Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI,


DIWAJIBKAN)

Disusun Oleh:
Kelompok 10
1. MELZA YOLANDA
2. NIKEN MILLENIA FITRI
3. SALMA KHAIRIYAH

Dosen Pembimbing:
IDA MARIANA.S.S.SiT, M.Kes

AKPER KESDAM I/BB PADANG


2020/2021
PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI HEPATITIS
A. Defenisi
Imunisasi merupakan cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga apabila terpapar pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Imunisasi berarti mengebalkan, memberi kekebalan pasif (dengan pemberian antibodi) yang
sudah jadi seperti Hepatitis B imunoglobin pada bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B.
Sedangkan vaksinasi berasal dari kata “vaccine” yaitu zat yang dapat merangsang timbulnya
kekebalan aktif seperti BCG, Polio, DPT, Hepatitis B dan lain-lain (Triana, 2016).
Imunisasi hepatitis B ada 2 jenis yaitu pasif dan aktif. Imunisasi pasif adalah dengan
memberikan Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) yang akan melindungi dalam waktu yang cepat
tetapi singkat. HBIG memberikan proteksi pasif sementara selama 3-6 bulan, proteksi dari
HBIG akan turun dan habis. Kerjanya adalah langsung memberikan kekebalan pada tubuh bayi
begitu disuntikkan. HBIG ini diberikan pada bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B,
setelah terpapar jarum suntik, setelah berhubungan seksual dan setelah transplantasi hepar
sedangkan imunisasi aktif adalah dengan memberikan vaksinasi hepatitis B. Penyuntikan vaksin
hepatitis B di otot paha kiri sedangkan Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) di otot paha kanan
(Depkes, 2005).
Imunisasi Hepatitis B merupakan salah satu dari imunisasi dasar yang telah diwajibkan
oleh pemerintah bagi seluruh bayi/anak Indonesia. Sesuai dengan jadwal pemberiannya, maka
imunisasi dasar harus sudah lengkap diberikan pada bayi sebelum usia satu tahun. Imunisasi
hepatitis B umumnya diberikan sebanyak tiga kali (HB 1, HB 2 dan HB 3) dengan interval waktu
pemberian yaitu 0 bulan, 1 bulan dan 6 bulan (Depkes, 2005).

B. Tujuan
Pemberian vaksin hepatitis B dimaksudkan untuk menangkal infeksi organ hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksinasi juga dimaksudkan untuk mencegah berbagai akibat
yang dapat ditimbulkan infeksi hepatitis B, seperti kanker hati dan sirosis.
 Infeksi hepatitis B akut
Infeksi ini berlangsung dalam jangka waktu pendek dan ditandai dengan demam, rasa lelah,
nafsu makan berkurang, mual, muntah, kulit berwarna kuning, air kencing berwarna lebih gelap,
feses berwarna lebih pucat, dan nyeri pada otot, sendi, dan perut.
 Infeksi hepatitis B kronik
Infeksi hepatitis B kronik berlangsung dalam jangka waktu lama. Kondisi ini ditandai dengan
virus hepatitis yang menetap di dalam tubuh. Kebanyakan pasien dengan infeksi hepatitis B
kronik tidak memiliki gejala apapun, namun infeksi dapat menyebabkan kerusakan hati (sirosis),
kanker hati, dan kematian. Pasien tetap dapat menularkan virus ke orang lain meski tidak
bergejala.
C. Etiologi
D. Jenis-Jenis Imunisasi
Produsen, Jenis, Cara Pemberian, Dosis dan Interval Pemberian Vaksin Hepatitis B

Nama Produsen Cara Do sis Interval Pemberian


Dagang Pemberian
Engerix B GSK IM Anak (<19 th) 10 mcg Bulan ke-0, 1, 6
Dewasa 20 mcg
Euvax Sanofi IM Anak 10 mcg Bulan ke-0, 1, 6
Pasteur Dewasa 20 mcg
HB VAX II MSD IM Anak 10 mcg Bulan ke-0, 1, 6
Dewasa 20 mcg
Hepavax Kalbuitec IM Anak (0-10 th) 10 mcg Bulan ke-0, 1, 6
Gene h Dewasa 20 mcg
Hepatitis B Bio Farma IM Anak 10 mcg Bulan ke-0, 1, 6
Sumber: Sulaiman dan Sundoro, 2007.

E. Jadwal Pemberian Imunisasi


Pemberian imunisasi Hepatitis B kepada bayi baru lahir diberikan berdasarkan status
HBsAg ibu pada saat melahirkan, sebagai berikut :
1. Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak diketahui.

Vaksin rekombinan (10 mg) diberikan secara intramuskular, dalam waktu 12 jam sejak
lahir. Dosis kedua diberikan pada umur 1-2 bulan dan dosis ke tiga pada umur 6 bulan.
Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui HBsAg ibu positif, segera diberikan 0,5
ml imunoglobulin anti hepatitis (HBIG) (sebelum usia 1 minggu).
2. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif.

Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan secara intramuskular di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2
bulan sesudahnya, dan dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan.
3. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif.
Vaksin rekombinan diberikan secara intramuscular pada umur 2-6 bulan. Dosis kedua
diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ke tiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi
pertama (Ismalita, 2003).

