Disusun Oleh :
HARNI KRISTINA
NIM. 2013727118
Abstrak
Transient tachypnea of the newborn merupakan gangguan nafas ringan pada bayi baru
lahir dapat hilang dalam waktu kurang dari 72 jam. Sebagian besar terjadi pada bayi
prematur dan proses kelahiran seksio sesarea. Penelitian bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian transient tachypnea of the newborn.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik purposive sampling dengan
populasi 47 responden. Analisa penelitian dilakukan dengan menggunakan uji chi
square, dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara bayi prematur
dengan kejadian transient tachiypnea of the newborn dengan p value 0,005 dan ada
hubungan antara proses bayi yang dilahirkan seksio sesarea dengan kejadian transien
tachypnea of the newborn dengan p value 0,026. Pemeriksaan rutin pada ibu hamil dan
mencegah persalinan dengan seksio sesarea tanpa indikasi dapat memperkecil
kemungkinan terjadi gangguan napas pada bayi. Pemberian oksigen sesuai kondisi bayi
dan kelengkapan fasilitas serta pengetahuan perawat dalam penanganan gangguan napas
pada bayi ini sangat diperlukan.
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT, rahmad dan karunia-Nya
yang senantiasa menyertai, sehinngga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
pada neonatus di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2014” Skripsi ini
Penulis sangat menyadari pentingnya keterlibatan berbagai pihak atas bantuannya dalam
skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang berkat rahmat, nikmat dan rezeki-Nya, peneliti dapat
menyelesaikanpenelitian ini.
2. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Jakarta.
3. Ibu Irna Nursanti, SKp., M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua Program Studi
skripsi ini.
5. Direktur Rumah Sakit Haji Jakarta beresta staf atas ijin dan bantuannya dalam
6. Ns, Nurhayati Nurdin SKep, selaku Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit
Haji Jakarta, yang telah memberikan ijin dalam proses pengambilan data
penelitian.
7. Kepala ruangan Ar-Rahmah dan Ruang Bersalin Rumah Sakit Haji Jakarta, yang
motivasi.
9. Suami tercinta dan anak-anakku tersayang atas segala pengrtian, kesabaran dan
mencapai cita-cita.
10. Seluruh teman-teman yang ada di runag Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
mengharapkan adanya saran dan kritik dari berbagai pihak yang membangun dalam
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii
ABSTRAK........................................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................................. iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 4
C. Pertanyaan Peneliti................................................................................... 4
D. Tujuan Peneliti.......................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian.................................................................................... 5
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 31
A. Kesimpulan........................................................................................... 35
B. Saran..................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Viii
DAFTAR TABEL
variabel penelitian
Kejadian TTN
Vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
2. Instrumen penelitian
3. Pengolahan data
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan napas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penyebab
mortalitas dan morbiditas yang tinggi pada masa neonatus. Hal ini terutama
gangguan nafas apabila ditemukan gejala dipsnea dan sianosis yang disertai
dengan meningkatnya frekuansi nafas (lebih dari 60 kali per menit) di samping
bawaan, kelainan umum lain di luar saluran nafas sering memperlihatkan gejala
yang sama, maka sebelum penyebab diketahui pasti, tindakan pertama yang
secara optimal.
jarang ditemukan pada neonatus, baik yang lahir normal ataupun dengan seksio
sesarea. Keadaan ini sering disebut pula sebagai sindrom gangguan nafas tipe II;
kelainan terjadi beberapa waktu setelah lahir dan biasanya dapat sembuh dalam
waktu 3 hari. Gejala yang ditemukan pada dengan transient tachypnea of the
newborn tidak terlalu berat, tapi sering disertai dipsnea, takipnea dengan retraksi,
dan rintihan saat ekspirasi. sianosis yang timbul biasanya dapat diatasi dengan
pemberian oksigen yang minimal. Penyebab kelainan ini belum jelas. Kemungkinan
gangguan terjadi karena absorpsi cairan paru yang berlangsung lambat saat lahir.
Beberapa keadaan lain seperti aspirasi cairan amnion atau aspirasi lendir juga
diduga sebagai faktor penyebab gangguan ini. Pengobatannyapun tidak ada yang
spesifik. Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinnya takipnea transien pada
neonatus antara lain terjadi pada bayi prematur, makrosomia, pada neonatus cukup
bulan yang lahir secara normal atau seksio sesarea, neonatus dari ibu diabetes dan
asma. Langkah yang perlu dilakukan dalam perawatan neonatus dengan takipnea
transien antara lain melakukan pemantauan yang ketat terhadap suhu tubuh, nadi,
Fenomena bayi itu terdiri dari 2/3 kematian bayi (berusia 0-1 tahun) terjadi pada
umur kurang dari seminggu (neonatal dini), dan 2/3 kematian pada masa neonatal
dini terjadi pada hari pertama (Komalasari, 2007). Di seluruh dunia, setiap tahunnya
sekitar 4 juta dari 136 juta bayi di bawah usia 28 hari meninggal. Sedangkan di
Indonesia, setiap tahunnya ada 4.608.000 bayi lahir hidup dan 100.454 meninggal
sebelum berusia sebulan. Itu berarti 275 neonatal meninggal setiap hari atau sekitar
184 neonatal meninggal setiap hari atau setiap satu jam ada 8 bayi neonatal dini
meninggal. Angka kematian bayi yang tinggi, tidak hanya terjadi pada neonatal dini
saja. Angka kematian bayi berumur kurang dari setahunpun masih tinggi
(Komalasari,2007)
Di Indonesia menurut SDKI 2007 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia
yaitu 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH), dan tahun 2008, 4.692 kematian ibu di
masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
34/1000 kelahiran hidup, terjadi stagnasi bila dibandingkan dengan SDKI 2003
yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2007,
penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di Indonesia adalah gangguan
darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Oleh karena itu, upaya penurunan AKB
membutuhkan perhatian besar dalam rangka penyelamatan bayi baru lahir. TTN
merupakan suatu sindrom yang sering ditemukan pada neonatus dan menjadi
penyebab morbiditas utama pada bayi berat lahir rendah (BBLR) Angka kejadian
TTN pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebesar 60%-80%, pada
usia kelahiran 30 minggu adalah 25%, sedang pada usia kelahiran 32-36 minggu
sebesar 15-30%, dan pada bayi aterm jarang dijumpai. TTN pada negara maju
terjadi pada 0,3-1% kelahiran hidup dan merupakan 15-20% penyebab kematian
artinya 4000 bayi mati akibat TTN setiap tahunnya.4,5 Di Indonesia, dari 950.000
BBLR yang lahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi di antaranya menderita
TTN
Berdasarkan data dari Medikal Record Rumah Sakit Haji, takipnea transien pada
neonatus merupakan hal yang baru, tahun 2013 dari 522 neonatus yang di rawat di
ruang Ar-Rahmah. 6,1% mengalami TTN (32 bayi) dan pada tahun 2014 dari 633
neonatus yang di rawat (12,1%) mengalami TTN (77 bayi). Terjadi peningkatan
yang mengalami TTN dari bulan. Januari sampai dengan desember 2014
didapatkan, 66 bayi dilahirkan melalui proses seksio sesarea dan 8 bayi dilahirkan
spontan, 1 bayi dilahirkan dengan ibu menderita asma dan 2 bayi dilahirkan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas telah di jelaskan bahwa angka kejadian dan tingkat
morbiditas pada bayi baru lahir yang menderita TTN mengalami kecenderungan
meningkat. Berbagai faktor yang menjadi penyebabnya antara lain; bayi dilahirkan
prematur, makrosomia, ibu dengan diabetes, ibu dengan asma dan proses melahirkan
melalui operasi seksio sesarea. Adanya berbagai faktor pennyebab pasien yang
dirawat di ruang Ar-Rahmah sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut tentang sejauh
C. Pertanyaan Peneliti
Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TTN pada bayi yang di
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari peneliti adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang
Jaklarta.
2. Tujuan khusus
Sebagai bahan pertimbangan dalam menambah fasilitas alat kesehatan yang dapat
menunjang kualitas kesehatan pasien, dari hasil penelitian di dapatkan bahwa alat
kesehatan (Buble c-pap) yang ada masih belum mencukupi kebutuhan pasien yang
semakin meningkat.
2. Bagi peneliti
takipnea transien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Neonatus
Masa neonatus yaitu periode bayi yang baru lahir (neonate) hingga berusia 28 hari.
Pada masa ini, fungsi fisik neonatus masih berupa refleks. Stabilitas sistim organ
utama merupakan fokus bagi tubuh neonatus. Neonatus yang normal memiliki : berat,
panjang, lingkar dada dan lingkar kepala normal, frekuensi jantung 120-160
kali/menit, pernapasan 40-60 kali/menit, kulit kemerahan, lanugo tidak terlihat, kuku
agak panjang dan lentur. Genitalia pada bayi perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora dan pada bayi laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah
ada. Reflek hisap dan menelan, reflek morrow atau gerak dan reflek menggenggam
sudah baik, pada bayi normal eliminasi sudah baik, mekonium akan keluar pada 24
Neonatus kehilangan 10% berat badan lahir pada beberapa hari pertama melalui
respirasi, urine, defekasi, dan intake cairan yang sedikit. Pada minggu kedua, berat
badan neonatus akan kembali naik, begitu juga dengan tinggi badan dan lingkaran
kepala. Pengukuran yang tepat dapat menjadi dasar pengkajian adanya risiko dan
Perkembangan sistim respirasi pada neonatus baik untuk diketahui. Oksigen sangat
penting untuk kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Sebelum lahir seluruh
oksigen yang dibutuhkan janin diberikan melalui mekanisme difusi melalui placenta
yang berasal dari darah ibu pada janin. Sebagian kecil darah janin dialirkan ke paru
janin. Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
alveoli di paru janin masih terisi cairan, bukan udara. Pembuluh arteriol yang ada di
dalam paru janin mengalami konstriksi sehingga tekanan oksigen parsial rendah.
Sebelum lahir hampir seluruh darah dari jantung kanan tidak dapat melalui paru
karena kontriksi pembuluh darah janin. Hampir seluruh darah melalui pembuluh yang
Setelah lahir, bayi tidak lagi berhubungan dengan placenta dan akan segera
bergantung pada paru sebagai sumber utama oksigen. Karena itu, dalam beberapa
saat cairan paru harus diserap dari alveoli, setelah itu paru harus berelaksasi untuk
tubuh.
1. Cairan alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru dan alveoli akan berisi udara,
karena dalam udara mengandung oksigen 21% maka pengisian alveoli oleh
alveoli.
2. Arteri dan vena umbilikalis akan menutup dan dijepit. Hal ini akan menurunkan
dibandingkan dengan tekanan sistemik dan akan meningkatkan aliran darah paru
dalam alveoli oleh pembuluh darah di vena pulmonalis dan darah yang banyak
1. Pengertian
Transien tachypnea of the newborn adalah kondisi yang dapat sembuh spontan
yang ditandai dengan takipnea, retraksi ringan, hipoksia dan terkadang merintih,
takipnea transien pada neonatus menurut (IDAI 2008) adalah gangguan nafas
ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain, terutama terjadi setelah bedah
penyerapan cairan dalam paru yang terlambat dapat terjadi pada bayi cukup
bulan atau bayi kurang bulan. Sianosis yang timbul bisa diatasi dengan dengan
kalainan paru, akan tetapi pada foto paru memperlihatkan gambaran pembuluh
darah perihilar yang meningkat disertai aerasi paru yang berlebihan. Terkadang
ditemukan pula cairan pada pleura dan fisura paru disertai diafragma yang
mendatar.
Penyabab kelainan ini belum jelas. Kemungkinan gangguan ini terjadi karena
absorbsi cairan paru yang berlangsung lambat saat lahir. Beberapa keadaan lain
seperti aspirasi cairan amnion atau aspirasi lendir juga diduga sebagai faktor
penyebab gangguan ini. Pengobatannya pun tidak ada yang spesifik. Makanan
Bayi lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-parunya.
Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan intertisial di
arteriol berelaksasi. Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan
tetap kontriksi, alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah sistemik tidak
terisi udara. Kompresi thorak yang menyertai kelahiran pervaginam dan ekspansi
Sianosis: sianosis sentral yaitu warna kebiruan pada bibir (berbeda dengan
biru lebam atau warna membran mukosa). Sianosis sentral tidak normal,
tindakan segera.
e. Apnea atau henti nafas (harus selalu dinilai dan dilakukan tindakan segera).
f. Dalam jam-jam pertama setelah lahir, empat gejala distres respirasi (takipnea,
retraksi, nafas cuping dan grunting), kadang juga dijumpai pada BBL normal
fisiologik akibat reabsorbsi cairan dalam paru bayi dan masa transisi dari
g. Bila takipnea, retraksi, cuping hidung dan grunting menetap pada beberapa
jam setelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan nafas atau distres
4. Prioritas dalam evaluasi atau pemeriksaan awal pada bayi dengan gangguan
nafas.
persalinan.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai gejala klinik gangguan nafas berupa
beberapa tanda:
maturitas bayi.
b. Pemeriksaan penunjang
2. Bila dalam pengamatan gangguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis
lainnya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan ditangani gangguan nafas
3. Berikan asi bila bayi mampu menghisap, Bila tidak, berikan asi peras dengan
Hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas 30-60 kali/menit. Amati bayi selama
24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas menetap antara 30-60 kali permenit, tidak
ada tanda-tanda sepsis dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan,
Pemeriksaan Skor
0 1 2
Air entry Udara masuk Penurunan ringan udara Tdk ada udara masuk
masuk
Merintih Tdk merintih Dpt di dengar stetoskop Dpt di dengar tanpa alat
bantu
Evaluasi
Total Diagnosis
Gangguan nafas pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga
paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan
yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas
dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II.
Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah
2. Makrosomia
Bayi yang di lahirkan dengan berat badan lebih dari 400 gram. Mekanisme yang
dalam tubuh janin. Sebagai hasil akhirnya, janin tumbuh pesat pada semua
tingkat usia kehamilan yang disebut Large for Gestasional Age (LGA). Bayi dari
ibu diabetes mempunyai resiko tinggi mengalami TTN, hal ini berkaitan dengan
3. Ibu Diabetes
darah yang diakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan
insulin secara tidak efektif pada tingkat seluler (Bobak, 2004). Diabetes dalam
kehamilan adalah gangguan toleransi glukosa berbagai tingkat yang terjadi (atau
yaitu, pada ibu dengan diabetes terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Sat lahir dimana jalur
plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih
4. Ibu Asma
Ibu hamil yang menderita asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang
disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya
dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan berkembang menjadi
janin, namun serangan asma berat dan asma yang tak terkontrol dapat
menyebabkan hiposekmia pada ibu sehingga berdampak pada janin (Nelson and
Piercy, 2001). Pengaruh asma pada ibu ke janin sangat berpengaruh dari
frekuensi dan beratnya serangan asma karena ibu dan janin akan mengalami
hipoksia.
Bayi yang dilahirkan dengan proses operasi sesar memiliki cairan yang
bahwa volume gas rata-rata thorak adalah 32,7ml/kg pada bayi yang dilahirkan
normal dan 19,7 ml/kg pada bayi yang dilahirkan melalui operasi sesar. Bayi yang
dilahirkan sesar memiliki volume yang lebih tinggi dari cairan intertisial dan
dilahirkan dengan cara seksio sesarea beresiko memiliki cairan paru berlebih
sebagai akibat dari tidak pernah dialami semua tahapan kerja pada kelahiran
normal dan kurangnya katekolamin yang tepat, yang menghasilkan rilis rendah
kontra regulasi hormon pada saat persalinan. Hasilnya adalah cairan dalam alveoli
dapat menghambat pertukaran gas, sehingga bayi yang dilahirkan akan mengalami
nafas cepat dikarenakan masih banyaknya cairan paru dalam alveolus atau TTN
dapat disebabkan oleh sisa cairan paru /resorpsi lambat dari cairan paru (Nelson,
2014) .
E. Pencegahan TTN
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi
seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen
2. Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
4. Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
didapatkan bahwa 63,57% dari kasus gangguan napas tahun 2010 bayi lahir dengan
pengumpulan data pada penelitian ini adalah data sekunder dengan melihat riwayat
jenis persalinan dan faktor-faktor resiko terjadinya gangguan napas melalui rekam
medik di RSUD Dr. M. Soewandhi Surabaya pada bulan januari sampai dengan juni
2011. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 73,0% dari jenis persalinan sesar bayi
mengalami gangguan nafas, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal bayi tidak
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari 2011 pada Neonatus di RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2011” berkesimpulan bahwa
ada hubungan antara berat bayi lahir, masa gestasi dan asfiksia lahir merupakan
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian RDS pada neonatus di RSUD Prof.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
Berdasarkan latar belakang maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor
neonatus adalah variabel terikat (dependent variabel) yaitu takipnea transient pada
bayi dan variabel bebas (independent variabel) yang ingin diketahui meliputi: faktor
bayi (bayi prematur) dan proses kelahiran seksio sesarea. Data yang didapatkan dari
penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung tanpa
Faktor Bayi
Prematur
Proses Kelahiran
Seksio sesarea
Faktor Ibu
Ibu Diabetes
Ibu Asma
Keterangan
: yang diteliti
1. Ada hubungan antara bayi prematur dengan kejadian TTN yang di rawat di ruang
2. Ada hubungan antara proses kelahiran seksio sesarea dengan kejadian TTN di
C. Definisi Operasional
1. Independent Variabel
2. Dependent Variabel
ukur ukur
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rumah Sakit Haji Jakarta. Penelitian cross sectional adalah penelitian yang
B. Tempat Penelitian
C. Waktu penelitian
yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
Sampel penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
penelitian ini diambil secara non rendom sampling yaitu pengambilan sampling
Ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapkan sampel yaitu harus
mewakili dan cukup banyak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh populasi atau total sampling yang memenuhi kriter inklusi dan
eksklusi.
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
karena berbagai sebab. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bayi
jumlah populasi kurang dari 10.000, maka besar sampel dapat dirumuskan
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
n = 46.8
n = 47
E. Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Instrumen penelitian
a. Masa gestasi
b. Berat badan bayi yang dilahirkan.
c. Jenis persalinan
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data dari
laporan dan catatan medis di ruang Ar-Rahmah RS Haji Jakarta. Data yang
diambil dari catatan dan laporan medis adalah usia gestasi, berat badan bayi
ruang Ar-Rahmah.
sampel penelitian.
F. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah terlebih dahulu dengan
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikimpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
2. Coding
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila
dibuat daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.
3. Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam
dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data siap di analisa.
G Analisa Data
1. Analisa univariat
variable penelitian meliputi kejadian TTN pada bayi premature dan bayi yang
2. Analisa bivariate
Analisis bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk melihat hubungan dua
adalah statistic non parametric uji Kai kuadrat (Chi Square) karena variable
Apabila p value < 0,05 maka ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara variable dependen dan variable independen, tapi bila p value >
0,05 maka ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai analisa hasil penelitian yang dilakukan dalam
dua tahap tahap, yaitu analisa univariat dan analisa bivariate. Analisa univariat adalah
A. Analisa Univariat
variabel penelitian yaitu bayi premature dan proses melahirkan seksio sesarea. Pada
penelitian ini jumlah rresponden sebanyak 47 responden dan data ini disajikan
Tabel 5.1
Distribusi responden berdasarkan gestasi dan proses kelahiran seksio
sesarea responden data variabel independen di ruang Ar-Rahmah Rumah
Sakit Haji jakarta 2014
n = 47 %
Spontan 25 53,2
a. Prematur
b. Seksio Sesarea
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa bayi yang mengalami TTN
B. Analisa Bivariat
Pada analisa ini peneliti ingin mengetahui hubungan antara bayi lahir premature
dan proses kelahiran seksio sesarea dengan kejadian TTN. Analisa bivariate ini
dependent.
Hubungan Antara bayi Prematur dan proses kelahiran seksio sesarea dengan
berikut :
Tabel 5.2
Hubungan bayi premature dan proses kelahiran seksio sesarea dengan
kejadian TTN di ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta pada tahun
2014
Variabel TTN
Hasil analisa hubungan antara bayi prematur dengan kejadian TTN diperoleh bahwa
ada sebanyak 4 bayi prematur mengalami TTN. Sedangkan diantara bayi yang
normal ada 34 (79,1%) dan tidak mengalami TTN. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p= 0,005 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian TTN antara bayi
normal dan bayi prematur (ada hubungan yang signifikan antara bayi prematur
Hasil analisis hubungan antara proses melahirkan seksio sesarea dengan kejadian
TTN diperoleh bahwa ada sebanyak 10 (45,5%) bayi yang dilahirkan seksio
mengalami TTN. Sedangkan diantara bayi yang dilahirkan spontan, ada 3 (12%)
yang mengalami TTN. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,026 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian TTN antara bayi yang dilahirkan
seksio sesarea dengan bayi yang dilahirkan spontan (ada hubungan yang signifikan
antara proses melahirkan seksio dengan kejadian TTN). Dari hasil analisis diperoleh
pula nilai OR = 6.111, artinya proses kelahiran seksio sesarea mempunyai resiko 6
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Bayi premature
sebanyak 4 bayi semua mengalami TTN, hal ini desebabkan karena kurang
kalahiran secara seksio sesarea. Berikan pendidikan kesehatan pada saat ibu
memotivasi ibu hamil untuk melahirkan secara normal salah satunya adalah
senam khusus ibu hamil atau senam hamil. Diharapkan dengan motivasi dan
memiliki resiko untuk mengalami TTN. Hal ini sesuai dengan teori yang
masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah preterm yaitu
kejadian TTN.
TTN
yang yang bermakna antara bayi yang dilahirkan seksio sesarea dengan
kejadian TTN, hal ini menunjukkan bahwa bayi yanng dilahirkan secara
gangguan nafas, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal bayi tidak
mengalami gangguan nafas. Jadi dalam penelitian yang dilakukan oleh
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Ar-Rahmah Rumah Sakit Haji Jakarta
mengalami TTN demikian pula dengan bayi yang dilahirkan melalui seksio
sesarea.
2. Ada hubungan yang bermakna antara bayi yang dilahirkan prematur dengan
kejadian TTN.
3. Ada hubungan yang bermakna antara bayi yang dilahirkan dengan proses
B. Saran
Setelah diketahui dari hasil penelitian yang menyatakan ada pengaruh bayi
petugas medis lainnya dapat memberi edukasi untuk menjaga kesehatan ibu
prematur.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar yang
Barbara, (2004), Keperawatan ibu dan bayi baru lahir, EGC Jakarta
A. Identitas Pasien
1. Inisial :…………………
2. Gestasi :……………………….
3. Usia :………………………