS Haji Jakarta.

C. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014

D. Populasi dan sampel

1. Populasi adalah keseluruhan subyek atau objek dengan karakteristik teertentu

yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

bayi yang dirawat di ruang Ar-Rahmah RS Haji.


2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat,2008). Sampel pada

penelitian ini diambil secara non rendom sampling yaitu pengambilan sampling

bukan secara acak yang didasarkan atas kemungkinan yang dapat

diperhitungkan dan dengan tehnik purposive sampling yaitu penetapan sempel

dengan memilih sampel diantara populasi (Notoatmojo, 2010).

Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapkan sampel yaitu harus

mewakili dan cukup banyak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah seluruh populasi atau total sampling yang memenuhi kriter inklusi dan

eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitan mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah

1) Semua bayi yang dirawat dengan TTN

2) Ibu bersedia anaknya menjadi responden

3) Ibu dapat membaca dan menulis

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bayi

yang dirawat tidak mengalami TTN.


3. Besarnya sampel

Besarnya sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel. Untuk

jumlah populasi kurang dari 10.000, maka besar sampel dapat dirumuskan

sebagai berikut. Besarnya sampel pada bulan desember sebanyak 53.

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat kepercayaan yang dipilih.

Dalam penelitian ini jumlah populasi sebesar 53bayi,

n = 46.8

n = 47
E. Pengumpulan Data

1. Alat Penelitian

Instrumen penelitian

Instrumen dalam penelitian adalah dokumentasi yaitu berupa medikal record


berupa :

a. Masa gestasi
b. Berat badan bayi yang dilahirkan.

c. Jenis persalinan

2. Cara pengumpulan data

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data dari

laporan dan catatan medis di ruang Ar-Rahmah RS Haji Jakarta. Data yang

diambil dari catatan dan laporan medis adalah usia gestasi, berat badan bayi

yang dilahirkan, dan proses kelahiran.

b. Langkah-langkah pengumpulan data

1) Pengumpulan data dan penelitian dilakukan di ruang rawat inap yaitu

ruang Ar-Rahmah.

2) Peneliti kemudian melakukan pendekatan Kepala Bidanng Perawatan dan

perawat yang bertugas di ruanng Ar-Rahmah dengan menjelaskan tujuan

dan manfaat penelitian agar proses pengambilan data dapat dilakukan.

3) Mencatat data responden yang memenuhi kriteria untuk dipilih menjadi

sampel penelitian.
F. Pengolahan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah terlebih dahulu dengan

tujuan mengubah data informasi. Dalam statistic, informasi yang diperoleh

dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian

hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat lanngkah-langkah yang harus

ditempuh diantaranya (Hidayat, 2008)

1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikimpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau

setelah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan data menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian kode juga

dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.

3. Entry data

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

table atau data base computer. Kemudian membuat kontribusi sederhana.


4. Cleaning data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap di analisa.

G Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariate dilakukan dengan menganalisis variable-variabel yang ada

secara deskriptif dengan menghitunng distribusi frekwensi dan proporsinya

untuk mengetahui karakteristik dari subyek peneliti. Dalam penelitian ini

analisa univariate digunakan untuk mengetahui proporsi dari masing-masing

variable penelitian meliputi kejadian TTN pada bayi premature dan bayi yang

dilahirkan dengan proses seksio sesarea.

2. Analisa bivariate

Analisis bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan dua

variable yang meliputi variable bebas / independen dan variable dependen.

Dalam penelitian bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antara

masing-masing variable independen yaitu bayi dengan premature dan proses

kelahiran sekasio sesarea. Statistik yang digunakan dalam analisa bivariate

adalah statistic non parametric uji Kai kuadrat (Chi Square) karena variable

independen dan variable dependen berupa data kategorik (data nominal).


Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang bermakna (significant) antara

variable bebas dan variable terikat, maka menggunakan p value yang

dibandingkan dengan tingkat kesalahan (alpha) yaitu sebesar 5% atau 0,05.

Apabila p value < 0,05 maka ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang

bermakna antara variable dependen dan variable independen, tapi bila p value >

0,05 maka ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

variable dependen dan independen.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan membahas mengenai analisa hasil penelitian yang dilakukan dalam

dua tahap tahap, yaitu analisa univariat dan analisa bivariate. Analisa univariat adalah

dengan membuat distribusi frekuensi sedangkan analisa bivariate dilakukan untuk

mengetahui hubungan variabel-variabel penelitian dengan menggunakan uji chi square.

A. Analisa Univariat

Dalam analisa univariat ini menjelaskan secara deskriptif mengenai variabel-

variabel penelitian yaitu bayi premature dan proses melahirkan seksio sesarea. Pada

penelitian ini jumlah rresponden sebanyak 47 responden dan data ini disajikan

dalam bentuk distribusi frekuensi.

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Penelitian

Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan gestasi dan proses kelahiran seksio
sesarea responden data variabel independen di ruang Ar-Rahmah Rumah
Sakit Haji jakarta 2014

Variabel Kategorik Frekuensi

n = 47 %

Gestasi Prematur (<37 mg) 4 8,5

Normal (>37 mg) 43 91,5

Proses kelahiran Seksio 22 46,8

Spontan 25 53,2
a. Prematur

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa prematur yang mengalami

TTN sebesar (8,5%).

b. Seksio Sesarea

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa bayi yang mengalami TTN

dengan kelahiran seksio sesarea sebesar (46,8%).

B. Analisa Bivariat

Pada analisa ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara bayi lahir premature

dan proses kelahiran seksio sesarea dengan kejadian TTN. Analisa bivariate ini

menjelaskan secara statistic hubungan antara dua variabel independent dan

dependent.

Hubungan Antara bayi Prematur dan proses kelahiran seksio sesarea dengan

kejadian Transient Tachypnea of the Newborn di gambarkan pada tabel sebagai

berikut :
Tabel 5.2
Hubungan bayi premature dan proses kelahiran seksio sesarea dengan
kejadian TTN di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta pada tahun
2014

Variabel TTN

TTN Tidak TTN Total OR P value


n % n % n %
Prematur 4 100 0 0,0 4 100
Normal 9 20,9 34 79,1 43 100 0,005
Total 13 27,7 34 72,3 47 100
Seksio 10 45,5 12 54,5 22 100 6,11 0,026
Spontan 3 12,0 22 88,0 25 100 1,4-26,5
Total 13 27,7 34 72,3 47 100

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa :

Hasil analisa hubungan antara bayi prematur dengan kejadian TTN diperoleh bahwa

ada sebanyak 4 bayi prematur mengalami TTN. Sedangkan diantara bayi yang

normal ada 34 (79,1%) dan tidak mengalami TTN. Hasil uji statistik diperoleh nilai

p= 0,005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian TTN antara bayi

normal dan bayi prematur (ada hubungan yang signifikan antara bayi prematur

dengan kejadian TTN).

Hasil analisis hubungan antara proses melahirkan seksio sesarea dengan kejadian

TTN diperoleh bahwa ada sebanyak 10 (45,5%) bayi yang dilahirkan seksio
mengalami TTN. Sedangkan diantara bayi yang dilahirkan spontan, ada 3 (12%)

yang mengalami TTN. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,026 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian TTN antara bayi yang dilahirkan

seksio sesarea dengan bayi yang dilahirkan spontan (ada hubungan yang signifikan

antara proses melahirkan seksio dengan kejadian TTN). Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR = 6.111, artinya proses kelahiran seksio sesarea mempunyai resiko 6

kali lebih besar mengalami TTN dibanding proses kelahiran spontan.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini masih banyak

kekurangan, hal ini disebabkan adanya keterbatasan penelitian antara lain :

1. Keterbatasan pada jumlah sampel atau sampel sedikit sehingga belum

menggambarkan kejadian TTN dengan sebab lain.

2. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji sehingga sampel yang di dapat

terbatas dan belum mewakili penyebab terjadinya TTN.

B. Hasil Uji Analisa Univariat

1. Bayi premature

Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan responden yaitu bayi prematur

sebanyak 4 bayi semua mengalami TTN, hal ini desebabkan karena kurang

maturnya sistim organ. Pemeriksaan rutin ibu saat hamil, konsumsi

makanan yang bergizi, menghindari stres sangat penting guna mencegah

kelahiran prematur dan dapat mengatasi masalah – masalah di masa

kehamilan. Informasikan pada ibu hamil yang mempunyai resiko untuk

melahirkan bayi prematur agar lebih ketat memeriksakan kehamilannya.


1. Proses kelahiran seksio sesarea

Bayi yang dilahirkan denngan proses kelahiran seksio sesarea memiliki

resiko tinggi untuk mengalami transien takipnea, dalam penelitian ini

didapatkan prosentasi sebesar 46,8%. Saat ini banyak ditemukan tindakan

seksio sesarea tanpa indikasi, memotivasi ibu hamil untuk melahirakn

normal sangat penting dilakukan agar dapat menghindari terjadinya proses

kalahiran secara seksio sesarea. Berikan pendidikan kesehatan pada saat ibu

hamil memeriksakan kehamilannya informasikan jika ada kegiatan yang

memotivasi ibu hamil untuk melahirkan secara normal salah satunya adalah

senam khusus ibu hamil atau senam hamil. Diharapkan dengan motivasi dan

dukungan dapat mencegah kelahiran seksio sesarea tanpa indikasi sehingga

dapat menurunkan kejadian TTN.

2. Hasil Analisa Bivariat

a. Hubungan bayi yang dilahirkan prematur dengan kejadian TTN.

Hasil penelitian hubungan antara bayi prematur dengan kejadian TTN

mempunyai p value sebesar 0,005. Hasil ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara bayi yang dilahirkan prematur dengan

kejadian TTN, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa bayi prematur

memiliki resiko untuk mengalami TTN. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa pada bayi prematur mempunyai dinding thorax yang

masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna (Kosim, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari yang dilakukan pada tahun


2011 berkesimpulan ada hubungan antara berat badan bayi lahir, masa

gestasi dan gangguan pernafasan dan penelitian yang dilakukan oleh

Lemons et al di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa salah satu

masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah preterm yaitu

gangguan respirasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat

disimpulkan bahwa bayi yang dilahirkan prematur dapat mengalami

kejadian TTN.

b. Hubungan antara bayi yang dilahirkan seksio sesarea dengan kejadian

TTN

Hasil penelitian hubungan kelahiran seksio sesarea dengan kejadian TTN

mampunyai p value 0,026. Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan

yang yang bermakna antara bayi yang dilahirkan seksio sesarea dengan

kejadian TTN, hal ini menunjukkan bahwa bayi yanng dilahirkan secara

seksio sesarea memiliki resiko untuk mengalami TTN disebabkan karena

bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea memiliki cairan yang

berlebihan di dalam alveolus. Hasil penelitian ini sesuai dangan teori

yang menyatakan bahwa cairan dalam alveolus dapat menghambat

pertukaran gas sehingga bayi yang dilahirkan mengalami nafas cepat

dikarenakan masih banyaknya cairan paru dalam alveolus (Nelson, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Neneng Yeli pada tahun 2011

menunjukkan 73,0% dari janis persalinan seksio sesarea bayi mengalami

gangguan nafas, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal bayi tidak
mengalami gangguan nafas. Jadi dalam penelitian yang dilakukan oleh

peneliti dapat disimpulkan bahwa jenis persalinan seksio sesarea

berpengaruh terhadap kejadian TTN.


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta

dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Hasil penelitian didapatkan mayoritas bayi prematur yang dirawat

mengalami TTN demikian pula dengan bayi yang dilahirkan melalui seksio

sesarea.

2. Ada hubungan yang bermakna antara bayi yang dilahirkan prematur dengan

kejadian TTN.

3. Ada hubungan yang bermakna antara bayi yang dilahirkan dengan proses

seksio sesarea dengan kejadian TTN.

B. Saran

1. Bagi pelayanan Keperawatan

Setelah diketahui dari hasil penelitian yang menyatakan ada pengaruh bayi

yanng dilahirkan prematur dengan kejadian TTN, diharapkan perawat atau

petugas medis lainnya dapat memberi edukasi untuk menjaga kesehatan ibu

dan rutin memeriksakan kehamilannya guna menghindari bayi dilahirkan

prematur.
2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan ilmu

keperawatan karena menunjukkan pentingnya asuhan keperawatan dalam

menangani bayi yanng menderita TTN.

3. Bagi Rumah Sakit Haji Jakarta

Bagi rumah sakit hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

penyediaan sarana dan prasana yang menunjang pelayanan seperti

menambah penyediaan B cpap dan memberikan pelatihan bagi perawat baik

di dalam maupun di luar RS Haji.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar yang

dapat dikembanngkan oleh peneliti selanjutnya, khususnya untuk mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN.


DAFTAR PUSTAKA

Barbara, (2004), Keperawatan ibu dan bayi baru lahir, EGC Jakarta

Hanifah, (2011) , Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan, Universitas Soedirman,


Purwokerto Email : nurhanifah@yahoo.com
John Kattwinkel, (2006), Resusitasi neonatus, edisi ke lima oleh American Academy of
Pediatrics dan American Heart Association
Kosim, (2008), Buku ajar neonatologi, edisi I cetakan pertama Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Lewis V, White low A, (2004). Furosemid for trancient tachipnea of newborn.
Cochrane Databese System Revisi
Milner AD. Saunder RA Hopkin IE, (2005). Efects; of delivery by caesarean section on
lung mechanics and lung volume in the humen neonat.
McGraw. Hill Education LLC, (2013), Neonatology : Management, procedures, on-call
problem, diseases, and drugs, Seven edition. Printed USA
Nelson. (2014), Ilmu kesehatan anak esensial, edisi Bahasa Indonesia edisi keenam
Elsevier Singapore Pte Ltd
Notoatmodjo, Soekirdjo Dr, (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
John Kattwinkel, (2006), Resusitasi neonatus, Edisi ke lima oleh American Academy of
Pediatrics dan American Heart Association
Potter. PA and Perry AG, (2009). Fundamental of nursing, seven edition, Jakarta
Salemba Medika
Rumah Sakit Harapan Kita, (2008). Penatalaksanaan bayi baru lahir dan prematur
Jakarta Perinasia
Sutanto Priyo Hastono, (2007). Analisa data kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Satiadi, (2007), Konsep dan penulisan riset keperawatan, Surabaya Penerbit Graha Ilmu
Surabaya
Tubuhku sehatalami.blogspot.com/2014/04/patofisiologi – asma-pada-kehamilan.htm
INSTRUMEN PENELITIAN

A. Identitas Pasien

1. Inisial :…………………

2. Gestasi :……………………….

3. Usia :………………………

4. Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan

5. Diagnosa penyakit :……………………….

6. Proses kelahiran :……………………………….

Anda mungkin juga menyukai