Bayi prematur, termasuk bayi berat lahir rendah, tetap dianjurkan untuk diberikan
imunisasi, sesuai dengan umur kronologis dengan dosis dan jadwal yang sama dengan bayi
cukup bulan. Pemberian HBIG pada bayi prematur dapat dilakukan dengan cara di bawah ini:
1. Bayi prematur dengan ibu HBsAg positif harus diberikan imunisasi HB bersamaan dengan
HBIG pada dua tempat yang berlainan dalam waktu 12 jam. Dosis ke-2 diberikan 1 bulan
kemudian, dosis ke-3 dan ke-4 diberikan umur 6 dan 12 bulan.

2. Bayi prematur dengan ibu HBsAg negatif pemberian imunisasi dengan cara:

a. Dosis pertama saat lahir, ke-2 diberikan pada umur 2 bulan, ke-3 dan ke-4 diberikan
pada umur 6 dan 12 bulan. Titer anti Hbs diperiksa setelah imunisasi ke-4.

b. Dosis pertama diberikan saat bayi sudah mencapai berat badan 2000 gram atau sekitar
umur 2 bulan. Vaksinasi HB pertama dapat diberikan bersamasama DPT, OPV (IPV)
dan Haemophylus influenzae B (Hib). Dosis ke-2 diberikan 1 bulan kemudian dan
dosis ke-3 pada umur 8 bulan. Titer antibody diperiksa setelah imunisasi ke-3.

F. Teknik-Teknik Pemberian Imunisasi


G. Reaksi Imunisasi/KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
Gejala Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang disebabkan vaksin umumnya sudah
dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis
biasanya ringan.Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi
anafilaktik sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan
baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra,
indikasi khusus, perhatian khusus, atau berbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya
termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan
dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksanan imunisasi (Ranuh dkk, 2011).

Reaksi lokal setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B, antara lain:

1. Rasa nyeri pada tempat suntikan.


2. Bengkak dan kemerahan ditempat suntikan sekitar 10%.
Reaksi sistemik setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B, yaitu demam sekitar 10%, juga
reaksi lain seperti irritable, malaise dan gejala sistemik lainnya.

Reaksi berat yang dapat terjadi setelah dilakukan vaksin hepatitis B, antara lain:

1. Kejang
2. Trombositopenia
3. Hypotonic Hyporesponsive Episode (HHE)
4. Persistent inconsolable screaming yang merupakan rekasi yang bersifat self-imiting dan
tidak merupakan masalah jangka panjang
5. Anafilaksis yaitu kejadian yang berpotensial menjadi fatal tetapi dapat disembuhkan
tanpa dampak jangka panjang.

Pemberian imunisasi hepatitis B jarang menimbulkan efek samping yang serius.Efek


samping yang paling umum dari vaksin tersebut biasanya ringan dan cepat hilang. Efek samping
yang terasa pada umumnya antara lain: rasa sakit pada tempat yang disuntik, sakit demam dan
sakit pada tulang sendi (Cahyono dkk, 2010).

Efek samping yang terjadi setelah dilakukan vaksinasi hepatitis B biasanya berupa reaksi-
reaksi lokal, yaitu:

1. Rasa sakit kemerahan disekitar tempat penyuntikan


2. Pembengkakan disekitar tempat penyuntikan

Reaksi-rekaksi yang terjadi tersebut bersifat ringan dan biasanya hilang setekah 2 hari.Vaksin ini
tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.

Menurut Pernyataan Informasi Vaksin yang dikeluarkan oleh CDC, kebanyakan orang
yang mendapatkan vaksin hepatitis B tidak mengalami efek samping. Efek samping yang
dilaporkan adalah sebagai berikut:

1. Rasa sakit pada area suntikan, yang berlangsung satu atau dua hari: terjadi pada satu dari
sebelas anak dan remaja serta satu dari empat orang dewasa.
2. Demam ringan sampai menengah: pada satu dari empat belas anak dan remaja serta satu
dari seratus orang dewasa.
3. Reaksi alergi yang serius, yang bisa termasuk ruam, suara napas mengdengking, pucat,
lemah, denyut jantung yang cepat, pusing dan sulit bernapas: sangat jarang terjadi.

Pabrik pembuat vaksin hepatitis B melaporkan bahwa selain efek buruk yang dinyatakan
oleh CDC, reaksi lain yang bisa terjadi pada sampai 17% orang yang menerima suntikan
termasuk keletihan, diare, sakit kepala, infeksi tenggorokan dan saluran pernapasan, kepala
terasa ringan, menggigil, muntah, nyeri dan kejang lambung, hilangnya selera makan, mual,
berkeringat, flu, ruam, nyeri seperti arthritis, pembengkakan kelenjar getah bening, insomnia,
sakit telinga dan tekanan darah rendah.

H. Rantai Dingin (Cold Chain)

I. Daftar Pustaka
https://www.sehatq.com/tindakan-medis/vaksin-hepatitis-b
https://www.academia.edu/12429058/Vaksin_Hepatitis_B
Mulyani, N. S., dan Rinawati, M. 2013. Imunisasi untuk Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Proverawati, A., Andhini, C. S. D. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai